B.11.1 Data cleaning ......................................... ............................................................... ............................................. ...................................... ............... 36 B.11.2 Pengelompokan data ................................... ......................................................... ............................................ .................................. ............ 37 B.11.3 Struktur object data/atribut pada file dwg dan shp ............................................ ............................................... ... 37 B.11.4 Sistem pengelompokan dan penamaan file format data dwg dan shp ..................... ..................... 39 C. PENUTUP ........................................... ................................................................. ............................................ ............................................. ...................................... ............... 41
Pusat Pemetaan Rupabumi dan Toponim KAK Pekerjaan Pemotretan Udara dan Pemetaan Rupabumi Indoneia Skala 1:10.000 Palu dan Kendari
Halaman ii
A. PENDAHULUAN A.1 Latar Belakang Undang – Undang – Undang Undang Nomor 4 Tahun 2011 tentang Informasi Geospasial khususnya pada pasal 7 yang menyebutkan bahwa peta rupabumi Indonesia merupakan salah satu komponen informasi geospasial dasar. Informasi Geospasial Dasar diselenggarakan secara bertahap dan sistematis untuk seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dan wilayah yuridiksinya. UndangUndang ini juga mengamanatkan bahwa segala kebijakan pembangunan yang terkait dengan aspek keruangan harus didasari oleh informasi geospasial yang dapat dipertanggungjawabkan. dipertanggungjawabkan. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional menyebutkan bahwa seluruh kegiatan pembangunan harus direncanakan berdasarkan data baik spasial dan nonspasial serta informasi lainnya yang akurat dan dapat dipertanggungjawabkan. Selain itu, Undang-Undang No.32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah mengamanatkan bahwa perencanaan pembangunan di daerah harus berdasarkan pada data dan informasi yang akurat dan dapat dipertanggungjawakan, di antaranya adalah informasi tentang kewilayahan dan sumber daya alam, serta pemerintah daerah harus membangun sistem informasi daerah yang terintegrasi secara nasional. Lebih lanjut, dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005-2025 menegaskan bahwa aspek wilayah/spasial haruslah diintegrasikan ke dalam dan menjadi bagian dari kerangka perencanaan pembangunan pembangunan di semua tingkatan tingkatan pemerintahan. pemerintahan. Dalam kaitan ini, terdapat terdapat 34 provinsi dan dan hampir di 500 kabupaten/kota yang harus mengintegrasikan rencana tata ruangnya ke dalam perencanaan pembangunan daerahnya masing-masing. Amanat empat Undang-Undang tersebut menunjukkan pentingnya data spasial dalam proses perencanaan pembangunan. pembangunan. Saat ini, hampir semua lembaga baik di pusat maupun di daerah memahami betapa pentingnya data spasial. Namun di lain sisi, ketersediaan data spasial yang terkini dan kurangnya kurangnya komunikasi dan koordinasi dengan lembaga-lembaga penghasil data mengakibatkan perlambatan pembangunan nasional. Pemerintah pusat berinisitiatif melakukan terobosan baru untuk meningkatkan percepatan pembangunan nasional dengan mengintegrasikan pendekatan regional dan sektoral ke dalam pembangunan 6 (enam) koridor ekonomi di seluruh indonesia. Implementasi Pembangunan wilayah koridor menuntut ketersediaan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) sebagai basis perecepatan pembangunan wilayah koridor. Untuk menyusun RDTR kawasan koridor dibutuhkan data spasial yang rinci. Sampai saat ini ketersediaan data spasial dengan skala rinci tersebut masih sangat terbatas sehingga dibutuhkan suatu terobosan melalui upaya percepatan penyediaannya di wilayah koridor ekonomi nasional.
Pusat Pemetaan Rupabumi dan Toponim KAK Pekerjaan Pemotretan Udara dan Pemetaan Rupabumi Indoneia Skala 1:10.000 Palu dan Kendari
Halaman | 1
L a u t
C i n a
S e l a t a n
A I A Y S L A M A
S a m u d e r a
P a s i f i k
S a m u d e r a H i n d i a
Gambar 1. Koridor Ekonomi
Pembangunan wilayah koridor juga akan menghadapi konstrain berupa ketersediaan lahan pembangunan, daya dukung lingkungan, maupun keterbatasan infrastruktur. Data spasial rinci tersebut dapat dimanfaatkan dalam mengatasi konstrain dalam suatu analisis tingkat lanjut yang menghasilkan skenario-skenario pengembangan wilayah koridor yang optimal. Pusat Pemetaan Rupabumi dan Toponim, Badan Informasi Geospasial, memiliki tugas pokok dan fungsi melaksanakan penyiapan perumusan kebijakan teknis di bidang pemetaan dasar rupabumi, serta basis data rupabumi. Sebagai penerapan tugas pokok tersebut, maka pada tahun anggaran 2013, Pusat Pemetaan Dasar Rupabumi melakukan pekerjaan pemotretan udara digital dan pemetaan Rupabumi Indonesia skala 1:10.000. Hasil dari pekerjaan ini selanjutnya digunakan sebagai data untuk pekerjaan detil tata ruang yang diprioritaskan pada daerah Kabupaten/Kota yang dilalui koridor ekonomi yang telah ditetapkan.
Pusat Pemetaan Rupabumi dan Toponim KAK Pekerjaan Pemotretan Udara dan Pemetaan Rupabumi Indoneia Skala 1:10.000 Palu dan Kendari
Halaman | 2
A.2 Maksud dan Tujuan Maksud dari pekerjaan ini adalah melakukan pekerjaan pemotretan udara digital dan pemetaan Rupabumi Indonesia pada skala 1:10.000 dengan cakupan wilayah perkotaan yang dilalui jalur koridor ekonomi. Tujuan hasil kegiatan adalah digunakan sebagai sumber basisdata spasial nasional untuk percepatan rencana detil tata ruang kabupaten/kota di kawasan koridor perluasan dan pengembangan pembangunan ekonomi Indonesia. A.3 Lingkup Pekerjaan Secara umum lingkup pekerjaan yang dikontrakan ini terdiri dari: 1. Persiapan Pemotretan 2. Pengukuran Titik Kontrol 3. Pemotretan Udara 4. Triangulasi Udara 5. Orthorektifikasi 6. Persiapan Pemetaan 7. Stereoplotting 8. Pembentukan DTM dan kontur 9. Survei Kelengkapan Lapangan 10. Entry Data Lapangan 11. Pembentukan Basis Data Rupabumi 12. Pembuatan Daftar Nama Geografi 13. Pelaporan
A.4 Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan Secara umum, pelaksanaan pekerjaan terdiri dari pemotretan udara digital yang menghasilkan foto udara digital yang kemudian digunakan pada tahap pekerjaan selanjutnya yaitu pemetaan Rupabumi Indonesia. I ndonesia. Dengan demikian, pekerjaan ini dapat dilaksanakan secara konsorsium oleh pelaksana kegiatan pemotretan udara dan pemetaan Rupabumi Indonesia. Adapun tahapan pelaksanaan pelaksanaan pekerjaan pemetaan ini adalah:
Pusat Pemetaan Rupabumi dan Toponim KAK Pekerjaan Pemotretan Udara dan Pemetaan Rupabumi Indoneia Skala 1:10.000 Palu dan Kendari
Halaman | 3
Persiapan
Pengukuran Titik Kontrol - Pemasangan premark - Pengukuran GPS - Pengolahan data GPS
- Sketsa dan deskripsi titik kontrol - Koordinat titik kontrol
Pemotretan Udara - Pengurusan ijin - Perencanaan jalur terbang - Pemotretan
- Foto Udara Digital
Auto Image Correlation
DSM
Triangulasi Udara - Pengamatan dan pengukuran titik - Block Adjustment
Parameter Orientasi
Orthorektifikasi
Orthofoto
Stereoplotting - Pembentukan model - Plotting
Persiapan Pemetaan
CAD - Hipsografi - Perairan - Transportasi - Bangunan - Penutup lahan
Pembentukan DTM - pembentukan DTM - Konversi ke format USGS DEM BIL 32 bit
Pembentukan Kontur
DTM
- Kontur - Spot Height
manuskrip
Survei Kelengkapan Lapangan - survei toponim dan batas adm inistrasi - identifikasi bangunan dan penutup lahan
CAD sheetwise
- Formulir Toponim yang Disahkan - Rekaman Toponim - Foto Lapangan - Data Tracking GPS - Waypoint GPS - Batas Administrasi - Uji Akurasi Peta
Entry data lapangan
Pembentukan Basis Data Rupabumi - Data Cleaning - Editing atribut - Edgematching
CAD blockwise - Object Data - Database
Konversi
Pembuatan Gasetir
SHP
Album DTM
Album Peta
Gasetir
Album Foto Lapangan
Data Titik Uji Akurasi
Pelaporan
Diagaram Alir Tahapan Pelaksanaan Pekerjaan Pusat Pemetaan Rupabumi dan Toponim KAK Pekerjaan Pemotretan Udara dan Pemetaan Rupabumi Indoneia Skala 1:10.000 Palu dan Kendari
Halaman | 4
A.5 Volume Pekerjaan Pekerjaan Total volume pekerjaan adalah 1522,84 km2 atau setara dengan 72 NLP luas daratan. Luas area Kota Palu adalah 1.020,576 km2 atau setara dengan 48 NLP luas daratan. Luas area Kota Kendari adalah 502,267 km2 atau setara dengan 24 NLP luas daratan. A.6 Indeks Lokasi Pekerjaan Lokasi pekerjaan adalah di wilayah administrasi Kota Palu dan Kota Kendari.
Diagram Lokasi Kota Palu dan Kendari
Pusat Pemetaan Rupabumi dan Toponim KAK Pekerjaan Pemotretan Udara dan Pemetaan Rupabumi Indoneia Skala 1:10.000 Palu dan Kendari
Halaman | 5
A.7 Hasil Pekerjaan Pekerjaan Hasil pekerjaan yang harus diserahkan pada pekerjaan ini sebagai berikut: 1. Titik Kontrol Pemetaan a. Sketsa dan deskripsi titik kontrol serta quicklook penampakan penampakan premark di setiap foto yang muncul dalam bentuk digital dan cetak. b. Data pengamatan satelit GNSS dalam format asli (bawaan vendor) dan RINEX dalam bentuk digital. c. Hasil statistik hitungan perataan dalam bentuk digital dan cetak. d. Daftar koordinat Titik kontrol horizontal dalam DGN 95 dalam bentuk digital dan cetak. e. Daftar Koordinat Titik kontrol tinggi dalam sistem tinggi MSL dalam bentuk digital dan cetak. 2. Pemotretan Udara a. Peta Rencana Jalur Terbang pada skala 1:250.000 dalam bentuk digital dan cetak. b. Peta Realisasi Jalur Terbang T erbang pada skala 1:250.000 dalam bentuk digital dan cetak. c. Foto udara digital dalam format Data mentah (Raw Data). d. Foto udara digital dalam format TIFF 32 bit, foto udara yang tidak sesuai toleransi tetap harus diserahkan namun diberi informasi serta ditempatkan pada folder yang berbeda. e. Data mentah GPS/IMU dalam bentuk digital. f.
Daftar parameter eksterior orientasi (EO) hasil pengukuran GPS kinematik dan IMU dalam sistem koordinat UTM. Satuan yang digunakan adalah Meter dan Degree 3600. Sistem tinggi yang digunakan adalah geoid EGM2008. Daftar parameter EO dalam bentuk digital.
g. Thumbnail foto udara dalam format JPEG dengan resolusi 300 dpi dalam bentuk digital.
3. Triangulasi Udara a. Daftar koordinat titik pengamatan dalam sistem koordinat foto dalam bentuk digital.
Pusat Pemetaan Rupabumi dan Toponim KAK Pekerjaan Pemotretan Udara dan Pemetaan Rupabumi Indoneia Skala 1:10.000 Palu dan Kendari
Halaman | 6
b. Hasil statistik hitungan perataan Bundle Block Adjustment dalam dalam bentuk digital dan cetak. Yang perlu ditampilkan hanya nilai – – nilai statistik hitungan seperti sigma naught dan RMSE serta hasil uji statistik. c. Daftar nilai residu pengamatan setiap titik pengamatan dalam bentuk digital. d. Daftar parameter EO setiap foto hasil hitungan perataan Bundle Block Adjustment . Satuan yang digunakan adalah Meter dan Degree 3600. Daftar parameter EO dalam bentuk digital. e. Daftar koordinat perataan setiap titik pengamatan dalam bentuk digital. f.
Peta indeks foto udara yang digunakan dalam Triangulasi Udara dalam bentuk digital dan cetak.
g. File project yang yang siap digunakan pada tahap stereoplotting dalam bentuk digital. 4. Orthorektifikasi Orthofoto digital dalam format GeoTIFF dengan resolusi spasial 20 cm, dipotong sesuai NLP. 5. Pemetaan a. Data digital rupabumi disimpan dalam format .dwg (2004) dalam sheetwise satuan satuan Nomor Lembar Peta (sistem koordinat UTM) dan blockwise /gabungan (sistem koordinat geografis). b. Basis data rupabumi digital format .shp dalam sheetwise satuan satuan Nomor Lembar Peta (sistem koordinat UTM) dan blockwise /gabungan (sistem (sistem koordinat geografis). geografis). c. Digital Terrain Model (DTM) (DTM) format BIL 32 bit dan USGS DEM. d. Metadata mengacu pada standar Metadata Data Spasial Nasional (MDSN) format file .gen (Generated Text File). e. Quicklook layout data Rupabumi berdasarkan sistem Nomor Lembar Peta dalam format PNG, JPEG dan GeoTIFF dengan resolusi minimum 300 dpi. f.
Data hasil survei lapangan:
Peta manuskrip yang terdiri dari: a. Peta manuskrip A b. Peta manuskrip B c. Peta manuskrip C
Pusat Pemetaan Rupabumi dan Toponim KAK Pekerjaan Pemotretan Udara dan Pemetaan Rupabumi Indoneia Skala 1:10.000 Palu dan Kendari
Halaman | 7
Nama geografis yang dituangkan dalam Formulir F6-NG yang telah dilegalisir oleh pemerintah setempat dan Formulir F6-NGE.
Data titik hasil uji akurasi (dalam bentuk digital dan formulir lapangan), yang berisi informasi koordinat titik uji, foto, denah/sketsa lokasi, perangkat/tipe GPS yang digunakan, serta hasil analisis hitungannya.
Foto-foto dokumentasi survei lapangan dari surveyor di depan papan nama kantor
pemerintah
setempat,
lengkap
dengan
informasi
pendukungnya
(koordinat).
Untuk setiap nomor lembar peta, seluruh bahan di atas dimasukkan dalam satu amplop tebal berwarna coklat berukuran B4 (250 mm x 353 mm) dengan tali di luarnya. Pada muka sebelah kanan kanan atas diberi identitias: No. Lembar Peta
:
Nama Lembar Peta
:
Perusahaan/Kontraktor : Kurun waktu survei
:
g. Album Foto Lapangan Lapangan Ukuran A5 sebanyak 1 set set berikut data digitalnya. digitalnya. h. Daftar nama-nama geografis sebanyak 2 buku berikut data digitalnya dalam format .xls . i.
Laporan kegiatan (hardcopy (hardcopy ) sebanyak 5 buku.
j. Album peta tercetak pada skala 1:10.000, yang merupakan hasil proses kartografi dari format *.shp, dengan ukuran A0 sebanyak 2 set dan dilipat menjadi ukuran album A4 sebanyak 2 set. k. Album DEM tercetak pada pada ukuran A3 A3 sebanyak 2 set. set. 6. Laporan kegiatan (hardcopy (hardcopy ) sebanyak 5 buku. Semua data digital diserahkan dalam DVD-ROM sebanyak 2 set yang telah diberi label (sticker DVD) dengan identitas data berupa nama perusahaan, judul pekerjaan, nomor kontrak, area, tanggal. A.8 Jangka Waktu Penyelesaian Maksimum waktu pelaksanaan pekerjaan ini adalah 9 bulan 14 hari atau setara dengan 284 hari.
Pusat Pemetaan Rupabumi dan Toponim KAK Pekerjaan Pemotretan Udara dan Pemetaan Rupabumi Indoneia Skala 1:10.000 Palu dan Kendari
Halaman | 8
A.9 Persyaratan Peralatan Adapun persyaratan persyaratan peralatan yang dibutuhkan dibutuhkan adalah: adalah: 1. Pengukuran Titik Kontrol Pemetaan menggunakan receiver
GPS Geodetik dual
frequency minimum minimum 12 buah. 2. Kamera udara yang digunakan adalah kamera digital metrik format besar atau medium yang dilengkapi GPS/IMU dan mount kamera. Apabila sistem kamera dilengkapi dengan peralatan perekaman lain (misalnya LIDAR), maka GPS/IMU harus diposisikan untuk langsung mengontrol kamera bukan mengontrol peralatan perekaman lainnya. 3. Perangkat
lunak
yang
digunakan
untuk
triangulasi
udara
adalah
Softcopy
Photogrammetry dan dan program Bundle Block Adjustment. 4. Peralatan yang harus digunakan untuk pekerjaan stereoplotting adalah jenis Softcopy Photogrammetry. 5. Jumlah minimum softcopy photogrammetry tersebut tersebut adalah 12 unit. 6. Untuk peralatan dan software lainnya lainnya seperti CAD, GIS, Pengolah citra, pengolah DTM, dan Software Office jumlah Office jumlah unitnya disesuaikan disesuaikan dengan dengan jumlah tim dan kapasitas kerja 7. Software yang yang digunakan berlisensi.
A.10 Persyaratan Persyaratan Personil Ketua Tim dan Koordinator dalam pekerjaan ini harus memenuhi kualifikasi minimum sebagai berikut: Tabel 3. Persyaratan Koordinator
No. 1
2
Posisi Ketua Tim Pelaksana / Manajer Proyek
Koordinator Pengukuran Titik Kontrol Pemetaan
Pendidikan
Pengalaman Minimum
S1 (geodesi) dan berpengalaman di bidang pemetaan digital
8 thn
S1 (geodesi) dan berpengalaman di bidang pemetaan digital
5 thn
Jumlah orang 1
Tugas
2
Bertanggung jawab dalam melakukan koordinasi terhadap tim kerja dan hasil pekerjaan Menyiapkan rencana detil persiapan kegiatan, integrasi hasil pekerjaan dan penyusunan laporan Bertanggungjawab dalam melakukan koordinasi terhadap tim kerja dan hasil pekerjaan pengukuran titik kontrol pemetaan Bertanggung jawab dalam melakukan kontrol kualitas data hasil pengukuran titik kontrol pemetaan
Pusat Pemetaan Rupabumi dan Toponim KAK Pekerjaan Pemotretan Udara dan Pemetaan Rupabumi Indoneia Skala 1:10.000 Palu dan Kendari
Halaman | 9
No. 3
4
5
6
7
Posisi Koordinator Pemotretan Udara
Koordinator Triangulasi Udara
Koordinator Stereoplotting
Koordinator Editing3D, Pembentukan DTM & Kontur
Koordinator Survei Kelengkapan Lapangan
Pengalaman Minimum
Jumlah orang
S1 (geodesi) dan berpengalaman di bidang Fotogrametri
5 thn
2
S1 (geodesi) dan berpengalaman di bidang Fotogrametri
5 thn
S1 (geodesi) dan berpengalaman di bidang pemetaan digital
5 thn
S1 (geodesi/ geografi) dan berpengalaman di bidang Pemetaan Digital
5 thn
S1 (geodesi/ geografi) dan berpengalaman di bidang Survei GPS dan Toponimi
5 thn
Pendidikan
Tugas
2
1
1
1
8
Koordinator Entry data lapangan
S1 (geodesi/ geografi) dan berpengalaman di bidang Pemetaan Digital/Basis data
5 thn
1
Bertanggungjawab dalam melakukan koordinasi terhadap tim kerja dan hasil pekerjaan pemotretan udara Bertanggung jawab dalam melakukan kontrol kualitas data hasil pemotretan udara
Bertanggungjawab dalam melakukan koordinasi terhadap tim kerja dan hasil pekerjaan triangulasi udara Bertanggung jawab dalam melakukan kontrol kualitas data hasil triangulasi udara
Bertanggung jawab dalam melakukan koordinasi terhadap tim kerja dan hasil pekerjaan stereo plotting Bertanggung jawab dalam melakukan kontrol kualitas data hasil stereo plotting Bertanggung jawab dalam melakukan koordinasi terhadap tim kerja dan hasil pekerjaan editing 3 D, pembentukan DTM dan kontur Bertanggung jawab dalam melakukan kontrol kualitas data hasil editing 3D, 3D, DTM dan kontur
Bertanggung jawab dalam perencanaan mobilisasi survey kelengkapan lapangan Bertanggung jawab dalam melakukan koordinasi terhadap kegiatan survey kelengkapan lapangan Bertanggung jawab dalam melakukan kontrol kualitas terhadap hasil survey kelengkapan lapangan Bertanggung jawab dalam melakukan koordinasi terhadap kegiatan entry data data lapangan Bertanggung jawab dalam melakukan kontrol kualitas terhadap hasil entry data data lapangan
Pusat Pemetaan Rupabumi dan Toponim KAK Pekerjaan Pemotretan Udara dan Pemetaan Rupabumi Indoneia Skala 1:10.000 Palu dan Kendari
Halaman | 10
No. 9
10
Posisi Koordinator Pembentukan Basis Data
Koordinator Pembuatan Daftar Nama Geografi (Gasetir)
Pendidikan S1 (geodesi/ geografi/ ilmu komputer) dan berpengalaman di bidang Pemetaan Digital/Basis data S1 (geodesi/ geografi) dan berpengalaman di bidang Toponimi/Gasetir
Pengalaman Minimum 5 thn
Jumlah orang 1
Tugas
5 thn
1
Bertanggung jawab dalam melakukan koordinasi terhadap pembentukan basis data Bertanggung jawab dalam melakukan kontrol kualitas terhadap hasil pembentukan basis data Bertanggung jawab dalam melakukan koordinasi terhadap pembuatan daftar nama geografi (gasetir) Bertanggung jawab dalam melakukan kontrol kualitas terhadap hasil pembuatan daftar nama geografi (gasetir)
Tenaga operator dalam pekerjaan ini harus memenuhi kualifikasi minimum sebagai berikut:
No.
1
2
Pekerjaan
Pengukuran Titik Kontrol Pemetaan Pemotretan Udara
Posisi
Pendidikan
Surveyor Pengukuran Titik Kontrol Kameramen
SLTA atau sederajat dan
3 thn
16
3 thn
1
3 thn
1
3 thn
13
3 thn
12
3 thn
12
3 thn
8
SLTA atau sederajat dan
3 thn
16
berkompeten di bidang survei GPS SLTA atau sederajat dan berkompeten di bidang pemetaan digital/basis data
3 thn
8
Navigator 3
Triangulasi Udara
Operator Fotogrametri
4
Orthorektifikasi
Operator Orthorektifikasi
5
Stereoplotting
Operator Stereoplotting
6
Editing 3D, Pembentukan DEM dan kontur Survei Kelengkapan Lapangan
Operator CAD/GIS/Remote Sensing Surveyor
Entry Data Lapangan
Operator CAD/GIS
7 8
Jumlah Minimum Personil
Pengalaman Minimum
berkompeten di bidang survei GPS
SLTA atau sederajat dan berkompeten di bidang fotogrametri SLTA atau sederajat dan berkompeten di bidang fotogrametri SLTA atau sederajat dan berkompeten di bidang fotogrametri SLTA atau sederajat dan berkompeten di bidang fotogrametri SLTA atau sederajat dan berkompeten di bidang pemetaan digital SLTA atau sederajat dan berkompeten di bidang pemetaan digital/basis data
Pusat Pemetaan Rupabumi dan Toponim KAK Pekerjaan Pemotretan Udara dan Pemetaan Rupabumi Indoneia Skala 1:10.000 Palu dan Kendari
Halaman | 11
No.
9 10
Pekerjaan
Posisi
Pembentukan Basis Data
Operator CAD/GIS
Pembuatan Daftar Nama Geografis
Operator Toponimi / Gasetir
Pendidikan
Pengalaman Minimum
Jumlah Minimum Personil
SLTA atau sederajat dan
3 thn
6
berkompeten di bidang pemetaan digital/basis data SLTA atau sederajat dan berkompeten di bidang toponimi/gasetir
3
thn
5
A.11 Model Pelaksanaan Kegiatan Model pelaksanaan pekerjaan ini akan dilakukan secara jasa lainnya oleh Pusat Pemetaan Rupabumi dan Toponim BIG. A.12 Sumber Pendanaan Sumber pendanaan untuk pelaksanaan kegiatan ini adalah berasal dari DIPA Badan Informasi Geospasial Tahun 2013.
Pusat Pemetaan Rupabumi dan Toponim KAK Pekerjaan Pemotretan Udara dan Pemetaan Rupabumi Indoneia Skala 1:10.000 Palu dan Kendari
Halaman | 12
B. PELAKSANAAN PEKERJAAN B.1 Persiapan Pekerjaan yang dilakukan pada tahapan persiapan adalah: 1. Pengurusan perijinan untuk pengukuran titik kontrol dan pemotretan udara 2. Pembuatan peta rencana distribusi titik kontrol dan peta jalur terbang 3. Pemeriksaan kesiapan alat yang akan digunakan 4. Pembuatan laporan pendahuluan
B.2 Pengukuran Titik Kontrol B.2.1 Perencanaan Beberapa hal yang harus diperhatikan pada saat perencanaan pengukuran titik kontrol adalah: a. Penempatan titik kontrol harus direncanakan di atas peta rencana jalur terbang dan harus memenuhi syarat geometris, syarat visibilitas dan syarat keamanan. b. Titik kontrol diberi sistem penomoran yang sistematis.
B.2.2 Distribusi Distribusi titik kontrol harus memenuhi ketentuan berikut: a. Dalam sebuah blok pemotretan udara, titik kontrol horizontal dan vertikal diletakkan pada tengah, pojok dan pada perimeter blok. Pada perimeter blok, setiap 10 km harus ada 1 titik kontrol. b. Titik kontrol vertikal harus ditempatkan di antara setiap ujung jalur terbang, syarat ini menjadi tidak mutlak apabila dilakukan pemotretan silang (cross (cross flight ) pada ujung jalur terbang. c. Setiap NLP minimal harus memiliki satu titik kontrol yang pada awal perataan difungsikan sebagai titik cek (independent (independent check point ) dan kemudian diubah fungsinya menjadi titik kontrol pada tahap perataan akhir (final (final block adjustment ). ). Titik cek diukur secara horizontal dan vertikal serta memiliki ketelitian yang setara dengan ketelitian titik kontrol.
Pusat Pemetaan Rupabumi dan Toponim KAK Pekerjaan Pemotretan Udara dan Pemetaan Rupabumi Indoneia Skala 1:10.000 Palu dan Kendari
Halaman | 13
d. Penempatan titik kontrol harus direncanakan sedemikian rupa sehingga memenuhi syarat geometris, juga harus dijamin dapat terlihat/terekam nantinya pada foto. e. Sebelum pemasangan dan pengukuran titik kontrol, rencana jumlah dan distribusi titik kontrol harus diserahkan kepada pemberi pekerjaan dan mendapat persetujuan. persetujuan.
B.2.3 Premarking Ketentuan pelaksanaan premarking adalah sebagai berikut: a. Untuk dapat menjamin bahwa titik kontrol tersebut dapat terlihat jelas pada foto maka perlu ditambahkan sarana berupa tanda/penandaan pada titik kontrol di lapangan yang akan mudah terlihat di foto atau biasa disebut dengan premarking. Premarking berupa tanda simetris dengan titik kontrol berada di pusatnya, biasanya berupa tanda silang yang memotong titik kontrol. b. Warna kekontrasan yang maksimum antara premarking dengan latar belakang menjamin keberhasilan titik kontrol dapat terlihat jelas di foto. c. Ukuran minimum di foto pada premark yang berbentuk tanda silang adalah panjang 10 piksel dan lebar 3 piksel untuk masing – – masing sayap premark sehingga premark dapat dipastikan terlihat jelas di foto. d. Titik kontrol dan premarknya harus ditempatkan sedemikian rupa sehingga tidak hilang atau berubah tempatnya antara saat pemasangan dengan saat pemotretan. e. Penempatan titik kontrol sebaiknya di daerah dengan aktivitas manusia rendah, misalnya di tengah jalan, di sawah untuk meningkatkan aspek keamanan titik kontrol ataupun premarknya. f.
Pemasangan Premark harus dilakukan mendekati saat mulainya pemotretan.
g. Semua titik kontrol harus dipasang premark. h. Setiap premark harus diberi tulisan yang menyebutkan bahwa premark tidak boleh dirusak, untuk menghindarkan dari resiko dirusak oleh lingkungan sekitar.
B.2.4 Titik Kontrol Tambahan Titik kontrol tambahan harus dibuat setelah pemotretan bila:
Pusat Pemetaan Rupabumi dan Toponim KAK Pekerjaan Pemotretan Udara dan Pemetaan Rupabumi Indoneia Skala 1:10.000 Palu dan Kendari
Halaman | 14
a. Titik kontrol tidak dapat diindentifikasi karena hilang, tertutup, kabur atau diduga bergeser. b. Titik kontrol tidak memenuhi syarat geometris. c. Titik kontrol dinilai kurang jumlahnya untuk dapat memenuhi syarat ketelitian.
B.2.5 Pengukuran GPS Pengukuran titik kontrol pemetaan dilakukan dengan memenuhi persyaratan dibawah: a. Pengamatan GPS dilaksanakan secara diferensial dengan berbentuk radial atau jaring menggunakan menggunakan receiver GPS Geodetik dual frequency. b. Pengamatan GPS dilakukan selama mimimal 30 menit untuk setiap sesi. c. Receiver GPS yang yang digunakan digunakan mampu mengamati mengamati
minimal 5 (lima) (lima) satelit sekaligus
pada setiap epohnya. d. Jarak Baseline pengamatan maksimal 30 km. e. Titik kontrol horizontal diukur dengan GPS secara diferensial dengan mengikatkan pada Jaring Kontrol Horizontal Nasional dengan kode N0 (N nol) atau N1 (N satu) yaitu titik kontrol geodesi Bakosurtanal. Bakosurtanal. f.
Titik kontrol vertikal diukur dengan GPS metode levelling menggunakan menggunakan koreksi model geoid global dan diikatkan terhadap Jaring Kontrol Vertikal Nasional.
B.2.6 Ketelitian Akhir Hasil akhir pengukuran dan penghitungan data GPS berupa daftar koordinat Titik Kontrol harus memenuhi persyaratan ketelitian yaitu: a. Akurasi Horizontal Horizontal
≤ 20 cm, dalam datum DGN95
b. Akurasi Vertikal
≤ 15 cm, dalam datum MSL
Pusat Pemetaan Rupabumi dan Toponim KAK Pekerjaan Pemotretan Udara dan Pemetaan Rupabumi Indoneia Skala 1:10.000 Palu dan Kendari
Halaman | 15
B.3 Pemotretan Udara B.3.1 Pelaksanaan Pemotretan Udara Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada saat pelaksanaan pemotretan udara adalah: a. Jalur Terbang (Flight Lines) 1. Arah jalur penerbangan penerbangan pemotretan udara udara sebagai berikut berikut : Arah jalur terbang yang akan dilakukan yaitu Timur-Barat Timur-Barat atau Utara-Selatan. Arah jalur terbang diagonal boleh digunakan dengan pertimbangan efisiensi dan harus dengan persetujuan dari Pemberi Pekerjaan. Recana jalur terbang dengan arah jalur penerbangan tersebut di atas harus dimasukkan dan digambar dalam usulan teknis pada peta skala 1 : 250.000 atau lebih besar. Sebelum pelaksanaan pemotretan udara, rencana jalur terbang ini harus diserahkan kepada pemberi pekerjaan dan mendapat persetujuan. persetujuan. 2. Pemotretan Pada Satu Jalur Masing-masing jalur terbang harus dipotret secara berurutan dan setiap jalur terbang harus tercakup dalam 1 kali penerbangan / pemotretan. Terputusnya pemotretan dalam satu jalur diperbolehkan apabila kondisi cuaca memang tidak memungkinkan untuk melanjutkan pemotretan atau dikarenakan mengubah tinggi terbang untuk penyesuaian skala. Syarat untuk menyambung jalur yang terputus adalah harus ada minimal satu model yang saling bertampalan. 3. Awal dan Akhir Pemotretan Pemotretan Setiap awal dan akhir pemotretan untuk masing - masing jalur terbang harus mencakup minimum 2 eksposur diluar batas area yang dipetakan.
b. Pertampalan (Overlap) 1. Pertampalan ke muka dan ke samping
Pertampalan minimal ke muka antar foto yang berurutan adalah 60% dengan toleransi 5%.
Pertampalan minimal ke samping (sidelap (sidelap ) pada jalur terbang yang berdampingan adalah 30% dengan toleransi 5%.
Pusat Pemetaan Rupabumi dan Toponim KAK Pekerjaan Pemotretan Udara dan Pemetaan Rupabumi Indoneia Skala 1:10.000 Palu dan Kendari
Halaman | 16
Pada daerah bergunung, overlap ditingkatkan menjadi minimal 70% dan sidelap minimal 40%, masing – masing – masing masing dengan toleransi 5%.
Persyaratan pertampalan diatas bertujuan untuk menghindari terjadinya area gap stereo yang menyebabkan foto udara tidak bisa digunakan dalam pekerjaan stereoplotting.
Apabila ditemukan gap foto atau gap stereo maka pihak Pelaksana Pekerjaan diharuskan untuk melakukan terbang ulang (re-flight (re-flight ) akuisisi data foto udara.
2. Perbedaan Tinggi Permukaan Tanah Bilamana terdapat variasi perbedaaan tinggi permukaan tanah yang cukup besar pada wilayah yang dipotret, pihak pemberi pekerjaan akan mengijinkan untuk melakukan perubahan terhadap tinggi terbang dan nilai pertampalannya, apabila Pihak Pelaksana dapat memberikan bukti - bukti jelas terhadap t erhadap perbedaan tersebut. c. Resolusi Tanah (Ground Sampling Distance / / GSD) Resolusi tanah (GSD) yang akan di gunakan harus memenuhi kriteria untuk menghasilkan peta dasar rupabumi skala 1:10.000, yaitu minimal memiliki resolusi tanah sebesar 20 cm. d. Tipe Pemotretan Tipe pemotretan adalah pemotretan udara vertikal. e. Tinggi Terbang 1. Tinggi Terbang di atas Permukaan Tanah Rata - rata Tinggi terbang adalah diatas tinggi rata - rata permukaan tanah dan dihitung berdasarkan rumus : H =
f*s
dimana, H =
Tinggi Terbang
f
=
Panjang Fokus Kamera
s
=
Faktor Skala Foto
Pada kamera digital, faktor skala foto dihitung dari perbandingan ukuran piksel (pixel ( pixel size ) dan resolusi tanah (GSD). ( GSD).
Pusat Pemetaan Rupabumi dan Toponim KAK Pekerjaan Pemotretan Udara dan Pemetaan Rupabumi Indoneia Skala 1:10.000 Palu dan Kendari
Halaman | 17
2. Toleransi Perbedaan Tinggi Terbang Tidak diperbolehkan lebih rendah dari 2% dan lebih tinggi dari 5% terhadap tinggi terbang yang telah ditentukan. f. Klasifikasi Tutupan Awan Hasil pemotretan udara yang dapat diterima adalah apabila tutupan awan kurang dari 10% dan obyek yang tertutup awan bukan merupakan bangunan atau transportasi serta foto udara harus bisa digunakan untuk pemetaan. Hal ini harus mendapat persetujuan dari Pemberi Pekerjaan. g. Ketinggian Matahari Waktu pelaksanaan pemotretan harus dilakukan dengan menyesuaikan ketinggian matahari. Pemotretan tidak boleh dilakukan pada saat posisi matahari terlalu rendah yang akan mengakibatkan bayangan obyek menjadi terlalu panjang atau posisi matahari terlalu tinggi yang akan mengakibatkan pantulan sinar matahari (sunspot (sunspot ) di foto udara dan bayangan pesawat yang muncul di setiap foto udara. h. Heading, Crab, Tilt Heading, Crab dan Tilt mengacu pada orientasi pesawat pada saat terbang yang disebabkan oleh pengaruh angin. Pada foto udara, pengaruh ini akan muncul pada parameter orientasi yaitu Omega, Phi, Kappa yang direkam langsung oleh IMU. Nilai masing – – masing parameter orientasi Omega, Phi, Kappa tidak boleh melebihi 3° yang mengacu pada nilai EO hasil pengukuran IMU. i.
Laporan Harian Hasil Pemotretan
Pihak Pelaksana Pekerjaan harus menyerahkan laporan secara harian yang berisi hasil pemotretan. Apabila terdapat hari dimana tidak dilakukan pemotretan, Pihak Pelaksana harus menyerahkan keterangan yang menjadi penyebab tidak dilaksanakannya dilaksanakannya pemotretan dan disertai oleh bukti yang mendukung. mendukung. Laporan Hasil Pemotretan harus memuat informasi sebagai berikut: 1. Tanggal pemotretan. 2. Nama Pelaksana Pekerjaan. 3. Waktu pelaksanaan pemotretan. 4. Nama dan nomer registrasi pesawat udara. 5. Nama pilot pesawat udara dan operator alat. 6. Nama dan jenis kamera udara serta perangkat lain yang digunakan. 7. Nomer jalur dan foto udara serta arah terbang. Pusat Pemetaan Rupabumi dan Toponim KAK Pekerjaan Pemotretan Udara dan Pemetaan Rupabumi Indoneia Skala 1:10.000 Palu dan Kendari
Halaman | 18
8. Tinggi terbang. 9. Nilai pertampalan. 10. Hasil uji visual hasil foto udara (thumbnail (thumbnail image ). ). 11. Kondisi cuaca.
B.3.2 Pesawat Udara a. Penggunaan Pesawat Udara Pesawat udara yang digunakan adalah pesawat yang dirancang untuk pemotretan udara dan mampu untuk melaksanakan pekerjaan sesuai dengan spesifikasi pekerjaan ini. b. Security Clearance (SC), Kelaikan Terbang, Ijin Radio dan Asuransi. Pihak Pelaksana dalam melaksanakan pekerjaan harus mempunyai ketentuan sebagai berikut : a. Security clearance pemotretan yang diterbitkan oleh Ditwilhan – – Kementerian Pertahanan. b. Surat Tanda Layak Terbang dari Dirjen Perhubungan Udara. c. Surat tanda asuransi pesawat dan ijin pengunaan radio sampai dengan minimal akhir pekerjaan. c. Kaca Kamera Kaca Kamera (Kamera (Kamera Port Glass ) pada pesawat udara harus dalam keadaan bersih dari debu serta bebas dari goresan - goresan.
B.3.3 Kamera Udara Kamera udara yang digunakan adalah kamera udara digital metrik yang memang didesain untuk tujuan pemotretan udara (aerial (aerial survey ) dengan jenis lensa Normal Angle. Kamera harus dilengkapi dengan GPS Kinematik dan IMU serta mount kamera yang sesuai. a. Format Kamera a. Format Besar Kamera udara digital format besar adalah kamera yang mampu memberikan citra dengan ukuran lebar setara format 23 cm x 23 cm atau 23 cm x 15 cm dengan kandungan isi yang setara dengan film yang discan dengan 15 mikrometer, atau dengan jumlah piksel minimum minimum 11.500 x 7.500 7.500 piksel (sekitar (sekitar 86 Megapiksel)
Pusat Pemetaan Rupabumi dan Toponim KAK Pekerjaan Pemotretan Udara dan Pemetaan Rupabumi Indoneia Skala 1:10.000 Palu dan Kendari
Halaman | 19
b. Format Medium Kamera udara digital format medium adalah kamera yang mampu memberikan citra dengan jumlah piksel minimum 5412 x 7216 piksel (sekitar 39 Megapiksel) c. Radiometrik a. Spektrum Radiometrik Spektrum radiometer yang digunakan harus mampu mencakup Red, Green, Blue (RGB) dan Near InfraRed (NIR). b. Resolusi Radiometrik Resolusi radiometrik yang digunakan pada masing – – masing spektrum minimal 12 bit dengan nilai konversi analog ke digital pada 14 bits. d. Kecepatan Rana (shutter speed) a. Pemilihan kecepatan rana Kecepatan penutup kamera akan dipilih sesuai dengan kombinasi pergerakan minimal dan celah lensa untuk mengatasi kondisi cahaya. b. Pergerakan gambar (image motion) Pergerakan gambar secara normal (image (image motion ) tidak boleh melampaui 30 mikrometer. e. Kalibrasi Kamera a. Sertifikat Kalibrasi Kamera udara yang digunakan sudah dikalibrasi oleh pabrikan kamera dan memiliki sertifikat kalibrasi yang dikeluarkan oleh pabrikan kamera tersebut. b. Informasi Kalibrasi Kamera Udara Sertifikat kalibrasi kamera yang diserahkan memuat informasi dan data :
Nama pelaksana dan tanggal t anggal pelaksanaan kalibrasi
Nomer seri lensa
Ukuran sensor yang didefinisikan sebagai jumlah piksel dalam baris dan kolom
Ukuran piksel dalam satuan mikron
Panjang fokus lensa terkalibrasi
Koordinat principal point
Pusat Pemetaan Rupabumi dan Toponim KAK Pekerjaan Pemotretan Udara dan Pemetaan Rupabumi Indoneia Skala 1:10.000 Palu dan Kendari
Halaman | 20
Nilai distorsi radial dan tangensial, dengan persyaratan nilai distorsi harus dibawah 20 mikron pada setiap posisi di lensa
c. Masa Berlaku Sertikat Kalibrasi Masa berlaku sertifikat kalibrasi kamera udara adalah 3 tahun terhitung tanggal sertifikat kalibrasi terakhir. f. Mount Kamera Kamera udara dipasang pada mount kamera yang mampu mengurangi efek vibrasi di dalam pesawat dan dilengkapi alat gyro-stabilised agar agar kamera selalu dalam keadaan vertikal serta mampu mengoreksi mengoreksi kesalahan akibat pergerakan pesawat. g. Forward Motion Compensation (FMC) (FMC) Kamera udara harus dilengkapi dengan teknologi Forward Motion Compensation Compensation (FMC) (FMC) untuk menjamin foto yang dihasilkan bebas dari blur. h. GPS/IMU a. GPS Kinematik GPS kinematik digunakan untuk menentukan posisi kamera udara (X, Y, Z). GPS yang digunakan terdiri dari minimal dua unit receiver, 1 unit ditempatkan di pesawat udara sebagai rover dan yang lain ditempatkan di titik kontrol sebagai base . GPS Receiver yang digunakan adalah tipe geodetik dan harus mampu merekam data dengan interval 1 detik. Jarak baseline antara GPS base dan rover harus kurang dari 40 km. Pemilihan lokasi GPS base harus mendapat persetujuan Pemberi Pekerjaan. b. IMU Inertial Measurement Unit (IMU) harus digunakan untuk menentukan orientasi kamera udara (omega, phi, kappa) dan dijalankan dalam satu sistem dengan GPS Kinematik, sehingga didapat 6 parameter exterior orientation (EO). IMU yang digunakan harus mampu merekam data dengan kemampuan minimal 128 Hz. IMU juga digunakan untuk untuk mengoreksi mengoreksi data GPS dan diproses diproses secara simultan. simultan. c. Boresight Misalignment Calibration Untuk menentukan perbedaan sudut antara sistem koordinat IMU dengan sistem koordinat kamera (disebut sebagai boresight misalignment) maka maka perlu dilaksanakan kalibrasi. Kalibrasi ini umumnya dilaksakanan pada suatu area yang tidak terlalu luas Pusat Pemetaan Rupabumi dan Toponim KAK Pekerjaan Pemotretan Udara dan Pemetaan Rupabumi Indoneia Skala 1:10.000 Palu dan Kendari
Halaman | 21
dengan beberapa titik kontrol yang terdistribusi secara ideal dan diolah dengan menggunakan triangulasi udara sehingga bisa diketahui hubungan geometri antara kamera dan IMU.
B.4 Triangulasi Udara Triangulasi Udara adalah suatu suatu rangkaian kegiatan yang bertujuan setiap model stereo foto udara dapat diposisikan dan diorientasikan secara akurat agar dapat dilakukan pekerjaan kompilasi stereoplotting dalam pembuatan peta garis. Triangulasi udara menghasilkan data parameter Exterior Orientation (x, y, z, omega , phi, kappa) pada setiap foto dan koordinat perataan setiap titik t itik pengamatan.
B.4.1 Masukan dan Peralatan -
Foto Udara digital.
-
Informasi kalibrasi kamera.
-
Daftar koordinat titik-titik kontrol pemetaan beserta deskripsi dan sketsa lokasinya.
-
Data GPS kinematik dan IMU (parameter EO).
-
Peta realisasi jalur terbang.
-
Perangkat lunak fotogrametri untuk pengamatan/pengukuran titik (point (point measurement ) pada koordinat foto.
-
Pengolah data perataan (block (block adjustment ) dengan metoda Bundle Adjustment
-
Perangkat lunak yang digunakan untuk perataan blok harus dapat mengolah data koordinat foto dan data GPS/IMU serta boresight misalignment .
B.4.2 Tahapan Triangulasi Udara a. Persiapan Pekerjaan yang dilakukan pada tahapan persiapan adalah:
Pengumpulan data berupa : 1. Foto Udara (foto udara digital, peta jalur terbang dan kalibrasi kamera ) 2. Daftar koordinat titik-titik kontrol lapangan dan diskripsi dari titik kontrol. 3. Hasil pengukuran GPS Kinematik dan IMU (parameter EO)
Pusat Pemetaan Rupabumi dan Toponim KAK Pekerjaan Pemotretan Udara dan Pemetaan Rupabumi Indoneia Skala 1:10.000 Palu dan Kendari
Halaman | 22
Personil dan peralatan yang digunakan.
Pembuatan peta indeks model dan titik kontrol.
b. Pemilihan dan pengamatan titik minor.
-
Parameter EO harus dimasukkan untuk mengorientasikan foto udara sebelum dilaksanakannya pemilihan dan pengamatan titik minor.
-
Titik minor harus terdistribusi secara merata di setiap model dan minimal harus terdapat 6 titik minor di setiap stereomodel.
-
Pemilihan dan pengamatan titik minor dapat dilaksanakan secara manual atau otomatis. Apabila menggunakan metode otomatis, titik minor harus tetap terdistribusi secara merata dan jumlahnya harus efisien.
-
Setiap titik minor harus terdapat pada minimal dua buah foto. Antara dua jalur terbang yang bersebelahan harus diikat oleh titik minor. Titik minor diusahakan untuk mengikat foto sebanyak mungkin.
-
Pengukuran koordinat titik minor dilakukan pada sistem koordinat foto.
- Apabila jumlah model terlalu banyak, pengamatan titik dapat dibagi menjadi beberapa sub-blok namun pada tahap perataan akhir harus digabung menjadi satu blok utuh. c. Penomoran titik minor Pada metode manual, untuk memudahkan identifikasi titik minor maka sistem penomoran yang digunakan adalah sebagai berikut: AAABBBC AAA
: Nomer jalur terbang
BBB
: Nomer foto udara
C
: Posisi titik minor pada model
Sementara pada metode otomatis, penomoran sebisa mungkin mengikuti aturan diatas (sistematis). Apabila tidak bisa maka dapat menggunakan penomeran secara urut, dengan syarat titik minor harus tetap mudah diidentifikasi posisinya pada saat analisis hasil perataan.
Pusat Pemetaan Rupabumi dan Toponim KAK Pekerjaan Pemotretan Udara dan Pemetaan Rupabumi Indoneia Skala 1:10.000 Palu dan Kendari
Halaman | 23
d. Hitungan perataan
-
Metode yang digunakan adalah bundle adjustment .
-
Hitungan bundle adjustment harus dilakukan untuk seluruh area pemotretan dan dilakukan dalam satu blok (block (block adjustment ). ).
-
Parameter EO dari GPS/IMU harus diikutkan dalam perhitungan.
-
Hitungan perataan dilakukan secara simultan untuk seluruh foto udara.
-
Hitungan perataan dilakukan secara dua tahap, pada tahap awal titik kontrol yang ada di setiap NLP difungsikan sebagai titik cek (independen ( independentt check point ). ). Kemudian pada tahap perataan akhir, titik tersebut diubah fungsinya menjadi titik kontrol.
B.4.3 Kontrol Kualitas Kontrol kualitas dilakukan pada dua hal yaitu hasil statistik perataan dan stereomodel hasil bentukan dari triangulasi udara. a. Hasil statistik perataan
-
Sigma naught
< ukuran piksel (mikron)
-
RMSE titik minor
< 0,5 x ukuran piksel (mikron)
-
Nilai residual maksimal titik minor
< 1,5 x ukuran piksel (mikron)
-
RMSE titik kontrol
< 0,5 meter
-
Nilai residual maksimal titik kontrol
< 1 meter
b. Stereomodel
-
Setiap stereomodel tidak boleh ada paralaks pada sumbu y
-
Konsistensi tinggi antar model, apabila terdapat beda tinggi maka hanya boleh terdapat di pinggir model dan beda tinggi tersebut harus kurang dari 1 m.
-
Koordinat titik cek pada stereomodel hasil dari hitungan bundle adjustment tahap awal harus memiliki ketelitian horizontal 2 m dan ketelitian vertikal 1,5 m atau lebih baik bila dibandingkan dengan koordinat pengukuran GPS di lapangan.
-
Koordinat titik kontrol pada stereomodel hasil dari hitungan bundle adjustment tahap akhir harus memiliki ketelitian horizontal 1 m dan ketelitian vertikal 0,75 m atau lebih baik bila dibandingkan dengan koordinat pengukuran GPS di lapangan.
Pusat Pemetaan Rupabumi dan Toponim KAK Pekerjaan Pemotretan Udara dan Pemetaan Rupabumi Indoneia Skala 1:10.000 Palu dan Kendari
Halaman | 24
Apabila ditemukan hasil yang tidak memenuhi persyaratan persyaratan kontrol kualitas diatas,
maka
pelaksanaan
Triangulasi
Udara
harus
diulang
dengan
menganalisis kesalahan yang muncul dan dihitung ulang sampai hasil yang diperoleh sudah sesuai dengan kontrol kualitas.
B.5 Orthorektifikasi Foto udara yang sudah diproses triangulasi udara dibuat menjadi orthofoto menggunakan orthorektifikasi. Orthofoto adalah foto udara yang memiliki proyeksi orhtogonal sehingga memiliki keseragaman skala dan tidak memiliki kesalahan pergeseran relief sehingga bisa digunakan dalam pemetaan. Orthofoto dibuat dengan menggunakan data DEM yang dihasilkan melalui proses Auto proses Auto Image Correlation foto udara digital. DEM yang dihasilkan minimal memiliki resolusi 32 bit dengan sampling space 5 x 5 meter. Tahapan pembuatan orthofoto adalah sebagai berikut: 1. Persiapan data meliputi foto udara, hasil AT dan DEM (dengan ketelitian dan resolusi yang sesuai untuk pembuatan orthofoto skala 1:10.000). 2. Proses orthorektifikasi foto udara menggunakan hasil AT dan DEM. 3. Mosaik foto per blok, meliputi pembuatan seamline dan dan tone/color balancing . 4. Cropping mosaik mosaik foto per NLP. 5. Export ke format GeoTIFF resolusi 20 cm. Orthofoto yang telah dibuat harus diperiksa ketelitiannya dengan mengukur koordinat premark pada orthofoto. Ketelitian yang disyaratkan adalah ketelitian horizontal 2 m dan ketelitian vertikal 1,5 m. B.6 Persiapan Pemetaan Pekerjaan yang dilakukan pada tahapan persiapan pemetaan adalah: 1. Penyiapan data foto udara dan pembuatan stereomodel untuk kegiatan pemetaan 2. Pemeriksaan kesiapan alat yang akan digunakan B.7 Stereo Plotting Stereo plotting harus dilakukan dengan urutan sebagai berikut: 1. Perairan Pusat Pemetaan Rupabumi dan Toponim KAK Pekerjaan Pemotretan Udara dan Pemetaan Rupabumi Indoneia Skala 1:10.000 Palu dan Kendari
Halaman | 25
2. Breakline s 3. Masspoints dan dan spotheight 4. Jaringan transportasi 5. Bangunan dan permukiman 6. Tutupan lahan Unsur rupabumi yang tidak teridentifikasi pada tahapan pekerjaan ini harus ditambahkan pada tahap pekerjaan survei kelengkapan lapangan. Operator stereoplotting dapat memberikan keterangan pada lokasi yang kenampakan visualnya tidak jelas atau hasil interpretasinya meragukan. Keterangan ini harus dicantumkan pada peta kerja lapangan karena akan berguna memandu surveyor pada saat saat pemeriksaan data data di dilapangan. dilapangan. Keterangan Keterangan ini berupa teks ”CHECK DI LAPANGAN” yang disimpan pada layer tambahan.
B.7.1 Garis perairan Stereoplotting untuk tema garis perairan atau jaringan sungai harus dimulai dari sungai besar dilanjutkan dengan anak sungai, dan kemudian alur atau sungai musiman. Stereoplotting harus dimulai dari hulu ke muara. Sesuai dengan karakteristik sungai maka elevasi pada vertex (n+1) tidak boleh lebih tinggi dari elevasi vertex (n). Dalam satu daerah aliran sungai, segmen garis sungai harus terhubung satu dengan lainnya membentuk satu jaringan yang bermuara pada satu titik. Sungai dan alur dapat bermuara pada garis pantai, garis tepi danau, garis tepi air rawa, atau garis tepi perairan lainnya. Pada daerah karst, aliran sungai dapat terhenti tanpa diketahui kelanjutan muaranya. Bentuk topografi daerah karst dicirikan dengan banyak cekungan. Apabila ditemui hal seperti ini maka operator harus memberikan keterangan yang dicantumkan pada peta kerja lapangan untuk membantu surveyor di lapangan.
B.7.2 Garis tepi perairan Garis tepi perairan adalah garis batas daratan dan air yang menggenang. menggenang. Garis tepi danau/situ, garis pantai/pulau, dan garis tepi rawa, dan garis tepi empang masuk dalam kategori ini. Karakteristik geometri garis tepi perairan ditentukan sebagai berikut: 1. Garis tepi perairan tidak terpotong oleh kontur 2. Setiap vertex pada garis tepi perairan mempunyai elevasi yang sama Pusat Pemetaan Rupabumi dan Toponim KAK Pekerjaan Pemotretan Udara dan Pemetaan Rupabumi Indoneia Skala 1:10.000 Palu dan Kendari
Halaman | 26
3. Elevasi setiap vertex pada garis pantai harus nol 4. Garis pantai dan garis tepi danau/situ tidak terpenggal oleh muara sungai 5. Sungai harus berhenti pada garis tepi danau/situ 6. Sungai harus berhenti pada garis pantai 7. Sungai dapat memotong garis tepi rawa apabila operator atau surveyor dapat melihat aliran sungai tersebut
B.7.3 Breaklines Data breaklines digunakan untuk membantu pembentukan DTM dan kontur. Kerapatan breaklines bergantung pada bentuk topografinya. Pada daerah yang bergunung dan terjal maka breaklines lebih rapat dibanding dengan daerah datar. Pada waktu pengumpulan data ini, operator stereoplotting harus memperhatikan bentuk dan aliran alur sungai agar dapat menentukan breaklines dengan tepat sehingga dapat menghasilkan bentuk kontur dan DTM yang representatif.
B.7.4 Masspoint dan Spotheight 1. Pada skala 1:10.000, masspoints diplot diplot dengan kerapatan antara 10 s.d. 20 meter. 2. Untuk kemiringan >10% kerapatan masspoint adalah 10 meter sedangkan untuk kemiringan lereng lereng ≤ 10% kerapatan masspoints 20 meter. 3. Spotheight adalah titik tinggi yang ditempatkan pada puncak gunung/bukit atau pada cekungan. 4. Untuk daerah datar dimana hanya terdapat beberapa garis kontur maka spotheight harus ditempatkan pada setiap titik tengah kotak grid peta. 5. Spotheight dan masspoints tidak boleh ditempatkan pada area perairan.
B.7.5 Transportasi 1. Semua jaringan transportasi yang dapat terlihat pada foto harus diplot sesuai dengan keadaan sebenarnya. 2. Plotting jaringan jaringan transportasi dilakukan pada garis tengahnya (centerline (centerline ). ). 3. Jaringan transportasi tidak terputus pada lokasi perpotongan dengan sungai.
Pusat Pemetaan Rupabumi dan Toponim KAK Pekerjaan Pemotretan Udara dan Pemetaan Rupabumi Indoneia Skala 1:10.000 Palu dan Kendari
Halaman | 27
4. Semua jaringan transportasi yang ada pembatas tengah harus diplot 3 garis (2 bahu jalan dan 1 pembatas pembatas tengah sebagai sebagai centerline )
B.7.6 Bangunan dan Permukiman 1. Semua bangunan diplot sesuai dengan ukuran dan bentuk sebenarnya. 2. Tinggi bangunan diplot pada atap bangunan sehingga bangunan memiliki ketinggian terhadap terain disekitarnya 3. Kumpulan bangunan/gedung yang berjarak rapat antara satu dengan yang lain dapat diblok sebagai permukiman. permukiman. 4. Bangunan dikatakan rapat apabila jarak satu dengan lainnya 5 meter atau kurang. 5. Landas pacu dan dermaga apabila terlihat pada foto harus digambarkan sesuai dengan bentuk dan ukuran yang sebenarnya.
BanObject data Data base
ai dengan bentuk dan ukurannya
Dermaga digambar sesuai bentuk sebenarnya Jaringan jalan digambar pada centerline nya
Gambar 3. Contoh tema unsur bangunan, jaringan jalan, dermaga, sungai, dan tutupan lahan pada skala 1:10.000
B.7.7 Tutupan lahan Unsur rupabumi yang masuk kategori ini terdiri dari: sawah, kebun, tegalan, hutan, belukar, tanah kosong, padang rumput, dan hutan bakau.
Pusat Pemetaan Rupabumi dan Toponim KAK Pekerjaan Pemotretan Udara dan Pemetaan Rupabumi Indoneia Skala 1:10.000 Palu dan Kendari
Halaman | 28
sungai
teks label Vegetasi
jalan Garis batas vegetasi
Gambar 4. Contoh Pemberian Label Penutup Lahan
Operator harus melakukan interpretasi kemudian mendelinasi batas vegetasi serta memberi teks label seperti yang tampak pada gambar di atas tersebut. Area tutupan lahan terbentuk dari gabungan data jalan, sungai, batas permukiman, dan batas vegetasi.
B.8 Pembentukan DTM dan Kontur B.8.1 Pembentukan DTM DTM raster dengan ukuran cell 5 5 meter dibentuk dari beberapa tema unsur sebagai berikut:
Hidrografi
Breaklines
Spotheights
Masspoint
Sebelum pembentukan DTM dan Kontur, editing 3D terhadap data hidrografi perlu dilakukan apabila ketentuan sebagai berikut di bawah ini tidak dipenuhi: 1. Arah garis harus sama dengan arah aliran (vertex pertama adalah hulu dan vertex terakhir adalah muara). 2. Elevasi pada vertex (n+1) lebih rendah atau sama dengan elevasi vertex (n). 3. Tidak ada overshoot atau atau undershoot pada pada vertex akhir (muara). 4. Tidak ada pseudonode .
Pusat Pemetaan Rupabumi dan Toponim KAK Pekerjaan Pemotretan Udara dan Pemetaan Rupabumi Indoneia Skala 1:10.000 Palu dan Kendari
Halaman | 29
5. Pertemuan node dengan node , atau node dengan dengan vertex harus snap secara secara 3 dimensi (xyz). 6. Elevasi pada setiap vertex untuk garis tepi perairan seperti garis pantai, garis tepi danau, empang, dan garis tepi air rawa harus sama. 7. Garis tepi perairan tersebut di atas tidak terpenggal oleh garis lainnya.
Gambar 5. Mass-point (titik hitam), Breaklines (coklat), jaringan sungai (biru), dan Spotheight yang digunakan digunakan untuk pembentukan pembentukan DEM DEM
Gambar 6. DEM raster dengan ukuran cell 5 meter dan k ontur dengan interval 5 meter Pusat Pemetaan Rupabumi dan Toponim KAK Pekerjaan Pemotretan Udara dan Pemetaan Rupabumi Indoneia Skala 1:10.000 Palu dan Kendari
Halaman | 30
B.8.2 Garis kontur Garis kontur yang dihasilkan harus memenuhi ketentuan ketentuan sebagai berikut: 1. Interval kontur indeks untuk skala 1:10.000 adalah 20 meter. 2. Interval kontur selang untuk skala 1:10.000 adalah 5 meter. 3. Untuk daerah relatif datar diberi garis kontur bantu dengan interval setengah dari interval kontur selang. 4. Garis kontur tidak saling berpotongan. 5. Garis kontur tidak terputus, kecuali untuk kontur bantu. 6. Garis kontur dengan elevasi yang sama tidak memotong sungai yang sama lebih dari satu kali. 7. Garis kontur tidak memotong garis tepi perairan (danau, empang, air rawa, dan pantai). 8. Pada lokasi perpotongan garis kontur dengan sungai maupun anak sungai maka pola kontur cenderung menjorok ke arah hulu.
B.9 Survei Kelengkapan Lapangan B.9.1 Penyiapan peta kerja lapangan (manuskrip) 1. Peta manuskrip harus diplot diplot pada pada kertas yang relatif tahan lipat serta disimpan dalam kantong plastik secara terlipat. Lipatan harus sedemikian sedemikian rupa, sehingga sehingga di lapangan lapangan petugas survei dapat membuka sebagian peta manuskrip dengan mudah. 2. Peta manuskrip yang harus disiapkan terdiri dari tiga macam, yaitu: a. Peta manuskrip A berisi kontur dan sungai hasil ploting untuk ditambah dengan nama-nama unsur topografis (nama sungai, nama gunung, laut, teluk, tanjung, danau, dan dll). b. Peta manuskrip B berisi seluruh data hasil plotting, kecuali kontur, untuk ditambah dengan anotasi dan simbol di lapangan (sekolah, kantor desa, klasifikasi jalan …), batas administrasi, dan nama-nama wilayah administratif (kabupaten, kecamatan, desa, kampung, …). -
Batas administratif yang digambar di atas manuskrip sebelum survei lapangan, didapatkan dari sumber sekunder (BPS, Depdagri, Pemda) dan sudah diletakkan sesuai dengan topografi yang diperkirakan (punggung bukit, sungai, jalan, …).
Pusat Pemetaan Rupabumi dan Toponim KAK Pekerjaan Pemotretan Udara dan Pemetaan Rupabumi Indoneia Skala 1:10.000 Palu dan Kendari
Halaman | 31
-
Batas sketsa yang sudah diletakkan pada topografi yang diperkirakan tersebut akan dikonfirmasikan pada otoritas setempat di lapangan.
-
Jalan-jalan baru yang menghubungkan tempat-tempat yang disurvei, jika belum tampak pada manuskrip, harus ditambahkan pada manuskrip ini dengan menggunakan GPS-tracking.
-
Bangunan terpencar yang belum tampak pada manuskrip, harus ditambahkan pada manuskrip ini dengan menggunakan posisi GPS.
c. Peta manuskrip C (opsional untuk cadangan di lapangan), berisi seluruh data hasil plotting baik unsur alam maupun objek buatan manusia. 3. Peta manuskrip diberi nomor grid sesuai dengan grid pada frame peta skala yang bersangkutan. Nomor Grid dimulai dimulai dari pojok kiri atas, dengan dengan huruf A, B, C … dst. dst. ke kanan, dan angka angka 1, 2, 3, … dst ke bawah. bawah. Huruf I dan O tidak tidak dipakai agar tidak tidak tertukar dengan angka angka 1 romawi dan angka angka nol. Jadi sehabis huruf huruf H adalah huruf J, J, dan sehabis huruf N adalah huruf P. 4. Data yang harus ditulis atau digambar di atas peta manuskrip dapat ditulis sementara dengan pensil lunak (2B).
Namun sebelum disahkan, seluruhnya harus ditegaskan
dengan tinta. 5. Rencana survei dan seluruh peta manuskrip harus diserahkan sebelum survei untuk mendapatkan persetujuan persetujuan dari tim supervisi.
B.9.2 Pengukuran /pengamatan di lapangan 1. Pengukuran untuk menentukan posisi objek dilakukan dengan GPS. Khusus untuk pengukuran untuk keperluan uji akurasi (lihat no.3 di bawah ini), GPS yang digunakan harus memiliki ketelitian pengukuran sebesar-besarnya sebesar-besarnya 5 m. 2. Objek yang diamat tersebut harus diplotkan pada peta kerja lapangan dan di foto dengan kamera digital untuk dokumentasi dan untuk pembuatan album foto lapangan. 3. Untuk keperluan uji akurasi, diukur minimal 4 objek untuk setiap NLP, yang dapat diidentifikasikan dengan jelas pada foto udara dan pada peta yang dihasilkan. 4. Sebelum digunakan, penunjuk waktu pada kamera harus diset sama dengan waktu GPS. 5. Nama-nama yang dikumpulkan harus dicatat pada formulir (F6-NG) dan juga pada peta kerja (manuskrip A, B, atau C) untuk diverifikasi dengan pejabat pemerintah setempat.
Pusat Pemetaan Rupabumi dan Toponim KAK Pekerjaan Pemotretan Udara dan Pemetaan Rupabumi Indoneia Skala 1:10.000 Palu dan Kendari
Halaman | 32
6. Apabila ada yang unik pada nama tersebut, deskripsi lebih lanjut dapat menggunakan formulir extensi(F6-NGE). extensi(F6-NGE). 7. Selama survei lapangan, Tracking GPS harus selalu on dan disetting 2 mm skala peta.
B.9.3 Konfirmasi dan pengesahan data lapangan dan nama-nama geografis Unsur nama geografis dikonfirmasi (secara berjenjang) dari informasi orang atau pejabat pemerintah (di daerah tersebut) yang kompeten tentang nama daerah tersebut dengan formulir sebagai berikut: 1. Nama-nama geografis ini setiap kali hendaknya diuji dengan data sebelumnya dan diuji dengan kaidah pemberian nama-nama geografis yang benar. 2. Nama-nama geografis ditulis pada manuskrip peta pada grid yang benar dan pada formulir F6-NG untuk disahkan / diketahui oleh pejabat setempat. 3. Untuk nama-nama geografis yang bersifat unik, deskripsi lebih lanjut dapat menggunakan menggunakan formulir extensi (F6-NGE) yang digunakan untuk 1 nama / lembar. 4. Nama-nama geografis diletakkan pada posisi sebenarnya (geografis) dan belum perlu memperhatikan aspek kartografisnya. 5. Penggunaan nama-nama nama-nama yang unik didokumentasikan dengan foto pada tempat-tempat resmi yang memajang nama tersebut (seperti papan nama kantor-kantor pemerintah). Untuk itu petugas survei dilengkapi dengan kamera. Nama file dari foto dibuat sebagai berikut: YYYY-MM-DD_NamaGeo YYYY-MM-DD_NamaGeografis_xx grafis_xx Contoh: 2012-10-05_KapuasHulu_03 2012-10-05 2012-10-05 …….. Tanggal pengambilan Tanggal pengambilan gambar KapuasHulu ……. Nama geografis (Kapuas Hulu) 03 ………………….. Gambar ke-3 ke-3 di lokasi Kapuas Hulu 6. Nama-nama yang masih diperdebatkan di daerah tersebut (misalnya oleh dua etnis yang berbeda) harus diberi tanda di dalam formulir nama-nama geografis, sedang yang ditulis di atas peta adalah yang disahkan oleh pemerintah setempat.
Pusat Pemetaan Rupabumi dan Toponim KAK Pekerjaan Pemotretan Udara dan Pemetaan Rupabumi Indoneia Skala 1:10.000 Palu dan Kendari
Halaman | 33
7. Sebagai alat validasi, surveyor perlu membuat foto obyek dengan nama geografinya (misalnya papan nama kantor desa atau sekolah) serta merekam cara pengucapan nama-nama nama-nama tersebut menggunakan menggunakan alat perekam perekam suara. suara. 8. Unsur-unsur rupabumi yang dikumpulkan di lapangan harus sesuai dengan spesifikasi peta rupabumi skala 1:10.000 ( lihat lampiran).
B.9.4 Konfirmasi dan pengesahan data lapangan batas administrasi 1. Unsur batas administrasi diambil dari dokumen resmi pemerintah (di daerah tersebut) dan pejabat yang kompeten kompeten tentang letak batas batas daerahnya. 2. Suatu batas antara dua daerah sebaiknya dikonfirmasikan pada masing-masing daerah yang berbatasan atau pada daerah yang satu tingkat di atasnya. 3. Pengesahan di atas peta manuskrip dilakukan oleh tiap daerah yang tercakup dalam peta tersebut dan ikut memberikan keterangannya. 4. Batas administrasi digambar langsung pada manuskrip peta dengan simbol garis yang benar (garis putus-putus, dengan 1 titik untuk batas propinsi, 2 titik untuk batas Kota/Kabupaten, Kota/Kabupaten, 3 titik untuk batas Kecamatan dan 4 titik untuk batas Desa/Kelurahan).
B.10 Pembuatan Daftar Nama Geografi (Gasetir)
Gasetir adalah daftar nama geografis yang dilengkapi dengan informasi tentang jenis unsur, posisi, lokasi dalam wilayah administratif, dan informasi lain yang diperlukan.
Nama geografis atau toponim adalah nama yang diberikan pada unsur geografis.
Unsur geografis adalah bagian permukaan bumi yang dapat dikenal identitasnya sebagai unsur alam dan unsur buatan manusia, misalnya sungai, danau, gunung, tanjung, desa dan bendungan.
Unsur generik adalah unsur yang menerangkan dan menggambarkan kekhasan geografis (misalnya, sungai, danau, gunung, bukit, lembah, tanjung, teluk, dan pulau).
Unsur spesifik adalah unsur yang menerangkan nama diri suatu unsur generik (misalnya, Merapi, Jakarta, dan Serayu).
Pusat Pemetaan Rupabumi dan Toponim KAK Pekerjaan Pemotretan Udara dan Pemetaan Rupabumi Indoneia Skala 1:10.000 Palu dan Kendari
Halaman | 34
Tata cara penulisan endonim adalah sebagai berikut: 1. Jika nama unsur generiknya menunjukkan ciri fisiografik unsur geografis yang diakuinya, nama unsur generik ditulis terpisah dengan nama unsur spesifiknya dan huruf pertama kata ditulis dengan dengan huruf
kapital. Contoh: Contoh: Pulau Nias, Nias, Danau Toba, Toba,
Krueng Aceh, Kota Bandung 2. Jika nama unsur geografis memakai nama unsur generik yang tidak mencerminkan ciri fisiografiknya, maka penulisannya serangkai. Contoh: Gunungsitoli, Bandarlampung, Tanjungpriok, Tanjungpriok, Sungailiat, Muaraenim, Muarajambi. 3. Jika nama unsur spesifik diikuti penunjuk arah atau kata sifat dan nama spesifiknya merupakan nama induk, maka penulisannya terpisah.Contoh: Jawa Barat, Tabalong Kiwa,
Cikeas
Hijau,
Kranggan
Permai,
Desatengah
Selatan,
Pargarutan
Jae,
Panyabungan Tonga. 4. Jika nama unsur spesifik terdiri atas kata ulang penulisannya serangkai dengan menggunakan tanda hubung.Contoh : Muko-muko, Bagansiapi-api, Sigura-gura, Toli-toli 5. Jika nama unsur spesifik terdiri atas dua nama unsur generik, penulisannya serangkai.Contoh : Paranpadang, Hutapadang, Hutadolok, Lumbandolok 6. Jika nama unsur spesifik terdiri atas tiga kata yang masing-masing dua kata unsur generik diikuti kata sifat, penulisannya serangkai.Contoh: serangkai.Contoh: Torlukmuaradolok 7. Jika nama unsur spesifik terdiri atas tiga kata yang masing-masing dua kata unsur generik diikuti kata benda, penulisannya serangkai.Contoh: Muarabatangangkola Muarabatangangkola 8. Jika nama unsur spesifik memakai nama orang, penulisannya disesuaikan dengan ejaan yang berlaku.Bandara Soekarno-Hatta, Jalan Sudirman, Benteng Somba Opu 9. Jika nama unsur spesifik terdiri atas empat kata atau lebih yang masing-masing terdiri atas unsur generik/spesifik, penulisan dipisah dari kata yang ketiga, kelima, dan seterusnya.Contoh: seterusnya.Contoh: Purbasinomba Mandalasena, Dalihannatolu Hutaraja. Catatan 1. Walaupun tidak ada daerahnya atau merupakan daerah yang sudah ditinggalkan maupun daerah pengembangan pemukiman baru (sudah direncanakan), di dalam inventarisasi nama geografis perlu dilakukan agar dapat digunakan sebagai petunjuk arah orientasi pelacakan daerah lain.
Pusat Pemetaan Rupabumi dan Toponim KAK Pekerjaan Pemotretan Udara dan Pemetaan Rupabumi Indoneia Skala 1:10.000 Palu dan Kendari
Halaman | 35
2. Bila terdapat nama yang sangat panjang, tetapi nama tersebut yang sangat khusus dan populer dengan nama singkatan, maka dapat ditulis (kependekan dari nama yang bersangkutan) contohnya: Ogan Komering Hulu populer disebut Oku. 3. Jika nama terdiri dari 3 generik, pemisahannya disesuikan dengaan aturan tata bahasa Indonesia yaitu; Ejaan Yang Disempurnakan (EYD)
B.11 Pembentukan Basis Data Rupabumi Lingkup pekerjaan pembentukan basisdata meliputi: 1. Data cleaning . 2. Penyuntingan data attribut . 3. Pengelompokan data. 4. Konversi data dari dwg ke shp atau dari shp ke dwg sehingga menghasilkan dua versi yaitu dwg dan shp. B.11.1Data B.11.1 Data cleaning Analisis spasial akan dapat dilakukan jika hubungan (relasi) antar unsur rupabumi dapat didefinisikan dengan membangun topologi. Hasil akhir dari pekerjaan ini harus betul-betul menjamin bahwa data yang dihasilkan benar-benar bersih (clean ( clean ) baik dari aspek geometri maupun atribut serta bebas dari kesalahan-kesalahan topologi (free (free of topological errors ). ). Direkomendasikan untuk melakukan proses topologi menggunakan perangkat lunak GIS standar yang digunakan di Pusat Pemetaan Dasar rupabumi. Cluster toleransi yang digunakan menggunakan standar (default (default ) dari perangkat lunak GIS. Adapun aturan topologi topologi / rule yang yang digunakan antara lain adalah: Tabel 3. Aturan Topologi Aturan Topologi Must not overlap Must not have dangles
Point
Line
Must not self-intersect
Must not self-overlap
Must not have gaps Must be single part Must be larger than cluster tolerance
Polygon
Must not intersect
Pusat Pemetaan Rupabumi dan Toponim KAK Pekerjaan Pemotretan Udara dan Pemetaan Rupabumi Indoneia Skala 1:10.000 Palu dan Kendari
Halaman | 36
B.11.2Pengelompokan B.11.2 Pengelompokan data Unsur rupabumi dikelompokan kedalam 7 (tujuh) tema dimana setiap tema dapat berupa titik, garis, atau area.Tabel di bawah ini merupakan sistem pengelompokan pengelompokan sesuai dengan tema dan tipe data nya: No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Tema Unsur Rupabumi Bangunan Transportasi Hipsografi Batas Administrasi Penutup Lahan Perairan Toponim
Kelompok Kode Unsur 1xxxx 2xxxx 3xxxx 4xxxx 5xxxx 6xxxx 64xxx
Point
Tipe Geometri Line Area
Text
B.11.3Struktur B.11.3 Struktur object data/atribut pada file dwg dan shp Kelas Unsur
Bangunan (1xxxx)
Tipe Geometri
Point, Line, Area
FIELD NAME
TYPE
WIDTH
EXAMPLE
KODE_UNSUR
Character
56
10224
NAMA_UNSUR
Character
75 100
Kantor Bupati
TOPONIM
Character
50
Sumedang
PELAKSANA
Character
50
Survei Pemetaan, PT.
UPDATED
Character
8 10
20121005
Kelas Unsur
Transportasi (2xxxx)
Tipe Geometri
Line, Area
FIELD NAME
TYPE
WIDTH
EXAMPLE
KODE_UNSUR
Character
56
20110
NAMA_UNSUR
Character
75 100
Jalan Arteri
TOPONIM
Character
50
Sudirman
PELAKSANA
Character
50
Survei Pemetaan, PT.
UPDATED
Character
8 10
20121005
Pusat Pemetaan Rupabumi dan Toponim KAK Pekerjaan Pemotretan Udara dan Pemetaan Rupabumi Indoneia Skala 1:10.000 Palu dan Kendari
Halaman | 37
Kelas Unsur
Hipsograsi (3xxxx)
Tipe Geometri
Line
FIELD NAME
TYPE
WIDTH
EXAMPLE
KODE_UNSUR
Character
56
30002
NAMA_UNSUR
Character
75 100
Garis Kontur Index
ELEVASI
Real
8,2
200
PELAKSANA
Character
50
Survei Pemetaan, PT.
UPDATED
Character
8 10
20121005
Kelas Unsur
Batas Administrasi (4xxxx)
Tipe Geometri
Line
FIELD NAME
TYPE
WIDTH
EXAMPLE
KODE_UNSUR
Character
56
40402
NAMA_UNSUR
Character
75 100
Garis Batas Kecamatan (standar Pusat PBW - belum referensi resmi)
TOPONIM
Character
50
Pamijahan
PELAKSANA
Character
50
Survei Pemetaan, PT.
UPDATED
Character
8 10
20121005
Khusus untuk batas administrasi line, field toponim harus diisi dengan nama toponim batas administrasi setingkat di setingkat di atasnya, sebagai contoh untuk batas desa (40402) antara Desa Cimayang dan Desa Cimekar diisikan nama Kecamatan Pamijahan. Kelas Unsur
Wilayah Administrasi (4xxxx)
Tipe Geometri
Area
FIELD NAME
TYPE
WIDTH
EXAMPLE
KODE_UNSUR
Character
56
40402
NAMA_UNSUR
Character
75 100
DESA
Character
50
Garis Batas Desa / Kelurahan (standar Pusat PBW - belum referensi resmi) Cipayung
KECAMATAN
Character
50
Cibinong
KABUPATEN
Character
50
Bogor
PROVINSI
Character
50
Jawa Barat
PELAKSANA
Character
50
Survei Pemetaan, PT.
UPDATED
Character
8 10
20111001
Pusat Pemetaan Rupabumi dan Toponim KAK Pekerjaan Pemotretan Udara dan Pemetaan Rupabumi Indoneia Skala 1:10.000 Palu dan Kendari
Halaman | 38
Kelas Unsur
Tutupan Lahan (5xxxx)
Tipe Geometri
Area
FIELD NAME
TYPE
WIDTH
EXAMPLE
KODE_UNSUR
Character
56
50102
NAMA_UNSUR
Character
75 100
Permukiman dan Tempat Kegiatan
TOPONIM
Character
50
Cibinong Elok
PELAKSANA
Character
50
Survei Pemetaan, PT.
UPDATED
Character
8 10
20121005
Kelas Unsur
Hidrografi/Perairan Hidrografi/Perairan (6xxxx)
Tipe Geometri
Line
FIELD NAME
TYPE
WIDTH
EXAMPLE
KODE_UNSUR
Character
56
60108
NAMA_UNSUR
Character
75 100
Sungai Dua Garis
TOPONIM
Character
50
Bengawan Solo
PELAKSANA
Character
50
Survei Pemetaan, PT.
UPDATED
Character
8 10
20121005
Kelas Unsur
Toponim (64xxx)
Tipe Geometri
Point, Text
FIELD NAME
TYPE
WIDTH
EXAMPLE
KODE_UNSUR
Character
56
64108
NAMA_UNSUR
Character
75 100
Ibukota Kabupaten
TOPONIM
Character
50
Cibinong
PELAKSANA
Character
50
Survei Pemetaan, PT.
UPDATED
Character
8 10
20121005
B.11.4Sistem B.11.4 Sistem pengelompokan dan penamaan file format data dwg dan shp 1. NLP_1PT (untuk Bangunan : Point) 2. NLP_1LN (untuk Bangunan : Line) 3. NLP_1AR (untuk Bangunan : Area) 4. NLP_2LN (untuk Transportasi : Line) 5. NLP_2AR (untuk Transportasi : Area) 6. NLP_3PT (untuk Hipsografi : Point) 7. NLP_3LN (untuk Hipsografi : Line) 8. NLP_4LN (untuk Batas Administrasi : Line) Pusat Pemetaan Rupabumi dan Toponim KAK Pekerjaan Pemotretan Udara dan Pemetaan Rupabumi Indoneia Skala 1:10.000 Palu dan Kendari
Halaman | 39
9. NLP_4AR (untuk Batas Administrasi : Area) 10. NLP_5LN (untuk Penutup Lahan dan Fungsi : Line) 11. NLP_5AR (untuk Penutup Lahan dan Fungsi : Area) 12. NLP_5TX (untuk Penutup Lahan dan Fungsi : Text) 13. NLP_6PT (untuk Perairan : Point) 14. NLP_6LN (untuk Perairan : Line) 15. NLP_6TX (untuk Toponim : Text)
Pusat Pemetaan Rupabumi dan Toponim KAK Pekerjaan Pemotretan Udara dan Pemetaan Rupabumi Indoneia Skala 1:10.000 Palu dan Kendari
Halaman | 40
C. PENUTUP Demikian kerangka acuan kerja ini disusun untuk dapat digunakan sebagaimana sebagaimana mestinya.
Cibinong, 27 Desember 2012 Deputi Informasi Geospasial Dasar Pejabat Pembuat Komitmen,
Pusat Pemetaan Rupabumi dan Toponim Kepala,
Agus Hikmat, Hikmat, S.T NIP. 19611011 198603 1 004
Ir. Edwin Hendrayana NIP. 19620614 199002 1 001
Pusat Pemetaan Rupabumi dan Toponim KAK Pekerjaan Pemotretan Udara dan Pemetaan Rupabumi Indoneia Skala 1:10.000 Palu dan Kendari
Halaman | 41