LAPORAN PEMETAAN JUMLAH PENGGUNA ALAT KONTRASEPSI KECAMATAN PESANTREN, KOTA KEDIRI 2013
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Mengetahui jumlah penduduk suatu wilayah sangat penting, walaupun angka yang diperoleh tidak tepat dengan kenyataan atau sebenarnya. Angka jumlah penduduk yang diperoleh walaupun telah melalui sensus penduduk merupakan angka atau jumlah penduduk yang mendekati kebenaran. Hal ini disebabkan karena sifat dinamis penduduk, seperti adanya kelahiran, kematian, dan migrasi, yang bisa berubah sewaktu-waktu. Angka atau jumlah penduduk sangat penting untuk diketahui dalam suatu wilayah atau negara sebab berhubungan dengan kebijakan dalam perencanaan-perencanaan pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah. Namun, jumlah penduduk dapat menimbulkan masalah kependudukan. Masalah kependudukan merupakan masalah umum yang dimiliki oleh setiap negara di dunia. Secara umum, masalah kependudukan di berbagai negara dapat dibedakan menjadi dua, yaitu dalam hal kuantitas atau jumlah j umlah penduduk dan kualitas penduduknya.
program pendidikan formal di sekolah-sekolah maupun penyuluhan-penyuluhan yang berlangsung kepada masyarakat. Sebenarnya, masalah kependudukan ini bisa diatasi dengan baik bila ada upaya yang sungguh-sungguh dari pihak pemerintah maupun masyarakat untuk mengatasi masalah ini. Sayangnya, hal itu masih belum dilaksanakan secara maksimal. Masih banyak orang yang menentang program KB. Kalau pun sudah ada yang menyetujuinya, umumnya mereka masih enggan melaksanakannya. Pada zaman Orde Lama, dari pihak pemerintah pun tidak ada kesadaran akan masalah ini. Pada saat itu jumlah penduduk Indonesia masih berkisar 100 juta jiwa dan seandainya pada saat itu sudah ada upaya yang sungguh-sungguh tentunya tidak perlu penduduk Indonesia meledak seperti sekarang ini. Kondisi kependudukan yang tidak menguntungkan apabila tidak diatasi secara maksimal akan memberikan dampak negatif yang luar biasa bagi kehidupan manusia itu sendiri, baik bagi kehidupan sosial ekonomi, kesehatan, bahkan bagi pembentukan karakter bangsa dan perubahan lingkungan yang saat ini mulai jadi isu yang sangat krusial di berbagai belahan dunia. Peringatan dari ahli kependudukan akibat dari ledakan penduduk sebenarnya sudah dikemukakan sejak lama. Robert Malthus pada awal abad ke 18, dalam teorinya
bahwa peledakan penduduk dewasa ini merupakan ancaman terbesar bagi perdamaian dan kesejahteraan dunia.” Kemudian The Club of Rome (1992: 167), juga menyimpulkan bahwa: Jika kecenderungan dalam pertumbuhan penduduk dunia, industrialisasi, polusi, produksi pangan, dan eksploitasi sumber daya alam yang ada saat ini tetap tidak berubah, dunia akan semakin mendekati titik kritisnya dan selama kira-kira seratus tahun lagi akan mencapai tingkat di mana ia tidak mampu lagi menampung pertumbuhan penduduknya. Yang paling mungkin dihadapi kemudian adalah menurunnya populasi dan kapasitas industri. Pemecahan masalah isu kependudukan ini sudah banyak cara yang ditawarkan diantaranya pengendalian fertilitas dengan penggunaan alat kontrasepsi KB, penundaan perkawinan, bahkan menurut teori malthus memberikan 2 jenis solusi yaitu preventive checks (pengurangan penduduk melalui penekanan kelahiran) dan positive checks (pengurangan penduduk melalui proses kematian). Kegiatan antianatalis seakan-akan menjadi program unggulan untuk mengatasi permasalahan ledakan penduduk tersebut, khususnya negara Tiongkok menerapkan model yang
berbeda
dalam
penyelesaian
ini,
yaitu
mencanangkan
sasaran “pertumbuhan
Depdiknas). Peningkatan pertumbuhan penduduk normalnya harus diimbangi dengan pertumbahan bahan pangan, sandang dan papan. Ketidak seimbangan antara bahan pangan, sandangm dan papan dengan pertambahnya penduduk akan mengakibatkan lingkungan hidup semakin rusak dan tingkat produktivitasnya SDA semakin berkurang karena dipaksakan terus pemanfaatannya untuk pemenuhan kebutuhan hidup manusia. Negara Indonesia merupakan salah satu negara
yang tingkat pertumbuhan
penduduknya cepat. Pertumbuhan pendududuk Indonesia 1,49% per tahun (berdasarkan sensus penduduk tahun 2010). Pemerintah
Indonesia harus bekerja keras untuk
meningkatkan kesejahteraan penduduknya. “Banyak Anak Banyak Rejeki” adalah kepercayaan kuno ora ng zaman dulu karena semakin banyak anak maka semakin tenaga banyak sumber daya manusia yang dapat digunakan untuk membantu kegiatan ekonomi keluarga. Zaman modern sekarang ini justru menganggap dua anak cukup guna membentuk keluarga berencana atau keluarga berkualitas alias KB. Tingginya angka kematian ibu di Indonesia akibat resiko tinggi untuk melahirkan menjadi perhatian pemerintah. Sehingga diadakannya program keluarga berncana ( KB )
1.3 Definisi Operasional 1.3.1
Kartografi Tematik
Kartografi Tematik yaitu mengkhususkan kepada pembuatan peta-peta tematik, seperti pemetaan data sumberdaya alam dan mineral, data penduduk dan sebagainya.
1.3.2
Peta Choropleth
Peta choropleth ( Yunani χλωρα πληθαίν +:, (“area / wilayah” + “berkembang biak”) adalah sebuah peta tematik di mana daerah yang berbayang atau bermotif sebanding dengan pengukuran variabel statistik yang ditampilkan pada peta, seperti populasi kepadatan atau pendapatan per kapita . Peta choropleth diciptakan pertama kali oleh Baron Pierre Charles Dupin pada tahun 1826, peta diperkenalkan 1938 oleh geografi John Kirtland Wright untuk menyelesaikan permasalahan dalam pemetaan penduduk. Peta choropleth menyediakan cara mudah untuk memvisualisasikan bagaimana pengukuran bervariasi di area geografis atau menunjukkan tingkat variabilitas di suatu daerah. Jenis khusus dari peta choropleth adalah peta prisma. Ini adalah peta tiga dimensi, di mana ketinggian wilayah di peta adalah proporsional terhadap
Kontrasepsi adalah cara untuk mencegah terjadinya konsepsi alat atau obat-obatan (Mochtar, 1998). Syarat – syarat kontrasepsi adalah : a) Aman pemakaiannya dan dapat dipercaya b) Efek samping yang merugikan tidak ada c) Lama kerjanya dapat diatur menurut keinginan d) Tidak menganggu hubungan persetubuhan e) Cara penggunaannya sederhana f) Harganya murah supaya dapat dijangkau masyarakat luas g) Dapat diterima oleh pasangan suami istri
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Konsep Pemetaan
Konsep pemetaan ialah bagaimana dapat menggambarkan sebagian atau seluruh permukaan bumi yang bentuknya melengkung itu ke bidang datar yang disebut peta dengan mendekati kebenaran yaitu dengan distrosi sekecil-kecilnya. Untuk penggambaran tersebut pasti dijumpai kesulitan, karena bidang asli yang akan digambar (bola/globe) berbeda dengan bidang yang digunakan untuk menggambar (kertas/peta). Bola bumi/globe merupakan bangun tiga dimensi, sedangkan kertas/peta merupakan bangun dua dimensi. Ini dapat dibayangkan apabila seseorang ingin mendatarkan kulit jeruk yang melengkung. Tanpa adanya kerutan dan sobekan pada kulit jeruk itu, tidak akan mungkin diperoleh kulit jeruk yang datar. Kerutan dan sobekan itulah yang menyebabkan terjadinya distorsi. Distorsi yang timbul dalam proyeksi peta mungkin berupa distorsi jarak, sudut yang dapat mengakibatkan terjadinya distorsi luas, dan bentuk. Peta merupakan suatu metode yang efisien dan unik untuk menggambarkan suatu distribusi fenomena dalam ruang. Beberapa dirancang untuk menggambarkan suatu negara
menitikberatkan pada struktur spasial yang secara teori meliputi antara lain teori interaksi spasial teori difusi. Konsep difusi spasial adalah konsep tentang menyebarnya suatu fenomena dalam ruang geografi dan merupakan konsep yang dapat berlaku di berbagai bidang seperti menyebarnya penyakit menular (infeksius), berkembangnya kota, meluasnya kebakaran hutan, difusi inovasi lain-lain. Walaupun tidak mudah untuk meneliti suatu proses yang dinamis ini namun konsep penting dan bermanfaat untuk dipahami para geograf untuk dapat berperan dalam menangani aspek yang multidisiplin tersebut. Pada analisa Hagerstrand tentang difusi keruangan terdapat enam unsur. Unsur pertama adalah area atau lingkungan di mana proses difusi terjadi. Unsur kedua adalah waktu, di mana difusi dapat terjadi terus-menerus atau atau dalam waktu yang terpisah-pisah. Unsur ketiga adalah item yang didifusikan, dapat berbentuk material penduduk, pesawat televisi, pesawat radio, pupuk, dan dapat pula berbentuk non material seperti tingkah laku, penyakit, pesan, dan lain sebagainya. Item-item tersebut berbeda-beda dalam derajad untuk dapat dipindahkan, untuk dapat diteruskan, atau untuk dapat diterima. Misalnya penyakit cacar air mudah dipindahkan atau mudah menular kepada orang lain. Sebaliknya teknik
Peta tematik tersebut dapat digunakan sebagai metode di dalam memrepresentasikan data statistik, karena menurut Truran dalam Sudaryatno dan Muhammad Kamal (2013) terdapat tiga macam metode di dalam memvisualisasi data statistik, yaitu: grafik statistik, diagram statistik, dan peta statistik. Perbedaan dari ketiganya adalah apabila untuk grafik statistik merujuk pada visualisasi dinamika perubahan dari data yang disajikan, diagram statistik merujuk pada visualisasi hasil dari data yang digunakan, sedangkan untuk peta statistik merujuk pada visuaslisasi data yang ditinjau berdasarkan sebarannya secara spasial. Ketiga bentuk metode penyajian data tersebut tentunya memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing yang sesuai dengan tujuan tiap metode tersebut. Namun diketahui pula bahwasanya suatu data statistik itu dapat dibaca atau diserap informasinya dengan baik apabila data tersebut disajikan atau divisualisasikan dengan cara yang tepat dan sesuai dengan tujuan pemanfaatan data tersebut. Perkembangan peta tematik yang meningkat cukup pesat, membuat metode pembuatan ataupun transformasi bentuk peta tematik itu sendiri juga memiliki macam jenis di dalam memvisualisasikan data statistik. Terdapatnya berbagai jenis metode peta tematik tersebut
merupakan
suatu
upaya
untuk
meningkatkan
efektivitas
peta
di
dalam
mencegah sekitar 100 juta kelahiran pada 2010 lalu. Pada 1970, diprediksi pada 2010 jumlah penduduk Indonesia mencapai sekitar 340 juta. Namun, dari hasil Sensus Penduduk 2010, diketahui jumlah penduduk 230 juta. Artinya, program KB dengan pemilihan kontrasepsinya telah berhasil menekan tingkat kelahiran sebanyak 100 juta. Kendati penggunaan alat kontrasepsi terbukti berperan besar dalam bidang kependudukan, pemakaian alat kontrasepsi, khususnya pengguna metoda alat kontrasepsi jangka panjang (MKJP) semakin menurun. BKKBN mencatat, pengguna MKJP seperti IUD terus menurun dari tahun ke tahun. Jika pada 1991 masih 13% dari total pemakai kontrasepsi, pada 2012 pemakai IUD tersisa 4%. Di sisi lain, penggunaan kontrasepsi jangka pendek seperti suntik terus meningkat. Jika pada 1991 jumlahnya ada 12% pada 2012 menjadi 32%. Penggunaan alat kontrasepsi jangka pendek, rawan drop out (putus) di tengah jalan. Metode suntik yang harus diulang setiap bulan, misalnya. Risiko kegagalannya cukup tinggi, yaitu 6 dari 100 pemakainya hamil saat setahun pertama. Hal ini berbeda dengan IUD yang bisa bertahan hingga maksimal 8 tahun dengan risiko kegagalan yang minim, yaitu 0,8 dari 100 wanita pemakainya hamil saat setahun pertama. Rendahnya pemakaian MKJP, menyebabkan rata-rata kelahiran pasangan usia subur
BAB III METODE 3.1. Diagram Alur
Data Pasangan Usia Subur di Kecamatan Pesantren Tahun 2013 per Kelurahan
Data Jumlah Pengguna Alat Kontrasepsi di Kecamatan Pesantren Tahun 2013 per Kelurahan
Pengolahan Data Jumlah Pengguna Alat Kontrasepsi di Kecamatan Pesantren Tahun 2013 dengan Metode Statistika
- Identifikasi Masalah - Kajian Literatur
3.2 Alat dan Bahan 1. Alat
- Ms. Excel - Software ArcGIS 10.1
2. Bahan - Data Pasangan Usia Subur di Kecamatan Pesantren, Kota Kediri Tahun 2013
- Data Pengguna Alat Kontrasepsi di Kecamatan Pesantren, Kota Kediri Tahun 2013
3.3 Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data pengguna alat kontrasepsi di Kecamatan Pesantren tahun 2013 diperoleh dari Badan Pusat Statistik Kota Kediri yang dipublikasikan melalui e-book di kedirikota.bps.go.id dengan judul “Kecamatan Pesantren dalam Angka 2014”. Sedangkan peta yang digunakan dengan format *shp didapatkan dari internet.
3. Langkah berikutnya memasukan nilai tersebut dalam formula sistem kelas teratur sehingga diperoleh hasil nilai interval.
2. Sistem Kelas Interval Aritmatik (Ar itmatik Progression)
1) Tentukan banyaknya kelas dengan rumus Sturges: K=1 + 3,3 log n, sehingga akan ketemu banyaknya kelas. 2) Seri aritmatik adalah seri sejumlah angka dimana setiap angka berasal dari angka sebelumnya dengan menambahkan nilai konstan. Besarnya kelas interval ditentukan berdasarkan formula berikut ini: A + X + 2X + 3X + 4X ......+ nX = B
Di mana: A = Nilai terendah B = Nilai tertinggi N = Jumlah kelas interval pada kelas pertama. X= jumlah dari banyaknya kelas 3) Hitunglah kelas interval dimulai dari nilai terendah dengan menjumlah dengan nilai
3) Carilah nilai X dengan menggunakan rumus:
Dalam hal ini: B = Batas atas 27897 A = Batas bawah 145 N = Jumlah Kelas (Bos E.S., 1979) 4) Hitunglah kelas interval dimulai dari nilai terendah dengan cara sebagai berikut: (nilai terendah) + (nilai terendah x nilai X).
4. Sistem Kelas Interval Kuantil (Quantiles)
Cara untuk menentukan kelas interval dengan metode ini dapat dilakukan sebagai berikut:
2) Masukkan penyebaran data dari masing-masing metode ke dalam tabel. 3) Analisislah dengan mempertimbangkan aspek berikut: a. Penyebaran data yang baik sesuai dengan penyebaran data riil, untuk mengetahui didentifikasi sebaran datanya. b. Usahakan tidak ada kelas yang nilainya nol (tidak mempunyai anggota). 4) Tentukan urutan prioritas penggunaan kelas intervalnya. 2. Menentukan kelas dispersal berdasarkan profil wilayah. 1) Tariklah 3 garis penampang pada petadan usahakan melewati daerah yang padat, jarang, sedang terlewati oleh garis tersebut. 2) Buatlah tabel. 3) Isikan masing-masing kolom sesuai dengan kriteria yang sudah ditetapkan. 4) Visualisasikan peta kepadatan Kota Malang sesuai dengan prioritas I. Setelah data tersebut diperoleh dan diolah menggunakan rumus-rumus di atas, kemudian dilakukan scoring untuk menentukan prioritas dari sistem perhitungan yang harus digunakan dalam pembuatan peta. Skor tertinggi diberikan pada data yang memiliki selisih terendah antara nilai tengah dengan data yang sebenarnya.
BAB IV 4.1 Hasil Pengguna Alat Kontarespsi
Kecamatan
Pesantren
Jumlah Pasangan Usia Subur
Jumlah
Persentase (%)
Blabak
1195
871
72,9
324
Bawang
1095
755
68,9
340
Betet
950
684
72
266
Tosaren
1411
1013
71,8
398
Banaran
735
527
71,7
208
Ngletih
483
349
72,3
134
Tempurejo
897
647
72,1
250
Ketami
797
572
71,8
225
Pesantren
1179
849
72
330
Bangsal
1183
853
72,1
330
Burengan
1112
807
72,6
305
Tinalan
996
717
72
279
Pakunden
1089
792
72,7
297
Kelurahan
Bukan Pengguna
B= 1111 349+15X = 1111 15X = 1111-349 = 762 X= 762/15 = 50,8
Kelas Interval 399,8
Hasil Genalisir 349-399,8
Penyebaran Data 1
501,4 653,8 857 1111
400,8-501,4 502,4-653,8 654,8-857 858-1111
0 3 8 3
3. Sistem Interval Kelas Geometrik A= 349 n= 5 log X = (log B - Log A)/n = (log 1111 – log 439)/5 = 0,1006
Nilai Tengah 374,4
451,1 578,1 755,9 984,5
1200
1000
800
600
Series1 400
200
0 1
2
3
4
5. Sistem Dispersal Kelas Hasil Interval Genalisir 349-349 527-572
5
6
7
8
9
10
Penyebaran data 1 2
11
12
13
14
Nilai Tengah
349 549,5
15
4.2 Pembahasan
Pengolahan data yang dilakukan dengan menggunakan beberapa sistem tersebut memiliki prioritas yang berbeda. Hal ini dipengaruhi oleh distribusi data yang ada pada setiap kelas interval dalam masing-masing sistem. Sistem yang memiliki prioritas 1 adalah sistem dispersal yang diambil berdasarkan break point dalam grafik data. Hal tersebut secara manual
program ini mampu menekan laju perkembangan penduduk, yang membuat tingkat kesejahteraan mereka lebih tinggi daripada sebelumnya. Banyak dan sedikitnya pengguna alat kontrasepsi dipengaruhi oleh beberapa hal, antara lain termasuk kesadaran pada pasangan suami istri untuk mengurangi angka kelahiran. Sebab semakin banyak maka beban dan angka tanggungan bagi pasangan tersebut juga akan semakin banyak. Selain itu, pelayanan kesehatan yang baik serta sosialisasi di masyarakat juga harus diperhatikan supasa program KB dapat berjalan sesuai dengan target. Banyaknya pasangan usia subur digunakan sebagai pembanding untuk pengguna alat kontrasepsi, sebab pada pasangan usia subur lebih berpotensi untuk melahirkan keturunan dibandingkan dengan pasangan usia yang tidak subur. Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa di wilayah Kelurahan Ngletih merupakan wilayah yang paling sedikit pengguna alat kontrasepsi, sebab di wilayah tersebut pasangan usia suburnya juga paling sedikit, serta pasangan usia subur yang termasuk pengguna alat kontrasepsi juga merupakan jumlah yang paling sedikit. Namun, bila dipersentase di wilayah tersebut terdapat 72,3% pasangan usia subur yang telah menggunakan alat kontrasespi. Hal ini, menunjukkan kesadaran masyarakat untuk menekan angka natalitas semakin
merupakan jumlah tertinggi di Kecamatan Pesantren. Hal tersebut menunjukkan bahwa, kesadaran warga di kelurahan tersebut untuk mengurangi angka kelahiran sudah cukup baik. Apabila dirata-rata, maka persentase jumlah pengguna alat kontrasepsi di Kecamatan Pesantren sudah mencapai 72%. Angka yang cukup bagus untuk menuju keberhasilan program Keluarga Berencana serta mengurangi angka kelahiran, kepadatan penduduk dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Walaupun partisipasi warga sudah cukup baik, namun pihak pemerintah masih tetap gencar menyosialisasikan program KB. Salah satunya yaitu, bersamaan HUT ke-69 Kemerdekaan RI, Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) melalui Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana (BPPKB) Kota Kediri menemukan ide kreatif dengan cara menggunakan mobil unit penerangan (Mupen) untuk memberikan informasi program Kependudukan dan KB Pembangunan Keluarga (KKBPK) dan program pemerintah kepada masyarakat Kota Kediri melalui layar tancap di tiap Kelurahan Kota Kediri. Mupen milik Kantor BPPKB Kota Kediri yang diperoleh dari DAK tahun 2013 dari BKKBN. Sejak adanya Mupen tersebut kini penyaluran informasi di Kota Kediri untuk
Kegiatan yang mencondongkan penyampaian komunikasi, informasi dan edukasi (KIE), Mupen merupakan sarana yang efektif. Disamping dapat menghibur masyarakat melalui film, BPPKB juga menjelaskan kepada masyarakat tentang program KB dan meyakinkan pentingnya keluarga untuk pembangunan. Bahkan kegiatan Mupen in Action, BPPKB juga bekerjasama dengan Badan Narkotika Nasional (BNN) Kota Kediri dan Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP) Kota Kediri untuk mengkampanyekan program dan kegiatannya. Film dengan durasi pendek akan diputar sebelum penayangan film utama dan akan diputar kembali di pertengahan dan sesudah film selesai. BPPKB juga mempersilahkan Dinas atau badan terkait untuk menyampaikan programnya maupun melakukan sosialisasi kepada masyarakat pada saat jeda maupun sebelum pemutaran film. Pemetaan ini juga berfungsi untuk perencanaan program KB pada tahun selanjutnya, seperti sosialisasi pentingnya KB dalam mencegah ledakan penduduk. Selain itu, dapat pula digunakan untuk membantu memperkirakan angka kelahiran bayi setiap tahunnya pada usia subur. Selain itu, alat kontrasepsi tidak hanya digunakan untuk mencegah kelahiran, tapi juga untuk mencegah penularan penyakit seperti HIV/AIDS.
BAB V KESIMPULAN
1. Data yang diolah menggunakan beberapa sistem tersebut tidak terdistribusi normal pada sistem geometrik, sebab terdapat 3 kelas yang tidak memiliki anggota. Sedangkan sistem yang memiliki prioritas 1 adalah sistem geometrik. Sehingga, pemetaan menggunakan data yang diperoleh dari perhitungan menggunakan sistem geometrik. 2. Pengguna alat kontrasepsi di Kecamatan Pesantren Tahun 2013 sudah mencapai ratarata 72%. Masyarakat sudah banyak yang menyadari pentingnya mengendalikan kepadatan penduduk dan kelahiran untuk kesejahteraannya. 3. Peta Jumlah Pengguna Alat Kontrasepsi Kecamatan Pesantren Tahun 2013 dapat digunakan untuk perencanaan program KB pada tahun mendatang untuk mencapai target yang diinginkan.
BAB VI RUJUKAN
Payne, Richard J. (2009) Chapter 10: Population and Migration. Global Issues: Politics,Economics, and Cultures. Pearson Education, Inc. Shah, Anup. (2001) Populations: A Numbers Game. Global Issues. [Diakses 22 November 2014]. Shah, Anup.(2002) Human Population.Global Issues, 13 Juni 2002. [Diakses 22 November 2014] http://dragva.wordpress.com/2010/10/25/choroplath/[Diakses 30 November 2014].
http://kedirikota.bps.go.id/[ Diakses 13 November 2014]. http://www.antarajatim.com/lihat/berita/49504/program-kb-di-kediri-belum-penuhitarget [Diakses 30 November 2014].
http://www.bakosurtanal.go.id/peta-tematik/[Diakses 30 November 2014].
http://www.kedirikota.go.id/read/Berita/2014/8/28/3/6/579/BPPKB%20sampaikan%2 0Informasi%20Melalui%20Layar%20Tancap.html [Diakses 30 November 2014]. MEDIAINDONESIA.COM - Hot Topics :: BKKBN Kontrasepsi Jangka Panjang [Diakses 30 November 2014].
Ingatkan
Pentingnya
Fatma Roisatin Nadhiroh 27