BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perbedaan Islam dengan materialisme adalah bahwa Islam tidak pernah memisahkan ekonomi dengan etika, Islam juga tidak memisahkan agama dengan negara, Islam juga berbeda dengan konsep kapitalisme yang memisahkan akhlak dengan ekonomi. Umat muslim, entah itu individu maupun kelompok dalam sektor ekonomi atau bisnis, di satu sisi diberi kebebasan untuk untuk mencari keuntungan sebesar besarnya. Namun di sisi lain lai n ia terikat dengan iman ima n dan etika sehingga ia tidak bebas mutlak dalam menginvestasikan modalnya atau membelanjakan hartanya. Maka kita sebagai muslim alangkah baiknya jika kita mengobarkan citra ekonomi Islam sebagai suatu cita-cita ilmu ekonomi. Kemudian di antara bidang yang terpenting dalam perekonomian itu adalah tentang teori tabungan dan investasi baik itu dalam Islam maupun konvensional. Sebelum kita mengkaji lebih jauh tentang teori tabungan dan investasi, maka ada baiknya diberikan beberapa rumusan masalah yang yang perlu dikemukakan di bawah ini. ini.
B. Rumusan Masalah
Mari kita perhatikan rumusan masalah sebagai berikut: 1. Apa definisi teori tabungan dalam ekonomi konvensional dan Islam? 2. Apa pengertian dari teori investasi dalam konvensional dan Islam? 3. Faktor apa yang mempengaruhi seseorang memilih berinvestasi dan menabung?
1
BAB II PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN TEORI TABUNGAN
1. Teori Tabungan dalam Konvensional Tabungan adalah bagian dari pendapatan yang disimpan atau tidak dibelanjakan. Tabungan disimbolkan dengan (S). Atau bisa juga disebutselisih langsung antara pendapatan nasional dengan konsumsi agregat (S = Y – C). Persamaan di atas telah menunjukkan bahwa, tabungan adalah sama dengan pendapatan dikurangi konsumsi.Penghasilan yang diterima oleh suatu keluarga tidak selalu habis dibelanjakan untuk membeli barang-barangkebutuhan. Orang kaya dengan penghasilan yang tinggi akan menghabiskan seluruh penghasilannya untuk konsumsi(kecuali kalau kekayaannya itu diboroskan untuk cara hidup yang serba mewah). Akan tetapi orang-orang sederhanapun berusaha untuk menyisihkan sekadar uang agar kemudian hari bisa membeli barang-barang yang agak mahal.Bagian penghasilan yang tidak habis dibelanjakan untuk konsumsi disebut tabungan. Tabungan masyarakat ikutberpengaruh terhadap arus uang beredar terhadap nvestasi, produksi, dan permintaan, dan berperan dalam rangkastabilitas dan pembangunan ekonomi. 2. Teori Tabungan dalam Islam Definisi tabungan menurut M. Nejatullah Siddiqi (Role of the State in the Economy: An Islamic Perspective, The Islamic Foundation, Leicester UK, 1996) bermakna dua; pertama tabungan yang ditujukan untuk berjaga-jaga dan tabungan yang ditujukan untuk investasi. Tentu saja investasi yang produktif, bukan investasi dalam makna luas yang dilakukan oleh konvensional, dimana aktivitas spekulasi masuk dalam definisi investasi ini. Menurut Monzer Kahf dan Umar Chapra bahwa pengeluaran yang berlebihan dilarang, penimbunan simpanan juga dikecam tegas oleh Al-Quran dan As-Sunnah. Sumber-sumber daya yang telah disediakan Allah harus dipergunakan untuk digunakan oleh pemiliknya (dalam batasan-batasan yang ditetapkan Allah) atau diperuntukan bagi orang lain sehingga memenuhi tujuan dasar penciptaannya. Membiarkannya menganggur dan tidak memanfaatkannya bagi tujuan-tujuan
2
konsumsi yang benar dan bukan untuk pengembangan barang-barang umum lewat kontribusi kesejahteraan (zakat, sedekah atau pembayaran semacamnya) atau untuk investasi produktif telah dikecam oleh Islam. Lebih lanjut, Kahf dan Chapra menyatakan bahwa sangatlah perlu mengorganisasikan serta meregulasi uang dan system perbankan dalam suatu cara yang tidak saja akan mengurangi dorongan melakukan pengeluaran yang berlebihan, tetapi juga memobilisasi simpanandan menyalurkannya ke dalam pemanfatan pemanfatan
secara
sosialproduktif.
Bagaimanapun,
sistem
itu
tidak
boleh
menggalakkan atau memfasilitasi produksi serta konsumsi barang dan jasa yang memiliki prioritas yang rendah dalam sistem nilai islam. Deposito yang dipakai oleh bank untuk memberikan pinjaman adalah milik masyarakat dan keadilan sosioekonomi menuntut bahwa sumber-sumber daya yang sudah dimobilisasi itu dialokasikan untuk membantu membiayai produksi dan distribusi semua kebutuhan pokok masyarakat sebelum dana-dana itu dipersiapkan untuk tujuan-tujuan lain. Selain itu, dalam perekonomian Islam yang menerapkan sistem pajak juga akan berdampak perbedaan pada jumlah tabungan umat muslim dengan jumlah tabungan pada non-muslim. Zakat yang dikenakan pada harta dan asset yang menganggur dan tidak dimanfaatkan (namun berpotensi untuk berkembang), menyebabkan umat muslim untuk lebih memilih melakukan investasi dibandingkan membiarkan uangnya ditabung. Dengan demikian, Tabungan dalam Islam jelas merupakan sebuah konsekuensi atau respon dari prinsip ekonomi Islam dan nilai moral Islam, yang menyebutkan bahwa manusia haruslah hidup hemat dan tidak bermewah-mewah karena
Allah
sangat
mengutuk
perbuatan
israf (pemborosan)
dan
tabzir
(menghambur-hamburkan harta tanpa guna), serta mereka (diri sendiri dan keturunannya) dianjurkan ada dalam kondisi yang tidak fakir. Jadi dapat dikatakan bahwa motivasi utama orang menabung disini adalah nilai moral hidup sederhana (hidup hemat) dan keutamaan tidak fakir. Serta efek zakat terhadap tabungan akan mendorong umat muslim untuk lebih sering melakukan investasi sehingga akan mengurangi kesenjangan sosial yang ada.
3
B. TEORI INVESTASI
1. Teori Investasi dalam konvensional Secara singkat, investasi (investment ) dapat didefinisikan sebagai tambahan bersih terhadap stok kapital yang ada (addition to exsisting capital stock ). Istilah lain dari investasi adalah akumulasi modal (capital accumulation) atau pembentukan modal (capital formation). Dengan demikian di dalam makroekonomi pengertian investasi atau akumulasi modal itu adalah berbeda atau tidak sama dengan modal (capital ). Biasanya yang dimaksud dengan investasi adalah investasi bruto oleh perusahaan, yaitu jumlah nilai pasar dari bangunan-bangunan dan peralatan-peralatan yang tahan lama serta perubahan di dalam nilai persediaan perusahaan (inventory). Jadi investasi bruto meliputi: pembangunan pabrik, pembelian mesin-mesin yang baru dan pembangunan rumah baru serta tambahan persediaan perusahaan. Pembelian rumah oleh seseorang pribadi tidak dimasukkan sebagai investasi melainkan konsumsi, sedangkan pembelian rumah oleh perusahaan untuk karyawankaryawannya, dapat dikatakan sebagai investasi. Jadi, yang mengadakan investasi hanyalah bussiness firm (perusahaan), karena investasi adalah menanam modal untuk menghasilkan kmbali. Di setiap perusahaan setiap kali tentu saja ada barang-barang yang aus sehingga harus diperhitungkan penyusutannya. Investasi kotor (bruto) dikurangi dengan penyusutan adalah investasi neto ( bersih). Tidak seperti tabungan dan konsumsi, investasi merupakan sebuah bisnis yang tidak dapat diprediksi dan beresiko, karena investasi tidak harus mengikuti pergerakan yang sama dengan produksi nasional bruto (GNP), beda halnya dengan pengeluaran konsumsi yang dapat mempengaruhi nilai produk nasional bruto (GNP). Investasi merupakan aktivitas tersendiri dari sektor swasta dan sektor pemerintah. Peristiwa di mana investasi tidak sejalan dengan laju pertumbuhan produk nasional bruto ditemukan pada saat terjadinya resesi dalam siklus ekonomi juga dalam perekonomian yang sedang mengalami inflasi. Jika nilai produk nasional bruto tetap tinggi dan tingkat suku bunga juga tinggi keadaan ini juga dapat mengurangi investasi.
4
Dengan mengkombinasikan semua faktor di atas yang memengaruhi permintaan investasi, kita dapat menghasilkan fungsi investasi dalam formasi: I=I (i,r, Q, T) Dengan, dI/di < 0; dI/dQ ≥ 0; dI/dT > 0; di mana,
I = tingkat investasi
i = tingkat suku bunga r = tingkat pengembalian sebagai indikator dari keuntungan Q= produk nasional bruto (GNP) T= perubahan teknologi yang memengaruhi permintaan investasi
Keberadaan i menyebabkan ketidakpastian dalam semua variable, dalam fungsi di atas r mempunyai sifat acak dalam keberadaan i karena ketidakpastian yang disebabkan oleh harapan- harapan investor. Karenanya, Q tidak dapat mengikat selama masih terdapat kelambatan pada harapan-harapan investor. Juga karena penginvestasian kembali dari peningkatan Q tidak dapat direalisasikan, maka T mengalami kelambatan dan efek beruntun antara ketidakpastian yang disebabkan oleh i dan iklim ekonomi keseluruhan akan terbentuk. Masuknya variable i ke dalam fungsi investasi didasarkan pada asumsi bahwa pengusaha meminjam kredit dari bank untuk melakukan investasi. Itu sebabnya pengusaha akan membandingkan apakah return r dari bisnisnya lebih tinggi dari tingkat bunga i. Bila r>i , maka ia akan melakukan investasi. Sebaliknya bila r
perlengkapan-perlengkapan
produksi
untuk
menambah
kemampuan
memproduksi barang-barang dan jasa yang tersedia dalam perekonomian. Ada 3 bentuk pengeluaran investasi: i. Investasi tetap bisnis (business fixed investment ) b. Yaitu pengeluaran investasi untuk pembelian berbagai jenis barang modal yaitu mesin-mesin dan peralatan produksi lainnya untuk mendirikan berbagai jenis industri dan perusahaan.
5
c. Investasi residensial (residential investment ) Yaitu pengeluaran untuk mendirikan rumah tempat tinggal, bangunan kantor, bangunan pabrik, dan bangunan lainnya. d. Investasi persediaan (inventory investment ) Yaitu berupa pertambahan nilai stok barang-barang yang belum terjual, bahan mentah, dan barang yang masih dalam proses produksi pada akhir tahun perhitungan pendapatan nasional. 2. Teori Investasi dalam Islam Teori investasi dengan pendekatan ekonomi Islam tentu berbeda dengan teori investasi konvensional. Perbedaannya karena fungsi investasi dalam ekonomi konvensional dipengaruhi tingkat suku bunga, hal ini tentunya tidak berlaku dalam pendekatan ekonomi Islam. Secara lebih spesifik, M. M Metwally (1993) mengembangkan suatu fungsi investasi dalam perekonomian Islam akan sangat berbeda dari perekonomian yang non Islam (konvensional). Model yang dikembangkan mengasumsikan tingkat suku bunga nol. Ia mengganti variabel suku bunga dengan variabel expected rate of profit (r). Penggantian variabel ini membawa perubahan mendasar karena tingkat suku bunga ditentukan oleh pasar kredit (credit market ), dan bukan ditentukan oleh tingkat profitabilitas bisnis pengusaha. Sedangkan variabel expected rate of profit ditentukan oleh karakteristik bisnis pengusaha. Asumsi lain yang digunakan adalah: a. Terdapat denda untuk penimbunan aset-aset yang tidak termanfaatkan (iddle assets). b. Dilarangnya segala bentuk spekulasi dan tindakan perjudian. c. Tingkat suku bunga pada semua jenis dana pinjaman adalah nol. Jadi, para investor atau penabung Muslim dapat memilih di antara tiga alternatif untuk memanfaatkan dananya: 1. Memegang dananya dalam bentuk tunai 2. Memegang dananya dalam bentuk aset-aset yang tidak menghasilkan pendapatan (contoh: deposito bank, pinjaman, property, perhiasan) 3. Menginvestasikan dananya (menjadi investor dalam proyek yang dapat menambah persediaan modal negara)
6
C. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Seseorang Menabung dan Berinvestasi 1. Faktor yang mempengaruhi tabungan dalam konsep ekonomi konvensional Dalam konsep ekonomi konvensional, terdapat beberapa faktor yang menentukan seseorang memilih untuk menabung, diantaranya: i. Kekayaan yang telah terkumpul b. Sebagai akibat dari mendapat harta warisan atau tabungan yang banyak sebagai akibat usaha di masa lalu, maka seseorang berhasil mempunyai kekayaan yang mencukupi. Dalam keadaan seperti itu ia sudah tidak terdorong lagi untuk menabung lebih banyak. Maka lebih besar bagian dari pendapatan yang digunakan untuk konsumsi dimasa sekarang. Sebaliknya, untuk orang yang tidak memperoleh warisan atau kekayaan; mereka akan lebih bertekad untuk menabung agar lebih memperoleh kekayaan yang lebih banyak di masa yang akan datang atau untuk memenuhi kebutuhan masa depan keluarganya seperti membeli rumah, membiayai pendidikan anak atau membuat tabungan untuk persiapan di hari tua.
b. Suku bunga Suku bunga dapatlah dipandang sebagai pendapatan yang diperoleh dari melakukan tabungan. Rumah tangga akan membuat lebih banyak tabungan apabila suku bunga tinggi karena lebih banyak pendapatan dr penabungan akan diperoleh. Pada suku bunga yang rendah orang tidak begitu suka menabung karena mereka merasa lebih baik melakukan pengeluaran konsumsi dari pada menabung. c. Sikap berhemat Berbagai masyarakat mempunyai sikap yang berbeda dalam menabung dan berbelanja. Ada masyarakat yang tidak suka belanja berlebih-lebihan dan lebih mementingkan tabungan. Tetapi ada pula masyarakat yang memiliki pola konsumsi yang tinggi, hal ini menyebabkan tingkat tabungannya akan lebih rendah. d. Keadaan perekonomian Dalam
perekonomian
yang
tumbuh
dengan
pesat
dan
tidak
banyak
pengangguran, masyarakat berkecenderungan melakukan pengeluaran yang lebih
7
aktif. Mereka mempunyai kecenderungan berbelanja lebih banyak pada masa kini dan kurang menabung. Tetapi dalam keadaan kegiatan perekonomian yang lambat dan pengangguran menunjukkan tendensi meningkat, maka sikap masyarakat dalam mengunakan uang dan pendapatannya menjadi makin berhatihati. e. Distribusi pendapatan Dalam masyarakat yang distribusinya tidak merata, lebih banyak tabungan akan dapat diperoleh. Dalam masyarakat demikian (i) sebagian besar pendapatan nasional dinikmati oleh segolongan kecil penduduk yang sangat kaya, dan (ii) golongan masyarakat ini mempunyai kecenderungan menabung yang tinggi. Maka mereka dapat menciptakan tabungan yang banyak. Segolongan besar penduduk mempunyai pendapatn yang hanya cukup membiayai konsumsinya dan tabungannya adalah kecil. Dalam masyarakat yang distribusi pendapatannya lebih seimbang tingkat tabungannya relative lebih sedikit karena mereka mempunyai kecondongan mengkonsumsi yang tinggi. f. Tersedia tidaknya dana pensiun yang mencukupi Program dana pensiun dijalankan di berbagai Negara, Ada Negara yang memberikan pensiun yang cukup tinggi kepada golongan penduduknya yang telah tua. Apabila pendapatan dari pensiun besar jumlahnya, para pekerja tidak terdorong untuk melakukan tabungan yang banyak pada masa bekerja dan ini menaikkan tingkat konsumsi. Sebaliknya, apabila pendapatan pensiun. 3. Faktor Menabung dalam Konsep Ekonomi Islam Alokasi
anggaran
konsumsi
seorang
muslim
akan
mempengaruhi
keputusannya dalam menabung dan investasi. Seseorang biasanya akan menabung sebagian dari pendapatnya dengan beagam motif, antara lain : a. untuk berjaga-jaga terhadap ketidakpastian masa depan, b. untuk persiapan pembelian suatu barang konsumsi dimasa depan, serta c. untuk mengakumulasikan kekayaannya. 4. Faktor Investasi dalam Konsep Ekonomi Konvensional Dalam konsep ekonomi konvensional, terdapat beberapa faktor yang menentukan seseorang memilih untuk melakukan investasi, diantaranya: a. Tingkat keuntungan yang diramalkan akan diperoleh dan suku bunga
8
b. Walaupun seorang pengusaha memiliki tabungan yang cukup dan ol eh karenanya tidak perlu meminjam dari suatu lembaga keuangan untuk membiayai investasi yang ingin dilaksanakan, hal itu belumlah merupakan syarat yang cukup bagi terciptanya kegiatan investasi. Pengusaha tersebut memiliki dua pilihan dalam menggunakan tabungannya, yaitu: (i) meminjamkan/membungakan uang tersebut, atau (ii) menggunakannya untuk investasi. Dalam keadaan di mana persentasi pengembalian modal yang akan diperolehnya lebih kecil dari suku bunga, maka lebih baik bagi pengusaha itu untuk membungakan uangnya dan membatalkan maksudnya untuk melakukan investasi. c. Ramalan mengenai keadaan ekonomi di masa depan Ramalan yang menunjukkan bahwa keadaan perekonomian, termaksud situasi politik dan keamanan, akan menjadi lebih baik lagi pada masa depan, yaitu diramalkan bahwa harga-harga akan tetap stabil dan pertumbuhan ekonomi maupun pertambahan pendapatan masyarakat akan berkembang dengan cepat, merupakan keadaan yang akan mendorong pertumbuhan investasi. Makin baik keadaan masa depan, makin besar tingkat keuntungan yang akan diperoleh pengusaha. Oleh sebab itu mereka akan lebih terdorong untuk melaksanakan investasi yang telah atau yang sedang dirumuskan. d. Kemajuan teknologi Pada umumnya makin banyak perkembangan teknologi yang dibuat, makin banyak pula kegiatan pembaruan yang akan dilakukan para pengusaha. Untuk melakukan pembaruan-pembaruan, para pengusaha harus membeli barang-barang modal baru atau bangunan untuk pabrik baru. Maka makin banyak pembaruan yang dilakukan, makin tinggi tingkat investasi yang tercapai. Di lain pihak, pembaruan-pembaruan tersebut akan meningkatkan produktivitas sehingga akan menaikkan jumlah pendapatan pekerja. Apabila pendapatan terus menerus bertambah, permintaan atas berbagai jenis barang akan terus menerus bertambah pula. Yang belakangan ini akan mendorong lebih banyak investasi dan mempercepat laju pertumbuhan ekonomi.
9
e. Tingkat pendapatan nasional dan perubahan-perubahannya Tingkat pendapatan nasional yang tinggi akan memperbesar pendapatan masyarakat, dan selanjutnya pendapatan masyarakat yang tinggi tersebut akan memperbesar permintaan terhadap barang dan jasa. Maka keuntungan perusahaan akan bertambah tinggi dan ini akan mendorong dilakukannya lebih banyak investasi. Dengan perkataan lain, dalam jangka panjang, apabila pendapatan nasional bertambah tinggi, maka invests akan bertambah tinggi pula. f. Keuntungan yang diperoleh perusahaan Dana Investasi diperoleh perusahaan dari meminjam atau dari tabungannya sendiri. Tabungan perusahaan terutama diperoleh dari keuntungan, semakin besar untungnya semakin besar pula keuntungan yang tetap disimpan perusahaan. Keuntungan yang semakn besar ini memungkinkan perusahan memperluas usahanya dan mengembangkan usaha baru. Langkah seperti iniakan menambah investasi dalam perekonomian. 5. Faktor Investasi dalam Islam
Demikian pula, seseorang akan mengalokasikan sebagian dari anggarannya untuk investasi, yaitu menanamkannya pada sektor produktif. Dengan investasi maka seseorang rela mengorbankan konsumsinya sekarang dengan harapan akan mendapat hasil (return) dimasa datang. Dengan adanya return dimasa datang berarti akan terjadi akumulasi kekayaan yang dapat meningkatkan kesejahteraan hidup. Bukti lain bahwa Islam sangat mendorong kegiatan menabung dan investasi adalah bahwa dalam berbagai aturan Islam dalam mengelola harta membawa implikasi positif pada tabungan dan investasi ini, misalnya larangan terhadap penumpukan harta, pengenaan zakat pada harta yang menganggur melebihi batas waktu tertentu dan penghapusan bunga. Hal terakhir ini kemudian dijadikan alternatif sistem bagi hasil yang diperoleh melalui kerjasama investasi mudharabah dan musyarakah. (Fadhila, 2004). Dari uraian diatas, jelas bahwa investasi dalam ekonomi Islam adalah fungsi dari tingkat keuntungan yang diharapkan. Tingkat keuntungan yang diharapkan tergantung pada pangsa keuntungan relatif antara investor dan penyedia dana sebagai mitra usaha. Tingkat zakat dan biaya lain atas dana yang tidak/kurang produktif juga berpengaruh nyata atas keputusan investasi.
10
Fungsi investasi dengan pendekatan ekonomi islam tentu berbeda dengan fungsi investasi dengan pendekatan ekomoni konvensional. Perbedaannya karena fungsi investasi dalam ekonomi konvensional dipengaruhi tingkat suku bunga, hal ini tentunya tidak berlaku dalam pendekatan ekonomi islam. Menurut Metwally (1995), investasi di negara-negara penganut ekonomi Islam dipengaruhi oleh 3 faktor: 1. Ada sanksi terhadap pemegang aset ynag kurang atau idak produktif ( hoarding idle asset ). 2. Dilarang melakukan berbagai bentuk spekulasi dan segala macam judi. 3. Tingkat bunga untuk berbagai pinjaman sama dengan nol. Sehingga orang Muslim dapat boleh memilih 3 alternatif atas dananya, yaitu: (a) memegang kekayaannya dalam bentuk uang kas ( iddle cash); (b) memegang tabungannya dalam bentuk aset tanpa berproduksi seperti deposito, real estate, permata; (c) menginvestasikan tabungannya (seperti memiliki proyek-proyek yang menambah persediaan kapital nasional)
11
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan Dari hasil pembahasan di atas dapat kami simpulkan bahwa yang dimaksud dengan tabungan (Saving ) yang disimbolkan dengan (S) ialah bagian dari pendapatan yang disimpan atau tidak dibelanjakan.Sedangkan yang dimaksud investasi (investment ) yang disimbolkan dengan (I) ialah bagian dari pendapatan perusahaan yang ditanam sebagai penambah modal. Sedangkan
faktor-faktor
yang
mempengaruhi
seseorang
menabung
diantaranya adalah: (a) Kekayaan yang telah terkumpul, (b) Suku bunga, (c) Sikap berhemat, (d) Keadaan perekonomian, (e) Distribusi pendapatan, (f) Tersedia tidaknya dana pensiun yang mencukupi. Sedangkan faktor menabung bagi umat Muslimberagam motif, antara lain : (a) untuk berjaga-jaga terhadap ketidakpastian masa depan, (b) untuk persiapan pembelian suatu barang konsumsi dimasa depan, serta (c) untuk mengakumulasikan kekayaannya.
B. Saran
Demikianlah makalah ini kami buat, kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan demi kesempurnaan makalah kami selanjutnya. Kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat serta menambah pengetahuan dan wawasan kita semua. Amin.
12
DAFTAR PUSTAKA
Adiwarman A. Karim. (2007). Ekonomi Makro Islami. Jakarta: RajaGrafindo Persada, Edisi Ketiga. Muana Nanga. (2001). Makroekonomi: teori, masalah dan kebijakan. Jakarta: RajaGrafindo Persada. M. Suparmoko. (1996). Pengantar Ekonomi Makro. Yogyakarta: BPFE, Edisi Ketiga. Nurul Huda, et al. (2009). Ekonomi Makro Islam: Pendekatan Teoritis. Jakarta: Kencana. http://3.bp.blogspot.com/untitled.bmp.
13