TEKNIK PENGAMBILAN CONTOH AZOLLA PADA SISTEM MINAPADI - AZOLLA Noeriwan B. Soerjandono1 dan Titi Sopiawati2
S
istem usaha tani minapadi telah dikembangkan di Indonesia sejak satu abad yang lalu (Ardiwinata 1987). Selain menyediakan pangan sumber karbohidrat, sistem ini juga menyediakan protein sehingga cukup baik untuk meningkatkan mutu makanan penduduk di pedesaan (Syamsiah et al. 1988). Minapadi merupakan salah satu subsistem usaha tani padi dan ikan di lahan sawah irigasi. Ikan ditebar 5-7 hari setelah tanam padi dan dipanen setelah padi berumur 50-60 hari. Sistem usaha tani ini bervariasi dari satu daerah ke daerah lain bergantung pada ketersediaan air irigasi, curah hujan, benih ikan, pasar, dan status sosial ekonomi masyarakat (Suriapermana dan Syamsiah 1995). Minapadi-azolla yang memadukan ikan dan padi dengan azolla dalam suatu hamparan dapat meningkatkan kesuburan tanah serta mampu mengendalikan gulma dan hama padi (Fagi et al. 1992). Suriapermana dan Syamsiah (1995) menjelaskan bahwa adanya ikan bersama padi di sawah dapat menambah ketersediaan unsur hara tanah yang dibutuhkan oleh tanaman seperti N, Ca, P, K, dan Mg. Azolla merupakan tumbuhan paku air yang serba guna, karena dapat mengikat N dan urea dengan bantuan Anabaena azollae, sehingga dapat berperan sebagai pupuk organik atau sumber pupuk N. Selain itu, azolla juga banyak mengandung K. Azolla segar lebih baik dibanding azolla kering, karena kandungan unsur haranya terutama N lebih tinggi 45% daripada azolla kering (Suriapermana dan Syamsiah 1995). Cara pengambilan contoh azolla sebagai parameter pengamatan pada sistem minapadi sering menyulitkan para pelaksana di lapangan, karena azolla sering berpindahpindah tempat akibat terbawa aliran air atau tertiup angin. Tujuan percobaan ini adalah mencari cara yang efektif dalam pengambilan contoh azolla pada sistem sawah minapadi.
1
Teknisi Litkayasa Pelaksana dan 2Teknisi Litkayasa Pemula pada Loka Penelitian Pencemaran Lingkungan Pertanian, Jalan Raya JakenanJaken km 5, Pati, Telp. (0295 385215
Buletin Teknik Pertanian Vol. 10, Nomor 1, 2005
BAHAN DAN METODE Percobaan dilaksanakan di Balai Penelitian Tanaman Padi, Sukamandi, Subang, selama 3 bulan pada MH 2003. Bahan yang digunakan meliputi benih padi, ikan mas, azolla, urea, KCl, dan SP-36. Alat yang dipakai adalah papan kayu Albizia falcata, paku, timbangan manual, meteran gulung, cangkul, saringan dengan diameter 1 cm, dan gayung atau serok. Percobaan dilaksanakan di sawah irigasi teknis pada petak percobaan berukuran 10 m x 10 m. Pengolahan tanah dilakukan dua kali. Pertama tanah dibajak dengan menggunakan tenaga sapi, dan pengolahan tanah kedua dilakukan setelah petakan dibuat. Pengolahan tanah kedua dikerjakan menggunakan cangkul untuk menggemburkan dan meratakan tanah. Sebagai tempat tumbuh dan untuk memudahkan pemanenan ikan, dibuat caren atau parit pada petakan dengan tipe caren tengah, berukuran lebar 40 cm dan dalam 20 cm. Pembuatan caren dimaksudkan agar genangan air lebih dalam dan ikan lebih leluasa bergerak. Caren tengah adalah caren di tengah sawah sejajar dengan pematang menurut arah panjang atau lebar petak sawah. Agar ikan pada awal tanam sampai menjelang panen tidak kekurangan air, kedalaman air dipertahankan antara 12-15 cm dari dasar sawah. Setelah pengolahan tanah kedua, petakan yang telah jadi ditanami bibit padi berumur 21 hari setelah sebar (HSS) dengan 2-3 bibit tiap lubang, menggunakan jarak tanam 25 cm x 25 cm. Untuk memacu pertumbuhan tanaman, pemupukan diberikan pada periode awal tumbuh. Pupuk yang digunakan adalah urea tablet, SP-36, dan KCl masing-masing dengan takaran 60 kg N/ha, 35 kg P2O5/ha, dan 15 kg K2O/ha. Pupuk urea diberikan seluruhnya pada umur 7-10 hari setelah tanam (HST) dengan dibenamkan 5-10 cm, sedangkan pupuk SP-36 dan KCl diberikan sebagai pupuk dasar pada saat tanam. Azolla jenis Azolla microphylla No. 4074 yang diintroduksi dari IRRI ditebar pada 2 HST padi dan dilakukan sebelum peletakan kotak contoh. Bobot azolla yang ditebar yaitu 0, 1, 2, 3, dan 4 t/ha. Ikan mas disebar 5 HST dengan syarat kondisi ikan sehat, mempunyai panjang 10 cm, dan bobot 25-30 g/ekor. Kebutuhan ikan mas untuk percobaan adalah 2.000 ekor/ha sehingga kebutuhan setiap petak (100 m2) adalah 20 ekor. Penebaran azolla dan ikan dilaksanakan bila semua petakan sudah ditanami padi.
33
Cara Pembuatan dan Peletakan Kotak Contoh Papan yang sudah disiapkan dipotong dengan ukuran 0,1 m x 1 m x 1 m, semuanya berjumlah empat buah. Kotak papan dibuat dengan posisi berdiri dan pada kedua sisinya dipasang kayu sebagai kaki penyangga agar posisi kotak tetap stabil dan ikan dapat dengan bebas memakan azolla (Gambar 1). Kotak papan diletakkan secara permanen sejak azolla disebar sampai ikan dipanen. Pengambilan contoh dilakukan secara diagonal pada petakan dengan ukuran 10 m x 10 m. Pada pusat diagonal dan sudut-sudut diagonalnya masingmasing dipasang kotak contoh, sehingga setiap petak sawah terdapat 5 kotak contoh (Gambar 2).
minggu untuk mengetahui pertambahan bobot azolla tiap minggu. Pengambilan contoh azolla dilakukan dengan menggunakan saringan berdiameter 1 cm, kemudian contoh ditiriskan selama 5 menit. Contoh azolla yang diamati dan ditimbang diambil dari dalam kotak contoh. Penimbangan azolla dilakukan pada semua kotak contoh yang ditempatkan. Azolla pada masing-masing kotak contoh ditimbang untuk mengetahui pertambahan bobot azolla setiap minggu. Setelah penimbangan, contoh azolla dikembalikan ke kotak contoh semula. Untuk menghindari kekeliruan dalam pengembalian contoh azolla, maka kotak contoh diberi label yang memuat urutan angka atau huruf dan kode perlakuan.
Kotak contoh diletakkan tepat di tengah-tengah barisan tanaman padi (Gambar 3). Untuk jarak tanam padi 25 cm x 25 cm terdapat 16 rumpun tanaman padi tiap kotak. Batas kedalaman kotak contoh dari permukaan air dibuat setengah dari lebar papan. Hal ini dimaksudkan agar azolla tidak dapat berpindah-pindah tempat untuk memudahkan pengamatan.
B s
A
A
Pengambilan Contoh Contoh azolla diambil pada saat tanaman padi berumur 9 HST. Selanjutnya pengambilan contoh azolla dilakukan setiap s
1 m
s
s
10 m
A
s
10 cm 1 m
t
A
A
10 m
s
Kaki penyangga
Keterangan: A = kotak contoh azolla, B = luas petakan
25 cm
s
Azolla
s
s
12,5 cm
25 cm s
s
25 cm s
Permukaan air
s
s
12,5 cm
Gambar 2. Posisi kotak contoh azolla yang disusun secara diagonal pada petakan perlakuan berukuran 10 m x 10 m
s
Gambar 1. Posisi papan kotak contoh azolla dan kaki penyangga
s
Papan kotak contoh azolla dari Albizia falcata
s
------------
--
t s s
------ - - -------- -
s
-------
s t s t
5 cm 5 cm
s
+ 15 cm Ikan t
////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////// Gambar 3. Posisi kotak contoh azolla dilihat dari samping barisan tanaman padi
34
Buletin Teknik Pertanian Vol. 10, Nomor 1, 2005
HASIL DAN PEMBAHASAN
agar data yang diperoleh dari petak percobaan dapat mewakili perlakuan yang dicobakan.
Pertumbuhan azolla cenderung menurun dengan makin bertambahnya umur ikan dan tanaman (Tabel 1). Bobot azolla pada perlakuan azolla 1 dan 2 t/ha mencapai puncaknya masing-masing 10,1 dan 12,4 t/ha saat azolla berumur 28 hari dan kemudian menurun sampai mencapai nol pada umur azolla 49 dan 56 hari. Pada saat tanaman padi pada fase vegetatif sampai reproduktif (umur padi 72-79 hari), bobot azolla pada perlakuan 1 dan 2 t/ha mencapai nol. Pada sistem minapadi-azolla, penurun bobot azolla berkaitan dengan umur ikan. Makin tua umur ikan makin tinggi pula konsumsi azolla (Hickling 1971). Selain oleh ikan, penurunan azolla disebabkan juga oleh pertumbuhan padi. Menurut Anwar et al. (1984), pada fase reproduktif sampai pematangan biji, daun dan malai padi secara bertahap akan menutupi permukaan air sawah. Akibatnya azolla tidak dapat melakukan fotosintesis sehingga mati membusuk. Manfaat dari teknik pengambilan contoh azolla ini adalah memudahkan pengambilan contoh dan pengamatan oleh pelaksana lapang. Selain itu, air dapat mengalir tanpa terhambat kotak contoh, dan ikan dapat bergerak ke segala tempat untuk berkembang biak. Contoh azolla yang diamati dapat diketahui perubahan bobotnya tiap minggu, dan data yang diperoleh lebih tepat. Keberhasilan pengambilan contoh azolla pada awal dan menjelang panen tanaman sangat diharapkan. Peletakan kotak contoh pada sudut-sudut dan tengah petak bertujuan
Pengambilan contoh azolla dengan cara mengurung azolla dalam kotak contoh dan mengambangkannya setengah dari lebar papan sangat efektif. Ini dikarenakan azolla yang diamati tidak tersebar keluar atau berpindah tempat dari kotak contoh, serta air dan ikan dapat tetap bergerak ke segala tempat dalam petakan. Untuk itu, tinggi permukaan air perlu dipertahankan. Pengambilan contoh sebaiknya dilakukan pada saat cuaca cerah agar pengamatan dapat dikerjakan dengan tepat. Untuk memudahkan pengambilan contoh di tengah-tengah petak, perlu dibuat bangku sebagai pijakan.
KESIMPULAN DAN SARAN Penempatan kotak contoh azolla secara permanen dapat memberikan hasil pengamatan yang tepat pada percobaan sistem minapadi azolla. Teknik tersebut dapat memudahkan pengambilan contoh dan pengamatan sehingga data yang diperoleh lebih tepat. Pengambilan contoh azolla dilakukan setiap minggu agar data yang didapat sesuai dengan kebutuhan penelitian. Pertumbuhan azolla cenderung menurun dengan semakin bertambahnya umur ikan dan tanaman. Untuk menghindari kesalahan saat pengambilan dan pengembalian contoh azolla maka kotak contoh diberi label huruf atau angka dan kode perlakuan.
UCAPAN TERIMA KASIH Tabel 1. Rata-rata bobot azolla tiap minggu dari tiap perlakuan pada percobaan minapadi-azolla, Sukamandi, MH 2003. Umur (hari)
Bobot azolla (t/ha) pada perlakuan
Padi
Ikan
Azolla
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
23 30 37 44 51 58 65 72 79 86 93 100 107 115
12 19 26 33 40 47 54 61 68 75 82 89 96 -
0 7 14 21 28 35 42 49 56 63 70 77 -
-
-
1 2,6 4,1 6,2 10,1 7,2 3,0 0 0 0 0 0 0 0
2 3,5 6,6 10,7 12,4 9,3 5,3 0,8 0 0 0 0 0 0
3 4,8 8,6 12,8 17,0 20,5 23,6 17,6 10,6 3,0 0 0 0 0
4 6,8 11,0 16,6 21,0 24,1 28,6 22,2 15,2 7,1 1,0 0 0 0
Perlakuan: (1) padi; (2) minapadi; (3) minapadi + azolla 1 t/ha; (4) minapadi + azolla 2 t/ha; (5) minapadi + azolla 3 t/ha, dan (6) minapadi + azolla 4 t/ha.
Buletin Teknik Pertanian Vol. 10, Nomor 1, 2005
Penulis menyampaikan terima kasih kepada Ir. I. Johari Sasa, MS atas bantuan dan sarannya dalam penulisan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA Anwar, J., S.J. Damanik, N. Hisyam, dan A.J. Whitten. 1984. Ekologi Ekosistem Sumatera. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. hlm. 653. Ardiwinata, R.D. 1987. Rice-fish culture on paddy fields in Indonesia. Proceedings of Indo Facific Fish Council. 7 (II-III): 11-154. Fagi, A.M., S. Suriapermana, dan I. Syamsiah. 1992. Rice-fish farming research in lowland area: the West Java case. In C.R. Dela Cruz, C. Lihtfoot, B.A. Costa Pierce, V.R. Carangal, and M.P. Bimbo (Eds.). Proceeding of Rice-Fish Research and Development in Asia. ICLARM Conf. Proc. p. 273-286. Hickling, C.P. 1971. Fish Culture. Faber and Faber. London. p. 253.
35
Suriapermana, S. dan I. Syamsiah. 1995. Tanam jajar legowo pada sistem usaha tani minapadi-azolla di lahan sawah irigasi. hlm 74-83. Dalam Z. Zaini dan M. Syam (Ed.). Risalah Seminar Hasil Penelitian Sistem Usaha Tani dan Sosial Ekonomi. Bogor 4-5 Oktober 1994. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, Bogor.
36
Syamsiah, I., S. Suriapermana, and A.M. Fagi. 1988. Research on Rice Fish Culture: Past experiences and future research programs. Paper Presented at The Workshop on Rice-Fish Farming Research and Development. Ubon, Thailand, 21-25 March 1988.
Buletin Teknik Pertanian Vol. 10, Nomor 1, 2005