TRANSFER PRICING
PENDAHULUAN
Di era globalisasi persaingan di berbagai bidang sangat ketat, khususnya dalam bidang ekonomi. Para pemilik perusahaan saling bersaing dengan perusahaan lain untuk menghasilkan produk yang bermanfaat dengan harga yang murah. Semakin produk tersebut bermanfaat dan murah, semakin banyak masyarakat yang akan mengkonsumsi produk tersebut. Produk yang semakin disenangi masyarakat untuk dikonsumsi akan menghasilkan laba yang tinggi bagi perusahaan. Dalam menghasilkan laba yang tinggi, perusahaan harus berusaha memenuhi permintaan pasar yang selalu meningkat me ningkat dari tahun tah un ke tahun. Usaha tersebut diwujudkan dengan membuka pabrik baru dilokasi yang secara ekonomis menguntungkan sehingga hasil produksi dapat memenuhi permintaan pasar. Selain perusahaan mendirikan pabrik yang baru, perusahaan juga mendirikan anak perusahaan di bidang yang lain untuk menunjang kegiatan produksi perusahaan induk, misalnya: anak perusahaan dalam bidang transportasi, anak perusahaan dalam bidang pengemasan, atau anak perusahaan yang mengolah bahan baku. Transaksi antar induk perusahaan yang memiliki hubungan istimewa dengan pihak lain atau anak perusahaan dinamakan transaksi transfer pricing. Ditinjau dari aspek pajak, transfer pricing memiliki 2 pengertian. Pertama berasumsi bahwa transfer pricing adalah murni merupakan strategi dan taktik bisnis tanpa tan pa motif pengurangan pen gurangan beban pajak. Kedua berasumsi bahwa b ahwa transfer t ransfer pricing dianggap sebagai usaha untuk menghemat beban pajak secara keseluruhan dengan taktik, antara lain: menggeser laba ke negara yang beban pajaknya kecil. (Gunadi, 1994:56). Universitas Sumatera Utara Menurut pasal 18 ayat (2) Undang-Undang No. 36 tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan mengisyaratkan adanya kemungk inan pendistribusian laba oleh para wajib pajak yang memiliki hubungan istimewa. “Transfer pricing merupakan instrumen yang dapat dapat dipakai untuk melaksanakan maksud tersebut, sehingga transaksi tersebut dapat berpengaruh terhadap besar kecilnya pajak yang akan dibayar. ” Pajak penghasilan yang akan dipungut dihitung berdasarkan laba kena pajak, yaitu laba kotor dikurangi biaya -biaya yang terdapat dalam pasal (6) Undang -Undang No. 36 tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan. Untuk menghindari maksud tersebut, maka transaksi yang memiliki Page 1 of 21
hubungan istimewa perlu diteliti secara seksama. Dengan demikian diperlukan koreksi fiskal pajak penghasilan terhadap perusahaan yang memiliki hubungan istimewa dengan pihak lain atau anak perusahaan. Hal ini dilakukan untuk mengetahui sejauh mana transaksi transfer pricing yang dilakukan sesuai dengan peraturan pajak yang berlaku, sehingga tidak ada penghindaran pajak penghasilan yang dilakukan oleh wajib pajak.
LANDASAN TEORI HARGA TRANSFER Pengertian Harga Transfer
Harga transfer adalah nilai yang diberikan atas suatu transfer barang atau jasa dalam suatu transaksi yang setidaknya salah satu dari dua pihak yang bertransaksi merupakan pusat laba. Untuk organisasi yang terdesentralisasi, keluaran dari sebuah unit dipakai sebagai masukan bagi unit lain. Transaksi antar unit ini mengakibatkan timbulnya suatu mekanisme transfer pricing. Transfer pricing didefenisikan sebagai suatu harga jual khusus yang dipakai dalam pertukaran antar divisional untuk mencatat pendapatan unit penjual (selling division) dan unit divisi pembeli (buying divison). Pada penjelasan ini pengertian harga transfer dibatasi pada nilai yang diberikan atas suatu transfer barang atau jasa dalam suatu transaksi yang setidaknya salah satu dari kedua pihak yang terlibat adalah pusat laba. Harga transfer dalam arti luas adalah harga barang dan jasa yang ditransfer antar pusat pertanggungjawaban
dalam
suatu
organisasi
tanpa
memandang
bentuk
pusat
pertanggungjawaban. Dalam arti sempit, harga transfer adalah harga barang atau jasa yang ditransfer antar pusat laba atau setidak-tidaknya salah satu dari pusat pertanggungjawaban merupakan pusat laba. Untuk pembahasan lebih lanjut, maka harga transfer ini digunakan untuk kepentingan penilaian kemampuan laba divisi. Di dalam suatu perusahaan terdapat: 1.
Divisi yang menjual produk (barang/jasa) = penjual.
2.
Divisi yang membeli produk (barang/jasa) = pembeli.
Oleh karena itu dalam divisi-divisi tersebut perlu dibuat 2 (dua) macam keputusan, yaitu :
Page 2 of 21
1.
Keputusan pemilihan sumber, adalah menetapkan membeli dari luar perusahaan atau eksternal (pemasok) atau membeli dari dalam perusahaan atau internal (divisi penjual).
2.
Keputusan penetapan (penentuan) besarnya harga transfer
Akuntansi keuangan menghendaki agar setiap transaksi dilakukan dengan pihak luar yang independen sehingga dengan demikian transaksi tersebut bersifat objektif. Akan tetapi persyaratan tersebut sukar dipenuhi oleh sebuah pusat laba yang merupakan salah satu mata rantai dari perusahaan berintegrasi vertikal. Misalnya, perusahaan pulp, perusahan kertas, dan perusahaan kotak karton. Dalam perusahaan berintegrasi vertikal, setiap pusat laba membeli bahan mentahnya dari pusat laba sebelumnya. Kalau bahan mentah tersebut tersedia di pasar, maka harga pasar tersebut dapat digunakan sebagai harga transfer, sehingga transaksi interen tersebut masih bersifat objektif. Akan tetapi ada kemungkinan semua perusahaan yang termasuk dalam suatu industri merupakan perusahaan yang berintegrasi masing-masing memenuhi sendiri kebutuhannya akan bahan mentah sehingga tidak terdapat pasar bebas untuk bahan mentah tersebut. Dalam hal demikian, laba yang diperoleh pusat laba tidak mencerminkan laba yang objektif. Tujuan Harga Transfer
Harga transfer yang terjadi antar unit harus mencapai beberapa tujuan, antara lain: 1.
Memberi informasi yang relevan kepada masing-masing unit usaha untuk menentukan imbal balik yang optimum antara biaya dan pendapatan perusahaan.
2.
Menghasilkan keputusan yang selaras dengan cita-cita (meningkatkan laba unit usaha namun juga dapat meningkatkan laba perusahaan).
3.
Membantu pengukuran kinerja ekonomi dari unit usaha individual.
4.
Sistem tersebut harus mudah dimengerti dan dikelola.
Harga transfer sering memicu masalah terutama pada penentuan harga sepakatannya, karena melibatkan dua unit, yaitu unit pembeli dan unit penjual, dan harga transfer juga mempengaruhi pengukuran laba unit, harga transfer yang tinggi akan merugikan unit pembeli sedangkan harga transfer yang terlalu rendah akan merugikan unit penjual, maka penentuan harga transfer menjadi hal yang sangat penting.
Page 3 of 21
Prinsip Dasar Harga Transfer 1)
Harga transfer sebaiknya sama dengan harga yang akan dikenakan seandainya produk dijual ke konsumen luar atau dibeli dari pemasok luar.
2)
Dalam menjalankan prinsip dasar diatas terdapat dua kebijakan, yaitu:
Kebijakan sourcing, yaitu kebijakan apakah akan memproduksi sendiri atau membeli dari pemasok luar.
Kebijakan harga transfer, yaitu kebijakan tentang tingkat harga produk yang akan ditransfer antar pusat laba, apabila produksi dilakukan secara internal. 3) Sistem harga transfer bervariasi dari yang paling sederhana (ideal) sampai yang rumit.
Penentuan Harga Transfer
Tentunya dalam penentuan harga transfer manajemen tidak dapat sembarangan menentukan harga, secara garis besar harga tersebut sebisa mungkin tidak merugikan salah satu pihak yang terlibat, selain itu harga transfer dalam praktiknya harus terus diperhatikan agar tujuan manajemen sesuai dengan tujuan perusahaan. Prinsip dasarnya adalah bahwa harga transfer sebaiknya serupa dengan harga yang akan dikenakan seandainya produk tersebut diual ke konsumen luar atau dibeli dari pemasok luar. Namun hal tersebut dalam dunia nyata sangat sulit diterapkan, hanya sedikit perusahaan yang menetapkan prinsip ini. Secara umum harga transfer dapat ditentukan dengan menggunakan metode-metode berikut: 1. Harga Transfer Berdasarkan Harga Pasar (Market-Based Transfer Prices). Harga transfer berdasarkan harga pasar dipandang sebagai penentuan harga transfer yang paling independen. Barang-barang yang diproduksi unit penjual dihargai sama dengan harga yang berlaku di pasar, pada sisi divisi penjual ada kemungkinan untuk memperoleh profit, pada sisi pembeli harga yang dibayarkan adalah harga yang sewajarnya. Namun yang menjadi kelemahan utama dari sistem ini adalah jika harga suatu produk ternyata tidak tersedia di pasar. Tidak semua barang-barang yang diperjual belikan antar divisi tersedia di pasar, misalnya pada suatu industri yang terdeferensiasi dan terintegrasi seperti industri kertas, jika divisi penjual harus mengirim kertas yang Page 4 of 21
setengah jadi ke divisi lain, pasar tidak menyediakan harga kertas mentah atau setengah jadi. Namun, jika harga pasar tersedia atau dapat diperkirakan maka ada baiknya menggunakan
harga
pasar.
Meskipun
demikian,
jika
tidak
ada
cara
untuk
memperkirakan harga kompetitif, pilihan lainnya adalah mengembangkan harga transfer berdasarkan biaya(cost-based transfer price). 2. Harga Transfer Berdasarkan Biaya (Cost-based Transfer Prices) Perusahaan menggunakan metode penetapan harga transfer atas dasar biaya yang ditimbulkan oleh divisi penjual dalam memproduksi barang atau jasa, penetapan harga transfer
metode
ini
relatif
mudah
diterapkan
namun
memiliki
beberapa
kekurangan.Pertama, penggunaan biaya sebagai harga transfer dapat mengarah pada keputusan yang buruk, jika seandainya unit penjual tidak dapat memproduksi dengan optimal sehingga menghasilkan biaya yang lebih tinggi daripada harga pasar, maka dapat terjadi kecenderungan pembelian barang dari luar. Kedua, jika biaya digunakan sebagai harga transfer, divisi penjual tidak akan pernah menghasilkan laba dari setiap transaksi internal. Ketiga, penentuan harga transfer yang berdasarkan biaya berarti tidak ada insentif bagi orang yang bertanggung jawab mengendalikan biaya. Umumnya perusahaan menetapkan harga transfer atas biaya berdasarkan biaya variabel dan atau biaya tetap dalam bentuk: biaya penuh (full cost), biaya penuh ditambah mark-up (full cost plus markup) dan gabungan antara biaya variabel dan tetap (variable cost plus fixed fee). 3. Harga Transfer Negoisasi (Negotiated Transfer Prices) Dalam ketiadaan harga, beberapa perusahaan memperkenankan divisi-divisi dalam perusahaan yang berkepentingan dengan transfer pricing untuk menegosiasikan harga transfer yang diinginkan. Harga transfer negoisasi memiliki beberapa kelebihan. Pertama, pendekatan ini melindungi otonomi divisi dan konsisten dengan semangat desentralisasi. Kedua, manajer divisi cenderung memiliki informasi yang lebih baik tentang biaya dan laba potensial atas transfer dibanding pihak-pihak lain dalam perusahaan. Harga transfer negosiasian mencerminkan prespektif kontrolabilitas yang inheren dalam pusat-pusat pertanggungjawaban karena setiap divisi yang berkepentingan tersebut pada akhirnya yang akan bertanggung jawab atas harga transfer yang dinegosiasikan. Namun transfer pricing ini tidak begitu mudah untuk ditentukan karena Page 5 of 21
posisinya pada situasi sulit yang bisa menimbulkan conflict of interest diantara kedua belah pihak yang terlibat, yaitu divisi penjual dan divisi pembeli. Artinya, tidak akan ada satu metode transfer price yang terbaik, yang akan diterima mutlak oleh kedua belah pihak.
Metode Penentuan Harga Transfer
Metode penentuan Harga Transfer : 1) Metode Market Price
Harga transfer berdasarkan harga pasar merupakan harga transfer pada situasi yang ideal.
Penentuan harga transfer dengan harga pasar harus memenuhi beberapa kondisi, yaitu: o
Manajer dibantu oleh staf-staf yang kompeten.
o
Manajer harus memandang bahwa harga transfer tersebut adil.
o
Harga pasar yang ditetapkan sebagai harga transfer seharusnya masih bisa dihemat karena adanya piutang tak tertagih dan biaya iklan.
o
Manajer harus mengetahui semua informasi yang relevan tentang pendapatan dan biaya serta masing-masing alternatifnya.
o
Manajer memiliki kebebasan untuk menentukan akan menjual atau membeli dari atau ke dalam dan keluar perusahaan.
Akan tetapi kondisi ini menhadapi beberapa hambatan, seperti: a) Sumber daya yang akan diperoleh atau dijual berada pada pasar terbatas karena kebutuhan dalam perusahaan yang besar, adanya produsen tunggal atau pertimbangan investasi yang telah dikeluarkan untuk membentuk suatu unit usaha. Pada Pasar terbatas harga transfer yg tepat adalah harga kompetitif (yaitu harga yang ditentukan dengan mempertimbangkan kontribusi setiap pusat laba thdp laba perusahaan). Harga kompetitif dapat ditentukan berdasarkan harga pasar yang telah ditentukan, penawaran (bid), maupun harga yang berlaku di pasar bebas.
Page 6 of 21
b) Pusat laba memiliki kelebihan atau kekurangan kapasitas industri. Apabila terdapat kelebihan kapasitas, pusat laba diarahkan untuk membeli atau menjual barang dari atau ke dalam perusahaan saja, dan sebaliknya. Adalah penetapan berdasarkan harga transfer harga pasar, dan metode ini paling disukai. Jika menggunakan metode harga pasar, harga transfer dihitung dengan menggunakan metode harga pasar minus, yaitu harga yang berlaku di pasar dikurangi dengan potongan volume dan berbagai biaya yang dapat dihindari oleh divisi penjual untuk mendapatkan harga barang atau jasa yang ditransfer dari divisi penjual ke divisi pembeli. Jika produk yang ditransfer memiliki harga pasar, harga pasar produk merupakan biaya kesempatan, baik bagi divisi penjual maupun bagi divisi pembeli, sehingga harga tersebut merupakan dasar yang adil sebagai dasar penentuan harga transfer bagi divisi yang terlibat. Keunggulannya adalah harga transfernya cukup objektif. Kelemahannya adalah harga pasar produk atau jasa tertentu tidak tersedia.Situasi yang paling ideal pada penentuan harga transfer adalah berdasarkan harga pasar, hal ini akan tercapai jika dipenuhi kondisikondisi berikut ini: a. Orang-orang yang kompeten Para manajer harus memperhatikan kinerja jangka panjang dari pusat tanggung jawab mereka, sama seperti kinerja jangka pendeknya. b. Atmosfer yang baik Para manajer harus menjadikan profitabilitas sebagai dasar penilaian kinerja, sehingga harga transfer yang dikehendaki adil. c. Harga pasar yang normal dan mapan Harga transfer yang ideal adalah berdasarkan harga pasar yang normal dan mapan dari produk yang sedang ditransfer, maksudnya harga pasar mencerminkan kondisi yang sama (kualitas, kuantitas, dan waktu pengiriman) dengan produk yang dikenakan harga transfer sehingga memperoleh penghematan dari penjualan di dalam perusahaan. d. Kebebasan memperoleh sumber daya Alternatif dalam memperoleh sumber daya haruslah ada dan para manajer sebaiknya diizinkan memilih alternatif yang paling baik untuk mereka. Page 7 of 21
e. Informasi penuh Para manajer harus mengetahui semua alternatif yang ada, serta biaya dan pendapatan yang relevan dari masing-masing alternative tersebut. f. Negosiasi Harus ada mekanisme kerja untuk melakukan negosiasi “kontrak” antar unit usaha. 2) Metode Harga Pokok
§
Harga transfer berdasarkan biaya (harga pokok) ditentukan berdasarkan biaya
ditambah dengan laba.
Dasar biaya yang digunakan adalah biaya standar (biaya aktual produksi ditambah dengan insentif tertentu untuk menentukan biaya yang akan dijadikan standar).
Penambahan laba (mark-up laba) dihitung dengan 2 keputusan, yaitu: o
Dasar penambahan laba, yaitu berdasarkan persentase dari biaya atau dari investasi.
o
Besarnya
laba
yang
diperbolehkan,
yaitu
dengan
memperhitungkan
biaya
penggantian (replacement cost).
Keterbatasan lain akan timbul berkaitan dengan biaya tetap, yang harus ditanggung pusat laba penjual dan pusat laba pembeli. Pada kondisi ini sebaiknya: o
Kedua pusat laba menetapkan persentase biaya tetap yang harus ditanggung secara berkala.
o
Masing-masing pusat laba melakukan perhitungan harga transfer (Dua Langkah Penentuan Harga Transfer).
o
Menggunakan sistem pembagian laba (profit sharing), dimana produk yang ditransfer ke unit pemasaran ditentukan berdasarkan biaya variabel standar dan setelah terjual unit-unit usaha membagi kontribusi yang dihasilkan (harga jual dikurangi biaya variabel produksi dan pemasaran).
o
Menggunakan Metode Dua Kelompok Harga, yaitu unit produksi akan dibebankan berdasarkan harga jual dan unit pembeli dibebankan berdasarkan total biaya standar. Selisihnya dibebankan ke akun kantor pusat dan akan dieliminasi ketika laporan keuangan unit usaha dikonsolidasikan.
Page 8 of 21
Adalah metode yang digunakan apabila harga kompetitif tidak tersedia. Di dalam akuntansi biaya yang konvensional komponen-komponen harga pokok produk terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik, baik yang bersifat tetap maupun variable. Konsep harga pokok tersebut tidak selalu relevan dengan kebutuhan manajemen. Oleh karena itu timbul konsep lain yang tidak memperhitungakn semua biaya produksi sebagai komponen harga pokok produk. Jadi di dalam akuntansi biaya, dimana perusahaan industri sebagai modal utamanya, terdapat dua metode perhitungan harga pokok yaitu Full Costing dan Variable Costing. Perbedaan pokok diantara kedua metode tersebut adalah terletak pada perlakuan terhadap biaya produksi yang bersifat tetap. Adanya perbedaan perlakuan terhadap Biaya Overhead Pabrik Tetap ini akan mempunyai pengaruh terhadap perhitungan harga pokok produk dan pen yajian laporan rugi-laba. Sebelum membahas mengenai full costing dan variable costing, akan dibahas biaya produksi yang menjadi elemen harga pokok. Biaya produksi (manufacturing cost) diklasifikasikan menjadi tiga: a) Bahan Baku Langsung (direct materials) Adalah biaya bahan yang menjadi bagian utama dari barang-barang diproduksi. Contoh: kayu yang digunakan untuk meja dan karet untuk produksi ban. Biaya yang diperhitungkan dalam harga pokok bahan baku yang dibeli adalah harga beli bahan baku ditambah biaya-biaya pembelian dan biaya-biaya untuk menyiapkan bahan baku tersebut dalam keadaan siap untuk diolah, yaitu: o
Sebesar harga beli dari pemasok
o
Apabila dalam pembelian bahan baku pemasok memberikan potongan tunai, maka potongan-potongan tunai ini diperlakukan sebagai pengurang terhadap harga pokok bahan baku yang dibeli.
b) Biaya Tenaga Kerja Langsung (direct labor) Adalah biaya tenaga kerja langsung yang melaksanakan pekerjaan untuk barang-barang yang di produksi (bekerja secara langsung). Contoh: Operator mesin, tenaga yang memotong dan memasang kayu pada perusahaan meubel.
Page 9 of 21
Metode pembebanan tarif upah yang dapat digunakan adalah: 1. Berdasarkan tarif upah perjam (hourly-rate plan) Keuntungannya, karyawan yang bekerja dengan tarif upah per jam dibayar menurut tarif yang ditetapkan perjam untuk waktu yang digunakan dalam menyelesaikan pesanan. Kelemahannya, tidak ada insentif yang diberikan oleh rencana tersebut untuk meningkatkan produksi yang tinggi, seorang karyawan hanya tertarik bekerja tepat waktu. 2. Berdasarkan jumlah produksi yang dihasilkan atau tarif upah barang (piece rate plan) Keuntungannya, memberikan insentif untuk menghasilkan jumlah output yang tinggi, karena hal ini akan memaksimalkan pendapatan karyawan dan meningkatkan pendapatan netto perusahaan. Kelemahannya, mengorbankan kualitas produksi dalam rangka memaksimumkan pendapatanya dengan menghasilkan kuantitas yang besar setiap hari kerja. c) Modifikasi tarif upah (modified wage plan) Menetapkan upah minimum yang akan dibayar oleh perusahaan sekalipun kuota perusahaan yang ditetapkan tidak tercapai oleh karyawan, namun jika quota yang ditetapkan melebihi, maka ada tambahan pembayaran untuk upah minimum. d) Biaya Overhead Pabrik Adalah seluruh biaya manufaktur yang tidak termasuk dalam bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung. Yang termasuk dalam Biaya Overhead Pabrik adalah: o
Bahan baku tidak langsung. Seperti: sekrup, paku, plitur pada perusahaan meubel.
o
Biaya tenaga kerja tidak langsung. Seperti: Asuransi keselamatan kerja, tunjangan mandor, satpam pabrik, biaya listrik premi lembur.
o
Semua biaya produksi tidak langsung. Seperti: Biaya sewa gedung pabrik, biaya penyusutan, penerangan.
Macam-macam Biaya Overhead Pabrik: Page 10 of 21
1) BOP tetap Biaya overhead yang tetap pada titik tertentu walaupun tingkat produksi berubah. Biaya tetap secara keseluruhan tetap jumlahnya tanpa tergantung pada volumenya, maka biaya tetap per unit produk akan menurun apabila perusahaan memproduksi dan menjual lebih banyak produk tersebut dalam suatu periode tertentu. Contoh: Penyusutan mesin, pembayaran sewa secara periodik, asuransi. 2) BOP variabel Biaya overhead yang bervariasi secara keseluruhan terkait dengan taraf produksi, namun biaya per unit tetap sama tanpa tergantung pada jumlah produksi. Kenaikan dan penurunannya proporsional dengan perubahan jumlah produksi. Contoh: Pembayaran rekening listrik sesuai pemakaianya, reparasi dan perawatan mesin, peralatan kecil yang yang dipakai. Penentuan harga transfer atas dasar harga poko k meliputi: 1) Metode Variable Cost Variable Costing adalah metode penentuan harga pokok yang hanya memasukkan komponen biaya produksi yang bersifat variabel sebagai unsur harga pokok, yang meliputi biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik variabel. Metode variable cost menetapkan harga transfer yang sama dengan biaya variabel unit penjualan, standar ditambah laba. Hal ini dilakukan apabila penjual mempunyai kapasitas yang berlebihan. Tujuan utamanya adalah untuk memuaskan permintaan internal karena harganya cukup rendah. Harga Pokok Produksi variable costing: Biaya bahan baku Rp. xxx.xxx Biaya tenaga kerja langsung Rp. xxx.xxx Biaya overhead pabrik variabel Rp. xxx.xxx Harga Pokok Produk Rp. xxx.xxx Apabila menggunakan Metode Variable Costing, maka konsekuensinya: Page 11 of 21
a) Biaya Overhead pabrik tetap diperlakukan sebagai period costs dan bukan sebagai unsur harga pokok produk, sehingga biaya overhead pabrik tetap dibebankan sebagai biaya dalam periode terjadinya. b) Dalam kaitannya dengan produk yang belum laku dijual, BOP tetap tidak melekat pada persediaan tersebut tetapi langsung dianggap sebagai biaya dalam periode terjadinya. c) Penundaan pembebanan suatu biaya hanya bermanfaat jika dengan penundaan tersebut diharapkan dapat dihindari terjadinya biaya yang sama periode yang akan datang. 2) Metode Full Cost Adalah metode penentuan harga pokok produk dengan memasukkan seluruh komponen biaya produksi sebagai unsur harga pokok, yang meliputi biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, biaya overhead pabrik variabel dan biaya overhead pabrik tetap. Penetapan harga transfer berdasarkan pembebanan penuh, dan yang paling umum digunakan karena dapat dipahami dengan baik dan informasinya siap tersedia pada catatan akuntansi. Di dalam metode full costing, biaya overhead pabrik yang bersifat variabel maupun tetap dibebankan kepada produk yang dihasilkan atas dasar tarif yang ditentukan dimuka pada kapasitas normal atau atas dasar biaya overhead pabrik sesungguhnya.
Kelemahannya
adalah
termasuk
biaya-biaya
tetap
yang
berpengaruh terhadap keputusan jangka pendek. Perbedaan tersebut terletak pada perlakuan terhadap biaya produksi tetap, dan akan mempunyai akibat pada :
Perhitungan harga pokok produksi dan
Penyajian laporan laba-rugi. Harga Pokok Produksi full costing : Biaya bahan baku Rp. xxx.xxx Biaya tenaga kerja langsung Rp. xxx.xxx Biaya overhead pabrik tetap Rp. xxx.xxx Biaya overhead pabrik variabel Rp. xxx.xxx Harga Pokok Produk Rp. xxx.xxx Page 12 of 21
Apabila menggunakan Metode Full Costing, maka konsekuensinya: a. Biaya Overhead pabrik baik yang variabel maupun tetap, dibebankan kepada produk atas dasar tarif yang ditentukan di muka pada kapasitas normal atau atas dasar biaya overhead yang sesungguhnya. b. Selisih BOP akan timbul apabila BOP yang dibebankan berbeda dengan BOP yang sesungguh- nya terjadi. c. Pembebanan BOP lebih (overapplied factory overhead), terjadi jika jml BOP yang dibebankan lebih besar dari BOP yang sesungguhnya terjadi. d. Pembebanan BOP kurang (underapplied factory overhead), terjadi jika jml BOP yang dibebankan lebih kecil dari BOP yang sesungguhnya terjadi. e. Jika semua produk yang diolah dalam periode tersebut belum laku dijual, maka pembebanan biaya overhead pabrik lebih atau kurang tsb digunakan untuk mengurangi atau menambah harga pokok yang masih dalam persediaan (baik produk dalam proses maupun produk jadi). f.
Metode ini akan menunda pembebanan biaya overhead pabrik tetap sebagai biaya samapi saat produk yang bersangkutan dijual. Penyajian Laporan Laba Rugi Laporan Laba-Rugi ( Metode Full Costing ) Hasil penjualan Rp.xxx.xxx Harga pokok penjualan Rp.xxx.xxx Laba Bruto Rp.xxx.xxx Biaya administrasi dan umum Rp. xxx.xxx Biaya pemasaran Rp. xxx.xxx Laba Bersih Usaha Rp. xxx.xxx Keterangan : Laporan Laba-rugi tsb menyajikan biaya-biaya menurut hubungan biaya dengan fungsi pokok dalam perusahaan manufaktur, yaitu fungsi produksi, fungsi pemasaran dan fungsi administrasi dan umum.
Page 13 of 21
3) Metode Negotiated Price Adalah penetapan harga transfer berdasarkan negosiasi antara 2 (dua) pusat pertanggungjawaban. Metode ini dilakukan jika terdapat suatu pertentangan yang cukup signifikan diantara keduanya sehingga dicapai kesepakatan harga oleh kedua belah pihak, sehingga tidak perlu arbitrasenya. Di hampir semua perusahaan, unit usaha menegosiasikan harga transfer satu sama lain; maksudnya, harga transfer yang tidak ditentukan oleh kelompok staf pusat. Alasan yang paling penting untuk hal ini adalah kepercayaan bahwa dengan menetapkan harga jual dan mencapai kedepakatan at
as harga pembelian yang paling sesuai merupakan
salah satu fungsi utama dari manajemen lini. Jika kantor pusat mengendalikan penentuan harga, maka kemampuan manajemen lini untuk memperbaiki profitabilitas akan semakin berkurang. Keterbatasannya adalah mengurangi otonomi unit-unit tersebut. Harga yang digunakan pada metode negosiasi dapat berupa: o
Ada harga pasar yang diterbitkan.
o
Harga pasar ditentukan oleh penawaran harga terendah mungkin akan memenangkan usaha tersebut.
o
Pusat laba produksi yang menjual barang yang sama di pasar bebas
o
meniru harga kompetitif yang berada di luar.
o
Pusat laba pembelian membeli produk serupa dari pasar luar/bebas.
4) Arbitrase dan Penyelesaian Konflik Metode ini digunakan apabila divisi penjualan dan divisi pembelian tidak dapat mencapai kesepakatan dalam penentuan harga transfer yang ditentukan oleh eksekutif atau badan lain yang ditugasi untuk mengarbitrasi harga transfer setelah orang atau badan tersebut berdialog dengan para manajer divisi yang bersangkutan. Artibrase dapat dilakukan dengan beberapa cara: a. Dalam sistem yang formal, kedua pihak meyerahkan kasus secara tertulis kepada pihak penengah (Arbitrator). Arbitrator akan meninjau posisi mereka masing-masing dan memutuskan harga yang akan ditetapkan, kadang dengan bantuan staf kantor yang lain.
Page 14 of 21
b. Selain tingkat formalitas, digunakan juga proses mampengaruhi efektivitas suatu sistem harga transfer. Empat cara untuk menyelesaikan konflik: o
Memaksa (forcing)
o
Membujuk (smoothing)
o
Menawarkan (bargaining)
o
Penyelesaian masalah (problem solving)
Penentuan Harga Jasa Korporat
1) Jasa-jasa korporat yang berkaitan dengan kegiatan unit usaha juga harus diperhitungkan dalam harga produk yang dihasilkan atau dijual oleh unit usaha. 2) Jasa korporat dapat ditentukan dengan dua jenis transfer, yaitu:
Pengendalian jumlah jasa korporat yang diterima oleh unit penerima, yaitu dengan biaya variabel standar, biaya penuh atau biaya satndar penuh.
Pilihan penggunaan jasa, yaitu manajer unit usaha juga diberi kesempatan untuk memilih dan menggunakan jasa dari luar jasa korporat.
Administrasi Harga Transfer
1) Negosiasi Harga transfer ditentukan dengan kesepakatan (kompromi) antara unit yg membeli dgn unit yg menjual. 2) Arbitrase a) Harga transfer ditentukan dengan menengahi penentuan harga transfer antara unit yang membeli dengan unit yang menjual, oleh pihak korporat melalui arbritator. b) Arbitrase dapat dilakukan dengan beberapa cara:
Cara Formal, unit-unit yang terlibat dalam transfer produk akan memberikan laporan tertulis kepada arbritator. Setelah laporan tersebut ditinjau oleh arbritator, selanjutnya arbritator akan menentukan harga transfernya.
Page 15 of 21
Dengan proses penyelesaian konflik, yaitu memaksa (forcing), membujuk (smoothing), menawarkan (bargaining) dan penyelesaian masalah (problem solving).
Aspek Internasional Harga Transfer
Transfer pricing sering juga disebut dengan intracompany pricing, intercorporate pricing, interdivisional atau internal pricing yang merupakan harga yang diperhitungkan untuk keperluan pengendalian manajemen atas transfer barang dan jasa antar anggota (grup perusahaan). Bila dicermati secara lebih lanjut, transfer pricing dapat menyimpang secara signifikan dari harga yang disepakati (harga pasar). Tujuan harga transfer berubah apabila melibatkan multinational corporation (MNC) serta barang yang ditransfer melalui batas-batas negara. Tujuan penentuan harga transfer internasional terfokus pada meminimalkan pajak, bea, dan risiko pertukaran asing, bersama dengan meningkatkan suatu kompetitif perusahaan dan memperbaiki hubungannya dengan pemerintah asing. Walaupun tujuan domestik seperti motivasi manajerial dan otonomi divisi selalu penting, namun seringkali menjadi sekunder ketika transfer internasional terlibat.Perusahaan akan lebih fokus pada pengurangan pajak total atau memperkuat anak perusahaan asing. Oleh karena itu transfer pricing juga sering dikaitkan dengan suatu rekayasa harga secara sistematis yang ditujukan untuk mengurangi laba yang nantinya akan mengurangi jumlah pajak atau bea dari suatu negara. Sebagai contoh, pembebanan harga transfer yang rendah untuk anak perusahaan asing mungkin akan mengurangi pembayaran bea cukai sebagai akibat dari batas-batas internasional, atau mungkin membantu anak perusahaan untuk bersaing dalam pasar asing dengan mempertahankan biaya anak perusahaan yang rendah. Di sisi lain, mebebankan suatu harga transfer yang tinggi mungkin membantu MNC mengurangi laba pada negeri yang telah memperketat kendali pengiriman uang asing, atau mungkin memberikan kemudahan bagi MNC memindahkan pendapatan dari suatu negara yang memiliki tingkat pajak pendapatan yang tinggi ke suatu negara dengan tingkat pajak rendah (tax haven country). Penelitian akhir-akhir ini telah menemukan bahwa lebih dari 80% perusahaan-perusahaan multinsional (MNC) melihat transfer pricing sebagai suatu isu pajak internasional utama, dan lebih dari setengah dari perusahaan ini mengatakan bahwa isu ini adalah isu yang paling penting. Page 16 of 21
Sebagian besar negara sekarang menerima perjanjian modal Organization of Economic Cooperation and Development (OECD), yang menyatakan bahwa harga-harga transfer sebaiknya disesuaikan dengan menggunakan standar arm’s-length, artinya pada suatu harga yang akan dicapai oleh pihak-pihak yang independen. Sementara perjanjian model tersebut diterima secara luas, terdapat perbedaan-perbedaan dalam cara negara-negara menerapkannya. Meskipun demikian, terdapat dukungan yang kuat di seluruh dunia terhadap suatu pendekatan untuk membatasi usaha-usaha oleh MNC untuk mengurangi kewajiban pajak dengan menetapkan harga-harga transfer yang berbeda dengan arm’s-length standardtersebut.
PEMBAHASAN JURNAL Jurnal 1 : International transfer pricing : A review of non – tax outlook. (Pendse, Shantanu J. Procedia – Social dan Behavioral Sciences 37 (2012) 337-343)
Di seluruh dunia ada banyak kontroversi dan perdebatan antara otoritas pajak dan MNC tentang harga transaksi pihak terkait. Otoritas pajak kontes dengan alasan bahwa non lengan harga panjangnya merampas pendapatan yang sah dan bahwa MNC melakukan ini untuk menghemat kewajiban pajak. Ini bukan kasus biasa. Ini adalah salah satu pertimbangan dalam transfer pricing pihak terkait. Penelitian ini mencoba untuk menemukan tujuan di balik strategi harga oleh MNC. Melalui survei literatur yang luas studi tersebut menemukan bahwa manajemen kewajiban pajak bukan satu-satunya tujuan bahwa MNC ini telah sementara menetapkan harga transaksi pihak terkait tetapi ada tujuan lain yang memiliki prioritas dalam strategi global MNC yang juga memainkan peran penting dalam penetapan harga strategi. Tujuan global yang menuntut pergerakan dana dari satu lokasi ke lokasi lainnya untuk berbagai tujuan yang non lengan harga panjang digunakan. Studi ini menemukan bahwa prospek pajak rokok transfer pricing sangat kuat dan dalam beberapa kasus yang menarik untuk mempengaruhi strategi transfer pricing. Studi ini menemukan berbagai tujuan selain manajemen kewajiban pajak yang MNC harus hadir untuk saat memutuskan strategi harga pihak yang terkait. Alasan untuk non arm’s length pricing dalam kasus transfer pricing internasional tidak terbatas pada pajak manajemen kewajiban yang perspektif umum. Mereka beragam dan Page 17 of 21
bervariasi yang meliputi persyaratan strategis, manajemen risiko, manajemen investasi dan aspek pengendalian manajemen untuk penetapan non arm’s length pricing oleh MNC. Dalam banyak kasus pertimbangan pajak bukan merupakan prioritas saat membuat keputusan transfer pricing, namun kecuali untuk kasus-kasus di mana prinsip lengan panjang adalah mungkin untuk diikuti seperti dalam beberapa kasus untuk sistem pengendalian manajemen diinduksi transfer pricing, ada dampak kewajiban pajak langsung karena untuk harga pengalihan non arm’s length pricing. Hal ini menciptakan gagasan bahwa prioritas MNC adalah kewajiban manajemen pajak. Pengenaan pajak untuk transaksi pihak terkait internasional sangat subjektif dan mereka dimiliki ketidakpastian untuk MNC sementara membuat keputusan untuk harga transfer. Ada kebutuhan yang kuat untuk membawa kepastian dalam metode untuk mengenakan pajak pihak terkait internasional. Jurnal 2 : Evaluasi atas perlakuan perpajakan terhadap transaksi transfer pricing pada perusahaan multinasional di Indonesia.
( Nurhayati, Indah Dewi. Jurnal Manajemen & Akuntansi, Vol. 2 No. 1, April 2013). Transfer Pricing adalah suatu harga jual khusus yang dipakai dalam transaksi penyerahan barang, jasa atau pemanfaatan harta tak berwujud antara perusahaan yang mempunyai hubungan istimewa. Praktik transfer pricing sering digunakan oleh banyak perusahaan sebagai alat untuk menghindari atau menggelapkan pajak dengan cara meminimalkan beban pajak yang harus dibayar oleh perusahaan. Praktik tersebut dilakukan dengan cara mengalihkan penghasilan atau dasar pengenaan pajak dan/atau biaya dari satu perusahaan ke perusahaan lain yang mempunyai hubungan istimewa, dengan mempertimbangkan perbedaan ketentuan-ketentuan perpajakan yang terjadi dari suatu negara dengan negara lainnya. Adanya hubungan istimewa merupakan kunci terjadinya praktik transfer pricing. Metode-metode yang dipakai dalam pengujian kewajaran harga transfer diantaranya adalah: metode perbandingan harga antara pihak yang tidak mempunyai hubungan istimewa (comparable uncontrolled price method ), metode harga penjualan kembali (r esale price method ), metode biaya plus (cost plus method ), metode pembagian laba (profit split method ), metode laba bersih transaksional (transactional net margin method ). Penggantian hierarchy of method menjadi the most appropriate method sangat membantu Wajib Pajak dalam penentuan metode Page 18 of 21
transfer pricing karena tidak menuntut kesebandingan yang tinggi serta tidak memakan waktu dan biaya yang tinggi. Advance Pricing Agreement (APA) adalah kesepakatan antara Wajib Pajak dengan Direktur Jenderal Pajak mengenai harga jual wajar produk yang dihasilkannya kepada pihak pihak yang mempunyai hubungan istimewa. Tujuan diadakann ya APA adalah untuk mengurangi terjadinya praktik penyalahgunaan transfer pricing oleh perusahaan multinasional.
Jurnal 3 : Penetapan harga transfer multinasional sebagai strategi penghindaran pajak.
( Novianty, Ira. Jurnal Ekonomi, Keuangan, Perbankan & Akuntansi, Vol. 2 No. 1, April 2013). Harga transfer didefinisikan sebagai harga suatu produk atau jasa yang dibebankan dari suatu sub unit (divisi) ke sub unit (divisi) yang lain p ada organisasi yang sama. Tujuan penetapan harga transfer akan berbeda, tergantung apakah harga transfer tersebut terjadi antar divisi di dalam negeri (domestik) atau antar divisi di luar negeri sebagai perusahaan multinasional (internasional). Pada harga transfer domestik, tujuan utama harga transfer adalah untuk mengoptimalkan kinerja subunit (divisi) dan mengarah pada optimalisasi kinerja perusahaan secara keseluruhan sedangkan pada harga transfer perusahaan multinasional, tujuan utama harga transfer terkait dengan pertimbangan pajak, karena harga transfer seringkali memiliki implikasi terhadap pajak, tidak hanya pajak penghasilan tetapi juga pajak penjualan, pajak pertambahan nilai, bea cukai dan lain sebagainya. Harga transfer terutama digunakan oleh perusahaan-perusahaan multinasional untuk meminimalkan jumlah pajak yang harus dibayar melalui rekayasa harga transfer antar divisi. Dilihat dari sisi pajak, rekayasa pada harga transfer terjadi akibat adanya transaksi hubungan istimewa, sehingga perusahaan memanfaatkannya untuk menghindari pembayaran pajak yang tinggi.
Page 19 of 21
KESIMPULAN
Harga transfer adalah nilai yang diberikan atas suatu transfer barang atau jasa dalam suatu transaksi yang setidaknya salah satu dari dua pihak yang bertransaksi merupakan pusat laba. Transfer pricing didefenisikan sebagai suatu harga jual khusus yang dipakai dalam pertukaran antar divisional untuk mencatat pendapatan unit penjual (selling division) dan unit divisi pembeli (buying divison). Tujuan Harga Transfer
Harga transfer yang terjadi antar unit harus mencapai beberapa tujuan, antara lain: 1.
Memberi informasi yang relevan kepada masing-masing unit usaha untuk menentukan imbal balik yang optimum antara biaya dan pendapatan perusahaan.
2.
Menghasilkan keputusan yang selaras dengan cita-cita (meningkatkan laba unit usaha namun juga dapat meningkatkan laba perusahaan).
3.
Membantu pengukuran kinerja ekonomi dari unit usaha individual.
4.
Sistem tersebut harus mudah dimengerti dan dikelola.
Page 20 of 21
DAFTAR PUSTAKA Pendse, Shantanu J. International transfer pricing : A review of non – tax outlook. Procedia – Social dan Behavioral Sciences 37 (2012) 337-343. Santoso, Iman. Advance Pricing Agreement Dan Problematika Transfer Pricing Dari Perspektif Perpajakan Indonesia Jurnal Akuntansi & Keuangan, Vol. 6 No. 2, Nop. 2004.
Lingga, Ita Salsalina. Aspek Perpajakan Dalam Transfer Pricing dan Problematika Praktik Penghindaran Pajak (Tax Avoidance) Jurnal Zenit, Vol. 1 No. 3, Desember 2012. Nurhayati, Indah Dewi. Evaluasi atas perlakuan perpajakan terhadap transaksi transfer pricing pada perusahaan multinasional di Indonesia. Jurnal Manajemen & Akuntansi, Vol. 2 No. 1, April 2013. Novianty, Ira. Penetapan harga transfer multinasional sebagai strategi penghindaran pajak . Jurnal Ekonomi, Keuangan, Perbankan & Akuntansi, Vol. 2 No. 1, April 2013).
Page 21 of 21