BAB I PENDAHULUAN 1. PROFIL 1.1. SEJARAH Kebutuhan industri meubel dan kerajinan rotan dalam negeri antara 30.000 - 40.000 ton per tahun. Padahal, potensi produksi rotan yang dikelola secara baik bisa mencapai 600.000 ton per tahun. Indonesia merupakan penghasil rotan mentah terbesar di dunia. Sekitar 80% produksi rotan dunia dihasilkan dari hutan-hutan di Pulau Kalimantan, Sulawesi, Sumatera hingga Papua.Populasi rotan alam terbesar di dunia sekitar 85 persen, ada di hutan Indonesia. Kerajinan rotan menjadi salah satu andalan Riau khususnya Pekanbaru. Selama bertahuntahun, puluhan pengrajin rotan menggelar dagangannya disepanjang jalan masuk Kota Pekanbaru. Usaha mereka kebanyakan berupa meubel rotan dengan berbagai kreasi. Usaha ini berdiri pada 1994 oleh Pak Sugianto, Usaha ini dibuka jauh sebelum jembatan Siak III dibangun dan akses untuk menyeberangi sungai siak masih dengan menggunakan kapal fery. Tak hanya itu kondisi rumbai masa itu masih bisa terbilang sepi. Ini merupakan usaha yang diwariskan secara turun temurun oleh keluarga Pak Sugianto. Berbekal pengalaman yang didapatkan dan begitu banyak sumber daya alam berupa rotan yang tersedia di Riau serta pada waktu itu belum ada yang mengelola Rotan sebagai sebuah usaha. Dengan melihat besarnya peluang untuk mendirikan usaha yang berbahan baku rotan, akhirnya Pak Sugianto pun memberikan nama kiosnya dengan “DONA ROTAN”. Pada dasarnya setiap orang ingin memulai sesuatu yang baik, maka percayalah hal tersebut akan tercapai pada suatu saat nanti. Prinsip inilah yang dipegang teguh oleh Pak Sugianto ketika beliau ingin memulai usahanya.
1.2.
LOKASI USAHA
Jalan Yos Sudarso No.5 Sri Meranti – Rumbai. Pekanbaru
1.3.
TUJUAN 1. 2. 3. 4.
Memperoleh keuntungan untuk memenuhi kebutuhan hidup Menciptakan lapangan kerja baru Menjadi penerus usaha keluarga agar tidak terputus Ingin mempunyai usaha sendiri dan tidak bekerja pada orang lain
Gambar: Toko Perabot Rotan “DONA” milik Pak Sugianto
Gambar: Foto bersama Pak Sugianto(Pemilik Kerajinan Rotan)
BAB II ISI 2. MANAJEMEN
2.1.
SUMBER DAYA MANUSIA
Jumlah tenaga kerja yang diberdayakan Pak Sugianto terdiri dari 5 orang, dan semua berjenis kelamin laki-laki. Untuk tenaga kerja, pemilik usaha menggunakan 3 orang tenaga kerja skill dan 2 tenaga kerja biasa. Untuk tenaga kerja skill digunakan untuk memproduksi meubel yang tingkat kesulitannya besar sedangkan tenaga kerja biasa diberdayakan untuk memproduksi produk yang tingkat kesulitannya kecil. Perekrutan tenaga kerja yang dilakukan Pak Sugianto melalui perekrutan kepada kerabat maupun tetangga.
2.2.
KEUANGAN
Komponen biaya Biaya tetap Sewa Tempat : Rp.500.000 Total pengeluaran/bulan : Rp.500.000/bulan Biaya tidak tetap : Gaji Karyawan Tingat mudah Tingkat sulit
2.3.
Bahan baku Kuas Tiner Cat Kertas pasir Gergaji
: Rp.20.000/unit x 45 unit/bulan = Rp.900.000 : Rp.50.000/unit x 6 unit/bulan = Rp.300.000 Total pengeluaran untuk gaji karyawan = Rp.1.200.000/org : Rp.250.000/kwintal x 2,5 : Rp.10.000/unit x 5 buah : Rp.20.000/unit x 5 kaleng : Rp.30.000/kaleng(500 ml) x 5 : Rp.4.500/lembar x 90 lmbr : Rp. 75.000/unit x 2 Total pengeluaran untuk bahan baku
= = = = = = =
Rp.625.000 Rp.50.000 Rp.100.000 Rp.150.000 Rp.405.000 Rp.150.000 Rp.1.680.000/bulan
OPERASIONAL
Perlengkapan yang digunakan untuk membuat kerajinan: 1. Gergaji 2. Mesin jahit 3. Kertas pasir 4. Paku 5. Palu 6. Cat pernis 7. Cat biasa 8. Gas Proses produksi meubel di “DONA ROTAN” terdapat 8 Tahap yaitu : 1. Bahan Baku (Tulang/Kerangka ) 2. Adjusting ( Disatukan ) 3. Asembling ( Membuat atau menyatukan kerangka )
4. 5. 6. 7. 8.
Decorasi ( membuat penampilan yang menarik ) Mengikat ( memasang rotan ) Menggosok ( menghaluskan rotan ) Finishing ( memberikan warna yang menarik ) Packing ( pembungkusan )
Jenis produksi di “DONA ROTAN” dilihat dari tingkat Kesulitannya. Tingkat Mudah : 1. Tongkat 2. Hulahup 3. Tudung saji 4. Alas makan / piring 5. Bakul nasi 6. Tempat lampu 7. Keranjang pakaian 8. Bola Takraw 9. Pemukul kasur Tingkat Sulit : 1. Mainan kuda – kudaan 2. Ayunan bayi 3. Kursi goyang 4. Satu set kursi ruang tamu
2.4.
PEMASARAN
P a d a a w a l n ya p r o d u k ya n g d i h a s i l k a n o l e h “ D O N A R O TAN ” i n i sendiri masih dipasarkan disekitaran Kota Pekanbaru saja,namun seiring berjalannya waktu permintaan pasar mulai meningkat kini produk- produk yang di hasilkan sudah merambah keluar Kota Pekanbaru seperti Bangkinang, Duri, Dumai dan daerah-daerah di luar Riau. Tak jarang pula Pak Sugianto kini mulai mengekspor produk buatannya ke daerah jawa. Untuk produk yang di jual diKota Pekanbaru mematok harga lebih rendah sedangkan untuk produk yang telah dikirim ke luar kota tentu mempunyai harga yang lain pula, hal ini di pengaruhi oleh biaya ongkos kirim, namun kebanyakan pembeli produk rotan Pak Sugianto sendiri berada di luar Kota Pekanbaru. Penetapan Harga sendiri ditetapkan berdasarkan seberapa banyak bahan baku yang terpakai dan tingkat kesulitan dalam pengerjaannya.
Gambar: Hasil Produksi rotan yang siap dipasarkan.
2.5.
KUALITAS PRODUK
Sumber bahan baku 50% berasal dari Mentawai,(Sumatera Barat) dan 50% lagi dari Lipat kain, , Pelalawan, Mandau(Riau). Bahan yang berasal dari Sumatera Barat sudah setengah jadi yaitu sudah melalui proses pabrik dan memiliki kualitas yang lebih baik dan harganya pun lebih tinggi. Sedangkan bahan baku yang berasal dari Riau kualitasnya tidak sebaik bahan baku dari Sumatra Barat, hal ini dikarenakan bahan baku dari Riau di proses secara manual
2.6.
PRODUKTIVITAS
Setiap satu orang pekerja dapat menghasilkan produk biasa dengan tingkat kesulitan kecil maksimal 2 unit/1 hari. Dan untuk produk dengan tingkat kesulitan besar, setiap pekerja dapat menghasilkan 1 unit/5 hari
2.7.
PENDAPATAN
Untuk omset penjualan,tidak dapat ditetapkan berapa banyak yang dapat dijual dalam sebulannya,karena biasanya untuk usaha rotan seperti ini penjualannya tergantung dengan konsumen,kapan konsumen datang untuk membeli. Namun,dalam sebulan itu penjualannya dapat menutupi pengeluaran dalam bulan itu juga. Diperkirakan kalau penjualan sedang sepi penghasilan pak Sugianto 1-15 juta/bulan tetapi jika penjualan ramai maka penghasilan akan melonjak sampai 15-30 juta/bulan
2.8.
MODAL
Modal awal usaha ini sebesar Rp.15.000.000 yang didapatkan dari keluarga dan juga teman yang membantu Keluarga Pak Sugianto karena beliau tidak menggunakan pinjaman dari bank.
2.9.
UPAYA – UPAYA INOVASI
Pengembangan produk yang di lakukan oleh Pak Sugianto sendiri sangat bervariatif. Produk dikembangkan berdasarkan perkembangan zaman, pesanan – pesanan dari pelanggan, dan inovasi – inovasi baru. Untuk sejauh ini dalam upaya pengembangan produk yang di lakukan
oleh Pak Sugianto ialah pembuatan souvenir dari rotan yang lebih diminati oleh para konsumen.
2.10.
PERMASALAHAN USAHA
1. Permasalahan usaha kerajinan rotan tersebut adalah terletak pada tenaga kerja. Menurut Pak Sugianto. Jika permintaan banyak pada bulan-bulan tertentu para pengusaha kerajinan rotan ini kewalahan dalam mengontrol tenaga kerjanya. Selain itu selera konsumen yang cukup beraneka membuat pengusaha kerajinan rotan ini sulit mencari tenaga kerja yang terampil yang dapat memproduksi kerajinan yang tergolong rumit. 2. Ketersediaan bahan baku, Pak Sugianto menyadari bahwa sedikit mengalami kerugian saat membeli rotan dari luar Riau. Pak Sugianto harus mengeluarkan biaya yang cukup tinggi saat membeli bahan baku rotan dari luar Riau.
BAB III PENUTUP KESIMPULAN Kegiatan industri rotan merupakan suatu kegiatan yang sangat kompleks dan membutuhkan ketersediaan sumber daya manusia yang memadai selain sumber daya yang lain. Karena selain menampung tenaga kerja, usaha - usaha seperti ini secara tidak langsung juga turut membangun kekuatan ekonomi, dengan mengekspor barang dan lain sebagainya.
Hal ini bias berdampak kepada pendapatan Negara juga, karena semakin tinggi tingkat pendapatan per kapita masyarakat, akan menjadi tolak ukur kemajuan suatu bangsa. Kemudian dalam melakukan usaha dituntut untuk serius dan fokus. Kita tidak bisa dalam memulai bisnis itu secara setengah-setengah meskipun usaha itu sudah lama dirintis. Kegagalan berusaha sebenarnya bukan disebabkan oleh orang lain melainkan berasal dari diri kita sendiri dengan demikian ketekunan dalam menjalankannya adalah suatu keharusan. Dalam usaha kerajinan rotan ini, hal yang harus kita perhatikan ialah link pemasaran kita. Jika kita bisa memasarkan produk-produk seperti ini di luar maupun di dalam negeri dengan pasar yang cukup luas, maka kemajuan usaha kita akan cepat. Selain mendapat keuntungan, usaha ini juga secara tidak langsung mambantu pemerintah dalam menyediakan lapangan pekerjaan.