Perbesaran Mikroskop
Lensa objektif merupakan lensa yang merupakan pembentuk bayangan pertama pada mikroskop. Lensa ini menentukan struktur dan bagian renik yang akan terlihat pada bayangan akhir. Lensa ini memiliki perbesaran yang bermacam-macam seperti perbesaran 10x, 40x, dan 100x. Dalam menggunakan suatu mikroskop, sangatlah penting kita mengetahui berapa kali mikroskop memperbesar bayangan objek yang diamati. Jika dalam mikroskop melakukan perbesaran 50x maka bayangan yang trlihat akan 50x lebih panjang dan lebih lebar daripada sebenarnya yang dilihat oleh mata dengan jarak 24,5 cm.
Universitas Negeri Yogyakarta 2013, Mikroskop, Mikroskop, diakses tanggal 12 April 2013
Unversitas Airlangga 2013, Topik Praktikum Pengenalan Mikroskop, Mikroskop , diakses tanggal 12 April 2013 >
Fiksasi
Fiksasi bertujuan untuk mematikan bakteri dan meletakkan sel bakteri pada object glass tanpa merusak struktur selnya. Fiksasi panas dibutuhkan selama protein bakteri mengalami koagulasi dan melekat diatas permukaan object glass. Fiksasi panas dilakukan dengan melalukan apusan kering secara cepat sebanyak dua atau tiga kali diatas nyala api Bunsen.
Campbell, N. A. Dan Reece, J. B., 2005. Biologi Jilid 2. Erlangga. Jakarta. Universitas Pendidikan Indonesia 2013, Identifikasi Bakteri , diakses tanggal 12 April 2013
Klasifikasi Bakteri
Bakteri merupakan sekelompok mikroorganisme mikroorganisme yang termasuk prokaryote, sel tubuh bakteri berukuran sangat kecil, kebanyakan diameternya diameternya berukuran kira-kira k ira-kira 0,5-0,1µm. Kebanyakan bakteria merupakan jasad yang transparan (tembus cahaya) dengan indeks
bisa yang sama dengan indeks bisa cairan suspensi di mana bakteri tersebut hidup (Taringan, 1988). Pada umumnya dikenal tiga bentuk bakteri, yaitu kokus, Basil, dan spiral. 1. Kokus Kokus (Coccus: seperti buah beri) berbentuk menyerupai buah beri kecil apabila dilihat dari bawah mikroskop. Bakteri ini terdapat dalam beberapa pola atau kelompok yang berbeda. Beberapa kokus yang secara khas hidup sendiri-sendiri, sedangkan yang lain dijumpai dalam bentuk berpasangan , kubus, atau rantai panjang, tergantung pada caranya membelah diri yang diikuti dengan perekatan satu dengan yang lainnya setelah pembelahan. Kokus yang senantiasa membelah dalam satu bidang, namun tidak memisahkan diri, sering membentuk rantai kokus, yag merupakan ciri khas dari marga Streptococcus. Kokus yang membelah dalam tiga bidang yang tegak lurus satu dengan yang lainnya membentuk suatu kubus. Cara pembelahan ini dijumpai pada marga Sarcina. Kokus yang membelah dalam dua bidang untuk membentuk empat sel terdeapat pada marga pediacoccus. Kokus yang membelah dalam dua bidang untuk membentuk gugusan yang tidak teratur diklasifikasikan dalam marga Staphylococcus (Volk dan Weeler, 1973). Bakteri yang berbentuk kokus bisaanya bulat, ataupun berbentuk oval, memanjang atau mendatar pada satu sisinya. Apabila bakteri yang berbentuk kokus ini berkembang biak dengan membelah diri, sel-selnya akan berhimpitan dan tidak kan memisah. Bakteri yang berbentuk kokus ini masih bisa dibedakan menjadi beberapa macam, yaitu: a. Monokokus (mono = satu), b. Diplokokus (diplo = dua, sepasang), yaitu bakteri bentuk kokus yang berpasangpasangan, contohnya Streptococcus pneumoniaedahulu disebut Dipococcus pneumoniae, c.Streptococcus, yaitu coccus yang bergandengan satu dengan yang lainnya, d. Tetracoccus, yaitu bentuk bakteri coccus yang mengelaompok empat buah, e. Stapilococcus, yaitu bentuk bakteri coccus yang membnetuk untaian, f. Sarcina, yaitu bentuk bakteri coccus hang mengelomok menyerupai kubus (Taringan, 1988). 2. Basil Basil (artinya batang kecil) adalah bakteri yang bentuknya menyerupai batang atrau silinder. Basil-basil ini sangat beraneka ragam ukurannya. Tidak seperti kokus, basil membelah dalam satu bidang. Oleh sebab itu, bakteri ini mungkin teramati sebagai sel tunggal, berpasangan, atau dalam rantai pendek maupun rantai panjang (Volk dan Weeler, 1973). Bakteri berbentuk basil ini menyerupai bentuk batang yang pendek, silindris, yang mempunyai bentuk dan ukuran yang bermacam-macam. Basil dapat bergandengan dua-dua yang disebut dipolobasil, dan yang bergandengan panjang disebut streptobasil. Basil yang terlepas satu dengan yang lain mempunyai ujung yang tumpul, sedangkan yanmg bergandengan satu dengan yang lainnya mempunyai ujung yang runcing (Taringan, 1988). 3. Spiral Ada bakteri yang berbentuk helikoidal, yang berpilin-pilin seperti spiral dan ada juga yang berbentuk sperti koma, misalnyaVibrio cholerae (Taringan, 1988). Spirochaeta juga merupakian bakteri berbentuk spiral tetapi bedanya dengan spiril dalam hal kemampuannya untuk melenturkan dan melekuk-lekukkan tubuhnya sambil bergerak. Gerakan ini dimungkinkan timbul karena kontraksi benang aksial atau flagelata yang membelit sekitar organisme antara membran plasma dengan dinding sel (Volk dan Weeler, 1973).
Selain morfologi tubuh bakteri seperti di atas, bakteri juga dapat dibedakan berdasarkan tipe-tipe koloninya. Setiap jenis bakteri berkoloni dan membentuk morfologi koloni yang berbeda-beda. Klasifikasi bentuk morfologi koloni ini dapat dibedakan berdasarkan warna, bentuk, tepian dan elevasi koloni bakteri tersebut, serta ciri-ciri morfologi yang lainnya. Dalam Hedi Utomo (1985:66) dalam Utami (2008) disebutkan beberapa ciri-ciri morfologi koloni bakteri sebagai dasar klasifikasi bakteri berdasarkan morfologi koloninya, yaitu: 1. Bentuk, bentuk-bentuk koloni bakteri antara lain: a. Bundar b. Bundar dengan tepian kerang c. Bundar dengan tepian timbul d. Keriput e. Konsentris f. Tak beraturan dan menyebar g. Berbenang-benang h. Bentuk L i. Bundar, tepian menyebar j. Rizoid k. kompleks 2. Tepian, antara lain: a. Licin b. Berumbai c. Berlekuk d. Tak berarturan e. Silliut f. Bercabang g. Seperti wo h. Seperti benang i. Seperti ikal rambut 3. Elevasi, antara lain: a. Datar b. Timbul c. Cembung d. Seperti tetaran e. Seperti tombol f. Berbukit-bukit g. Tumbuh kedalam medium h. Seperti kawah
Mikroorganisme yang ada di alam ini mempunyai morfologi, struktur dan sifat-sifat yang khas, begitu pula dengan bakteri. Bakteri yang hidup hampir tidak berwarna dan kontras dengan air, dimana sel-sel bakteri tersebut disuspensikan. Salah satu cara untuk mengamati bentuk sel bakteri sehingga mudah untuk diidentifikasi ialah dengan metode pengecatan atau pewarnaan. Hal tersebut juga berfungsi untuk mengetahui sifat fisiologisnya yaitu mengetahui reaksi dinding sel bakteri melalui serangkaian pengecatan [1]. Berbagai macam tipe morfologi bakteri (kokus, basil, spirilum, dan sebagainya) dapat dibedakan dengan menggunakan pewarna sederhana. Istilah ”pewarna sederhana” dapat
diartikan dalam mewarnai sel-sel bakteri hanya digunakan satu macam zat warna saja. Kebanyakan bakteri mudah bereaksi dengan pewarna-pewarna sederhana karena sitoplasmanya bersifat basofilik (suka akan basa) sedangkan zat-zat warna yang digunakan untuk pewarnaan sederhana umumnya bersifat alkalin (komponen kromoforiknya bermuatan positif). Faktor-faktor yang mempengaruhi pewarnaan bakteri yaitu fiksasi, peluntur warna, substrat, intensifikasi pewarnaan dan penggunaan zat warna penutup. Suatu preparat yang sudah meresap suatu zat warna, kemudian dicuci dengan asam encer maka semua zat warna terhapus. sebaliknya terdapat juga preparat yang tahan terhadap asam encer. Bakteri-bakteri seperti ini dinamakan bakteri tahan asam, dan hal ini merupakan ciri yang khas bagi suatu spesies[2]. Karakteristik taksonomi penting bakteri adalah reaksi mereka terhadap pewarnaan gram. Pewarnaan gram menjadi penting karena reaksi gram berhubungan dengan sifat morfologi lain dalam bentuk hubungan filogenik. Organisme yang berpotensi gram positif mungkin hanya dapat dilihat dengan pewarnaan gram pada kondisi lingkungan yang sesuai dan pada biakan muda. Prosedur pewarnaan gram dimulai dengan pemberian pewarna basa, kristal violet. Larutann iodine kemudian ditambahkan; semua bakteri akan diwarnai biru pada fase ini. Sel kemudian diberi alkohol. Sel gram positif akantetap mengikat senyawa kristal violet-iodine, tetap berwarna biru; sel gram negatif warnanya hilang oleh alkohol. Sebagai langkah terakhir, counterstain (misalnya Safranin pewarna merah) ditambahkan, sehingga sel gram negatif yang tidak berwarna, akan mengambil warna kontras; sedangkan sel gram positif terlihat dalam warna biru [3]. Pewarnaan sederhana, merupakan pewarna yang paling umum digunakan. Disebut demikian karena hanya digunakan satu jenis cat pewarna untuk mewarnai organisme. Kebanyakan bakteri telah bereaksi dengan pewarna-pewarna sederhana karena sitoplasmanya bersifat basofil (suka akan basa). Zat-zat warna yang digunakan untuk pewarnaan sederhana umumnya bersifat alkalin (komponen kromofornya bersifat positif). Pewarnaan sederhana ini memungkinkan dibedakannya bakteri dengan bermacam-macam tipe morfologi (coccus, vibrio, basillus, dsb) dari bahan-bahan lainnya yang ada pada olesan yang diwarnai[4]. Pewarnaan negatif, metode ini bukan untuk mewarnai bakteri tetapi mewarnai latar belakangnya menjadi hitam gelap. Pada pewarnaan ini mikroorganisme kelihatan transparan (tembus pandang). Teknik ini berguna untuk menentukan morfologi dan ukuran sel. Pada pewarnaan ini olesan tidak mengalami pemanasan atau perlakuan yang keras dengan
bahan-bahan kimia, maka terjadinya penyusutan dan salah satu bentuk agar kurang sehingga penentuan sel dapat diperoleh dengan lebih tepat. Metode ini menggunakan cat nigrosin atau tinta cina[5]. Struktur di dalam sel pada tempat-tempat yang khas dibentuk oleh spesies ini disebut endospora. Endospora dapat bertahan hidup dalam keadaan kekurangan nutrien, tahan terhadap panas, kekeringan, radiasi UV serta bahan-bahan kimia. Ketahanan tersebut disebabkan oleh adanya selubung spora yang tebal dan keras. Sifat-sifat ini menyebabkan dibutuhkannya perlakuan yang keras untuk mewarnainya. Hanya bila diperlukan panas yang cukup, pewarna yang sesuai dapat menembus endospora. Tetapi sekali pewarna memasuki endospora, sukar untuk dihilangkan. Ukuran dan letak endospora di dalam sel merupakan ciri-ciri yang digunakan untuk membedakan spesies-spesies bakteri yang membentuknya[6]. Melihat dan mengamati bakteri dalam keadaan hidup sangat sulit, karena selain bakteri itu tidak berwarna juga transparan dan sangat kecil. Untuk mengatasi hal tersebut maka dikembangkan suatu teknik pewarnaan sel bekteri, sehingga sel dapat terlihat jelas dan mudah diamati. Oleh karena itu teknik pewarnaan sel bakteri ini merupakan salah satu cara yang paling utama dalam penelitian-penelitian mikrobiolog i[7]. Ciri-ciri bakteri gram positif yaitu: 1. Struktur dinding selnya tebal, sekitar 15-80 nm, berlapis tunggal atau monolayer. 2. Dinding selnya mengandung lipid yang lebih normal (1-4%), peptidoglikan ada yang sebagai lapisan tunggal. Komponen utama merupakan lebih dari 50% berat ringan. Mengandung asam tekoat. 3. Bersifat lebih rentan terhadap penisilin. 4. Pertumbuhan dihambat secara nyata oleh zat-zat warna seperti ungu kristal. 5. Komposisi nutrisi yang dibutuhkan lebih rumit. 6. Lebih resisten terhadap gangguan fisik[8].
Ciri-ciri bakteri gram negatif yaitu: 1.
Struktur dinding selnya tipis, sekitar 10 – 15 mm, berlapis tiga atau multilayer.
2.
Dinding selnya mengandung lemak lebih banyak (11didalam lapisan kaku, sebelah dalam dengan jumlah sedikit 10% dari berat kering, tidak mengandung asam tekoat.
3.
Kurang rentan terhadap senyawa penisilin.
4.
Pertumbuhannya tidak begitu dihambat oleh zat warna dasar misalnya kristal violet.
5.
Komposisi nutrisi yang dibutuhkan relatif sederhana.
6.
Tidak resisten terhadap gangguan fisik[9].
[1]Filzahazny, “Teknik Pewarnaan Mikrobiologi,” Blog Filzahazy.http:/wordpress.com/ Penganta-tentang-bakteri.htm (05 Desember 2009).
[2]Dwidjosoeputro, Dasar-Dasar Mikrobiologi (Malang : PT Djambatan, 1989), h. 159.
[3]Hadioetomo, Mikrobiologi Dasar Dalam Praktek (Jakarta : Pt Gramedia, 1990), h. 99. [4]Rizki, “Pengecatan Bakteri,” Blog Rizki . http ://ngecat bakterimakulrizki.blogspot.com/ 2008/02/materi- kuliah.html (05 Desember 2009).
[5]Margareth F. Wheeler, Mikrobiologi Dasar (Jilid I ; Jakarta : Erlangga, 1998), h. 120. [6]Yulneriwanti, “Mikrobiologi Dasar,” Blog Yulneriwanti . http://01-bakteri.html (05 Desember 2009).
[7] Ibid.
[8]Natsir Djide, Analisis Mikrobiologi Farmas, (Makassar : Universitas Hasanuddin, 2008), h. 126. [9]Jimmo, “Pembuatan Preparat Dan Pengecatannya,” Blog Jimmo. http ://Pembuatan PReParAT dan PengeCaTAnnyA _ BLoG KiTa.mht (05 Desember 2009).