“
Biogas Sebagai Alternatif Pengolahan Limbah Cair Indutsri Tahu Dengan Reaktor Upflow Anaerobic Sludge Blunket (UASB) ”
Dosen : DR. Eng. MURALIA HUSTIN. ST.MT
KATA PENGANTAR
AssalamualaikumWr. Wb. Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT, atasizin Nya makalah kajian“Biogas kajian“Biogas Sebagai Sebagai Alternatif Pengolahan Limbah Cair Industri Tahu dengan Reaktor Upflow Anaerobic Sludge Blunket (UASB) ” dapat terselesaikan dengan baik dan tepat waktu. Meskipun dalam bentuk sederhana. Kajian ini diajukan untuk melengkapi mata kuliah “Kapita Selekta Infrastruktur Lingkungan”. Lingkungan”.
Dengan selesainya penulisan makalah ini tidak lepas dari bantuan serta dukungan dari semua pihak baik moril atau pun materil sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan baik dan semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada kita semua terlebih – lebih bagi kelompok kami yang
DAFTAR ISI
Halaman HALAMAN JUDUL....................................................................... i
..................................................................... ii KATA PENGANTAR ..................................................................... .................................................................. ........................................ .................. iii DAFTAR ISI............................................ DAFTAR GAMBAR …................................................................... …................................................................... iv DAFTAR TABEL……………………………………………….... v I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang....................................... Belakang................................................................ ................................... .......... 1 1.2 Rumusan Masalah.................................. Masalah.......................................................... ................................... ........... 2 1.3 Tujuan..................................... Tujuan............................................................. .............................................. ........................... ..... 2 II. PEMBAHASAN
2.1 Proses Produksi Tahu………………………………………… Tahu………………………………………….. 3 2.2 Limbah Cair Industri Tahu
.5
DAFTAR GAMBAR
Halaman Gambar 2.1 Diagram proses pembuatan tahu........................................... 4 Gambar 2.2Diagram neraca masa proses pembuatan tahu....................... 5 Gambar 2.3 Neraca massa penguraian bahan organik menjadimetana… 12 Gambar 2.4 Reaktor UASB……………………………………………...15
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 1. Karakteristik Limbah Cair Tahu………………………..…… 8
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang
Industri tahu merupakan industri pangan yang populer di masyarakat khususnya di Indonesia, bahan bakunya banyak dijumpai serta pengolahannya mudah, bergizi, dan harganya terjangkau sehingga nilai pendapatan masyarakat meningkat. Namun demikian, muncul pula dampak negatif yaitu polusi lingkungan karena limbah tahu yang kaya bahan organic dan potensial terjadi degradasi secara alami. Sehingga industri tahu memerlukan suatu pengolahan limbah yang bertujuan untuk mengurangi resiko beban pencemaran yang ada. Teknologi pengolahan limbah cair tahu dapat dilakukan dengan proses biologis sistem anaerob dan aerob. Teknologi pengolahan limbah cair tahu yang
limbah cair domestik yang paling banyak dipelajari. Sistem ini telah beroperasi dengan bagus dan mampu menghasilkan effluen bermutu baik (Mahmud, 2011) Dari latar belakang diatas maka judul makalah kami yaitu “Biogas Sebagai alternatif
pengolahan
limbah
cair
industri
tahu” dengan
pendekatan
menggunakan reactor UASB. I.2. Rumusan Masalah
Adapun yang menjadi rumusan masalah dari latar belakang yang ada diatas : Bagaimana pengendalian limbah cair industri tahu serta potensi limbah cair industri tahu menjadi biogas dengan reactor upflow anaerobic? I.3. Tujuan
Adapun yang menjadi tujuan dari rumusan masakah yang diatas :
BAB II PEMBAHASAN 2.1
Proses Produksi Tahu
Tahu merupakan makanan yang terbuat dari bahan baku kedelai, dan prosesnya masih sederhana dan terbatas pada skala rumah tangga. Suryanto (dalam Herlambang, 2002) menyatakan bahwa yang dimaksud dengan tahu adalah makanan padat yang dicetak dari sari kedelai (Glycine spp) dengan proses pengendapan protein pada titik isoelektriknya, tanpa atau dengan penambahan zat lain yang diizinkan. Pembuatan tahu pada prinsipnya dibuat dengan mengekstrak protein, kemudian mengumpulkannya, sehingga terbentuk padatan protein. Cara penggumpalan susu kedelai umumnya dilakukan dengan cara penambahan bahan penggumpal berupa asam. Bahan penggumpal yang biasa digunakan adalah asam cuka (CH3COOH), batu tahu (CaSO4nH 2O) dan larutan bibit tahu (larutan
Setelah itu dilakukan penggumpalan dengan menggunakan air asam, pada suhu 50oC, kemudian didiamkan sampai terbentuk gumpalan besar. Selanjutnya air di atas endapan dibuang dan sebagian digunakan untuk proses penggumpalan kembali.
Langkah terakhir adalah pengepresan dan pencetakan yang dilapisi dengan kain penyaring sampai padat. Setelah air tinggal sedikit, maka cetakan dibuka dan diangin-anginkan. Diagram proses pembuatan tahu ditujukkan seperti pada gambar 1,
sedangkan diagram neraca masa untuk proses pembuatan tahu ditunhjukkan pada gambar 2.
Gambar 2.2. Diagram neraca masa proses pembuatan tahu (Said et all, 2006) 2.2. Limbah Cair Industri tahu
Limbah tahu adalah limbah yang dihasilkan dalam proses pembuatan tahu
karena dapat dimanfaatkan untuk makanan ternak, tetapi limbah cair akan mengakibatkan bau busuk dan bila dibuang langsung ke sungai akan menyebabkan tercemarnya sungai tersebut. 2.3. Karakteristik Limbah Cair Industri Tahu
Pengetahuan tentang karakteristik limbah sangat penting karena untuk menentukan teknologi apa yang harus dipilih dalam penanganan limbah. Metode penanganan limbah yang telah berhasil pada suatu industri belum tentu berhasil diaplikasikan untuk industri lainnya. Limbah cair pabrik industri merupakan limbah agroindustri yang mengandung bahan organik dan nutrien tinggi. Lettinga (dalam Mahmud, 2011) menyatakan bahwa bahan organik tersebut dapat dikenali melalui karakteristiknya yaitu dapat dioksidasi dan mengandung karbon. Karakteristik limbah cair tahu antara lain (Nurhasan dan Pramudyanto, 1991) : a.
Temperatur limbah cair tahu biasanya tinggi (60 – 80 OC) karena proses pembuatan tahu butuh suhu tunggi pada saat penggumpalan dan penyaringan.
dalam proses oksidasi oleh zat-zat organik yang terkandung dalam limbah cair yang ekuivalen dengan nilai konsentrasi kalium dikromat (K2Cr2O7) (Ginting, 1992 dalam Fibria 2007). Angka COD merupakan ukuran bagi pencemaran air oleh bahan-bahan organik yang secara alamiah dapat dioksidasikan melalui proses biologis, dan mengakibatkan berkurangnya oksigen terlarut dalam air. Wagiman (2004) dalam Fibria (2007) menyatakan bahwa fluktuasi COD berada pada jangkauan antara 10.000 – 100.000 mg/L. Malina dan Pohland (1992) dalam Fibria (2007) menyatakan bahwa nilai COD limbah cair tahu di atas 4.000 mg/L. Jadi, nilai COD limbah cair tahu berkisar antara 4.000 – 100.000 mg/L. Santika (1987) dalam Fibria (2007) menyatakan bahwa limbah cair tahu secara alami sudah mengandung mikroorganisme karena kandungan bahan organiknya
tinggi.
Hasil
pengujian
menunjukkan
bahwa
konsentrasi
mikroorganisme limbah cair tahu sangat tinggi yaitu 10-1 mikrobia, yang berarti
pembuatan tahu. Secara fisik, whey berwarna kuning, kental, dan berbau menyengat jika tersimpan lebih dari 24 jam. Tabel 1. Karakteristik Limbah Cair Tahu (whey) Parameter
Satuan
Nilai
Ph
-
4-5
COD
mg/L
30.000 – 40.000
BOD
mg/L
10.000-15.000
N-NH3
mg/L
30-40
N-total
mg/L
300-350
Protein
%
0.30-0.40
Padatan tersuspensi
mg/L
6.000-8.000
Sumber : Wagiman, et.all (2004) dalam Fibria (2007) 2.4. Pengendalian Limbah Cair Tahu dengan Sistem Anaerobik
mengandung bahan organik kompleks seperti limbah dariindustri makanan, minuman, bahan kimia dan obat-obatan. Beberapa alasan yang dipakai untuk penggunaan proses anaerobicdalam penanganan limbah antara lain : laju reaksi lebih tinggi dibandingaerobik, kegunaan produk akhir dan stabilisasi bahan organik (Wagiman,2004 dalam Febria 2007). Karakteristik proses pengolahan anaerobik dapat dijelaskansebagai berikut (Pusteklim, 2002 dalam Mahmud, 2011) : a.
mampu menerima beban organik yang tinggi per satuan volume reaktornya sehingga volume reaktor relatif lebih kecil dibandingkan dengan proses aerobic
b.
tanpa energi untuk prosesnya tetapi dapat menghasilkan energy
c.
menghasilkan surplus lumpur yang rendah
d.
pertumbuhan mikroba yang lambat
d. menghasilkan gas metan sebagai produk akhir yang mempunyai nilai ekonomis e. lumpur anaerob dapat disimpan tanpa pemberian zat makanan Sedangkan kelemahannya adalah : a. agak peka terhadap kehadiran senyawa tertentu, seperti CHCl3, CCl4, dan CN b. diperlukan waktu start up yang relatif lama sebagai akibat pertumbuhan anaerob yang sangat lambat pada dasarnya merupakan proses pengolahan awal sehingga memerlukan pengolahan lanjutan untuk bisa dibuang 2.5. Proses Transformasi Bahan Organik
Hasil kontak air limbah dengan bakteri anaerob akan menguraikan bahan organic yang terdapat pada air limbah dan menghasilkan gas metana dan karbon dioksida (biogas). Proses pembentukan biogas dapat dibagi menjadi empat tahapan yaitu: hidrolisis, acidogenesis, asetogenesis (dehidrogenesis) dan metanogenesis (Sorensen, 2004 dalam Febria, 2007). a. Proses Hidrolisis
d. Proses Metanogenesis Tahapan terakhir dalam proses perombakan secara anaerobik adalah berlangsungnya proses pembentukan gas metana oleh bakteri Methanogenic seperti Methanobacillus omelianskii yang mengkatabolisis asam acetat dan senyawa karbon tunggal menjadi biogas. Mekanisme reaksi pada fermentasi anaerob, yaitu:
Acid forming bacteria menguraikan senyawa glukosa menjadi: a. C6H12O6 + 2H2O
2CH3COOH + 2CO2 + 4H2 (asam asetat)
b. C6H12O6
CH3CH2CH2COOH + 2CO2 + 2H2 (asam butirat)
c. C6H12O6 + 2H2
2CH3CH2COOH + 2H 2O (asam propionat)
Acetogenic bacteria menguraikan asam propionat dan asam butirat menjadi :
sehingga aktivitas metanogen dapat berkurang. Kondisi ini biasa disebut souring (pengasaman) (Lettinga, 1994 dalam Mahmud, 2011). Berbagai studi tentang digesti anerobik pada berbagai ekosistem menunjukkan bahwa 70 % atau lebih metana yang terbentuk diperoleh dari asetat (pers. 1). Jadi asetat merupakan intermediet kunci pada seluruh fermentasi pada berbagai ekosistem tersebut (Main et al, 1977 dalam Said, 2006). Hanya sekitar 33 % bahan organik yang dikonversi menjadi metana melalui jalur hidrogenotropik dari reduksi CO2 menggunakan H2 (pers. 2) (Marchaim,1992 dalam Said, 2006). Konversi bahan organik menjadi metan dapat dilihat pada gambar 3 berikut.
fermentasi bahan-bahan organik oleh bakteri-bakteri anaerob. Pada umumnya semua jenis bahan organik bisa diproses untuk menghasilkan biogas (Fibria, 2006). Whey merupakan bagian limbah cair tahu yang paling berbahaya. Pengolahan limbah cair tahu secara anaerobik memungkinkan konversi whey menjadi biogas karena whey mengandung bahan organik cukup tinggi sebagaimana yang ditunjukkan oleh nilai CODnya. Pembentukan biogas terjadi selama proses fermentasi berjalan (Setiawan, 2005). Pembuatan dan penggunaan biogas di Indonesia mulai digalakkan pada awal tahun 1970-an dengan tujuan memanfaatkan buangan atau sisa yang berlimpah dari benda yang tidak bermanfaat menjadi yang bermanfaat, serta mencari sumber energi lain di luar kayu bakar dan minyak tanah. Pembuatan biogas bisa dengan drum bekas yang masih kuat atau sengaja dibuat dalam bentuk bejana dari tembok atau bahan-bahan lainnya (Setiawan, 2005).
Gas metan mempunyai nilai kalor antara 590 – 700 K.cal/m3. Sumber kalor lain dari biogas adalah dari H2 serta CO dalam jumlah kecil, sedang karbon dioksida dan gas nitrogen tak berkontribusi dalam soal nilai panas. Nilai kalor biogas lebih besar dari sumber energy lainnya, seperti coalgas (586 K.cal/m3) ataupun watergas (302 K.cal/m3). Nilai kalor biogas lebih kecil dari gas alam (967 K.cal/m3). Setiap kubik biogas setara dengan 0,5 kg gas alam cair (liquid petroleum gases/LPG), 0,5 L bensin dan 0,5 L minyak diesel. Biogas sanggup membangkitkan tenaga listrik sebesar 1,25 – 1,50 kilo watt hour (kwh) (Setiawan,2005). Biogas merupakan gas yang tidak berwarna, tidak berbau dan sangat tinggi dan cepat daya nyalanya, sehingga sejak biogas berada pada bejana pembuatan sampai penggunaannya untuk penerangan ataupun memasak, harus selalu dihindarkan dari api yang dapat menyebabkan kebakaran atau ledakan (Setiawan, 2005). Pembuatan biogas dimulai dengan memasukkan bahan organik ke dalam
dikandung biogas ini jumlahnya antara 54 – 70%, sedang karbon dioksidanya antara 27 – 43%. Gas-gas lainnya memiliki persentase hanya sedikit saja (Setiawan, 2005). 2.7. Reaktor UASB (Upflow Anaerobic Sludge Blanket)
Reaktor UASB adalah proses pengolahan air limbah secara anaerobik( tanpa oksigen). Alat ini berfungsi untuk mengurangi tingkat pencemaran air limbah dengan menggunakan bantuan bakteri dalam mengurai bahan organic. Bakteri yang digunakan adalah Methanothrix dan Methanosarcina sp. Proses penguraian anaerobic akan menghasilkan gas metana dan karbon dioksida.
menyusun sludge bed tersebut. Sludge bed juga berfungsi untuk menyaring padatan solid yang terikut bersama air limbah dan menjadi sumber makanan bagi bakteri anaerob untuk dapat berkembangbiak. Biogas yang terbentukkan naik ke atas dan dengan sifat gas yang menekan ke segala arah akan mengakibatkan pengadukan didalam reactor. Selanjutnya biogas dikumpulkan di gas collector . Granule yang terikut bersama biogas akan dibelokkan oleh dinding miring dan kembali kedasar reactor. Air limbah yang telah melalui proses di UASB selanjutnya akan keluar melalui effluent dan mengalir ke cooling pond. Kelompok Kerja AMPL (2004) dalam Mahmud 2011menyatakan bahwa teknik UASB (Upflow Anaerobic Sludge Bed) pada pengolahan limbah perkotaan semakin diminati karena biaya operasi rendah, dapat menangani beban cemaran tinggi, tidak membutuhkan tempat yang luas. Kelebihan lain dari UASB yaitu timbulnya butiran-butiran lumpur (granules
Risiko/kelemahan reaktor UASB yaitu kurang bisa diterapkan di daerah yang bersuhu agak rendah. Marchaim (1992) dalam Mahmud (2011) menyatakan bahwa proses UASB ini lebih sering diterapkan di daerah tropis yang biasanya bersuhu lebih dari 20 oC. Pada suhu di atas 12 oC, efisiensi perubahan COD sekitar 60 % dan tidak terlalu besar dipengaruhi oleh suhu, tingkat pembebanan, ataupun HRT. Akan tetapi pada suhu di bawah 12 oC, efisiensinya rendah. Lettinga et al.(1994) dalam Mahmud (2011) menyatakan bahwa pada suhu di bawah 20 OC degradasi lipida pada tahap hidrolisis berlangsung lambat. Kelemahannya yang lain adalah mudah mengalami korosi pada dua keadaan utama : a. gas H2S dapat melalui GSL separator dan mengumpul di atas permukaan air pada reaktor bagian atas. Gas ini akan dioksidasi menjadi sulfat oleh oksigen di udara menjadi bentuk sulphuric acid yang nanti pada gilirannya menyebabkan korosi pada beton dan baja
BAB III PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari makalah ini , yaitu : 1. Ada beberapa tahapan dalam proses pembuatan tempe dimana dilakukan pembersihan terlebih dahulu terhadap kedelai yang telah dipilih, kemudian direndamkan selama 4-10 jam sehingga setelah dapat di giiling menjadi bubur kedelai dengan penambahan air sesuai dengan jumlah kedelai agar dapat memperlancar proses penggilingan. Kemudian dilakukan pemasakan di atas tungku selama 5 menit dengan ditambahkan lagi air agak tidak berbuih dengan cari diaduk. Setelah itu dilakukan proses penyaringan bubur kedelai
dengan
kain
penyaring
sehingga
dapat
dilakukan
proses
penggumpalan menggunakan air asam dengan suhu 50 oC, kemudian
4. Potensi limbah cair menjadi biogas dengan metode anaerobil sangatlah memungkinkan untuk dikonversi menjadi biogas karena mengandung bahan organik cukup tinggi sebagaimana yang ditunjukkan oleh nilai CODnya. Pembentukan biogas terjadi selama proses fermentasi berjalan
Daftar Pustaka Coniwanti,Pamilia, dkk. 2009. Pembuatan Biogas Dari Ampas Tahu . Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya. Fibria, Kaswinarni. 2007. Kajian Teknis Pengolahan Limbah Padat dan Cair Industri Tahu. Lembaga Penelitian UNDIP. Semarang Herlambang, Arie. 2002. Teknologi Pengolahan Limbah Cair Industri. Pusat Pengkajian dan Penerapan Teknologi Lingkungan dan Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah Samarinda. Jakarta Mahmud, Hasan. 2011. Biogas :Potensi Dari www.DuniaDownload.com
Limbah CairIndustri Tahu .
Nurhasan, Pramudyanto,B.B., 1991. Penanganan Air Limbah Pabrik Tahu . Yayasan Bina Kasta Lestari Bintarti. Semarang Said, Nusa Idaman; Haryoto; Nugro; dan Arie. 2006. Teknologi Pengolahan Limbah Tahu-Tempe Dengan Proses Biofilter Anaerob Dan Aerob.www.enviro.bppt.go.id/~Kel-1/
LAMPIRAN MATRIKS REFERENSI No.
Judul
Penulis
1
Biogas : Potensi Dari Limbah Cair Industri Tahu
Hasan Mahmud
2
Kajian Teknis Pengolahan Limbah Padat Dan Cair Industri Tahu
Kaswinarni Fibria
Diterbitkan Oleh/ Alamat Web www.DuniaDownloa d.com
Universitas Diponegoro Semarang
2011
Jenis Tulisan Ebook
2007
Tesis
Tahun
Intisari
Limbah cair tahu mengandung bahan organic cukup tinggi, sehingga bila dibuang langsung ke lingkungan dapat menurunkan mutu lingkungan tersebut. Pengolahan limbah cair tahu secara anaerobik diharapkan dapat mengurangi pencemaran lingkungan dan menghasilkan sumber energy alternatif secara mudah dan murah. Penggunaan UASB yang dilengkapi dengan alat penangkap gas dan kran pengambilan sampel diharapkan dapat digunakan untuk mengetahui laju produksi biogas, penurunan COD, dan kenaikan pH limbah cair sehingga dapat dijadikan sebagai dasar dalam perancangan instalasi penanganan limbah yang memanfaatkan biogas sebagai energi alternatif yang diperoleh dari hasil pengolahan limbah secara anaerobik. Industri tahu saat ini sudah menjamur di Indonesia, dan rata-rata masih dilakukan dengan teknologi yang sederhana, sehingga tingkat efisiensi penggunaan air dan bahan baku masih rendah dan tingkat produksi limbahnya juga relatif tinggi. Sumber daya manusia yang terlibat pada umumnya bertaraf pendidikan yang relative rendah, serta belum banyak yang melakukan pengolahan limbah. Kalaupun sudah ada yang mempunyai unit pengolahan limbah hasilnya juga ada yang belum sepenuhnya sesuai yang diharapkan. Penelitian ini dilakukan pada tiga industri tahu, yaitu Industri Tahu Tandang Semarang (Anaerob-Aerob), Sederhana Kendal (Anaerob-Aerob) dan Gagak Sipat
3
Teknologi Pengolahan Limbah TahuTempe Dengan Proses Biofilter Anaerob Dan Aerob
Nusa Idaman Said; Haryoto; Nugro; dan Arie
www.enviro.bppt.go. id/~Kel-1/
2006
Jurnal
Boyolali (Anaerob). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengolahan limbah tahu yang efektif dan efisien serta dampaknya bagi masyarakat dan lingkungan. Metode yang dipakai pada penelitian ini survai lapangan dan wawancara. Analisis data yang digunakan adalah deskriptif analitik dan analisis SWOT. Kesimpulan dari penelitian ini yaitu pengolahan limbah yang efektif dan efisien adalah IPAL Industri Tahu Sederhana Kendal, diperlukan pengoperasian proses IPAL secara kontinyu agar hasilnya sesuai yang diharapkan dan IPAL yang sesuai untuk industri kecil tahu adalah IPAL yang biaya investasi awal dan operasionalnya murah, perawatannya mudah, proses pengolahan lengkap (anaerob-aerob), kualitas efluen memenuhi baku mutu air limbah industri tahu, memiliki nilai ekonomis dan ramah lingkungan. Industri tahu dan tempe merupakan industri kecil yang banyak tersebar di kota-kota besar dan kecil. Tempe dan tahu merupakan makanan yang digemari oleh banyak orang. Akibat dari banyaknya industri tahu dan tempe, maka limbah hasil proses pengolahan banyak membawa dampak terhadap lingkungan. Limbah dari pengolahan tahu dan tempe mempunyai kadar BOD sekitar 5.000 - 10.000 mg/l, COD 7.000 - 12.000 mg/l. Besarnya beban pencemaran yang ditimbulkan menyebabkan gangguan yang cukup serius terutama untuk perairan disekitar industri tahu dan tempe. Teknologi pengolahan limbah tahu tempe yang ada saat ini pada umumnya berupa pengolahan limbah sistem anaerob. Dengan proses biologis anaerob, efisiensi pengolahan hanya sekitar 70-80 %, sehingga air lahannya masih mengandung kadar polutan organik cukup tinggi, serta bau yang ditimbulkan dari sistem anaerob dan
4
Mengubah Limbah Ternak Jadi Energi
Yuli Setiawan
www. iatpi.org
2005
Jurnal
5
Teknologi
DR. Ir. Arie
Pusat Pengkajian dan
2002
Buku
tingginya kadar fosfat merupakan masalah yang belum dapat diatasi. Untuk mengatasi hal tersebut dapat dilakukan dengan cara kombinasi proses biologis anaerob-aerob yakni proses penguraian anaerob dan diikuti dengan proses pengolahan lanjut dengan sistem biofilter anaerob-aerob. Dengan kombinasi proses tersebut diharapkan konsentrasi COD dalan air olahan yang dihasilkan turun menjadi 60 ppm, sehingga jika dibuang tidaklagi mencemari lingkungan sekitarnya. Biogas merupakan renewable energy yang dapat dijadikan bahan bakar alternatif untuk menggantikan bahan bakar yang berasal dari fosil seperti minyak tanah dan gas alam. Akhir-akhir ini diversifikasi penggunaan energy menjadi isu yang sangat penting karena berkurangnya sumber bahan baku minyak. Pemanfaatan limbah pertanian untuk memproduksi biogas dapat memperkecil konsumsi sumber energi komersial seperti minyak tanah juga penggunaan kayu bakar. Biogas dihasilkan oleh proses pemecahan bahan limbah organic yang melibatkan aktivitas bakteri anaerob dalam kondisi anaerobic dalam suatu digester. Pada dasarnya proses pencernaan anaerob berlangsung atas tiga tahap yaitu hidrolisis, pengasaman dan metanogenik.Proses fermentasi memerlukan kondisi tertentu seperti rasio C:N,temperatur, keasaman juga jenis digester yang dipergunakan. Di banyak negara berkembangjuga di negara Eropa dan Amerika Serikat, biogas sudah umum digunakan sebagai energy pengganti yang ramah lingkungan. Sementara diIndonesia yang mempunyai potensi limbah biomasa yang melimpah, biogasbelum dimanfaatkan secara maksimal. Dalam buku ini telah disusun panduan umum teknologi
Pengolahan Limbah Cair Industri
Herlambang, M.Si.
Penerapan Teknologi Lingkungan dan Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah Samarinda
6
Penanganan Air Limbah Pabrik Tahu.
Yayasan Bina Kasta Lestari Bintarti
1991
Buku
7
Pembuatan Biogas Dari AmpasTahu
Nurhasan dan Pramudyanto ,B.B PamiliaConi wanti, Anthon Herlanto, dkk
UniversitasSriwijaya
2009
Jurnal
8
Pengolahan LimbahCair Tahu Menjadi Biogas sebagai bahanbakan alternative
Sri Subekti
Universitas Wahid Hasyim
2011
Jurnal
pengolalaan dan pengolahan limbah cair serta beberapa contoh penerapan teknologi pengolahan limbah cair untuk industry makanan tahu tempe, industry makanan dari bahan ikan, udang, unggas dan daging, industry perkebunan buah dan sayuran, industry percetakan, industry jasa perhotelan, rumah makan dan restoran, industry jasa bengkel kendaraan bermotor, serta rumah sakit dan puskesmas dan lain-lain. Dalam buku ini berisi tentang sumber air limbah pabrik tahu, karakteristik limbah pabrik tahu, dan penanganan air limbah pabrik tahu secara efektif dan efisien Dalam buku ini menjelaskan bahwa besarnya potensi limbah ampas tahu yang dihasilkan di Indonesia yang tidakdimanfaatkan lebih lanjut, dimana pemanfaatan limbah ini sebenarnya dapat memberikan nilai ekonomi yang lebih. Beberapa manfaat dari biogas yang terbuat dari ampas tahu adalah mengurangi volume limbah dilingkungan, mengurangi efek rumah kaca, and menjadi gas alternative menggantikan LPG yang biasa digunakan untuk masak. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah rasioperban dingankan dari ampas tahu dengan kandungan air dan waktu fermentasi. Dalam jurnal ini menjelaskan bahwa industry tahu merupakan industry dengan skala kecil, maka membutuhkan instalasi pengolahan limbah yang alat-alat nya sederhana, biaya operasionalnya murah, memiliki nilai ekonomis dan ramah lingkungan. Llimbah tahu harus dikelola dengan baik dan dipelihara secara rutin. Namun memerlukan teknologi pengolahan limbah tahu yang efektif dan efisien beserta kelebihan dan kekurangannya, dan dampaknya terhadap masyarakat dan lingkungan.