Mengarahkan State Of Mind Peserta Pelatihan “State of mind is everything“, kata Richard Bandler dalam suatu NLP Trainer’s Training, seraya menunjukkan pentingnya kondisi pikiran seorang dalam proses belajar. Kondisi pikiran seorang kemampuannya dalam mempelajari mempelajari sesuatu. Dalam trainee akan mempengaruhi kemauan dan kemampuannya kondisi pikiran yang buruk, seorang trainee akan sulit menyerap informasi, bahkan informasi itupun akan berasosiasi berasosiasi dengan hal yang buruk, seburuk -nya. -nya. state of mind Sebagai Sebagai contoh, contoh, pada umumnya umumnya orang cenderung cenderung kurang suka mengikuti mengikuti suatu acara seminar / training training yang layout meja kursi-nya kursi-nya seperti susunan bangku sekolah dulu. Karena layout seperti seperti itu akan memicu kembali kembali memorinya (menjadi (menjadi anchor) pada perasaan perasaan saat sekolah sekolah yang serba searah, searah, harus duduk diam, tidak boleh bertanya, menegangkan menegangkan dan sebagainya. sebagainya. Nah bayangkan, bayangkan, dalam state of mind seperti itu, apakah suatu training training akan bisa efektif? efektif? Tulisan ini dimaksudkan untuk situasi pembelajaran baik training, kursus, sekolah, dan lainnya. Untuk menyederhanakan tulisan ini, kita akan selalu menuliskan dalam situasi pelatihan, pengajar/fasilitator disebut trainer dan pesertanya adalah disebut trainee. Jadi tergantung sikon Anda, silahkan ganti kata pelatihan dengan pelajaran sekolah, trainer diganti dengan guru/dosen, dan trainee diganti dengan murid atau mahasiswa, dan sebagainya. Opening State Pada saat datang ke pelatihan terutama terutama yang inhouse, biasanya state of mind peserta akan berbeda-beda. berbeda-beda. Sejumlah Sejumlah kecil peserta merasa siap belajar, belajar, sebagian yang lain sedang merasa merasa (non receptive), dan sejumlah sejumlah besar lainny l ainnyaa akan freeze (wait and see). Rasanya cukup overload naif, jika seorang trainer, trainer, speaker, speaker, dosen atau guru di sekolah menganggap bahwa saat setiap kelas akan dimulai, maka setiap trainee sudah seharusnya siap menerima pelajaran. Kita sebagai trainer-lah trainer-lah yang seharusnya mengerti bahwa mereka belum berada dalam kondisi kondisi siap belajar yang paling optimum. Kita-lah yang membantu mereka menjadi siap, ini adalah bagian dari tugas kita, memfasilitasi. Nah, sebenarnya sebenarnya kenapa ada peserta yang pikirannya pikirannya overload ? Mereka ini biasanya sedang ada pikiran pikiran lain, pekerja p ekerjaan an yang tertunda, tertunda, tugas yang menanti, dan lainnya. Beban pikiran ini menggelayut menggelayut di otaknya (conscious), sehingga hanya tersisa tersisa sedikit bahkan mungkin mungkin tidak ada ruang lagi untuk masukknya masukknya informasi informasi baru secara proporsional. proporsional. Sementara beberapa peserta lain datang ke pelatihan pelatihan karena terpaksa, terpaksa, mungkin mungkin dikirim dikirim oleh atasannya atasannya karena dianggap dianggap tidak kompeten kompeten atau terpaksa datang karena udah terlanjur mendaftar mendaftar dan keluar uang, padahal tibatiba ada urusan lain yang mendesak. Mereka ini amat fragile, mudah berubah perilakunya menjadi kurang akomodatif, sebagai manifestasi rasa kesal. Mengapa juga ada peserta yang freeze? Mereka Mereka ini sebenarnya sebenarnya adalah peserta yang emosinya rata-rata, rata-rata, dan jumlah mereka yang paling banyak. Mereka ini menunggu bersikap, menilai dulu kira-kira kira-kira akan mendapatkan apa di pelatihan pelatihan ini, baru akan bereaksi. Jika mendapatkan mendapatkan yang mereka inginkan, mereka akan bersikap positif, jika tidak mendapat yang diinginkan, mereka mudah terpengaruh oleh kelompok fragile tadi.
Nah, tentu saja kita dengan mudah bisa menjawab pertanyaan : Apakah kondisi pikiran yang semacam itu akan berdampak positif bagi proses pelatihan? pelatihan? Tentu saja tidak! Jadi bagaimana caranya caranya membawa membawa kondisi pikiran supaya berdamak positif pada pelatihan? pelatihan? Set Up Dalam pendekatan pendekatan NLP, di awal suatu training training / session, seorang trainer trainer harus melakukan melakukan suatu set up. Apanya yang di set-up? Kondisi pikiran trainee-lah yang di set-up, agar siap dan berada pada kondisi paling optimal untuk proses akusisi pengetahuan, pengetahuan, ketrampilan ketrampilan dan sikap baru. Jika Anda sebagai trainee, dan boleh disuruh memilih, memilih, kondisi pikiran apa yang Anda butuhkan saat belajar, kira-kira Anda memilih apa? Tentunya kondisi pikiran yang paling memiliki daya serap tertinggi. Dalam pelatihan NLP for Trainer atau For Teacher , saya sering mengajukan mengajukan Trainer pertanyaan itu? Umumnya, Umumnya, jawaban para trainee adalah sebagai berikut berikut :
Fun state (santai / menyenangkan) Relaxed State (santai, tidak tegang) Curiosity state (ingin tahu) Interest State (berminat) Receptive State (berdaya serap) Dst
Nah, kondisi diatas, akan membawa trainee ke suatu kondisi kondisi yang dikenal sebagai accelerated learning state (kondisi percepatan belajar). Pada kondisi ini, otak akan memiliki kinerja yang amat optimal, optimal, sehingga sehingga belajar belajar bisa dipercepat, dipercepat, daya serap tinggi, dan juga DDT (Daya ‘Dhong’ Tinggi, lawannya DDR: Daya ‘Dhong’ Rendah). Pertanyaannya kemudian adalah bagaimana caranya mencapai kondisi percepatan belajar ini? CARA BIASA Trainer umumnya menggunakan musik dan layout ruangan sebagai cara mempengaruhi state of traineenya. Lay out ruangan ruangan dibuat bersahabat, bersahabat, tidak kering seperti siatuasi kelas / kuliah mind dengan bangku berjejer seram. seram. Sedangkan Sedangkan penggunaan musik merupakan merupakan cara yang paling sering dipergunakan dipergunakan para trainer di kelas, menggunakan menggunakan musik klasik berirama barock , sehingga gelombang gelombang otak menjadi menjadi turun ke alpha. Banyak yang keliru keliru menjelaskan menjelaskan bahwa penggunaan penggunaan musik dimaksudkan dimaksudkan untuk u ntuk mematikan mematikan peran otak kanan supaya tidak mengembara. mengembara. Salah kaprah ya, otak kanan dalam pembelajaran pembelajaran harusnya jangan dimatikan. Penggunaan musik seyogyanya menggunakan kualitas sound system yang prima. Hindari Hindari volume yang terlampau terlampau keras, gunakan gunakan volume yang cukup lembut, lembut, dan akan sangat membantu jika speaker kanan dan kiri berfungsi berfungsi dengan baik. Sehingga bisa menggunakan
musik yang bersifat brain-entrainment atau binaural beat , yang memberikan efek di telinga kana dan kiri secara berbeda. Tertarik dengan musik seperti ini, silahkan silahkan di googling googling saja. Buku-buku semacam Quantum Teaching dan Quantum Learning membahas cara-cara mengorkestrasi situasi pelatihan seperti ini dengan sangat baik. CARA NLP Cara ini bekerja secara berbeda dengan kedua cara di atas, cara ini menggunakan skill dari trainernya untuk mempengaruhi state of mind dari traineenya. Lha, berarti lebih sulit dari cara yang di atas dong? Bukan, ini justru lebih berguna dari cara di atas, karena tidak mengandalkan kecuali diri kita sebagai trainer. trainer. Di artikel artikel ini kita akan membahas salah satu peralatan apa-apa kecuali metode metode yang paling penting, yakni penggunaan penggunaan metaphor , yakni penggunaan penggunaan kisah atau cerita. boleh saja berupa kisah fiktif seperti seperti fabel atau kisah negeri dongeng lainnya, namun Metaphor jauh lebih baik jika kisah ini merupakan kehidupan nyata, pengalaman pengalaman manusia riil. Kisah riil memiliki kemiripan elemen yang lebih dekat dengan situasi riil, karena pelakunya sama-sama manusia, manusia, bukan hewan, atau benda-benda dongeng lainnya yang terkadang harus melibatkan imajinasi yang terlalu rumit agar bisa tercipta asosiasi. Di tangan dingin para pakar NLP, metaphor bisa menjadi suatu alat yang sangat ampuh dalam melakukan suatu pembelajaran, bahkan untuk membuat suatu perubahan, termasuk di dalamnya perubahan perubahan sikap. Tokoh yang menginspirasi menginspirasi para praktisi NLP dalam menggunakan menggunakan metaphor metaphor tentu saja adalah Milton H Erickson, dan kemudian di kodifikasi oleh jenius Richard Bandler . Hasilnya, kita semua akhirnya bisa belajar lebih mudah. Menggunakan metaphor , kita bisa melakukan set-up agar state of mind peserta pelatihan tergiring ke arah tertentu, misal rasa ingin tahu. tahu. Kemudian lakukan upaya untuk mengamplifikasi dari state itu sehingga menjadi rasa sangat ingin tahu, tambahkan tahu, lantas tambahkan kekuatannya sehingga menjadi rasa rasa penasaran banget ingin tahu! Nah, pada saat sudah mencapai mencapai titik puncak ini, lakukan anchor! anchor! Anchor ini bisa dipicu lagi sewaktu-waktu dibutuhkan, asyik sekali bukan? Penggunaan metaphor yang baik akan digabungkan dengan kemampuan kemampuan melakukan tonality memiliki marking. Yakni memberi tanda-tanda tonality di tempat tertentu sehingga kisah itu bisa memiliki efek hypnotic yang multi layer. Sehingga bisa dilakukan suatu command compounding (menumpuk perintah) yang sangat-sangat subtle (tidak kentara). Benar-benar conversational hypnotic…. Lebih dahsyat lagi bila si trainer trainer sudah bisa menggunakan menggunakan seluruh gerakan gerakan badan (gesture, (gesture, dll) sebagai bagian dari proses hypnotic itu sendiri. Istilahnya adalah economy of movement , yakni setiap gerakan tubuh sebisanya memiliki nilai ekonomi, dalam hal ini nilai yang berkaitan dengan tujuan komunikasi itu sendiri. Wow, tentunya lebih mudah melihat melihat contoh langsung dalam pelatihan, dibandingkan dibandingkan saya uraikan uraikan melalui melalui kalimat di sini. Akan terlalu panjang lebar jka saya harus mendeskripsi mendeskripsikan kan bagaimana cara kita menceritakan suatu metafora dengan tonality marking di sana-sini dan
disertai dengan gerakan gesture yang sesuai. Efeknya? Dramatically hypnotic! Inilah yang menjadi ilmu favorit para peserta pelatihan NLP for Trainer baru-baru ini. Di level NLP yang lebih advanced , biasanya akan diajarkan lebih jauh lagi yang namanya , yakni merangkaikan beberapa metaphor sehingga bisa membawa trainee dari chaining metaphor satu state of mind ke state of mind yang lain. Salah satu variasi variasi dari chaining chaining metaphor ini adalah adalah yang terkenal dengan nested loops. Yakni merangkaikan berbagai metaphor dengan tujuan membuka membuka suatu loop di pikiran. pikiran. Ini adalah suatu proses instalasi sikap mental yang bagus bagi pembelajar pembelajar : loop dalam pikiran yang sengaja dibuka, dibuka, agar tercipta tercipta rasa belum selesai belajar, dan rasa ingin mempelajari lebih jauh lagi! Filed Under: Education Education,, Hypnosis/therapy Hypnosis/therapy,, NLP NLP,, Training / Pelatihan