metode Pelaksanaan Pondasi Bored pile dan Strauss pile Manual "JAKARTA" "JAKARTA" By Angga Nurmei Yudha — Senin, 25 April 2016 — Add Comment — bor pile, bor pile Jakarta, bor pile wash boring, bore pile, bore bore pile manual, cara bor pile, jasa bor pile, metode bor pile, pondasi bored pile, strauss pile
Cara Pelaksanaan Jasa Pondasi Bored Pile dan Strauss Pile Jasa pondasi bor pile dan pondasi strauss pile manual didalam pekerjaan dan proses pembuatan tentunya ada tahap
dan cara pelaksanaan. Dengan tujuan agar hasil pengeboran dan kualitas tiang pondasi pondasi bore bore pile menjadi kuat dan kokoh, sehingga bangunan nanti yang didasari dengan pondasi yang kokoh akan berdiri secara kuat dan tahan akan guncangan dan resiko penurunan tanah. Hal itu harus di penuhi dengan metode pengerjaan bor pile yang benar dan tepat, dan jangan lupa mutu beton untuk pengecoran bore pile juga harus di perhatikan.
Sketsa pondasi bor pile
PONDASI BORE PILE Pengertian dari jasa pondasi pondasi bor bor pile adalah tiang pondasi yang sejenis dengan pondasi dalam yaitu berbentuk tabung yang mempunyai fungsi meneruskan beban struktur bangunan diatasnya, mulai dari permukaan tanah sampai dengan lapisan tanah paling keras yang ada dibawahnya. Pondasi bore pile mesin pile mesin mini ini memiliki fungsi yang sama dengan tiang pancang atau pondasi dalam lainnya. Perbedaan diantaranya adalah terletak pada jenis alat yang digunakan dan cara
pelaksanaan
atau
metode
dalam
pengerjaannya.
Pada metode pelaksanaan pelaksanaan jasa jasa pondasi bore pile pile mini pada umumnya dimulai dengan pengeboran atau pembuatan lubang di tanah dengan proses pengeboran kemudian di teruskan dengan penginstalan besi tulangan ke dalam lubang bor dan dilanjutkan dengan proses pengecoran bor pengecoran bor pile dengan cara yang benar dan tepat. Dan alat yang digunakan
pada pembuatannya juga berbeda, pada bored pile metode mesin mini biasa menggunakan alat yang disebut mini crane dan ada juga alat bor pile gawangan. Lihat pada gambar dibawah.
alat bor mesin mini crane Ada beragam jenis alat dan cara untuk pelaksanaan pembuatan pondasi bor pile. Yang akan saya bahas disini adalah metode bore pile menggunakan Alat Bore Pile mesin mini crane. Dengan menggunakan alat ini bisa dilakukan
pengeboran dengan diameter 30cm sampai 60cm dengan pilihan kedalaman 6 meter sampai 24 meter bahkan lebih. Yaitu dengan cara menggunakan wash boring / bor basah.
Pada metode Wash boring pondasi bor pile ini tentunya membutuhkan air yang cukup banyak , dengan dilihat dari namanya saja sudah metode bor basah. Dengan tujuan untuk mempermudah pelaksanaan pekerjaan bor
pile supaya
bisa
menembus
lapisan
tanah
pada
kedalaman
diatas
9
meter.
Dalam bangunan gedung, jembatan, tower dan bangunan lainnya yang di dirikan tentunya membutuhkan pondasi yang kuat dan kokoh. Apabila kondisi tanah di permukaan tidak mampu menahan beban bangunan, maka beban harus di lanjutkan ke lapisan tanah keras di bawahnya memakai konstruksi pondasi dalam
berupa
tiang
pancang
atau bore
pile .
Diesel pemutar Bor
Baca : Kelebihan pondasi bore pile mini Pondasi tiang pancang sering di fungsikan pada pekerjaan pondasi dengan lahan yang luas dimana getaran yang ditimbulkan dan masalah keamanan tentang pelaksanaan sudah beres. Pada pelaksanaan pancang biasa menggunakan alat berat berupa droph hammer, yang tentunya tidak cocok apabila digunakan pada lokasi perkotaan dengan padat penduduk. Namun jika permasalahan diatas masih ada kendala entah itu tentang mengganggu masyarakat sekitar karena getaran alat drop hammer atau keamanan lingkungan, maka dengan kondisi yang sedemikian rupa dengan pemakaian pondasi jenis bor pile mesin mini merupakan pilihan pondasi yang tepat, karena alat yang digunakan sangat
ramah
lingkungan
dan
bisa
mengerjakan
pada
lahan
yang
sempit.
Sering dijumpai untuk proyek dengan skala besar dimana sarana transportasinya mendukung dalam pembuatan bore pile, sering digunakan alat berat berupa bore pile crane ( umumnya dengan diamater diatas 100cm ). Namun untuk proyek kecil apalagi jika sarana transportasinya kurang mendukung, maka penggunaan crane sering mengalami kendala karena untuk mobilisasinya dibutuhkan dana yang cukup besar, sehingga biaya operasional menjadi tidak ekonomis lagi. Tetapi dengan jasa pondasi bore pile mini semua
itu
bisa
teratasi.
PROSES PENGEBORAN BORE PILE Pengeboran dengan sistem bor kering / dry drilling : Tanah di bor dengan menggunakan mata bor spiral. Dengan cara memutar mata bor dan diangkat setiap interval 0,5meter. Hal ini dilakukan berulang-ulang sampai kedalaman yang ditentukan.
Alat Bore pile mini
Pengeboran dengan sistem bor basah / wash boring : Tanah di bor dengan menggunakan mata bor cross bit yang memiliki kecepatan putar 375 rpm dan tekanan +/- 200 kg. Jika tanah dalam keadaan mudah runtuh dapat diberi chasing terlebih dahulu untuk menghindari kelongsoran dinding lubang hasil pengeboran. Pengikisan tanah dibantu dengan tembakan air lewat lubang stang bor yang dihasilkan dari pompa NS-80. Hal ini menyebabkan tanah yang terkikis menjadi lumpur dan terdorong keluar dari lubang. Setelah mencapai kedalaman sesuai rencana, pengeboran dihentikan, sementara mata bor dibiarkan berputar tetapi beban penekanan dihentikan dan air sirkulasi tetap mengalir terus sampai serpihan tanah terdorong keluar dari lubang seluruhnya. Selama pembersihan ini berlangsung, baja tulangan dan pipa tremi sudah disiapkan di dekat lubang bor. Setelah cukup bersih, stang bor diangkat dari lubang bor. Dengan bersihnya lubang pengecoran akan mendapatkan hasil yang terbaik. PEMBERSIHAN LUBANG BOR PILE
Tahap kedua adalah pembersihan lubang bor dari lumpur pekat yang terjadi. Pembersihan harus dilakukan dengan alat pembersih khusus yang dinamakan cleaning bucket dengan ukuran yang sesuai dengan diameter lubang bor. Sebelum dan sesudah melakukan pembersihan harus dilakukan pengukuran dasar lubang bor menggunakan
alat ukur dengan tujuan untuk memastikan lubang bor sudah bersih.
PEMASANGAN BESI TULANGAN DAN PIPA TREMI BOR PILE Tahap ketiga adalah pemasangan besi beton dan pipa tremi untuk pengecoran. Kerangka baja tulangan yang telah di instal diangkat dengan bantuan diesel dan power winch dalam posisi tegak lurus terhadap lubang bor dan diturunkan dengan hati-hati agar tidak terjadi banyak singgungan dengan lubang bor.
Pembesian
Baja tulangan yang telah dimasukan dalam lubang bor ditahan dengan potongan tulangan melintang lubang bor. Bila kebutuhan baja tulangan lebih dari 12 meter bisa dilakukan penyambungan dengan diikat dengan kawat beton dengan panjang
overlap
50-60cm.
PENGUKURAN KEMBALI KEDALAMAN BORE PILE
Setelah proses pemasangan besi tulangan selesai maka harus dilakukan pengukuran kembali
kedalaman
lubang pengeboran.
Apabila
dalam
pengukuran
terjadi
kedalaman lubang bor kurang bila dibandingkan dengan kedalaman pada saat proses pembersihan selesai, maka besi tulangan yang sudah terpasang harus dikeluarkan kembali dan dilakukan pembersihan ulang. Setelah semua sudah benar dan lancar maka pada tahap selanjutnya dilanjutkan dengan pengecoran. PENGECORAN BOR E PILE
Pada tahap pelaksanaan yang keempat adalah cara pengecoran bore pile yang benar, yaitu
:
Pada proses pengecoran, hal pertama yang harus dilakukan adalah memisahkan lumpur limbah pengeboran dengan cara maka menggunakan plastik yang sudah berisi adukan beton dan diikat dengan kawat beton dan digantungkan didalam bagian pipa tremi. Setelah proses yang pertama tadi selesai maka selanjutnya beton ditampung didalam corong tremi dan ditahan oleh bola plastik yang berisi adukan beton, setelah bola kantong plastik cukup terisi penuh kemudian dilepas agar beton mendorong lumpur yang ada di lubang tremi. Dengan menggunakan tremi manfaatnya untuk pengecoran bor pile ini adalah bisa mendorong air dan lumpur dari bawah menuju keluar lubang. Kemudian setelah pipa tremi penuh dan ujung pipa tremi tertanam beton sehingga beton tidak dapat mengalir karena ada tekanan dari bawah. Untuk memperlancar adukan beton didalam pipa tremi, maka harus dilakukan hentakan-hentakan pada pipa tremi. Pipa tremi harus selalu tertanam di dalam adukan beton dan pengisian di dalam corong harus dijaga terus menerus agar corong tidak kosong.
Setiap 3 meter pipa tremi harus dilepas akan tetapi ujung pipa didalam harus dalam keadaan tertanam didalam beton. Pengecoran dihentikan apabila sudah dipastikan adukan yang naik di permukaan sudah pasti bersih dari lumpur. Setelah proses pengecoran pada satu titik selesai kemudian perangkat pengecoran dibersihkan untuk persiapan pada titik yang lain agar tidak terjadi beton yang kering didalam pipa.
PONDASI STRAUSS PILE [ bor pile manual ]
Strauss pile
Pondasi strauss pile { bor pile manual } hampir sama persis dengan bore pile, yang membedakan hanya pada cara pelaksanaan dan alat yang digunakan. Pada strauss pile ini menggunakan alat yang sangat sederhana dan tenaga yang digunakan yaitu manusia, maka dari itu strauss pile biasa disebut juga dengan pondasi bor pile manual.
jasa bor pile manual
Untuk melakukan tahap pelaksanaanya juga hampir sama, tetapi bor pile manual ini lebih sederhana dan harganya lebih murah dan terjangkau bila dibandingkan dengan bore pile mesin.
pembesian strauss pile
Untuk tahap pengeboran strauss pile yang pertama yaitu persiapan alat, proses pengeboran, dan pengecoran bor pile manual ditempat. Untuk lebih jelasnya mengenai tahap metode strauss pile yang sudah saya rangkum secara jelas bisa baca disini.
Demikian penjelasan Pelaksanaan pondasi bor pile dan strauss pile ( bor pile manual ) secara benar dan tepat menurut pengalaman kerja yang kami lakukan. Semoga bermanfaat bagi semua. Bagi
anda yang sedang mencari jasa bor pile maupun strauss pile/bor pile manualdengan metode/ pelaksanaan yang tepat serta didukung alat yang memadai dan tenaga profesional serta berpengalaman dengan harga murah bersaing :
Metode Pemancangan Beton Tiang Pancang Berikut ini akan dijelaskan mengenai Metode Pemancangan Beton Tiang pancang menggunakan alat pancang hidrolik, yaitu sebagai berikut :
Penyiapan lahan area kerja yang cukup guna penampatan alat berat juga area manuver alat.
Penyiapan lahan untuk penempatan material (tiang pancang) pada posisi yang strategis guna memudahkan dalam pengerjaannya.
Pada masing masing tiang pancang diberi identitas dan diberi meteran per satu meter.
Penyiapan alat-alat kerja pendukung lainnya.
Melakukan pengukuran :
Pengukuran dilakukan oleh Pemborong dengan disaksikan dan disahkan oleh Direksi/MK.
Kedudukan/posisi dari masing-masing tiang pancang harus ditandai dengan patok bergaris tengah 80 mm dengan panjang 300 mm yang ditancapkan didalam tanah.
Bagian atas patok sepanjang 150 mm harus dicat dengan warna yang menyolok.
Sebelum mulai jacking, tiang yang akan dijacking harus dicheck dan berada dalam keadaan/posisi vertikal.
Penyambungan tiap bagian tiang dengan las harus dilakukan secermat mungkin dan benar, sehingga tidak ada celah/lubang pada sambungan las tersebut.
Semua tiang pancang harus mempunyai nomor referensi, tanggal cor, panjang dan lain lainnya dengan aturan sebagai bcrikut :
Setiap tiang pancang bagian I diberi tanda pada interval 50 Cm.
Setiap tiang pancang bagian II diberi tanda pada interval 25 Cm.
Setiap tiang pancang bagian III diberi tanda pada interval 10 Cm.
Pengujian Tiang pancang :
Pengujian dilakukan terhadap suatu Tiang pancang percobaan yang tidak dipakai (unused pile) sebelum dilakukan pemancangan sebenarnya (used pile).
Tujuan dari pengujian ini adalah untuk membuktikan kebenaran asumsi yang dipergunakan dalam penurunan dan perhitungan design load dari tiang pancang.
Penyipapan informasi data teknis : Panjang tiang Pancang, Energi Hammer, Hammer, Literatur dan Referensi teknis lengkap tentang alat pemukul yang dipakai.
Tahap-tahap pelaksanaan pemancangan :
Sebelum dilakukan pemancangan, semua tiang pancang pra-cetak harus diberikan perincian dan data secara jelas pada sisi puncak tiangnya meliputi : Nomor referensi, Panjang tiang, Tanggal pengecoran, beban Kerja
Sebelum dilakukan pemancangan harus diteliti terlebih dahulu hal-hal sebagai berikut :
Pembangunan Gedung Kantor ....................................... Uraian syarat-syarat teknis pekerjaan struktur nomor : ................
Pada pemancangan tiang yang utuh maka pemancangan (set) maksirnum umumnya diperoleh dengan cara menggunakan alat pemukul (hammer) yang paling tepat dan paling lunak. Bila pemancangan dilakukan secara sebagian (segmental) maka ketinggian naksimum pemukulan yang diusulkan harus semaksimal mungkin konsisten dengan tegangan maksimum yang diijinkan pada beton dan massa alat pemukulnya juga harus diganti dengan yang sesuai, harus pula diperhitungkan kemungkinan adanya kehilangan energi pada sambungansambungan.
Bila tiang pancang segmental menemui tanah yang lembek sekali, batuan keras atau lapisanlapisan batuan maka ketinggian pcmukulannya harus dikurangi.
Pemborong harus memberikan perincian tentang urutan pemancangan yang harus disusun sedemikian rupa untuk menghindari terangkatnya kembali (up Lifting) tiang pancang.
Bila tiang yang dipancangkan pada tanah lunak sampai kelapisan keras pendukung untuk memperoleh penumpuan ujung yang kuat (high end bearing) maka ketinggian dari semua tiang pancang yang berdekatan harus diperiksa apakah terjadi pengangkatan, bila mengalami hal tersebut.
Pemborong harus bertanggung jawab untuk melaksanakan semua usaha untuk memancang kembali tiang pancang yang terangkat tersebut.
Semua pemancangan harus dilakukan sampai mencapai kedalaman yang direncanakan dan disyaratkan, dalam pemancangan setiap titik pancang harus secara terus menerus tanpa terputus kecuali terdapat penyambungan bagian tiang pancang.
Dalam pemancangan perlu diperhatikan bahwa jumlah pukulan pada masing-masing tiang pancang diusahakan agar dibatasi sampai lebih kurang 2000 pukulan, apabila dalam harus dilakukan test integritas tiang (Pile Integrity test/PIT) yang bertujuan untuk mengetahui kualitas tiang pancang terpasang.
Mengecek kelurusan / kemiringan sudut tiang pancang dengan menggunakan theodolit min. 2 sudut yang berbeda
Siapkan kertas grafik kalendering pada tiang pancang tersebut
Secara berlahan hummer diangkat keatas hingga ketinggian tertentu, kemudian hummer dilapaskan
Bila tiang pancang perlu mendapat sambungan karena kedalaman pemancangan masih belum terlampaui, maka hentukan pemancangan tiang pancang hingga +/- 1 meter dari muka tanah terhadap kepala tiang pancang
Melakukan sambungan dengan tiang pancang berikutnya yang mana sambungan tersebut dilas pada ujung tiang pancang dengan menggunakan mesin las yang kemudian hasil las diberi bahan anti karat maka konsultasikan dengan Konsultan Perencana untuk langkah berikutnya
Axial Loading Test:
Axial loading test dilakukan pada setiap tiang pancang dimaksudkan untuk menentukan respon tiang pancang terhadap suatu pembebanan tekan statis. Beban tersebut bekerja secara aksial pada tiang pancang yang bersangkutan.
Untuk axial loading test ini kami menggunakan sistem Non Destructive Test yaitu Pile Driving Analysis (PDA) atau Shock Test dengan tujuan untuk mempersingkat waktu pengetesan, dengan ketentuan beban loading test 200 % dari Design Load.
Beban percobaan pada pengujian ini harus sebesar 200 % dari design load untuk suatu Proving Test, pembebanan dilakukan mengikuti prosedur “Slow maintaned Load test” dengan cyclic loading berdasar ASTM D 1143-8, sedangkan pada Preleminary Loading test pembebanan minimal sebesar 300 % design load.
Jumlah preleminary loading test ditetapkan 2 (dua) titik tiang percobaan, sedapat mungkin pelaksanaan pemancangan tiang uji dilakukan disebelah lobang pemboran Penyelidikan Tanah.
Beban maksimum yang ditumpukan pada pengujian pendahuluan ini harus 3 (tiga) kali besar Design Load, setelah itu penambahan beban dilanjutkan sampai kelongsoran (failure) teljadi.
Apabila telah dicapai suatu keadaan pengujian sesuai dengan rencana, maka pemancangan harus dihentikan sementara untuk memberikan kesempatan tanah kembali kepada kondisi semula. Pemancangan/Pemukulan tiang pancang dapat dilanjutkan kembali setelah selang waktu yang cukup untuk menentukan apakah telah terjadi perubahan dari keadaan semula.
Lateral Loading Test :
Pengujian ini dilakukan untuk menentukan respon tiang terhadap pembebanan lateral.
Jumlah lateral loading test adalah 1 (satu) buah, sebagai percobaan digunakan used pile.
Untuk setiap tiang pancang yang dilakukan pengujian ini tidak boleh mengalami kegagalan struktural, untuk mengatasi kegagalan Pemborong harus memantau secara langsung hubungan antara beban dan defleksi lateral.
Persyaratan pelaksanaan Lateral Loading test mencakup hal-hal berikut :
Prosedur Pembebanan
Peralatan pengadaan beban
Prosedur dan peralatan untuk pengukuran lateral displacement
Laporan hasil pengujian
Pembebanan dilaksanakan dengan cyclic loading scsuai dengan persyaratan ASTM D 3966-81, beban percobaan ditetapkan sebesar maksimum 200 % x 5 % dari daya dukung izin vertikal tiang bor, kecuali ditentukan lain.
Pada bagian atas dari tiang pancang Pada tanah yang bcrada disekitar kepala tiang yang akan diuji, harus dipadatkan sampai pada “cut off level” dengan nilai CBR minimal 5 %.
Lateral Displacement yang diijinkan untuk pengujian ini adalah sebesar 12 mm pada beban percobaan lateral maksimum.
Segera setelah pengujian beban dilakukan, Pemborong harus menyerahkan laporan lengkap tentang hasil pembebanan, agar dapat dilakukan evaluasi oleh Konsultan
Evaluasi akan dilakukan untuk menentukan daya dukung akhir tiang pancang tersebut. Kegagalan memenuhi daya dukung tersebut menjadi tanggung jawab Pemborong.
Metode Pelaksanaan Pekerjaan Lantai Kerja adalah sebagi berikut : Persiapan
Pembuatan dan pengajuan gambar shop drawing pekerjaan lantai kerja. Approval material yang akan digunakan. Persiapan lahan kerja. Persiapan material kerja, antara lain : semen PC, pasir, split dan air. Persiapan alat bantu kerja, antara lain : concrete mixer, meteran, waterpass, cangkul, talang cor, ember, sendok semen, raskam, benang, selang air, dll. Pengukuran
Terlebih dahulu juru ukur (surveyor) melakukan pengukuran dengan theodolith untuk menentukan leveling lantai kerja. Tandai hasil pengukuran dengan menggunakan patok kayu yang diberi warna cat. Pelaksanaan pekerjaan lantai kerja
Untuk lantai kerja dibawah pondasi dibuat dengan ketebalan sesuai rencana. Buat adukan untuk lantai kerja dengan campuran adukan 1PC : 3Psr : 5Krl atau B-0. Pastikan bahwa lokasi yang akan dipasang lantai kerja sudah terdapat urugan pasir dengan ketebalan yang sesuai rencana dan telah diratakan. Bersihkan lokasi yang akan dipasang lantai kerja dari sampah atau kotoran. Pasang patok dan leveling lantai kerja yang diperlukan sebagai acuan untuk menentukan ketebalan. Bisa juga dengan terlebih dahulu dibuat kepalaan dengan jarak per 1 m untuk leveling lantai kerja. Tuangkan adukan lantai kerja ke area melalui talang cor atau ember. Adukan lantai kerja diratakan dengan menggunakan cangkul maupun sendok adukan/raskam sampai ketinggian yang telah ditentukan dengan cara melakukan tarikan benang dari patok level satu dengan yang lainnya.