SAPONIN 1. Definisi
Saponin adalah glikosida yang ada dalam berbagai macam tanaman. Ada tiga sifat khas senyawa ini, yaitu rasanya pahit, membentuk buih dalam larutan berair, dan dapat menyebabkan hemolisis sel-sel darah merah. Saponin sangat beracun pada ikan dan hewan-hewan air berdarah dingin lainnya, pengaruhnya pada hewan tingkat tinggi bervariasi. Secara kimiawi, saponin ada dua macam kelompok tergantung sifat gugus sapogenin sapogenin yang mengikat heksosa, pentosa atau asam uronat. Sapogenin adalah steroid (C 27) atau triterpenoid (C30). 2. Sifat atau Karakteristik dari Bahan Toksikan
1. Mempunyai rasa pahit 2. Dalam larutan air membentuk busa yang stabil 3. Menghemolisa eritrosit 4. Merupakan racun kuat untuk ikan dan amfibi 5. Membentuk persenyawaan dengan kolesterol dan hidroksisteroid lainnya 6. Sulit untuk dimurnikan dan diidentifikasi 7. Berat molekul relatif tinggi, dan analisis hanya menghasilkan formula empiris yang mendekati.
3. Sumber Toksikan Dalam Kehidupan Sehari-Hari Sehari-Hari
Saponin terkandung dalam berbagai
macam bahan makanan. Makanan yang
mengandung saponin adalah : a.
Tumbuh-tumbuhan
Kacang-kacangan ( Fabaceae) Fabaceae) Saponin yang terkandung dalam kacang-kacangan ini adalah soyasaponine. Diketahui, soyasaponin memiliki fungsi sebagai antivirus, hepatoprotektor, dan antitumor. Saponin juga dapat beraktivitas pro-apoptisis dan memblok inisiasi kanker. Contoh kacangkacangan yang mengandung saponin adalah : o
Kacang kedelai (Glycin (Glycin max) max) Saponin yang terkandung dalam kacang kedelai merupakan soyasaponin. Saponin ini terdapat di bagian biji kedelai. Tidak hanya kedelai mentah, produk-produk kedelai juga diketahui mengandung saponin, yaitu seperti tempe, tahu, susu kedelai, dan sebagainya.
o
Kacang kapri atau ercis ( Pisum sativum) Kacang kapri mengandung saponin pada bagian bijinya.
o
Kacang tanah ( Arachis hypogaea L.) Kacang tanah mengandung saponin pada bagian bijin ya.
o
Buncis ( Phaseolus vuldgaris L.) Buncis mengandung saponin pada bagian bijinya.
o
Alfafa ( Medicago sativa) Alfafa adalah spesies tanaman yang biasanya dimanfaatkan sebagai makanan ternak untuk sapi perah, kuda, sapi potong, domba, dan kambing. Saponin yang terkandung didalamnya di bagian akarnya. Saponin yang terdapat dalam tanaman ini diketahui memiliki aktivitas sebagai antifungi, yaitupada Microsporum gypseum, Trichophyton interdigitale dan T. Tonsurans.
Licorice (Caesalpiniceae) Tanaman Glycyrrhiza sp. atau licorice mengandung saponin tipe oleane/ soyasaponin (saponin triterpenoid) yang memberikan rasa manis 200 kali lebih besar dari pada sukrosa dan tipe lupane / asam betulinat (saponin triterpen) yang diketahui berfungsi sebagai agen anti-HIV. (Saponin ini terkandung dalam bagian akar Licorice ).
Ginseng (Araliaceae) Gingseng ( Panax gingseng ) merupakan tanaman yang telah lama dipakai sebagai obat tradisional di Asia. Tanaman ini mengandung tipe saponin yang spesifik, yaitu ginsenoside, yang diketahui memiliki aktivitas sebagai antikanker.
Minyak Zaitun (Oleaceae) Saponin yang terdapat dalam mnyak zaitun diketahui berasal dari kulit berlemak buahnya zaitun (Olea europaea). Jenis Virgin Pressed Olive Oil , yang dibuat tanpa pemanasan akan menandng saponin dalam jumlah yang lebih tinggi, walaupun masih ada saponin yang tertingga dalam ampasnya.
Tanaman lain Tanaman lain yang diketahui mengandung saponin adalah bayam, gandum, biji tomat, paprika, bawang putih, asparagus, teh, dan kentang. Dalam hal ini, saponin dalam bayam dan gandum dapat meningatkan absorbsi makanan di saluran cerna.
b. Organisme laut Saponin yang terkandung dalam organisme laut berperan sebagai agen toksik untuk melindungi diri dari predator. Saponin ini mampu menyababkan kerusakan insang yang beribas pada gangguan respirasi ikan, sehinga mengakibatkan kematian pada ikan. Tidak hanya melalui mekanisme tersebut, ternyata saponin juga dapat memberikan aktivitas toksik
lain yaitu mengganggu regulasi ion dan tekanan osmotik. Contoh organisme laut yang mengandung saponin adalah :
Swartzia madagascaries (Leguminosae)
Sesbania sesban (Leguminosae)
Neoratautanenia pseudopachyrhiza (Leguminosae)
Sapindus saponaria (Sapindaceae)
Securidaca longepedunculata (Polugalaceae)
Xeromphis spinosa (Rubiaceae)
Timun laut / teripang ( Echinodermata) Toksin saponin dalam timun laut diketahui tidak toksik pada manusia, melainkan justru
dapat beraktivitas sebagai antitumor. c. Anggur Merah ( Red Wine) Saponin diketahui terdapat dalam jumlah besar pada anggur merah, terutama pada jenis Zinfandel, Syrah, Cabernet Sauvignon, dan Pinot Noir. Saponin tersebut berasal dari kulit berlemak anggur yang masuk ke dalam anggur (wine) selama proses fermentasi.Wine yang tinggi alkohol, seperti Zinfandel, mengandung konsentrsi saponin yang tinggi pula. Diketahui bahwa di dalam alkohol kelarutan saponin ini akan bertambah.
4. Jalur Paparan Saponin
Paparan jangka pendek Tertelan: Menimbulkan alergi, kembung perut, dan diare.
Paparan jangka panjang Tertelan: Toksisitas pada konsentrasi yang tinggi dapat menyebabkan kerusakan hati dan ginjal.
5. Proses Toksikokinetik dalam Tubuh
Saluran Pencernaan
Absorbsi
Hati
Sirkulasi Darah dan Limpe
Distribusi/ fotosensitisasi Metabolisme
Empedu
Ekskresi
Feses
Empedu
Ginjal
Urin
Saponin masuk ke dalam tubuh melalui proses penelanan. Saponin yang terkandung dalam bahan makanan yang masuk kedalam tubuh akan terproses di dalam saluran pencernaan. Saponin yang bersifat keras atau racun biasa disebut sebagai Sapotoksin yang dapat menyebabkan kerusakan pada organ hati yang bertugas menetralisir toksikan. Sapotoksin akan ikut dalam sirkulasi darah dan limpe dan diproses kembali dalam ginjal dan dieksresikan dalm bentuk urin. Apabila Saponin dengan tingkat toksikan tinggi akan membuat kerja ginjal menjadi lebih berat dan dalam jangka panjang dapat menyebabkan kerusakan pada ginjal. Saponin dengan kadar toksikan tidak tinggi dapat terproses dalam tubuh dan dikeluarkan dalam bentuk feces dan juga urin. 6. Efek Buruk yang dapat Ditimbulkan
Kesehatan Manusia
Saponin merupakan komponen bersifat pahit, yang menurut BIRK (1969) dapat menyebabkan gangguan fungsional saluran pencernaan sebagai akibat terhambatnya aktivitas otot penggerak peristaltik.
Saponin yang bersifat keras atau racun biasa disebut sebagai
Sapotoksin.
Saponin juga mampu menghemolisis eritrosit, sehingga dapat menyebabkan iritasi saluran pencernaan. Dapat juga menimbulkan reaksi alergi. Peningkatan permeabilitas saluran
pencernaan memungkinkan masuknya makromolekul seperti allergen. Modifikasi transit dalam saluran pencernaan. Kerusakan struktur dan peningkatan turn over sel mukosa usus halus menyebabkan peningkatan kehilangan energi dan protein. Peningkatan kehilangan zat makanan merupakan sebagian penyebab penurunan pertumbuhan akibat saponin. Saponin juga dapat menyebabkan kerusakan hati dan ginjal
Lingkungan
Saponin dapat mengikat oksigen air, sehingga kadar oksigen dalam air turun.Yang dapat menyebabkan kematian spesies yang tinggal di dalam air. Saponin dapat menjadi racun kuat untuk ikan dan amfibi. 7. Penanggulangan Keracunan Saponin
1. Memberikan pengobatan untuk alergi 2. Pengobatan untuk penyakit – penyakit yang di sebabkan oleh saponin secara spesifi k sesuai gejala klinis yang timbul.
8. Pengendalian Toksikan Efek Buruk Bagi Manusia dan Lingkungan dalam Tingkatan Individu, Keluarga, dan Pemerintah
Tingkat Individu dan Keluarga
Kandungan saponin dalam bahan pangan bervariasi jumlahnya. Efek toksik yang dihasilkan juga berbeda-beda tiap jenis bahan pangannya. Kandungan saponin dalam bahan pangan dapat dikurangi atau dihilangkan dengan cara melakukan perendaman pada bahan pangan tersebut. Pengendalian toksikan perendaman dilakukan dengan memperkirakan jumlah saponin yang terkandung dalam bahan pangan. Semakin lama perendaman, maka kandungan saponin akan berkurang semakin banyak. Selain perendaman, menghilangkan kandungan saponin juga dapat dilakukan dengan pemanasan atau diberi perlakuan suhu. Adanya peningkatan suhu akan mengekstrak saponin dari bahan pangan keluar. Saponin dapat membentuk koloidal apabila dilarutkan dalam air dan membentuk busa. Hal ini dibuktikan dengan uji saponin pada saat sebelum dilakukan perendaman pada bahan pangan, dan sesudah perendaman. Metode perendaman ini dapat dilakukan sebagai tindakan pengendalian toksikan saponin pada tingakat individu dan keluarga
Tingkat Pemerintah
Peningkatan pengawasan terhadap produk yang beredar terutama yang mengandung toksikan tersebut (Saponin). Setiap produk yang beredar diharapkan telah lulus uji dan terdaftar sebagai produk yang memiliki izin edar DINKES dan BPOM. Pemantauan terhadap produk yang telah beredar serta ditingkatkannya intensitas penyuluhan kepada masyarakat mengenai metode menghilangkan toksikan saponin pada makanan.
REFERENSI
Izza, Nafta. (2013). Saponin. https://id.scribd.com/doc/189409072/saponin. Diakses tanggal: 17 Oktober 2014. N,N. (online). Senyawa-senyawa beracun dari bahan nabati. elisa.ugm.ac.id/user/archive/.../d2839e2e63e10e2ca37a4e504cb07423. Diakses tanggal: 16 Oktober 2014. N,N. (online). Saponin (Saponins). https://mhanafi123.files.wordpress.com/2012/11/saponin
makalah.pdf. Diakses tanggal: 16 Oktober 2014.