BAB 2 LANDASAN TEORI
2.1. Supply Chain
Sebagai suatu jaringan perusahaan-perusahaan (supplier, pabrik, distributor, toko atau ritel, serta perusahaan pendukung seperti penyedia jasa logistik) yang secara bersama-sama bekerja unutk menciptakan dan menghantarkan suatu produk ketangan konsumen. (pujawan, 2005). Pada suatu supply chain terdapat 3 aliran yang harus dikelola yaitu pertama aliran barang adalah aliran barang mulai dari raw material sampai dengan barang jadi, kedua aliran informasi yaitu mulai informasi kebutuhan konsumen sampai dengan informasi pembelian ke supplier, dan yang ketiga adalah aliran uang. 2.2. Supply Chain Management (SCM) Supply
Chain
Management merupakan
proses
dimana
perusahaan
memindahkan material, komponen dan produk ke pelanggan fortune (fortune magazine, artikel henkoff, 1994) Sedangkan menurut Simchi-Levi et al (1999,p1) adalah serangkaian pendekatan yang diterapkan untuk mengintegrasikan supplier , pengusaha, gudang dan tempat penyimpanan lainnya secara efisien sehingga produk dihasilkan dan
9
didistribusikan dengan kuantitas yang tepat, lokasi tepat, dan waktu tepat untuk memperkecil biaya dan memuaskan kebutuhan pelanggan. Sebagai suatu metode, alat, atau pendekatan untuk mengelola jaringan perusahaan-perusahaan (supplier, pabrik, distributor, toko atau ritel, serta perusahaan pendukung seperti penyedia jasa logistik) yang secara bersama-sama bekerja untuk menciptakan dan menghantarkan suatu produk ketangan konsumen. Dan semua elemen harus melakukan koordinasi dan kolaborasi (punjawan, 2005). Dalam perusahaan manufaktur yang menerapkan Supply chain management ada 5 bagian utama yaitu pengembangan produk, pengadaan, perencanaan dan pengendalian, produksi, pengiriman. Tabel 2.1 Penerapan Supply Chain Management Bagian
Kegiatan
Pengembangan
Melakukan riset pasar, merancang produk baru, melibatkan
Produk
supplier dalam perancangan produk baru.
Pengadaan
Memilih supplier, melakukan pembelian material, membina dan memelihara hubungan dengan supplier
Perencanaan dan Peramalan pemintaan, perencanaan kapasitas, perencanaan Pengendalian
produksi dan persedian
10
Produksi
Eksekusi produksi, pengendalian kualitas
Pengiriman
Penjadwalan pengiriman, memonitor service level di tiap pusat distribusi
Sumber : Supply Chain Management (Punjawan, 2005)
Dalam mengelola supply chain dibutuhkan pendekatan dan pemodelan yang tangguh dalam menghadapi tantangan. Ada 2 tantangan dalam mengelola supply chain yaitu kompleksitas struktur supply chain dan ketidakpastian.
2.3. Risiko
Kejadian yang sering terjadi pada event tertentu atau faktor yang terjadi selama proses konstruksi untuk merusak proyek (Faber, 1 979) Faktor-faktor yang mempunyai efek-efek merugikan terhadap kesuksesan pelaksanaan proyek secara finansial maupun ketepatan waktu (Akintoye & Macleod, 1996) Risiko adalah sesuatu yang tidak pasti yang mungkin menghasilkan kerugian (loss) (Mitchell, 1995).
11
Risiko pada supply chain management dapat dikelompokan menjadi 2 : 1.
Risiko quantitative Contoh dari risiko quantitative adalah stock out (loss sales), overstocking, ketidaktersediaan material dan komponen.
2.
Risiko qualitative Contoh dari risiko qualitative adalah akurasi, realibility, presisi dari material dan komponen Ketidakpastian merupakan sumber utama kesulitan pengolahan supply chain,
ketidakpastian menimbulkan ketidakpercayaan diri terhadap rencana yang telah dibuat.sehingga perusahaan harus membuat pengamanan disepanjang supply chain. Sumber risiko dibagi dalam 2 kategori yaitu risiko yang bersumber dari dalam perusahaan
(internal
sources
uncertainty)
seperti
keterbatasan
kapasitas,
terlambatnya informasi. Dan yang satunya adalah bersumber dari luar perusahaan (external sources uncertainty) seperti perubahan harga, kualitas vendor (Gambar 2.1)
12
Ketidakpastian
Ketidakpastian dari dalam
Ketidakpastian dari luar
- ketersediaan kapasitas
- perubahan harga
- Internal organisasi
- kualitas vendor
Risiko
Gambar 2.1 Sumber Risiko
2.4. Supply Chain Risk Management (SCRM)
Satu tool untuk me-manage (dalam hal ini meminimalkan) kemungkinan ( possibility) terjadinya hal-hal yang dapat menyebabkan terjadinya kegagalan ( failure) di dalam salah satu aspek supply chain (supply, operating, demand ) sehingga keseluruhan kinerja supply chain (overall chain performance) tidak dapat menjalankan fungsinya dengan baik. Supply chain risk management adalah pembuatan keputusan mengenai risiko
dan pelaksanaannya (mulai dari estimasi risiko sampai evaluasi risiko), proses manajemen risiko mulai dari pemahaman risiko sampai meminimalkan dampak risiko (The Royal Society, 1992, hal 3).
13
2.5. Risk Assessment Paradigms
Dalam melakukan perkiraan terhadap suatu masalah ada 2 tools yaitu probabilistic choice (PC) dan risk analysis (RA). PC suatu konsep yang berdasarkan
pilihan kondisi baik dan buruk yang akan di dapat, maka solusi yang didapat berdasarkan rata-rata kebiasaan. Sedangkan RA dengan konsep meminimasi penyesalan, penyesalan berbeda antar kerugian sehingga perlu di lakukan solusi yang optimal, sehingga pengambil keputusan telah mengetahui sebelum terjadi kerugian. Pendekatan PC lebih cenderung pada ekstrem solusi sedangkan RA mengambil pendekatan yang hati-hati dan seimbang. Kombinasi PC dan RA adalah pendekatan yang paling masuk akal pada supply chain risk management 2.6. Identifikasi Ketidakpastian dan Risiko pada Supply Chain
Untuk me-manage resiko dalam supply chain perusahaan dapat melalui tahapan-tahapan mulai dari identifikasi risiko, menentukan strategi, dan menangani masalah. (Gambar 2.2).
14
Identifikasi Risiko Menggunakan banyak sumber dan mengelompokan risiko kedalam supply, operasi, dan demand
Menentukan risiko dan evaluasi Analisa keputusan, studi kasus, persepsi
Pilih manajemen risiko yang tepat Mengusulkan strategi : Menghindar, penundaan,spekulasi, control, transfer,keamanan.
Menjalankan strategi Supply chain Risk Management Manajemen komplek, belajar organisasi, teknologi informasi, performance matrik
Mitigasi risiko supply chain Menghilangkan atau mengurangi risiko yang ada pada supply chain
Gambar 2.2 Tahapan Implementasi SCRM
Agar lebih mudah dalam mengidentifikasi sumber risiko, risiko dapat dibagi dalam risiko supply, risiko operasi, risiko demand , risiko keamanan, risiko makro, risiko kebijakan, risiko persaingan, risiko sumber (lihat tabel 2.2).
15
Banyak risiko yang mengakibatkan risiko yang berulang dan tidak dapat dipisahkan selain itu risiko makro, kebijakan, persaingan, dan sumber ada dalam kombinasi risiko supply, demand , dan operasional. Oleh karena itu dapat hanya di fokuskan pada risiko supply, demand , dan operasional (Gambar 2.3). 2.6.1 Risiko Supply
Risiko supply adalah dampak dari kejadian merugikan terhadap penyaluran dalam alur supply yang dapat mempengaruhi kemampuan perusahaan dalam memenuhi kebutuhan konsumen ( kualitas atau kuantiti ). 2.6.2 Risiko Operasional
Risiko operasional adalah dampak dari kejadian merugikan terhadap penyaluran yang mempengaruhi kemampuan perusahaan dalam menghasilkan barang atau jasa. 2.6.3 Risiko Demand
Risiko demand adalah dampak dari kejadian merugikan terhadap penyaluran keluar alur yang dapat dipengaruhi oleh tempat pemesanan konsumen dan variasi jumlah dan macam-macam keinginan konsumen.
16
Tabel 2.2 Tipe Risiko dan Sumber Risiko Tipe Risiko
Risiko Supply
Sumber
Gangguan pada supply, inventory, jadwal, kenaikan harga, masalah kualitas, teknologi tidak menentu, produk yang kompleks, frekuensi perubahan design material
Risiko Operasional Breakdown dari operasional, keterbatasan proses, variasi proses yang tinggi, perubahan teknologi Risiko Demand
Pengenalan
produk
baru,
kebutuhan
yang
bervariasi,
kekacauan dalam sistem, kesalahan dalam meramalkan. Risiko keamanan
Sistem
keamanan
informasi,
infrastruktur
keamana n,
sabotase, kriminal Risiko Makro
Tingkat penghasilan, bunga, nilai tukar mata uang
Risiko Kebijakan
Pemerintah menentukan batasan atau sanksi
Risiko persaingan
Keterbatasan informasi tentang aktifitas pesaing
Risiko Sumber
Tidak terpenuhi kebutuhan sumber daya
Sumber : Global Supply Chain Risk Management Vol. 29
17
Resiko Operasional
Resiko Supply
Initial supplier
Resiko Demand
Ultimate Supp.
Focal firm
Cust .
Cust .
Gambar 2.3 Tipe Risiko dan Area
2.7. Menentukan Risiko pada Supply Chain
Ada 3 jenis tool dan frameworks untuk membantu menentukan risiko dalam supply chain yaitu :
1.
Analisa keputusan Melakukan pendekatan untuk menaksir suatu risiko pada supply chain dengan menghasilkan sekumpulan solusi.
2.
Studi kasus Herland, Brenchley, dan Walker (2003) mengembangkan suatu tool untuk menentukan risiko berdasarkan beberapa kasus. Tools menekankan pada pemetaan jaringan supply, identifikasi risiko, dan kondisi kerja saat ini, memperkirakan risiko, mengendalikan risiko, membentuk dan menjalankan kolaborasi pada jaringan supply chain risk management.
18
3.
Persepsi Simons (1999) mengembangkan tool menghitung risiko yang kelihatan untuk mengukur kemungkinan perusahaan terjadi masalah, penghitungan risiko itu terbagi menjadi 3 tipe yaitu pertumbuhan, budaya, informasi manajemen.
2.8 Metode Delphi
Suatu metode atau tool yang bertujuan menghasilkan pendapat yang mendalam dengan cara yang sistematis. Menurut Dalkey ada tiga kelebihan dari Metode Delphi : 1.
Anonymity
Dengan menggunakan questionnaires atau alat komunikasi formal lainnya (on-line computer ) dapat mengurangi dari sifat dominan responden. 2.
Controlled feedback
Hasil yang diberikan kepada responden dapat dikelompokan dengan hanya memberi kesimpulannya saja. 3.
Statistical group
Dapat dilakukan kepada banyak responden sehingga hasil yang didapat lebih spesifik dan mudah untuk dilakukan analisa.
19
2.9 Analytical Hierarchy Process (AHP)
Thomas L. Saaty ahli matematika dari university of pittsburg, Amerika. Mengembangkan metode Analytical Hierarchy Process. Peralatan utama Analytical Hierarchy Process (AHP) adalah sebuah hiraki fungsional yang input utamanya persepsi manusia. Metode AHP memungkinkan kita mengambil keputusan secara efektif terhadap persoalan yang kompleks dimana faktor logika, intuisi, pengetahuan, pengalaman, data, emosi dan rasa dioptimasikan dalam satu proses yang sistematis. Metode AHP memecah-mecah suatu situasi yang kompleks dan tidak terstruktur kedalam bagian-bagiannya, menata bagian-bagian atau variable dalam suatu struktur hirarki, kemudain member nilai pada pertimbangan subjektif tentang relative pentingnya setiap variable mana yang memiliki tingkat prioritas yang paling tinggi. Penggunaan hirarki dalam pengambilan keputusan membuat suatu masalah kompleks dan tidak terstruktur kedalam kelompok-kelompoknya dan kemudian kelompok-kelompok tersebut diatur menjadi suatu bentuk hirarki. Penjabaran tujuan dapat terus dilakukan hingga menjadi sub tujuan, kriteria, dan alternative-alternative pada hirarki terendah. Alternative merupakan ukuran dari pencapaian tujuan utama dan pada hirarki terendah ini dapat ditetapkan dalam satuan apa kriteria di ukur. Kriteria yang dibentuk harus sesuai dengan tujuan permasalahan dan harus mempunyai sifat-sifat :
20
1.
Minimum Minimum adalah jumlah kriteria yang diajukan harus optimal untuk mempermudah proses analisa.
2.
Independen Independen adalah setiap kriteria yang diajukan tidak boleh saling tumpang tindih ( overlap ) dan harus dihindari pengulangan kriteria untuk maksud yang sama.
3.
Lengkap Lengkap adalah kriteria harus mencakup semua aspek penting yang berhubungan dengan persoalan.
4.
Operasional Operasional adalah kriteria harus dapat diukur secara kualitatif dan kuantitatif. Setiap elemen yang terdapat dalam hirarki harus diketahui bobot relatifnya
satu sama lain, tujuannya adalah untuk mengetahui tingkat kepentingan dari pihak pihak yang berkepentingan dalam permasalahan terhadap elemen dan struktur hirarki. Pemberian bobot yang berbeda-beda akan lebih baik dengan syarat pembobotannya harus rasional dan bias yang timbul tidak terlampau besar atau masih dalam batas toleransi yang dianjurkan.
21
Langkah-langkah dalam menentukan susunan prioritas dengan metode AHP adalah sebagai berikut : 1.
Menyusun struktur hirarki keputusan
2.
Menyusun perbandingan berpasangan (Pairwase Comparison) Membandingkan secara berpasangan semua elemen yang ada pada dalam sebuah sub system hirarki. Hasil dari perbandingan tersebut pada akhirnya ditransformasikan
dalam
bentuk
matrik
untuk
memudahkan
dalam
menganalisa (gambar 2.4).
C
A1
A2
….
Aj
A1
A11
A12
….
A1j
A2
A21
A22
….
A2j
…..
….
…..
….
…..
Ai
Ai1
Ai2
….
Aij
Gambar 2.4 Matrik Perbandingan
Jika terdapat multi partisipan maka nilai perbandingan dari masing-masing partisipan harus dirata-rata terlebih dahulu, menggunakan metode geometric mean.
3.
Menghitung nilai importance 1/n
Aij = (Z1 x Z2 x Z3 x …X Zn)
22
Dimana : Aij = Nilai rata – rata perbandingan antara kritria ai dengan aj untuk partisipan. Zi = Nilai perbandingan antara kriteria aid an aj untuk partisipan ke- 1 dimana I = 1,2,3,….,n n= Jumlah partisipan 4.
Menghitung nilai eigen masing-masing kriteria. Perhitungan bobot tersebut dengan mengalikan matrik perbandingan berpasangan dengan bobot (lihat gambar 2.5).
C
A1
A2
….
Aj
A1
A11
A12
….
A1j
A2
A21
A22
….
A2j
…..
….
…..
….
…..
Ai
Ai1
Ai2
….
Aij
λ1
eVP1 X
. . eVPn
=
. . λn
Gambar 2.5 Perkalian Matrik dengan Bobot
5.
Membagi hasil matrik yang didapat dengan bobot
6.
Menghitung nilai eigen maksimum dengan menggunakan rumus :
λ max =
7.
Σλ
n
Penghitungan indeks konsistensi (CI). Pengukuran CI dimaksudkan untuk mengetahui konsistensi jawaban yang akan berpengaruh kepada kesahihan hasil, dengan rumus berikut :
23
CI =
λ max − n
n −1
Untuk mengetahui CI dengan besaran tertentu cukup baik atau tidak, perlu diketahui rasio yang dianggap baik, yaitu apabila CR=0.1 rumus CR adalah :
CR =
CI RI
Tabel 2.3 Indeks Random
N
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
RI
0
0
0.58
0.9
1.12
1.24
1.34
1.41
1.45
1.49
Diamana N = ukuran matrik RI = Indeks Random Dari penelitian Saaty dinyatakan bahwa suatu matrik perbandingan adalah konsisten apabila CR < 0.1.
24
2.10 Analisis Sekuen Risiko
Suatu alat bantu dalam mengevaluasi risiko dengan tujuan memahami karakteristik risiko dengan lebih baik sehingga risiko akan lebih mudah dikendalikan.
Sumber Risiko
API
Faktor Risiko
Minyak tanah Yang ditaruh didekat Kompor
Eksposur Risiko
Gudang bisa terbakar
Gambar 2.6 Sekuen Risiko
2.11 Matrik Frekuensi dan Signifikansi Risiko
Suatu teknik dalam mengukur risiko yang membuat risiko kedalam dua dimensi pengukuran yaitu frekuensi (tingkat waktu terjadinya) dan signifikansi (dampak risiko terhadap perusahaan).
25
i s n a k i f i n g i S
i g g n i T
h a d n e R
RISIKO
Rendah
Frekuensi
Tinggi
Gambar 2.7 Matrik Frekuensi dan Signifikansi
2.12 Strategi Management Risiko dan Rencana Mitigasi risiko
Pada level strategic risk management di fokuskan pada mengidentifikasi dan memperkirakan kemungkinan dan konsekuensi risiko yang di dapat dan memilih strategi risiko yang tepat untuk mengurangi kemungkinan kerugian perusahaan. Penyederhanaan risiko terfokus untuk mengurangi konsekuensi yang didapat apabila terjadi kerugian (Gambar 2.8) Strategi bukanlah sebuah keputusan atau aksi tunggal melainkan adalah kumpulan berbagai keputusan dan aksi yang dilakukan oleh suatu organisasi oleh beberapa organisasi secara bersamaan.
26
Antecendents
Pilih Strategi
Akibat Risk Management
Fokus sementara
Menunda
Rata-rata Inventori
Supply chain Flexibility
Spekulasi
Gangguan
Membatasi
Total dan biaya per unit
Menghindar
Total dan biaya keuntungan per unit
Supply chain Lingkungan
Kontrol Stock Out
Transfering Keamanan
Terlambat pengiriman ke konsumen
Gambar 2.8 Alur Penentuan Strategi
2.12.1 Antecendents
Antecendents adalah faktor yang mendasari atau mempengaruhi pemilihan strategi risk management. 1.
Fokus sementara Strategi yang akan diambil hanya untuk jangka pendek tanpa berkelanjutan dengan investasi yang rendah.
27
2.
Supply Chain Flexibility
Kemampuan untuk merubah atau bereaksi dalam sedikit waktu, tenaga, biaya atau performance dalam ketidakpastian pasokan dan demand dari pasar. Flexibility sangat penting karena dapat lebih cepat melakukan pilihan dari
para kompetitor. 3.
Supply Chain Lingkungan
Menangguhkan risk management suatu bagian kepada bagian yang lain seperti contoh risiko bagian keuangan dilindungi dengan membeli asuransi . 2.12.2 Strategi Management Risiko
Strategi dalam risk management dapat dikelompokan menjadi 7 kelompok yaitu : 1.
Menghindar digunakan pada risiko yang berhubungan dengan sistem produksi suatu produk atau pasar geografis atau berkerja dengan data-data suppliers atau konsumen.
28
2.
Menunda Melakukan penundaan untuk menjaga fleksibilitas serta menunda keluarnya biaya yang tidak diinginkan. Biasanya dilakukan pada proyek yang tidak dapat diprediksi.
3.
Spekulasi Spekulasi berlawanan dengan penundaan dimana pada spekulasi harus mengambil suatu keputusan pada suatu kegiatan yang tidak dapat diprediksi tetapi keputusan didasari oleh analisa.
4.
Membatasi Dalam membatasi suatu masalah ada 2 pendekatan yaitu pendekatan statistik dan ekonomi.
‐
Statistik : Berdasarkan pada perhitungan statistik pada sample dari sebuah populasi.
‐
Ekonomi : Didasarkan pada suatu kejadian yang berdampak pada seluruh populasi
5.
Kontrol Mengendalikan risiko dalam hal supply dan demand . Seperti contoh: merubah variable cost menjadi fix cost
29
6.
Transfering dan sharing
Memindahkan suatu risiko kepada pihak lain atau membaginya kepada pihak lain. Contoh : Outsourching atau mengontrak pihak lain. 7.
Mengamankan Membuat keamanan yang dapat digunakan untuk mengendalikan risiko contoh : membuat sensor pada sebuah perusahan pengolahan nuklir.
2.13
Penelitian Sebelumnya
Pada penelitian sebelumnya para ahli banyak memfokuskan pada bidang elektronik dikarenakan life cycle produk elektronik yang singkat dan ketidakpastian permintaan yang tinggi, serta bidang luar angkasa yang mempunyai masalah pada kompleksitas yang sangat detail pada struktur supply chainnya. Setiap perusahaan memiliki risiko yang berbeda-beda sehingga dalam menentukan strategi yang digunakan juga berbeda oleh karena hal tersebut penulis coba meneliti pada perusahaan yang bergerak dibidang otomotif sepeda motor.