2
Metode Pembelajaran IPA
Metode Bermain Peran
3
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Dalam pembelajaran guru dan peserta didik sering dihadapkan pada berbagai masalah, baik yang berkaitan dengan mata pelajaran maupun yang menyangkut hubungan sosial. Pemecahan masalah pembelajaran dapat dilakukan melalui berbagai cara, melalui diskusi kelas, tanya jawab antara guru dan peserta didik, penemuan dan inkuiri.
Guru yang kreatif senantiasa mencari metode-metode baru dalam memecahkan masalah, tidak terpaku pada cara tertentu yang monoton, melainkan memilih variasi lain yang sesuai. Bermain peran merupakan salah satu alternatif yang dapat ditempuh. Hasil penelitian dan percobaan yang dilakukan oleh para ahli menunjukkan bahwa bermain peran merupakan salah satu metode yang dapat digunakan secara efektif dalam pembelajaran. Dalam hal ini, bermain peran diarahkan pada pemecahan masalah-masalah yang menyangkut hubungan antarmanusia, terutama yang menyangkut kehidupan peserta didik.
Melalui bermain peran, para peserta didik mencoba mengeksplorasi hubungan-hubungan antarmanusia dengan cara memperagakannya dan mendiskusikannya sehingga secara bersama-sama para peserta didik dapat mengeksplorasi perasaan-perasaan, sikap-sikap, nilai-nilai, dan berbagai strategi pemecahan masalah (Mulyasa, 2013: 112).
Sebagai suatu metode pembelajaran, bermain peran berakar pada dimensi pribadi dan sosial. Dari dimensi pribadi metode ini berusaha membantu para peserta didik menemukan makna dari lingkungan sosial yang bermanfaat bagi dirinya. Dalam pada itu, melalui metode ini peserta didik diajak untuk belajar memecahkan masalah-masalah pribadi yang sedang dihadapinya dengan bantuan kelompok sosial yang beranggotakan teman-teman sekelas. Dari dimensi sosial, metode ini memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk bekerjasama dalam menganalisis situasi-situasi sosial. Terutama masalah yang menyangkut hubungan antar pribadi peserta didik. Pemecahan masalah tersebut dilakukan secara demokratis. Dengan demikian melalui metode ini para peserta didik juga dilatih untuk menjunjung tinggi nilai-nilai demokratis
Rumusan Masalah
Apa konsep metode pembelajaran bermain peran (role playing)?
Apakah tujuan dari penggunaan metode bermain peran (role playing)?
Bagaimanakah analisis metode pembelajaran bermain peran (role playing)?
Bagaimana langkah-langkah metode pembelajaran bermain peran (role playing)?
Apa saja kelebihan dan kekurangan metode pembelajaran bermain peran (role playing)?
Bagaimana cara mengatasi kekurangan pada metode pembelajaran bermain peran (role playing)?
Bagaimanakah hasil penelitian tentang metode pembelajaran bermain peran (role playing)?
Tujuan Penulisan
Untuk mengetahui pengertian metode pembelajaran bermain peran (role playing).
Untuk mengetahui tujuan dari penggunaan metode bermain peran (role playing).
Untuk mengetahui analisis metode pembelajaran bermain peran (role playing).
Untuk mengetahui langkah-langkah metode pembelajaran bermain peran (role playing).
Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan metode pembelajaran bermain peran (role playing).
Untuk mengetahui cara mengatasi kekurangan pada metode pembelajaran bermain peran (role playing).
Untuk mengetahui hasil penelitian tentang metode pembelajaran bermain peran (role playing).
BAB II
PEMBAHASAN
Konsep Metode Pembelajaran Bermain Peran (Role Playing)
Pengertian Metode
Metode berasal dari Bahasa Yunani "Methodos'' yang berarti cara atau jalan yang ditempuh. Sedangkan istilah metode adalah jalan atau cara yang ditempuh untuk mencapai suatu tujuan. Sehubungan dengan upaya ilmiah, maka metode menyangkut masalah cara kerja untuk dapat memahami objek yang menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, metode adalah cara kerja untuk memudahkan pelaksanaan guna mencapai apa yang telah ditentukan. Metode pembelajaran yang digunakan guru hampir tidak ada yang sia-sia, karena metode yang digunakan tersebut akan mendatangkan hasil dalam waktu dekat atau dalam waktu yang relatif lama.
Pengertian Metode Pembelajaran
Pembelajaran adalah setiap perubahan perilaku yang relatif permanen, terjadi sebagai hasil dari pengalaman. Pembelajaran dalam dunia pendidikan adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses perolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik.
Metode dalam rangkaian sistem pembelajaran memegang peran yang sangat penting, keberhasilan implementasi model pembelajaran sangat tergantung pada cara guru menggunakan metode pembelajaran (Majid, 2014: 150).
Berdasarkan uraian di atas, metode pembelajaran berarti upaya operasional guru dalam menjalankan langkah-langkah suatu model pembelajaran agar tujuan pembelajaran dapat tercapai secara efektif dan efisien.
Pengertian Metode Pembelajaran Bermain Peran (Role playing)
Pada dasarnya, bermain memiliki dua pengertian yang harus dibedakan. Bermain menurut pengertian yang pertama dapat bermakna sebagai sebuah aktifitas bermain yang murni mencari kesenangan tanpa mencari "menang-kalah" (play). Sedangkan yang kedua disebut sebagai aktifitas bermain yang dilakukan dalam rangka mencari kesenangan dan kepuasan, namun ditandai dengan adanya pencarian "menang-kalah" (game). Peran (role) bisa diartikan sebagai cara seseorang berperilaku dalam posisi dan situasi tertentu (Ginanjar, 2013).
Pengertian peran dapat didefinisikan sebagai suatu rangkaian perasaan, ucapan dan tindakan, sebagai suatu pola hubungan unik yang ditunjukkan oleh individu terhadap individu lain (Mulyasa, 2013: 112). Bermain peran pada prinsipnya merupakan metode untuk menghadirkan peran-peran yang ada dalam dunia nyata ke dalam suatu pertunjukan peran di dalam kelas/pertemuan, yang kemudian dijadikan sebagai bahan refleksi agar peserta memberikan penilaian terhadap peran tersebut (Devi, 2010: 11).
Menurut Nana Sudjana, bermain peran adalah suatu teknik kegiatan belajar yang menekankan pada kemampuan penampilan warga belajar untuk memerankan suatu status atau fungsi suatu pihak-pihak lain yang terdapat pada dunia kehidupan. Sejalan dengan pendapat tersebut Syaiful Sagala mendefinisikan metode bermain peran adalah metode mengajar yang dalam pelaksanannya peserta didik mendapat tugas dari guru untuk mendramatisasikan suatu situasi sosial yang mengandung suatu problem agar peserta didik dapat memecahkan masalah yang muncul dari situasi sosial (Suharto, 2013: 417-418).
Bermain peran merupakan penerapan pengajaran berdasarkan pengalaman. Bermain peran memungkinkan para siswa mengidentifikasi situasi-situasi dunia nyata dan dengan ide-ide orang lain, identifikasi tersebut mungkin cara untuk mengubah perilaku dan sikap sebagaiman siswa menerima karakter orang lain (Hamalik, 2008: 214).
Alasan diterapkannya metode pembelajaran bermain peran dalam kegiatan belajar mengajar adalah untuk penanaman dan pengembangan konsep, nilai, moral, serta norma. Hal ini dapat dicapai bila para peserta didik secara langsung bekerja dan melakukan interaksi satu sama lainnya dan melakukan pemecahan masalah melalui peragaan. Oleh karena itu, metode ini mampu menghasilkan suatu pengalaman yang berharga bagi para peserta didik (Vera, 2012: 127).
Menurut Majid, role playing atau bermain peran adalah metode pembelajaran sebagai bagian dari simulasi yang diarahkan untuk mengkreasi peristiwa sejarah, mengkreasi peristiwa-peristiwa aktual, atau kejadian-kejadian yang mungkin muncul pada masa mendatang (Majid, 2014: 163).
Berdasarkan pendapat-pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran bermain peran (role playing) adalah cara yang digunakan guru dalam proses pembelajaran dengan memberikan suatu topik/masalah yang dipecahkan oleh peserta didik dengan memainkan peran dalam hal ini terkait dengan pembelajaran.
Tujuan Penggunaan Metode Bermain Peran (Role Playing)
Tujuan yang diharapkan dengan penggunaan metode bermain peran (role playing) menurut Syaiful dalam (Syaiful Bahri, 2010: 88) antara lain adalah :
Agar siswa dapat menghayati dan menghargai perasaan orang lain.
Dapat belajar bagaimana membagi tanggung jawab.
Dapat belajar bagaimana mengambil keputusan dalam situasi kelompok secara spontan.
Merangsang kelas untuk berpikir dan memecahkan masalah.
Kemudian menurut Dana (Craciun, 2010: 176), tujuan dari penggunaan metode bermain peran (role playing) adalah :
Mendorong siswa untuk menciptakan realitas mereka sendiri;
Mengembangkan kemampuan untuk berinteraksi dengan orang lain;
Meningkatkan motivasi belajar siswa;
Melibatkan para siswa pemalu dalam kegiatan kelas;
Membuat rasa percaya diri siswa;
Membantu siswa untuk mengidentifikasi dan kesalahpahaman yang benar;
Menunjukkan siswa bahwa dunia nyata yang kompleks dan masalah yang muncul di dunia nyata tidak dapat diselesaikan dengan hanya menghafal informasi;
Menggarisbawahi penggunaan simultan keahlian yang berbeda (yang diperoleh secara terpisah).
Analisis Metode Pembelajaran Bermain Peran (Role Playing)
Sistem sosial
Sistem sosial dari metode ini disusun secara sederhana, guru bertanggung jawab minimal pada tahap pemulaan. Selajutnya guru membimbing para peserta didik untuk melanjutkan kegiatan sesuai langkah-langkah yang telah ditetapkan. Intervensi guru perlu dikurangi ketika bermain peran telah memasuki tahap pemeranan, dalam tahap ini peserta didiklah yang lebih aktif. Pertanyaan dan komentar guru harus mendorong para peserta didik utnuk mengekspresikan perasaan dan gagasannya secara bebas dan jujur. Guru juga harus menumbuhkan saling percaya antara dirinya dengan peserta didik agar peserta didik dapat melibatkan diri secara aktif dalam pembelajaran.
Prinsip reaksi
Sedikitnya terdapat lima prinsip reaksi penting dari metode pembelajaran bermain peran. Pertama, guru selayaknya menerima respon para pesereta didik, terutama yang berkaitan dengan pendapat dan perasaannya, tanpa penilaian terhadap baik atau buruk reaksi yang diberikannya. Kedua, guru seyogyanya membantu peserta didik mengeksplorasi situasi masalah dari berbagai segi, berusaha membantu mencari titik temu dan perbedaan dari pandangan-pandangan yang dikemukakan para peserta didik. Ketiga, dengan cara merefleksikan, menganalisis dan menangkap respons-respons peserta didik, guru berupaya meningkatkan kesadaran peserta didik akan pandangan-pandangan dan perasaannya sendiri. Keempat, guru perlu menekankan kepada para peserta didik bahwa terdapat banyak cara untuk memainkan suatu peran, setiap cara memiliki konsekuensi yang berbeda dan beraneka ragam. Konsekuensi itulah yang harus dieksplorasi oleh peserta didik. Kelima, guru perlu menekankan kepada peserta didik bahwa terdapat berbagai cara untuk memecahkan suatu masalah; tidak ada satu carapun yang paling tepat. Peserta didik perlu mengkaji hasil dari suatu pemecahan yang ditawarkan untuk mengetahui tepat atau tidaknya pemecahan masalah yang dilakukan.
Sistem penunjang
Sistem penunjang dalam pembelajaran bermain peran cukup sederhana tetapi sangat penting. Hal yang sangat penting dalam bermain peran adalah situasi masalah, yang biasanya disampaikan secara lisan tetapi dapat juga dikemukakan dalam bentuk lain misalnya melalui lembaran-lembaran yang dibagikan kepada peserta didik. Dalam lembaran tersebut dikemukakan perincian langkah-langkah yang akan diperankan lengkap dengan watak pemeran masing-masing.
Langkah-Langkah Metode Pembelajaran Bermain Peran (Role Playing)
Langkah-langkah pelaksanaan metode bermain peran (role playing) agar berhasil dengan baik menurut (Suharto, 2013: 418) yaitu:
Guru harus menerangkan dan memperkenalkan kepada siswa tentang teknik pelaksanaan metode bermain peran ini.
Guru menunjuk beberapa siswa yang akan bermain peran dimana masing-masing akan mencari pemecahan masalah sesuai dengan perannya sementara siswa yang lain menjadi penonton dengan tugas-tugas tertentu pula.
Guru harus memilih masalah yang urgen sehingga menarik minat siswa.
Guru harus dapat menceritakan peristiwa yang akan diperankan sambil mengatur adegan yang pertama agar siswa memahami peristiwanya,
Guru memberikan penjelasan kepada pemeran dengan sebaik-baiknya, agar mengetahui tugas peranannya, menguasai masalahnya dan pandai berekspresi maupun berdialog.
Siswa yang tidak bermain peran menjadi penonton yang aktif, disamping mendengar dan melihat, siswa harus memberikan saran dan kritik kepada siswa yang telah bermain peran.
Bila siswa belum terbiasa, perlu dibantu guru dalam menimbulkan kalimat pertama dalam dialog.
Setelah bermain peran mencapai situasi klimaks, maka harus dihentikan agar kemungkinan-kemungkinan pemecahan masalah dapat didiskusikan secara umum. Sehingga para penonton ada kesempatan untuk berpendapat, menilai permainan dan sebagainya. Bermain peran juga dapat dihentikan bila sedang menemui jalan buntu.
Sebagai tindak lanjut dari hasil diskusi, dilakukan tanya jawab, diskusi atau membuat karangan yang berbentuk sandiwara.
Kelebihan dan Kekurangan Metode Pembelajaran Bermain Peran (Role Playing)
Metode bermain peran (role playing) mempunyai beberapa kelebihan dan juga mempunyai beberapa kekurangan antara lain adalah sebagai berikut:
Kelebihan
Menurut Syaiful Sagala (Suharto, 2013: 418), kelebihan metode bermain peran (role playing) antara lain:
Siswa melatih dirinya untuk malatih memahami dan mengingat isi bahan yang akan diperankan.
Siswa akan terlatih untuk berinisiatif dan berkreatif.
Bakat yang terdapat pada siswa dapat dipupuk sehingga dimungkinkan akan muncul atau tumbuh bibit seni peran di sekolah.
Kerjasama antar pemain dapat ditumbuhkan dan dibina dengan sebaik-baiknya.
Siswa memperoleh kebiasaan untuk menerima dan membagi tanggung jawab dengan sesamanya.
Bahasa lisan siswa dibina dengan baik agar mudah dipahami orang.
Kemudian menurut Adelia Vera (Vera, 2012: 128-129), metode bermain peran memiliki kelebihan diantaranya :
Dapat menjabarkan pengertian (konsep) dalam bentuk praktik dan contoh-contoh yang menyenangkan.
Dapat menanamkan semangat peserta didik dalam memecahkan masalah ketika memerankan sekenario yang dibuat.
Dapat membangkitkan minat peserta didik terhadap materi pelajaran yang diajarkan.
Permainan peran bisa pula memupuk dan mengembangkan suatu rasa kebersamaan dan kerjasama antar peserta didik ketika memainkan sebuah peran.
Keterlibatan para peserta permainan peran bisa menciptakan baik perlengkapan emosional maupun intelektual pada masalah yang dibahas.
Kekurangan
Metode bermain peranan memerlukan waktu yang relatif panjang/banyak.
Memerlukan kreativitas dan daya kreasi yang tinggi dari pihak guru maupun murid. Dan ini tidak semua guru memilikinya.
Kebanyakan siswa yang ditunjuk sebagai pemeran merasa malu untuk memerlukan suatu adegan tertentu.
Apabila pelaksanaan sosiodrama dan bermain pemeran mengalami kegagalan, bukan saja dapat memberi kesan kurang baik, tetapi sekaligus berarti tujuan pengajaran tidak tercapai.
Tidak semua materi pelajaran dapat disajikan melalui metode ini.
Sebagian besar anak yang tidak ikut drama mereka menjadi kurang aktif.
Kelas lain sering terganggu oleh suara pemain dan penonton yang kadang-kadang bertepuk tangan.
Cara Mengatasi Kekurangan pada Metode Pembelajaran Bermain Peran (Role Playing)
Menurut Syaiful (2011:214) ada beberapa cara untuk mengatasi kekurangan pada metode pembelajaran bermain peran (role playing) ini diantaranya:
Guru harus menerangkan kepada siswa, untuk dapat memecahkan masalah hubungan sosialyang aktual ada di masyarakat.
Guru harus dapat memilih masalah yang urgent sehingga menarik minat anak. Ia dapat menjelaskan dengan baik dan menarik, sehingga menarik minat anak.
Agar siswa memahami peristiwanya maka guru harus bisa menceritakan sambil mengatur adegan pertama
Bobot atau luasnya bahan pelajaran yang akan di dramakan harus sesuai dengan waktu yang tersedia.
Hasil Penelitian Tentang Metode Pembelajaran Bermain Peran (Role Playing)
Di dalam makalah ini juga kami sajikan 2 jurnal penelitian yang membahas tentang metode pembelajaran bermain peran (role playing). Jurnal ini kami sajikan untuk mendukung teori yang kami paparkan sebelumnya dalam kaitannya penerapan metode bermain peran dalam menunjang pembelajaran mapun dalam membantu para guru atau peneliti pendidikan dalam menyelesaikan permasalahan pembelajaran dalam penelitian tindakan kelas (PTK).
Suharto. "Peningkatan Motivasi Belajar IPA Pada Kompetensi Dasar Tata Surya Dengan Metode Pembelajaran Bermain Peran (Role Palying)." (Dinamika). No. 3, Vol. 3, Hal. 416-423, 2013.
Dalam jurnal ini hasil belajar siswa di kelas VI pada pelajaran IPA khususnya pada materi tata surya menunjukkan masih sangat rendah. Tujuan umum dari PTK ini adalah untuk mengetahui keberhasilan siswa dalam pembelajaran IPA pada materi tata surya apabila guru menggunakan metode role playing. Adapun tujuan khusus dari pelaksanaan PTK ini adalah : untuk mengetahui efektifitas yang diperoleh dari metode role playing terhadap hasil belajar IPA, dan untuk meningkatkan kinerja guru yaitu dengan melaksanakan pembelajaran yang inovatif berupa metode role playing. Subyek penelitian ini adalah siswa kelas VI SD N Sumingkir 02 yang berjumlah 32 siswa, terdiri dari 23 laki-laki dan 9 perempuan.
Data Hasil Kondisi Awal
Tahun Pelajaran
Rata-Rata Nilai
2008/2009
55,6
2009/2010
57,8
2010/2011
58,5
Dalam penelitian ini ada 3 variabel yang diteliti, yakni hasil belajar siswa, aktivitas siswa dan kinerja guru.
Siklus I
Penelitian ini dilakukan 2 siklus, pada siklus pertama diadakan tes formatif yang dijadikan tolak ukur sejauh mana siswa dalam menguasai materi tata surya yang telah dipelajari sebelumnya. Adapun hasilnya dapat dilihat dari tabel berikut ini:
Nilai
Frekuensi
Keterangan
40
1
Belum Tuntas
50
5
Belum Tuntas
60
4
Belum Tuntas
70
7
Tuntas
80
12
Tuntas
90
3
Tuntas
100
0
Tuntas
Jumlah : 32
Nilai Rata- rata : 70,31
Ketuntasan Belajar : 68,75 %
Dari data yang diperoleh nilai tertinggi adalah 90 yang diperoleh oleh 3 orang siswa. Sedangkan nilai terendah diperoleh hanya 1 orang sebesar 40. Melihat kondisi dari perolehan hasil siklus I, maka perlu diadakan kembali siklus lanjutan, karena hasil yang diperoleh belum memenuhi target yang diharapkan.
Peneliti juga melakukan pengamatan terhadaap aktivitas siswa dalam proses pembelajaran, yang hasilnya ditunjukkan pada tabel berikut:
Kriteria
Jumlah Siswa
Prosentase
Sangat Aktif (SA)
3
9,4%
Aktif (A)
19
59,4%
Cukup Aktif (CA)
6
18,8%
Kurang Aktif (KA)
4
12,5%
Tidak Aktif (TA)
0
0%
Dari tabel tersebut terlihat bahwa masih terdapat beberapa siswa dengaan kategori kurang aktif dengan prosentase 12,5%.
Menurut hasil pengamatan diperoleh kemampuan guru dalam siklus I masih dalam kategori cukup (59 %).
Dari hasil pengamatan dapat diimpulkan bahwa pelaksanaan siklus I belum bisa dikatakan berhasil. Itu dapat dilihat dari pencapaian yang belum memenuhi indikator keberhasilan. Maka dari itu, peneliti memutuskan perlu ada pelaksanaan siklus lanjutan (siklus II) untuk memperbaiki kekurangan-kekurangan yang ada pada pelaksanaan siklus I tersebut.
Siklus 2
Melalui tes formatif yang telah dikerjakan siswa pada siklus II dapat dijadikan tolak ukur sejauh mana siswa dalam menguasai materi sistem tata surya yang telah dipelajari sebelumnya. Adapun hasilnya dapat dilihat dari tabel berikut ini:
Nilai
Frekuensi
Keterangan
40
0
Belum Tuntas
50
1
Belum Tuntas
60
4
Belum Tuntas
70
6
Tuntas
80
11
Tuntas
90
7
Tuntas
100
3
Tuntas
Jumlah : 32
Nilai Rata- rata : 78,75
Ketuntasan Belajar : 84,38 %
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa ada peningkatan prestasi belajar dari siklus I ke siklus II. Siklus II diperoleh nilai rata-rata sebesar 78,75 dengan ketuntasan belajar sebesar 84,13 % atau 27 siswa yang tuntas dari 32 siswa. Artinya ketuntasan tersebut sudah memenuhi target yang ditetapkan sebelumnya. Dari data yang diperoleh nilai tertinggi adalah 100 yang diperoleh oleh 3 orang siswa. Sedangkan nilai terendah diperoleh hanya 1 orang sebesar 50.
Adapun hasil pengamatan tentang aktivitas siswa selama pelaksanaan siklus II dapat dilihat dari tabel berikut:
Kriteria
Jumlah Siswa
Prosentase
Sangat Aktif (SA)
10
31,3 %
Aktif (A)
19
59,4 %
Cukup Aktif (CA)
3
9,3 %
Kurang Aktif (KA)
0
0
Tidak Aktif (TA)
0
0
Menurut hasil pengamatan diperoleh kemampuan guru dalam siklus II sudah dalam kategori Baik (81 %).
Kesimpulan
Metode pembelajaran bermain peran (role playing) dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa kelas VI SD Negeri Sumingkir 02 pada materi ajar tata surya. Hal ini tergambar dari rata-rata aktivitas siklus I mencapai 68,8% dan meningkat sebesar 88,7% pada siklus II;
Metode pembelajaran bermain peran (role playing) dapat meningkatkan hasil belajar belajar siswa kelas VI SD Negeri Sumingkir 02 pada materi ajar tata surya. Peningkatan hasil belajar diperoleh dari hasil tes tindakan setiap siklus, dimana siklus I rata-rata 70,31 dengan ketuntasan 68,75 %, dan siklus II mencapai 78,75 dengan ketuntasan 84,38% .
Metode pembelajaran bermain peran (role playing) dapat meningkatkan kinerja guru dengan kondisi akhir dalam kriteria baik.
Dana Craciun. "Role – Playing as a Creative Method in Science Education." (Journal of Science and Arts). No. 1, Vol. 12, Hal. 175-182, 2010.
Studi ini menyelidiki tentang mengajar perihal struktur dan ilmu fisika dengan topik gejala abstrak yang menggunakan aktivitas bermain peran. Tujuannya adalah untuk menunjukkan aktivitas bermain peran tersebut merupakan suatu metode yang kreatif di dalam pembelajaran sains dan membantah untuk kegunaan mereka di (dalam) pemahaman dan pengajaran gejala abstrak.
Berikut ini topik yang diperkenalkan di dalam studi ini: uraian aktivitas, reaksi dari para siswa ketika memainkan peran dan aktivitas para siswa untuk mendisain dan mengembangkan intuisi mereka mengenai pembelajaran yang kompleks dan abstrak. Ini juga menganalisa bagaimana aktivitas bermain peran ini dapat digunakan di dalam pengajaran dan bagaimana itu dapat membuat para guru sadar akan cara belajar siswa, sehingga para siswa sadar akan aktivitas pelajaran mereka sendiri dan bagaimana para siswa mengevaluasi pemahaman mereka menyangkut materi yang dipelajari dari perspektif guru.
Dalam kaitan dengan fakta bahwa memainkan peran adalah sesuatu yang menarik, yang dapat dilakukan dengan cara yang memotivasi dan dapat melibatkan siswa di dalam aktivitas yang dapat diharapkan di dalam kelas itu.
Setelah dilakukan aktivitas pembelajaran oleh guru dengan menggunakan metode bermain peran dan kemudian di akhir pembelajaran guru membagikan kuisoner mengenai metode bermain peran. Dan hasilnya kegiatan bermain peran di kelas sains berpengaruh pada perkembangan siswa: kemampuan interpersonal, kreativitas, pengetahuan ilmiah, kepercayaan diri, keterampilan komunikasi, tanggung jawab, dan keterampilan kepemimpinan.
Para siswa menilai bahwa kegiatan role playing berkontribusi terutama untuk pengembangan kreativitas, komunikasi dan keterampilan kepemimpinan.
Kesimpulan dari jurnal ini adalah:
Metode role playing dapat meningkatkan motivasi belajar; secara aktif dan sadar melibatkan siswa dalam kegiatan, dan membantu guru untuk mengendalikan emosionalnya, gaya belajar dan tingkat intelektual siswa dalam belajar.
Di sisi lain, bermain peran itu menarik, menyenangkan dan menyebabkan siswa untuk berinteraksi. Melalui metode ini, kita dapat mengembangkan keterampilan dan kemampuan seperti tanggung jawab dan kepemimpinan dalam pembelajaran, rekan belajar/mengajar, kerja kelompok, kepercayaan diri atau pemecahan masalah secara kreatif yang akan sulit untuk mengembangkan menggunakan teknik pengajaran tradisional.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Metode pembelajaran bermain peran (role playing) adalah cara yang digunakan guru dalam proses pembelajaran dengan memberikan suatu topik/masalah yang dipecahkan oleh peserta didik dengan memainkan peran dalam hal ini terkait dengan pembelajaran.
Tujuan dari penggunaan metode bermain peran (role pplaying) adalah agar siswa dapat menghayati dan menghargai perasaan orang lain, dapat belajar bagaimana membagi tanggung jawab.
Analisis metode pembelajaran bermain peran (role playing) meliputi sistem sosial, prinsip reaksi, dan sistem penunjang.
Langkah-langkah metode pembelajaran bermain peran (role playing) meliputi guru menunjuk siswa yang akan bermain peran, guru memilih masalah menarik, guru menceritakan peristiwa yang akan diperankan, guru harus memberikan tanggapan, guru memberikan penjelasan kepada pemeran dengan sebaik-baiknya.
Kelebihan metode pembelajaran bermain peran (role playing) meliputi : dapat melatih siswa untuk memahami dan mengingat isi bahan yang akan diperankan, siswa akan terlatih untuk berinisiatif. Kekurangannya: Sebagian besar anak yang tidak ikut bermain drama mereka menjadi kurang kreatif, dan banyak memakan waktu.
Cara mengatasi kekurangan pada metode pembelajaran bermain peran (role playing) adalah guru harus menugaskan kepada siswa yang tidak ikut bermain peran untuk mencatat hasil dari bermain peran itu.
Berdasarkan jurnal yang telah kami kaji bahwa metode pembelajaran bermain peran (role playing) dapat meningkatkan hasil belajar dan aktivitas siswa serta kinerja guru, kemudian dapat meningkatkan motivasi belajar siswa dan dapat mengembangkan keterampilan dan kemampuan seperti tanggung jawab dan kepemimpinan dalam pembelajaran, rekan belajar/mengajar, kerja kelompok, kepercayaan diri atau pemecahan masalah secara kreatif
Saran
Dengan selesainya makalah ini maka penulis menyarankan baik kepada pendidik ataupun calon pendidik untuk dapat menggunakan metode pembelajaran yang banyak jenisnya salah satunya adalah metode pembelajaran bermain peran (role playing) agar dengan digunakannya metode-metode ini siswa lebih aktif dan dapat lebih memahami apa yang telah dipelajari dan dapat menerapkannyya didalam kehidupan sehari-hari.