MAKALAH
RE SEARCH AND DE VE LOMPENT LOMPENT (R&D) Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Metodologi Peneliti an Pendidikan Dosen Pengampu: Prof. Dr. Sri Atun, M.Si. dan Dr. Antuni Wiyarsi, S.Pd.Si., M.Sc.
Disusun oleh: 1. Charis Dwi Ismail
(17728251007) (17728251007)
2. Anggun Dwi Astiningsih
(17728251016) (17728251016)
PENDIDIKAN KIMIA A
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2017
BAB I PENDAHULUAN A. Pendahuluan
Tugas pokok guru antara lain melaksanakan pendidikan dan pengajaran, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat. Penelitian yang merupakan salah satu tugas guru tersebut secara esensial merupakan aktivitas untuk membahas masalahmasalah yang terkait dengan kehidupan khususnya masalah-masalah yang berkaitan dengan dunia pendidikan. Dalam melakukan penelitian, ada beberapa metode yang dapat digunakan, salah satunya adalah metode penelitian pengembangan. Pada awalnya, metode penelitian dan pengembangan (resear ch and development) mulai diterapkan pada dunia industri dan merupakan ujung tombak dari suatu industri dalam menghasilkan poduk baru yang dibutuhkan oleh pasar. Hampir 4% biaya digunakan untuk penelitian dan pengembangan dalam bidang industri, bahkan untuk bidang-bidang tertentu seperti computer computer dan farmasi yaitu hampir hampir melebihi 4% (Borg and Gall, 1989). Sedangkan dalam bidang sosial dan pendidikan, peranan research and development masih sangat kecil dan kurang dari 1% dari biaya pendidikan secara keseluruhan. Hal ini dianggap sebagai salah satu alasan utama mengapa kemajuan dalam bidang pendidikan agak tertinggal jika dibandingkan dengan bidang lain. Seperti yang dikemukakan oleh Borg and Gall (1989 : 773), Unfortunately, R & D still plays a minor role in education. Less than one percent of education expenditures are for this purpose. This is probably one of the main reasons why progress in education has logged for behind progress in other field . Awalnya,
penelitian
dalam
bidang
pendidikan
tidak
diarahkan
pada
pengembangan suatu produk, tetapi ditujukan untuk menemukan pengetahuan baru berkenaan dengan fenomen yang bersifat fundamental, serta praktik-praktik praktik -praktik pendidikan. Penelitian tentang fenomena fundamental pendidikan tersebut dilakukan melalui penelitian dasar (basic (basic research), research), sedang penelitian tentang praktik pendidikan dilakukan melalui penelitian terapan (applied (applied research). research). Makalah ini akan membahas penelitian dan pengembangan (R&D), langkahlangkahlangkah penelitian dan pengembangan dari beberapa ahli diantaranya: Borg and Gall;; Richey and Klein RDPE; Robert Mariabe ADDIE; Tiagarajan 4D; dan lainnya. Serta membahas kelebihan dan kekurangan dari penelitian dan pengembangan (R&D).
2
BAB I PENDAHULUAN A. Pendahuluan
Tugas pokok guru antara lain melaksanakan pendidikan dan pengajaran, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat. Penelitian yang merupakan salah satu tugas guru tersebut secara esensial merupakan aktivitas untuk membahas masalahmasalah yang terkait dengan kehidupan khususnya masalah-masalah yang berkaitan dengan dunia pendidikan. Dalam melakukan penelitian, ada beberapa metode yang dapat digunakan, salah satunya adalah metode penelitian pengembangan. Pada awalnya, metode penelitian dan pengembangan (resear ch and development) mulai diterapkan pada dunia industri dan merupakan ujung tombak dari suatu industri dalam menghasilkan poduk baru yang dibutuhkan oleh pasar. Hampir 4% biaya digunakan untuk penelitian dan pengembangan dalam bidang industri, bahkan untuk bidang-bidang tertentu seperti computer computer dan farmasi yaitu hampir hampir melebihi 4% (Borg and Gall, 1989). Sedangkan dalam bidang sosial dan pendidikan, peranan research and development masih sangat kecil dan kurang dari 1% dari biaya pendidikan secara keseluruhan. Hal ini dianggap sebagai salah satu alasan utama mengapa kemajuan dalam bidang pendidikan agak tertinggal jika dibandingkan dengan bidang lain. Seperti yang dikemukakan oleh Borg and Gall (1989 : 773), Unfortunately, R & D still plays a minor role in education. Less than one percent of education expenditures are for this purpose. This is probably one of the main reasons why progress in education has logged for behind progress in other field . Awalnya,
penelitian
dalam
bidang
pendidikan
tidak
diarahkan
pada
pengembangan suatu produk, tetapi ditujukan untuk menemukan pengetahuan baru berkenaan dengan fenomen yang bersifat fundamental, serta praktik-praktik praktik -praktik pendidikan. Penelitian tentang fenomena fundamental pendidikan tersebut dilakukan melalui penelitian dasar (basic (basic research), research), sedang penelitian tentang praktik pendidikan dilakukan melalui penelitian terapan (applied (applied research). research). Makalah ini akan membahas penelitian dan pengembangan (R&D), langkahlangkahlangkah penelitian dan pengembangan dari beberapa ahli diantaranya: Borg and Gall;; Richey and Klein RDPE; Robert Mariabe ADDIE; Tiagarajan 4D; dan lainnya. Serta membahas kelebihan dan kekurangan dari penelitian dan pengembangan (R&D).
2
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Research and Development (R&D)? 2. Bagaimana langkah-langkah dalam Research and Development (R&D)? 3. Bagaimana kelebihan dan kekurangan Research and Development (R&D)?
C. Tujuan
1. Memahami
pengertian
dari
Research
and
Development
(penelititian
dan
pengembangan). 2. Mengetahui langkah-langkah dalam Research and Development (penelititian dan pengembangan). 3. Mengetahui kelebihan dan kekurangan dalam Research and Development (penelititian dan pengembangan).
3
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Metode Research and Development (R&D)
Borg & Gall (1993) mendefinisikan metode penelitian dan pengembangan atau yang dikenal dengan R&D (research and development ) adalah metode penelitian yang digunakan untuk menemukan dan mengembangkan (menghasilkan) produk tertentu, dan menguji keefektifan (validasi) produk tersebut. Setelah produk teruji, maka dapat diaplikasikan. Proses pengujian produk dengan eksperimen tersebut dinamakan penelitian terapan (applied research). Penelitian dan pengembangan dalam konteks pendidikan ( educational research and development ) merupakan sebuah cara yang digunakan untuk mengembangkan yaitu merencanakan, merumuskan, memvalidasi, dan merevisi suatu produk pendidikan. Oleh karena itu, R&D berbeda dengan penelitian biasa yang hanya menghasilkan saran-saran bagi perbaikan, R&D menghasilkan produk yang langsung bisa digunakan. Menurut Sugiyono produk-produk pendidikan yang dihasilkan dapat berupa kurikulum yang spesifik untuk keperluan pendidikan tertentu, metode mengajar, media pendidikan, buku ajar, modul, kompetensi tenaga kependidikan, sistem evaluasi, model uji kompetensi, penataan ruang kelas untuk model pembelajar tertentu, model unit produksi, model manajemen, sistem pembinaan pegawai, sistem penggajian dan lain-la in. Selanjutnya menurut Sukmadinata, penelitian pengembangan atau research and development (R&D) adalah sebuah strategi atau metode penelitian yang cukup ampuh untuk memperbaiki praktik. Penelitian Pengembangan juga diartikan sebagai suatu proses atau langkah-langkah untuk mengembangkan suatu produk baru atau menyempurnakan produk yang telah ada yang dapat dipertanggungjawabkan. Sejalan dengan hal tersebut, menurut Menurut Richey and Klein pengembangan adalah proses penerjemahan spesifikasi desain ke dalam bentuk fisik yang berkaitan dengan desain belajar sistematik, pengembangan dan evaluasi memproses dengan maksud menetapkan dasar empiris untuk mengkreasikan produk pembelajaran dan non-pembelajaran yang baru atau model peningkatan pengembangan yang sudah ada. Untuk dapat menghasilkan produk tertentu digunakan penelitian yang bersifat analisis kebutuhan dan untuk menguji keefektfan produk tersebut agar dapat berfungsi di masyarakat luas maka diperlukan penelitian untuk menguji keefektifan produk tersebut. Menurut Gay (1990) Penelitian Pengembangan 4
adalah suatu usaha untuk mengembangkan suatu produk yang efektif untuk digunakan sekolah, dan bukan untuk menguji teori. Berdasarkan beberapa definisi di atas, dapat dipahami bahwa penelitian pengembangan adalah suatu langkah untuk mengembangkan suatu produk baru atau menyempurnakan produk yang sudah ada dan menguji keefekitifannya, serta bersifat longitudinal atau bertahap. B. Konsep dan Pentingnya Penelitian Research and Development (R&D)
Penelitian dan pengembangan atau Research and Development (R&D) adalah suatu proses
atau
langkah-langkah untuk mengembangkan suatu produk baru atau
menyempurnakan produk yang telah ada, yang dapat dipertanggungjawabkan. Produk tersebut tidak selalu berbentuk benda atau perangkat keras (hardware), seperti buku, modul, alat laboratorium, tapi juga bisa perangkat lunak ( software), seperti program komputer untuk pengolahan data, pembelajaran kelas, pelatihan, bimbingan, evaluasi, dll. Langkah-langkah proses penelitian dan pengembangan menunjukkan suatu siklus, yang diawali dengan adanya analisis kebutuhan. Permasalahan yang membutuhkan pemecahan dengan menggunakan suatu produk tertentu. Langkah selanjutnya adalah menentukan karakteristik atau spesifikasi dari produk yang akan dihasilkan. Setelah itu barulah dibuat draft produk atau produk awal yang masih kasar, kemudian produk tersebut diujicobakan di lapangan dengan sampel secara terbatas dan sampel lebih luas secara berulang-ulang. Selama kegiatan ujicoba dilakukan pengamatan dan evaluasi. Berdasarkan hasil pengamatan dan evaluasi diadakan penyempurnaan-penyempurnaan. Kegiatan evaluasi dan penyempurnaan dilakukan secara terus-menerus hingga diperoleh sebuah produk terbaik atau produk standar. Penelitian di bidang pendidikan, umumnya tidak diarahkan pada pengembangan suatu produk, tetapi lebih ditujukan untuk menemukan pengetahuan baru berkenaan dengan fenomena-fenomena yang bersifat fundamental serta praktik pendidikan. Penelitian tentang fenomena fundamental pendidikan dilakukan melalui penelitian dasar (basic reasearch), sedang penelitian tentang praktik pendidikan dilakukan melalui penelitian terapan (applied research). Penelitian dan pengembangan (kadang-kadang disebut pengembangan berbasis penelitian) merupakan peneliti an untuk mengembangkan dan memvalidasi produk. Di lain pihak, penelitian pendidikan (bukan untuk mengembangkan produk) merupakan penelitian untuk menemukan pengetahuan baru
5
melalui penelitian dasar atau menjawab pertanyaan spesifik tentang masalah praktis/menerapkan pengetahuan melalui penelitian terapan.
Basic Research (Penemuan Ilmu Baru)
Research & Development (Penemuan Pengembangan dan Pengujian Produk)
Applied Research (Menerapkan Ilmu/Produk)
Gambar 1. Metode R&D sebagai penghubung
Penelitian dan pengembangan merupakan metode penghubung atau pemutus kesenjangan antara penelitian dasar dengan penelitian terapan. Sering dihadapi adanya kesenjangan antara hasil-hasil penelitian dasar yang bersifat teoritis dengan penelitian terapan yang bersifat praktis. Kesenjangan ini dapat dihilangkan atau disambungkan dengan penelitian dan pengembangan. Sesuatu produk yang baik yang akan dihasilkan apakah itu perangkat keras atau perangkat lunak, memiliki karakteristik-karakteristik tertentu. Karakteristik tersebut merupakan perpaduan dari sejumlah konsep, prinsip, asumsi, hipotesis, prosedur berkenaan dengan sesuatu hal yang telah ditemukan atau dihasilkan dari penelitian dasar. Penerapan dari produk-produk penelitian dan pengembangan diteliti dengan menggunakan penelitian terapan. Dengan demikian, ketiga jenis penelitian ini terkait dan saling dukung satu sama lain. Kemajuan dalam pendidikan dan kurikulum pembelajaran sangat didukung oleh hasil penelitian dalam ketiga jenis penelitian ini. Penelitian dasar mengembangkan konsep-konsep, prinsip- prinsip, teoriteori, penelitian dan pengembangan mengembangkan model-model proses, bahan, saranafasilitas, dan penelitian terapan mengembangkan praktik pelaksanaan pendidikan dan kurikulum pembelajaran. Dalam pelaksanaan penelitian dan pengembangan, ada beberapa metode yang digunakan, yaitu metode deskriptif, evaluatif, dan eksperimental. 1. Metode penelitian deskriptif , digunakan dalam penelitian awal untuk menghimpun
data tentang kondisi yang ada. Kondisi yang ada mencangkup: (a) kondisi produk produk yang sudah ada sebagai bahan perbandingan atau bahan dasar (embrio) untuk produk yang akan dikembangkan, (b) kondisi pihak pengguna, seperti sekolah, guru, kepala sekolah, siswa, serta pengguna lainnya, (c) kondisi faktor-faktor pendukung dan penghambat pengembangan dan penggunaan dari produk yang akan dihasilkan, mencangkup unsur manusia, sarana-prasarana, bia ya, pengelolaan, dan lingkungan.
6
2. Metode evaluatif , digunakan untuk mengevaluasi proses ujicoba pengembangan suatu
produk. Produk dikembangkan melalui serangkaian ujicoba, dan setiap kegiatan ujicoba diadakan evaluasi, baik evaluasi hasil maupun
proses.
Berdasarkan
temuan -temuan hasil ujicoba diadakan penyempurnaan-penyempurnaan. 3. Metode eksperimen digunakan untuk menguji keampuhan dari produk yang
dihasilkan. Walaupun dalam tahap ujicoba telah ada evaluasi (pengukuran), tetapi pengukuran tersebut masih dalam rangka pengembangan produk, belum ada kelompok pembanding. Dalam eksperimen telah diadakan pengukuran selain pada kelompok eksperimen, juga pada kelompok pembanding atau kelompok kontrol. Pemilihan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dilakukan secara acak atau kontrol. Perbandingan hasil eksperimen pada kedua kelompok tersebut dapat menunjukkan tingkat keampuhan dari produk yang dihasilkan. Strategi penelitian dan pengembangan banyak digunakan dalam teknologi instruksional atau teknologi pembelajaran yang sekarang lebih difokuskan pada sistem instruksional atau sistem pembelajaran. Strategi ini banyak digunakan untuk mengembangkan model-model: disain atau perencanaan pembelajaran, proses atau pelaksanaan pembelajaran.
pembelajaran, Penelitian
evaluasi dan
pembelajaran,
pengembangan
juga
dan
model-model
banyak
program
digunakan
untuk
mengembangkan bahan ajar, media pembelajaran, serta manajemen pembelajaran. Penggunaan strategi penelitian dan pengembangan dalam teknologi instruksional banyak digunakan dalam pendidikan dan pelatihan bidang industri, bisnis, militer, teknologi, kedokteran, dll. Pendekatan ini digunakan untuk pengembangan segi software, hardware, teknoware maupun manage ware. Para pendidik dan peneliti berupaya untuk mencari penelitian dan pengembangan antara penelitian dasar dan penelitian terapan. Penelitian yang menghubungkan antara penelitian dasar dan penelitian terapan adalah penelitian dan pengembangan (R & D). Penelitian dan pengembangan bukanlah pengganti penelitian dasar dan penelitian terapan, tetapi ketiga penelitian ini diperlukan untuk mengadakan perubahan, khususnya dalam bidang pendidikan. Penelitian dan pengembangan dalam konteks pendidikan disebut penelitian dan pengembangan pendidikan (educational research and development , merupakan proses yang digunakan untuk mengembangkan dan memvalidasi produk-produk pendidikan, seperti buku ajar, strategi / model / program pembelajaran / pelatihan, dan sebagainya. 7
Tahap-tahap dari proses penelitian dan pengembangan ditunjukkan sebagai siklus penelitian dan pengembangan. Tujuan penelitian dan pengembangan (R&D) antara lain: (1) menjembatani kesenjangan antara sesuatu yang terjadi dalam penelitian pendidikan dengan praktik pendidikan; (2) menghasilkan produk penelitian yang dapat digunakan untuk mengembangkan mutu pendidikan dan pembelajaran secara efektif. Menurut Akker (1999) tujuan penelitian pengembangan dibedakan berdasarkan pengembangan pada bagian kurikulum, teknologi dan media, pelajaran dan instruksi, dan juga pendidikan guru.
Karakteristik penelitian dan pengembangan (R&D) menurut Borg and Gall (1983) menjelaskan 4 ciri utama R&D, yaitu: a. Studying research findings (penelitian awal untuk mendukung produk yang akan dibuat): artinya melakukan studi atau penelitian awal untuk mencari temuantemuan penelitian terkait dengan produk yang akan dikembangkan. b. Developing the product (mengembangkan produk berdasarkan hasil penelitian): artinya mengembangkan produk berdasarkan temuan penelitian tersebut. c. Field testing (uji lapangan produk): artinya dilakukan uji lapangan dalam seting atau situasi nyata dimana produk tersebut nantinya digunakan. d. Revising (merevisi kekurangan-kekurangan yang ditemukan setelah uji lapangan): artinya melakukan revisi untuk memperbaiki kelemahan-kelemahan yang ditemukan dalam tahp-tahap uji coba lapangan.
Karakteristik penelitian pengembangan menurut Santyasa (2009), penelitian dalam rangka peningkatan kualitas pembelajaran memiliki karakteristik sebagai berikut: a. Masalah yang ingin dipecahkan adalah masalah nyata yang berkaitan dengan upaya
inovatif
atau
penerapan
teknologi
dalam
pembelajaran
sebagai
pertanggung jawaban profesional dan komitmennya terhadap pemerolehan kualitas pembelajaran. b. Pengembangan model, pendekatan dan metode pembelajaran serta media belajar yang menunjang keefektifan pencapaian kompetensi siswa. c. Proses pengembangan produk, validasi yang dilakukan melalui uji ahli, dan uji coba lapangan secara terbatas perlu dilakukan sehingga produk yang dihasilkan bermanfaat untuk peningkatan kualitas pembelajaran. Proses pengembangan, validasi, dan uji coba lapangan tersebut seyogyanya dideskripsikan secara jelas, sehingga dapat dipertanggung jawabkan secara akademik
8
d. Proses pengembangan model, pendekatan, modul, metode, dan media pembelajaran perlu didokumentasikan secara rapi
dan dilaporakan
secara
sistematis sesuai dengan kaidah penelitian yang mencerminkan originalitas. C. Langkah-langkah Penelitian dan Pengembangan (R&D)
Borg dan Gall (1983) menyatakan ada 10 langkah pelaksanaan strategi penelitian
dan pengembangan: 1.
Penelitian dan pengumpulan data (Research and information collection): pada
penelitian dan pengumpulan data ini dilakukan analisis kebutuhan, studi literatur, dan penelitian skala kecil. 2.
Perencanaan
(Planning ): pada tahap perencanaan dilakukan identifikasi
kemampuan-kemampuan yang diperlukan dalam pelaksanaan penelitian, membuat rumusan tujuan yang hendak dicapai, membuat desain atau langkah-langkah penelitian, dan merencanakan kemungkinan pengujian dalam lingkup terbatas. 3.
Mengembangkan produk awal/draft produk (Develop preliminary form of
product): Pengembangan draft produk ini meliputi antara lain penyiapan bahan ajar, proses pembelajaran, dan instrumen evaluasi. 4.
Ujicoba lapangan awal ( Preliminary field testing ): Ujicoba lapangan awal atau
ujicoba terbatas dilakukan pada 1-3 sekolah menggunakan 6-12 subjek. Selama ujicoba lapangan awal dilak ukan observasi, wawancara, dan pengedaran angket. Tujuan dari ujicoba awal ini adalah untuk mendapatkan evaluasi kualitatif terhadap produk yang dikembangk an. 5.
Merevisi produk utama (Main product revision): Revisi produk utama dilakukan
berdasarkan temuan-temuan pada ujicoba lapangan awal. 6.
Ujicoba lapangan utama ( Main field testing ): Ujicoba lapangan utama dilakukan
pada 5-15 sekolah dengan 30-100 subjek. Data kuantitatif tentang penampilan guru sebelum dan sesudah menggunakan model dikumpulkan. Data yang diperoleh selanjutnya dievaluasi dan kalau mungkin dibandingkan dengan kelompok kontrol. 7.
Penyempurnaan
produk
operasional
(Operational
product
revicion):
Penyempurnaan produk operasional dilakukan berdasarkan temuan-temuan pada ujicoba lapangan utama. 8.
Ujicoba lapangan operasional (Operational field testing ): Ujicoba lapangan
operasional dilakukan pada 10-30 sekolah dengan melibatkan 40-200 subjek. Pengujian dilakukan melalui angket, wawancara, observasi, dan lainnya.
9
9.
Penyempurnaan produk akhir ( Final product revision): Penyempurnaan produk
akhir dilakukan berdasarkan temuan-temuan pada ujicoba lapangan operasional. 10. Diseminasi dan implementasi (Dissemination and implementation): Membuat
laporan tentang produk pada pertemuan profesional dan mempublikasikan pada jurnal, bekerjasama dengan penerbit, memonitor distribusi untuk melakukan pengendalian kualitas. Kesepuluh tahapan ini, jika diikuti dengan baik, akan menghasilkan produk berbasis penelitian yang siap digunakan, misalnya di sekolah. Penjelasan setiap langkah-langkah penelitian dan pengembangan Borg and Gall: 1. Penelitian dan pengumpulan data
Seperti diuraikan di atas, penelitian dan pengumplan data ini meliputi: a) analisis kebutuhan, b) studi literatur, dan c) penelitian skal a kecil. a) Analisis kebutuhan
Produk yang dikembangkan dalam pendidikan dapat berupa perangkat keras (seperti alat bantu pembelajaran, buku ajar, modul atau paket belajar) dan perangkat lunak (seperti program-program pendidikan dan pembelajaran, model- model pembelajaran, dan kurikulum). Beberapa kriteria yang harus dipertimbangkan dalam memilih produk yang akan dikembangkan adalah sebagai berikut: 1) Apakah produk yang akan dibuat penting untuk bidang pendidikan? 2) Apakah produk yang akan dikembangkan memiliki nilai ilmu, keindahan, dan kepraktisan? 3) Apakah para pengembang memiliki pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman dalam mengembangkan produk? 4) Dapatkah produk tersebut dikembangkan dalam jangka waktu yang tersedia? Kriteria pertama, yaitu produk pendidikan yang akan dihasilkan harus betul-betul yang penting dan dibutuhkan dalam pendidikan. Produk yang akan dikembangkan harusnya didasarkan pada analisis kebutuhan. Masalah-masalah atau kelemahankelemahan apa yang dihadapi oleh sekolah saat ini? Diantara masalah tersebut, mana yang paling mendesak dan besar pengaruhnya terhadap pelaksanaan pendidikan. Untuk mengatasi masalah tersebut, produk pendidikan apa yang perlu dikembangkan yang dipandang ampuh. Pemilihan produk yang akan dikembangkan disesuaikan dengan
10
bidang keahlian dan kemampuan para pengembang, kelayakan waktu, peralatan, dan biaya. b) Studi Literatur
Untuk mengembangkan suatu produk pendidikan perlu dilakukan studi literatur. Studi ini bertujuan unuk menemukan konsep-konsep atau landasan- landasan teoritis yang memperkuat suatu produk. Produk pendidikan, terutama produk yang berbentuk model, program, sistem, pendekatan, software, dan sejenisnya, memiliki dasar-dasar konsep atau teori tertentu. Untuk menggali konsep-konsep atau teori-teori yang mendukung suatu produk perlu dilakukan studi literatur secara intensif. Melalui studi literatur juga dikaji ruang lingkup suatu keluasaan penggunaan produk, kondisi-kondisi pendukung agar produk dapat digunakan atau diimplementasikan secara optimal, serta keunggulan atau keterbatasannya. Studi literatur juga diperlukan untuk mengetahui langkah- langkah yang paling tepat dalam pengembangan produk. Ada kemungkinan produk sejenis dikembangkan di tempat lain oleh pengembang lain. Hal-hal tersebut dikaji melalui studi literatur dari laporan atau artikel hasil penelitian. Berdasarkan hasil studi ini, selain dapat diketahui prosedur dan hasil-hasilnya, juga kesulitan dan hambatan yang dihadapi serta pemecahan masalah yang dilakukan, dan juga keunikan-keunikan lain dari proses pengembangan. c) Penelitian skala kecil
Sering hasil analisis kebutuhan dan studi literatur belum cukup untuk memberikan dasar-dasar konkrit untuk pengembangan suatu produk. Untuk itu, perlu dilengkapi dengan penelitian ke lapangan. Pada contoh penelitian dan pengembangan yang dilaksanakan di Far West Laboratory, paket pelatihan guru yang dikembangkan berkaitan dengan keterampilan-keterampilan mengajar. Para pengembang mengadakan penelitian lapangan terhadap beberapa orang guru untuk mengetahui keterampilan-keterampilan mengajar
mereka
dan
faktor-faktor
pendukung
dan
penghambat
pelaksanan
pembelajaran, meliputi sarana dan fasilitas pembelajaran, suasana kelas, dan iklim sekolah secara keseluruhan. 2. Perencanaan
Perencanan ini meliputi rancangan produk yang disusun berdasarkan hasil studi literatur, analisis kebutuhan, dan studi lapangan. Rancangan produk yang akan dikembangkan minimal mencakup: a) tujuan penggunaan produk; b) siapa pengguna
11
produk; c) deskripsi komponen-komponen produk dan penggunaannya. Contoh rumusan tujuan dalam paket pelatihan keterampilan mengajar guru, umpamanya guru mampu menyajikan pelajara n dalam langkah-langkah k ecil secara sistematis, guru mampu memberikan contoh dalam kehidupan; guru mampu membangkitkan motivasi belajar siswa, dan lain-lain. Di samping itu, kriteria pencapain tujuan harus menjadi perhatian pengembang. Selanjutnya yang perlu dirumuskan adalah komponen -komponen produk. Misalnya dalam kasus paket pelatihan keterampilan guru di atas, komponen-komponen produk meliputi: tujuan pelatihan, materi pelatihan, proses pembelajaran, media alat bantu pembelalaran, evaluasi hasil pembelajaran, dan sumber-sumber belajar. Dalam proses pengembangan produk perlu dirumuskan lebih rinci, mulai dari penentuan produk, penyusunan draft, uji dan penyempurnaan draft, ujicoba utama dan revisi produk operasional/akhir, sampai dengan diseminasi dan implementasi. Kegiatan selanjutnya adalah merencanakan subjek ujicoba dan lokasi ujicoba, baik untuk ujicoba lapangan awal, ujicoba lapangan utama maupun ujicoba lapangan operasional . Karena produk yang akan dihasilkan merupakan produk standar, maka jumlah subjek yang terlibat dalam lingkup lokasi penelitian dan pengembangan harus representatif, apakah untuk populasi tingkat nasional, propinsi atau kabupaten. Pada kasus program pelatihan guru di atas, ujicoba lapangan awal subjeknya 1 -3 sekolah dengan 6-12 subjek guru. Pada ujicoba lapangan utama atau ujicoba lebih luas, subjeknya 5-15 sekolah dengan 30-100 subjek. Pengujian produk ahkir menggunakan 10-30 sekolah dengan melibatkan 40200 subjek. Hal yang tidak kalah pentingnya adalah perencanaan biaya, orang- orang yang membantu, alat dan bahan, serta waktu yang diperlukan untuk melaksanakan semua kegiatan penelitian dan pengembangan. Untuk pelaksanaan ujicoba, hal yang perlu direncanakan dengan seksama adalah instrumen-instrumen yang diperlukan selama pengujian dan teknik-teknik analisis data. 3. Pengembangan produk awal
Dari hasil analisis kebutuhan akan dapat ditentukan jenis produk-produk sangat diperlukan saat ini, misalnya oleh sekolah. Hasil-hasil studi literratur akan memberikan informasi tentang beberapa karakterisktik penting dari produk yang dikembangkan dan bentuk-bentuk produk yang telah dikembangkan. Kemudian, hasil-hasil penelitian dalam lingkup terbatas akan memberikan informasi tentang produk sejenis yang telah
12
digunakan, pelaksanaan produk yang ada, dan kemungkinan faktor-faktor yang mendukung dan menghambat pengunaan produk yang akan dikembangkan. Pada pengembangan produk awal ini, produk yang dibuat masih berupa produk awal atau draft dan bersifat tentatif. Walaupun masih berupa produk awal, namun produk telah disusun selengkap dan sesempurna mungkin. Pada contoh produk pelatihan untuk peningkatan keterampilan guru dalam mengajar yang dikembangan di Far West Laboratory, produk awal/draft paket pelatihan telah memuat komponen-komponen paket secara lengkap, misalnya paket pelatihan tersebut terdiri dari lima paket materi pelatihan, satu buku pedoman pelaksanaan, dan satu CD atau video yang memuat contohcontoh pembelajaran. Pada setiap paket materi pelatihan memuat identitas paket (misalnya judul paket, nomor kode, jumlah jam latihan, dan prasyarat), rumusan tujuan, uraian materi pelatihan, tugas- tugas dan latihan yang harus dikerjakan, media, alat dan bahan yang dapat digunakan, tes akhir dan buku-buku rujukan. Buku pedoman pelaksanaan, umpamanya, memuat petunjuk-petunjuk pembimbingan, pemberian tugas latihan praktek bagi pembimbing atau fasiltator. Buku pedoman juga berisi format-format observasi, instrumen evaluasi proses dan hasil belajar, dan format pelaporan kemajuan peserta pelatihan. CD, misalnya, berisi contoh-contoh bentuk keterampilan guru mengajar. Sebelum diujicoba di lapangan, draft perlu dievaluasi melalui desk evaluation oleh para ahli. Evaluasi ini bertujuan untuk mendapatkan analisis dan pertimbangan logis dari para ahli, selanjutnya dilakukan penyempunaan berdasarkan hasil desk evaluation tersebut. 4. Ujicoba lapangan awal dan penyempurnaan produk
Ujicoba dan penye mpurnaan produk awal difokuskan pada pengembangan dan penyempurnaan materi produk, belum memperhatikan kelayakan dalam konteks populasi. Tujuan dari ujicoba lapangan awal adalah untuk mendapatkan evaluasi kualitatif dari produk pendidikan baru yang dikembangkan. Ujicoba lapangan awal sebaiknya dilakukan di tempat yang kondisinya sama dengan tempat produk diimplementasikan, misalnya di sekolah. Hal ini berkaitan dengan implementasi produk dalam kondisi sesungguhnya, yaitu baik keadaan dan jumlah siswa, maupun sarana dan fasilitas pembelajarannya sesuai dengan keadaan nyata di sekolah. Pada contoh paket pelatihan keterampilan mengajar di atas , kegiatan pertama yang harus dilakukan adalah mengadakan pertemuan, rapat, atau diskusi dengan guru-guru peserta latihan. Pada pertemuan tersebut, pertama-tama pengembang menjelaskan tujuan umum pelatihan, 13
langkah-langkah yang dilakukan dan beberapa hal pokok yang perlu mendapatkan perhatian. Setelah itu, para peserta pelatihan diberi paket pelatihan, dan diberi waktu yang cukup untuk mempelajarinya, selanjutnya diadakan diskusi bersama antara pengembang dan peserta pelatihan. Para peserta dapat mengklarifikasi hal-hal yang belum jelas atau belum dipahami dengan baik. Di samping itu, masukan-masukan dari peserta pelatihan sangat penting dijaring untuk penyempurnaan produk awal. Produk yang telah disempurnakan ini diberikan kembali kepada peserta latihan untuk pelaksanaan ujicoba lapangan awal. Guru-guru peserta latihan diminta menerapkan paket pelatihan (keterampilan mengajar) di kelasnya masing-masing. Namun, sebelum itu, guru- guru perlu membuat persiapan mengajar atau merevisi persiapan mengajar yang telah ada sebelumnya disesuaikan dengan tuntutan pada paket pelatihan. Selama pelaksanaan pembelajaran, para pengembang melakukan observasi pengamatan secara intensif, yaitu mencatat halhal penting yang dilakukan oleh gu ru dan siswa, misalnya respon siswa terhadap pembelajaran dan aktivitas belajar siswa. Setelah selesai pembelajaran, apakah dalam satu atau beberapa pertemuan, pengembang mengadakan pertemuan dengan guru- guru untuk mendikusikan pembelajaran yang diakukan oleh guru-guru. Ujicoba ini dilakukan secara berulang-ulang sampai guru-guru selesai berlatih mencobakan semua keterampilan mengajar. Pada ujicoba ini juga dikumpulkan data melalui wawancara, observasi, dan kuesioner yang dapat digunakan untuk menyempurnakan produk. 5. Ujicoba lapangan utama dan penyempurnaan produk
Borg and Gall (1983), menyatakan bahwa tujuan dari ujicoba lapangan utama adalah untuk menentukan apakah produk pendidikan sudah mencapai tujuan atau tidak. Tujuan lain dari ujicoba ini adalah untuk mengumpulkan informasi yang dapat digunakan untuk memperbaiki pembelajaran. Umumnya, rancangan eksperimen digunakan pada ujicoba ini. Pada kasus program pelatihan guru di atas, one-group pretest-posttest design digunakan untuk menguji apakah keterampilan guru meningkat secara signifikan atau tidak. Pembelajaran yang dilakukan oleh guru direkam dengan videotape. Hasil rekaman videotape selanjutnya dianalisis. Menurut Sukmadinata (2006), ujicoba ini dimaksudkan agar produk yang dikembangkan merupakan produk standar, apakah pada tingkat kabupaten/kota, propinsi, nasional. Agar menghasilkan suatu produk yang mempunyai standar pada tingkat kabupaten/ kota, misalnya, sampel ujicoba harus mewakili populasi kabupaten/kota. 14
Demikian juga untuk standar pada tingkat propinsi dan nasional. U jicoba lapangan utama ini bertujuan untuk mengetahui kelayakan produk dalam konteks populasi. Untuk itu diperlukan jumlah sampel yang lebih besar yang harus mewakili populasi, baik dalam jumlah maupun karakteristiknya. 6. Ujicoba lapangan operasional dan penyempurnaan produk
Borg dan Gall (1983) masih mengadakan penyempurnaan pada tahap ini. Pada tahap ini tidak dilakukan pengujian hasil dengan kelompok kontrol karena tidak diadakan pengukuran dampak dari penggunaan keterampilan mengajar. Menurut Borg dan Gall (1983), tujuan dari ujicoba lapangan operasional ini adalah menentukan apakah produk pendidikan siap digunakan di sekolah tanpa kehadiran pengembangan. Agar siap digunakan secara operasional, paket produk harus lengkap dan diuji secara keseluruhan dalam setiap hal. Pada kasus program pelatihan guru, ujicoba lapangan operasinal ini diatur dan dikoordinasikan oleh staf sekolah secara teratur dan seharusnya mendekati operasional sekolah. Balikan dari koordinator dan guru yang melaksanakan pembelajaran dikumpulkan
dengan
kuesioner.
Wawancara
dipusatkan
pada
bagian -bagian
pembelajaran
atau materi yang perlu mendapat perhatian sehingga operasional
pembelajaran menjadi lebih efektif. Menurut Sukmadinata (2006), pengujian produk akhir ini bertujuan untuk mengetahui kelayakan produk dan keunggulan dalam praktek. Pada pengujian ini, tidak dilakukan untuk menyempurnakan produk (paket pelatihan) karena produk sudah dipandang sempurna pada ujicoba lapangan utama. Pengujian pada tahap ini dimaksudkan untuk mengetahui dampak penggunaan keterampilan mengajar terhadap pengetahuan dan keterampilan siswa. Pengujian sebaiknya digunakan kelompok kontrol, dan dapat menggunakan model rancangan “The randomized Pretest-Posttest Control Group Design (Eksperimen murni) atau minimal “The Maching Prestest-Posttest Conrol Group Desig n” (Eksperimen quasi). Kelompok eksperimen diajar dengan pendekatan keterampilan mengajar baru, sedangkan kelompok kontrol diajar menggunakan pendekatan keterampilan biasa/konvensional. Baik hasil pretest maupun posttest kedua kelompok dibandingkan.
Perbedaan
signifikansi
antara
pretest dan posttest
menunjukkan kebermaknaan hasil belajar, sedangkan perbedaan antara hasil posttest kelompok eksperimen dan kelompok kontrol menunjukkan pengaruh pendekatan keterampilan mengajar baru.
15
7. Diseminasi dan implementasi
Diseminasi menunjukkan kepada proses yang membantu pengguna menyadari produk-produk R&D, sedangkan implementasi menunjukkan kepada proses yang membantu pengguna produk R&D untuk mengunakannya dengan cara yang dimaksudkan oleh pengembang. Sedangkan langkah-langkah penelitian dan pengembangan (R&D) RDPE menurut Richey and Klein (2010), yaitu: 1. Research 2. Design 3. Production 4. Evaluation
Langkah-langkah penelitian dan pengembangan (R&D) 4D ada 4 tahapan menurut Thiagarajan (1974), yaitu: 1. Define (Pendefinisian) 2. Design (Perencanaan) 3. Develop (Pengembangan) 4. Disseminate (Penyebaran)
Kegiatan-kegiatan yang dilakukan pada setiap tahap pengembangan dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Define (Pendefinisian)
Kegiatan pada tahap ini dilakukan untuk menetapkan dan mendefinisikan syaratsyarat pengembangan. Dalam model lain, tahap ini sering dinamakan analisis kebutuhan. Tiap-tiap produk tentu membutuhkan analisis yang berbeda-beda. Secara umum, dalam pendefinisian ini dilakukan kegiatan analisis kebutuhan pengembangan, syarat-syarat pengembangan produk yang sesuai dengan kebutuhan pengguna serta model penelitian dan pengembangan (model R & D) yang cocok digunakan untuk mengembangkan produk. Analisis bisa dilakukan melalui studi literature atau penelitian pendahuluan. Thiagrajan (1974) menganalisis 5 kegiatan yang dilakukan pada tahap define yaitu: a) Front and analysis Pada tahap ini, guru melakukan diagnosis awal untuk meningkatkan efisiens i dan efektivitas pembelajaran. 16
b) Learner analysis Pada tahap ini dipelajari karakteristik peserta didik, misalnya: kemampuan, motivasi belajar, latar belakang pengalaman, dsb. c) Task analysis Guru menganalisis tugas-tugas pokok yang harus dikuasai peserta didik agar peserta didik dapat mencapai kompetensi minimal. d) Concept analysis Menganalisis konsep yang akan diajarkan, menyusun langkah-langkah yang akan dilakukan secara rasional e) Specifying instructional objectives Menulis tujuan pembelajaran, perubahan perilaku yang diharapkan setelah belajar dengan kata kerja operasional Dalam konteks pengembangan bahan ajar (modul, buku, LKS), tahap pendefinisian dilakukan dengan cara: a) Analisis kurikulum Pada tahap awal, peneliti perlu mengkaji kurikulum yang berlaku pada saat itu. Dalam kurikulum terdapat kompetensi yang ingin dicapai. Analisis kurikulum berguna untuk menetapkan pada kompetensi yang mana bahan ajar tersebut akan dikembangkan. Hal ini dilakukan karena ada kemungkinan tidak semua kompetensi yang ada dalam kurikulum dapat disediakan bahan ajarnya b) Analisis karakteristik peserta didik Seperti layaknya seorang guru akan mengajar, guru harus mengenali karakteristik peserta didik yang akan menggunakan bahan ajar. Hal ini penting karena semua proses pembelajaran harus disesuaikan dengan karakteristik peserta didik. Hal-hal yang perlu dipertimbangkan untuk mengetahui karakteristik peserta didik antara lain: kemampuan akademik individu, karakteristik fisik, kemampuan kerja kelompok, motivasi belajar, latar belakang ekonomi dan sosial, pengalaman belajar sebelumnya, dsb. Dalam kaitannya dengan pengembangan bahan ajar, karakteristik peserta didik perlu diketahui untuk menyusun bahan ajar yang sesuai dengan kemampuan akademiknya, misalnya: apabila tingkat pendidikan peserta didik masih rendah, maka penulisan bahan ajar harus
17
menggunakan bahasa dan kata-kata sederhana yang mudah dipahami. Apabila minat baca peserta didik masih rendah maka bahan ajar perlu ditambah dengan ilustasi gambar yang menarik supaya peserta didik termotivasi untuk membacanya. c) Analisis materi Analisis materi dilakukan dengan cara mengidentifikasi materi utama yang perlu diajarkan, mengumpulkan dan memilih materi yang relevan, dan menyusunnya kembali secara sistematis d) Merumuskan tujuan Sebelum menulis bahan ajar, tujuan pembelajaran dan kompetensi yang hendak diajarkkan perlu dirumuskan terlebih dahulu. Hal ini berguna untuk membatasi peneliti supaya tidak menyimpang dari tujuan semula pada saat mereka sedang menulis bahan ajar. 2. Design (Perancangan)
Thiagarajan membagi tahap design dalam empat kegiatan, yaitu: constructing criterion-referenced test, media selection, format selection, initial design. Kegiatan yang dilakukan pada tahap tersebut antara lain: a) Menyusun tes kriteria, sebagai tindakan pertama untuk mengetahui kemampuan awal peserta didik, dan sebagai alat evaluasi setelah implementasi kegiatan b) Memilih media pembelajaran yang sesuai dengan materi dan karakteristik peserta didik. c) Pemilihan bentuk penyajian pembelajaran disesuaikan dengan media pembelajaran yang digunakan. Bila guru akan menggunakan media audio visual, pada saat pembelajaran tentu saja peserta didik disuruh melihat dan mengapresiasi tayangan media audio visual tersebut. d) Mensimulasikan penyajian materi dengan media dan langkah-langkah pembelajaran yang telah dirancang. Pada saat simulasi pembelajaran berlangsung, dilaksanakan juga penilaian dari teman sejawat Dalam tahap perancangan, peneliti sudah membuat produk awal ( prototype) atau rancangan produk. Pada konteks pengembangan bahan ajar, tahap ini dilakukan untuk membuat modul atau buku ajar sesuai dengan kerangka isi hasil analisis kurikulum dan materi. Dalam konteks pengembangan model pembelajaran, tahap ini diisi dengan kegiatan menyiapkan kerangka konseptual model dan perangkat pembelajaran (materi, 18
media, alat evaluasi) dan mensimulasikan penggunaan model dan perangkat pembelajaran tersebut dalam lingkup kecil. Sebelum rancangan (design) produk dilanjutkan ke tahap berikutnya, maka rancangan produk (model, buku ajar, dsb) tersebut perlu divalidasi. Validasi rancangan produk dilakukan oleh teman sejawat seperti dosen atau guru dari bidang studi/bidang keahlian yang sama. Berdasarkan hasil validasi teman sej awat tersebut, ada kemungkinan rancangan produk masih perlu diperbaiki sesuai dengan saran validator. 3. Develop (Pengembangan)
Thiagarajan membagi tahap pengembangan dalam dua kegiatan yaitu: expert appraisal dan developmental testing . Expert appraisal merupakan teknik untuk memvalidasi atau menilai kelayakan rancangan produk. Dalam kegiatan ini dilakukan evaluasi oleh ahli dalam bidangnya. Saran-saran yang diberikan digunakan untuk memperbaiki materi dan rancangan pembelajaran yang telah disusun. Developmental testing merupakan kegiatan uji coba rancangan produk pada sasaran subjek yang sesungguhnya. Pada saat uji coba ini dicari data re spon, reaksi atau komentar dari sasaran pengguna model. Hasil uji coba digunakan memperbaiki produk. Setelah produk diperbaiki kemudian diujikan kembali sampai memperoleh hasil yang efektif. Dalam
konteks
pengembangan
bahan
ajar
(buku
atau
modul),
tahap
pengembangan dilakukan dengan cara menguji isi dan keterbacaan modul atau buku ajar tersebut kepada pakar yang terlibat pada saat validasi rancangan dan peserta didik yang akan menggunakan modul atau buku ajar tersebut. Hasil pengujian kemudian digunakan untuk revisi sehingga modul atau buku ajar tersebut benar-benar telah memenuhi kebutuhan pengguna. Untuk mengetahui efektivitas modul atau buku ajar tersebut dalam meningkatkan hasil belajar, kegiatan dilanjutkan dengan memberi soal-soal latihan yang materinya diambil dari modul atau buku ajar yang dikembangkan. Dalam konteks pengembangan model pembelajaran, kegiatan pengembangan (develop) dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut. a) Validasi model oleh ahli/pakar. Hal-hal yang divalidasi meliputi panduan penggunaan model dan perangkat model pembelajaran. Tim ahli yang dilibatkan dalam proses validasi terdiri dari: pakar teknologi pembelajaran, pakar bidang studi pada mata pelajaran yang sama, pakar evaluasi hasil belajar. b) Revisi model berdasarkan masukan dari para pakar pada saat validasi
19
c) Uji coba terbatas dalam pembelajaran di kelas, sesuai situasi nyata yang akan dihadapi. d) Revisi model berdasarkan hasil uji coba e) Implementasi model pada wilayah yang lebih luas. Selama proses implementasi tersebut, diuji efektivitas model dan perangkat model yang dikembangkan. Pengujian efektivitas dapat dilakukan dengan eksperimen atau Peneliti an Tindakan Kelas (PTK). Cara pengujian melalui eksperimen dilakukan dengan membandingkan hasil belajar pada kelompok pengguna model dan kelompok yang tidak menggunakan model. Apabila hasil belajar kelompok pengguna model lebih bagus dari kelompok yang tidak menggunakan model maka dapat dinyatakan model tersebut efektif. Cara pengujian efektivitas pembelajaran melalui PTK dapat dilakukan dengan cara mengukur kompetensi sebelum dan sesudah pembelajaran. Apabila kompetensi sesudah pembelajaran lebih baik dari sebelumnya, maka model pembelajaran yang dikembangkan juga dinyatakan efektif. 4. Disseminate (Penyebarluasan)
Thiagarajan membagi tahap dissemination dalam tiga kegiatan yaitu: validation testing, packaging, diffusion and adoption. Pada tahap validation testing, produk yang sudah direvisi pada tahap pengembangan kemudian diimplementasikan pada sasar an yang sesungguhnya. Pada saat implementasi dilakukan pengukuran ketercapaian tujuan. Pengukuran ini dilakukan untuk mengetahui efektivitas produk yang dikembangkan. Setelah produk diimplementasikan, pengembang perlu melihat hasil pencapaian tujuan. Tujuan yang belum dapat tercapai perlu dijelaskan solusinya sehingga tidak terulang kesalahan yang sama setelah produk disebarluaskan. Kegiatan terakhir dari tahap pengembangan adalah melakukan packaging (pengemasan), diffusion and adoption. Tahap ini dilakukan supaya produk dapat dimanfaatkan oleh orang lain. Pengemasan model pembelajaran dapat dilakukan dengan mencetak buku panduan penerapan model pembelajaran. Setelah buku dicetak, buku tersebut disebarluaskan supaya dapat diserap (diffusi) atau dipahami orang lain dan digunakan (diadopsi) pada kelas mereka. Pada konteks pengembangan bahan ajar, tahap dissemination dilakukan dengan cara sosialisasi bahan ajar melalui pendistribusian dalam jumlah terbatas ke pada guru dan peserta didik. Pendistribusian ini dimaksudkan untuk memperoleh respons, umpan balik terhadap bahan ajar yang telah dikembangkan. Apabila respon sasaran pengguna bahan
20
ajar sudah baik maka baru dilakukan pencetakan dalam jumlah banyak dan pemasaran supaya bahan ajar itu digunakan oleh sasaran yang lebih luas. Langkah-langkah penelitian dan pengembangan (R&D) ADDIE ada 5 tahapan menurut Robbert Mariabe (2009), yaitu: 1. Analysis (Analisa) 2. Design (Desain / Merancang) 3. Development (Pengembangan) 4. Implementation (Implementasi) 5. Evaluation (Evaluasi / Umpan Balik) ADDIE merupakan singkatan dari Analysis, Design, Development or Production,
Implementation or Delivery and Evaluations. Menurut langkah-langkah pengembangan produk, model penelitian dan pengembangan ini lebih rasional dan lebih lengkap daripada model 4D. Model ini memiliki kesamaan dengan model pengembangan sistem basisdata yang telah diuraikan sebelumnya. Inti kegiatan pada setiap tahap pengembangan juga hampir sama. Oleh sebab itu, model ini dapat digunakan untuk berbagai macam bentuk pengembangan produk seperti model, strategi pembelajaran, metode pembelajaran, media dan bahan ajar. Berikut ini diberikan contoh kegiatan pada setiap tahap pengembangan model atau metode pembelajaran, yaitu: 1. Analysis
Pada tahap ini, kegiatan utama adalah menganalisis perlunya pengembangan model/metode pembelajaran baru dan menganalisis kelayakan dan syarat-syarat pengembangan model/metode pembelajaran baru. Pengembangan metode pembelajaran baru diawali oleh adanya masalah dalam model/metode pembelajaran yang sudah diterapkan. Masalah dapat terjadi karena model/metode pembelajaran yang ada sekarang sudah tidak relevan dengan kebutuhan sasaran, lingkungan belajar, teknologi, karakteristik peserta didik, dsb. Setelah analisis masalah perlunya pengembangan model/metode pembelajaran baru, peneliti juga perlu menganalisis kelayakan dan syarat-syarat pengembangan model/metode pembelajaran baru tersebut. Proses analisis misalnya dilakukan dengan menjawab beberapa pertanyaan berikut ini: (1) apakah model/metode baru mampu mengatasi masalah pembelajaran yang dihadapi, (2) apakah model/metode baru mendapat 21
dukungan fasilitas untuk diterapkan; (3) apakah dosen atau guru mampu menerapkan model/metode pembelajaran baru tersebut Dalam analisis ini, jangan sampai terjadi ada rancangan model/metode yang bagus tetapi tidak dapat diterapkan karena beberapa keterbatasan misalnya saja tidak ada alat atau guru tidak mampu untuk melaksanakannya. Analisis metode pembelajaran baru perlu dilakukan untuk mengetahui kelayakan apabila metode pembelajaran tersebut diterapkan. 2. Design
Dalam perancangan model/metode pembelajaran, tahap desain memiliki kemiripan dengan merancang kegiatan belajar mengajar. Kegiatan ini merupakan proses sistematik yang dimulai dari menetapkan tujuan belajar, merancang skenario atau kegiatan belajar mengajar, merancang perangkat pembelajaran, merancang materi pembelajaran dan alat evaluasi hasil belajar. Rancangan model/metode pembelajaran ini masih bersifat konseptual dan akan mendasari proses pengembangan berikutnya. 3. Development
Development dalam model ADDIE berisi kegiatan realisasi rancangan produk. Dalam tahap desain, telah disusun kerangka konseptual penerapan model/metode pembelajaran baru. Dalam tahap pengembangan, kerangka yang masih konseptual tersebut direalisasikan menjadi produk yang siap diimplementasikan. Sebagai contoh, apabila pada tahap design telah dirancang penggunaan model/metode baru yang masih konseptual, maka pada tahap pengembangan disiapkan atau dibuat perangkat pembelajaran dengan model/metode baru tersebut seperti RPP, media dan materi pelajaran. 4. Implementation
Pada tahap ini diimplementasikan rancangan dan metode yang telah dikembangkan pada situasi yang nyata yaitu di kelas. Selama implementasi, rancangan model/metode yang telah dikembangkan diterapkan pada kondisi yang sebenarnya. Materi disampaikan sesuai dengan model/metode baru yang dikembangkan. Setelah penerapan metode kemudian dilakukan evaluasi awal untuk memberi umpan balik pada penerapan model/metode berikutnya 5. Evaluation
Evaluasi dilakukan dalam dua bentuk yaitu evaluasi formatif dan sumatif. Evaluation formatif dilaksanakan pada setiap akhir tatap muka (mingguan) sedangkan 22
evaluasi sumatif dilakukan setelah kegiatan berakhir secara keseluruhan (semester). Evaluasi sumatif mengukur kompetensi akhir dari mata pelajaran atau tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Hasil evaluasi digunakan untuk memberi umpan balik kepada pihak pengguna model/metode. Revisi dibuat sesuai dengan hasil evaluasi atau kebutuhan yang belum dapat dipenuhi oleh model/metode baru tersebut. D. Desain Penelitian dan Pengembangan (R&D) 1. Jenis Instrumen dalam
R &D
Research and Development dalam upaya pengembangan model bidang kependidikan merupakan jenis penelitian multi tahap, dimana setidaknya peneliti harus melakukan tiga jenis penelitian dalam satu periode penelitian. Beberapa instrumen yang dapat digunakan oleh peneliti berdasarkan tahapan penelitiannya: a. Penelitian pendahuluan; dalam studi ini instrumen yang dapat digunakan oleh peneliti antara lain: angket, wawancara dan dokumentasi. b. Model konseptual; dalam mengembangkan model konseptual, peneliti harus melalui beberapa tahap seperti: pengembangan model, serta validasi model. Instrumen penelitian diperlukan oleh peneliti pada fase validasi model. Instrumen yang dapat digunakan oleh peneliti dalam validasi model antara lain: angket atau daftar pertanyaan dalam kegiatan Focus Grup Discussion (FGD) dan wawancara terstruktur. c. Uji Coba Model; dalam kegiatan uji coba model, peneliti harus mempersiapkan beberapa instrumen untuk mengevaluasi proses dan hasil eksperimen yang dilakukan. Dalam evaluasi proses peneliti dapat menggunakan angket (kuantitatif) jika peneliti bermaksud menggali lebih dalam tentang informasi dalam evaluasi proses maka peneliti dapat juga melakukan triangulasi dengan wawancara dan bahkan observasi partisipan. Sedangkan dalam evaluasi hasil terutama untuk mengetahui keefektivan model intrumen yang digunakan adalah berupa angket. Ada dua jenis angket yang digunakan oleh peneliti, yaitu angket test dan angket nontest. Angket test berisi beberapa pertanyaan untuk mengetahui sejauhmana tingkat pengetahuan subjek penelitian tentang mata pelajaran tertentu. Sedangkan angket non test berkaitan dengan perubahan aspek sikap yang menjadi tujuan penelitian.
23
2. Langkah Pengembangan Instrumen
Meskipun banyak instrumen tersedia yang dihasilkan oleh para peneliti sebelumnya, namun ada kalanya peneliti harus mengembangkan sendiri intrumen penelitiannya. Beberapa langkah dasar yang dapat dilakukan oleh peneliti dalam mengembangkan instrumen antara lain: a. Terlebih dahulu harus memahami pendekatan yang dapat digunakan untuk mengukur sifat atau perilaku yang menjadi objek penelitian; b. Melakukan kajian bahan bacaan terkait topik penelitian kemudian melakukan diskusi dengan teman sebaya (peer review) yang membahas pendekatan yang akan dilakukan untuk mengukur masing-masing variabel penelitian; c. Bertanya pada beberapa orang yang ahli (profesional) dibidang yang akan dikaji untuk meninjau item yang dibuat, mulai dari keterbacaan, pemaknaan, tingkat kebiasan, dan tingkat kerumitan; d. Menentukan sampel kecil yang sama dengan sampel yang akan digunakan dalam penelitian sebenarnya, kemudian diujicobakan. Sehingga dapat diketahui validitas dan reliabilitas instrumennya. e. Melakukan revisi, pengurangan, perubahan dan bahkan penambahan item jika diperlukan, tergantung hasil dari uji coba instrumen. Studi Pendahuluan
Wawancara Angket
Pengembangan Model
Observasi
Uji Coba Model
Angket Alat Tes
24
1. Identifikasi masalah 2. Identifikasi sumber pembelajaran 3. Kondisi motivasi KBM
1. Deskripsi proses pembelajaran (persiapan, pelaksanaan, evaluasi) 2. Partisipasi guru dan siswa
1. Efektifitas model (produk) 2. Evaluasi proses dan hasil
3. Validasi Instrumen
Validasi instrumen dimaksudkan untuk menjamin bahwa instrumen yang digunakan telah memenuhi syarat validitas dan reliabilitas. Validasi dilakukan dengan menggunakan prosedur teoritis dan secara empiris. Dengan diuji i nstrumen secara empiris maka reliabilitas instrumen dapat dicari. Hasil validitas dan reliabilitas menjadi bahan revisi/perbaikan instrumen. 4. Teknik analisis data
Teknik analisis data yang digunakan disesuaikan dengan jenis data dikumpulkan. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam analisis data: a. Analisis data mencakup prosedur organisasi data, reduksi, dan penyajian data baik dengan tabel, bagan, atau grafik. b. Data diklasifikasikan berdasarkan j enis dan komponen produk yang dikembangkan c. Data dianalisis secara deskriptif maupun dalam bentuk perhitungan kuantitatif. d. Penyajian hasil analisis dibatasi pada hal- hal yang bersifat faktual, dengan tanpa interpretasi pengembang, sehingga sebagai dasar dalam melakukan revisi produk. e. Dalam analisis data penggunaan perhitungan dan analisis statistik sejalan dengan permasalahan yang diajukan, dan produk yang akan dikembangkan. f. Laporan atau sajian harus diramu dalam format yang tepat sedemikian rupa dan disesuaikan dengan konsumen, atau calon pemakai produk. E. Kelebihan dan Kelemahan Penelitian dan Pengembangan (R&D) 1. Kelebihan R&D
a. Penelitian dan pengembangan (R&D) mampu menghasilkan suatu produk/model yang memiliki nilai validasi tinggi, karena produk tersebut dihasilkan melalui serangkaian uji coba di lapangan dan divalidasi oleh ahli. b. Penelitian dan pengembangan (R&D) akan selalu mendorong proses inovasi produk/model yang tiada henti atau memiliki nilai suistanibility (penguatan) yang cukup baik sehingga diharapkan akan ditemukan produk-produk / model-model yang selalu aktual sesuai dengan tuntutan kekinian. c. Penelitian dan pengembangan (R&D) merupakan penghubung antara penilitian yang bersifat teoritis dengan penilitian yang bersifat praktis. d. Penelitian dan pengembangan (R&D) cukup komprehensif, mulai dari metode deskriptif, evaluatif, dan eksperimen.
25
2. Kelemahan R&D
a. Pada prinsipnya penelitian dan pengembangan (R&D) memerlukan waktu yang relatif panjang/lama, karena prosedur yang harus ditempuh relatif kompleks. b. Penelitian dan pengembangan (R&D) dikatakan sebagai penelitian “here and now”, Penelitian dan pengembangan (R&D) tidak mampu digeneralisasikan secara utuh, karena pada dasarnya penelitian R&D pemodelannya pada sampel bukan pada populasi.
26
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian tersebut di atas dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut: 1. Penelitian dan pengembangan adalah suatu proses atau langkah-langkah untuk mengembangkan suatu produk baru atau menyempurnakan produk yang telah ada, yang dapat dipertanggungjawabkan. Produk tersebut tidak selalu berbentuk benda atau perangkat keras (hardware) tapi juga bisa perangkat lunak ( software). 2. Penelitian dan pengembangan merupakan penghubung antara penelitian dasar dengan penelitian terapan. Penelitian tentang fenomena fundamental pendidikan dilakukan melalui penelitian dasar (basic reasearch), sedang penelitian tentang praktik pendidikan dilakukan melalui penelitian terapan (applied research). 3. Penelitian dasar mengembangkan konsep-konsep, prinsip -prinsip, teori-teori; penelitian dan pengembangan mengembangkan model -model proses, bahan, sarana fasilitas; dan penelitian terapan mengembangkan praktik pelaksanaan pendidikan dan kurikulum pembelajaran. 4. Dalam pelaksanaan penelitian dan pengembangan, ada beberapa metode yang digunakan, yaitu metode deskriptif, evaluatif, dan eksperimental. 5. Penelitian dan pengembangan dalam konteks pendidikan ( educational research and development , merupakan proses yang digunakan untuk mengembangkan dan memvalidasi produk-produk pendidikan. 6. Langkah-langkah dalam penelitian dan pengembangan adalah: penelitian dan pengumpulan data, perencanaan, pengembangan produk awal/draft produk, ujicoba lapangan awal, revisi produk utama , ujicoba lapangan utama , penyempurnaan produk operasional, ujicoba lapangan operasional, penyempurnaan produk akhir, diseminasi dan implementasi.
27
DAFTAR PUSTAKA
Borg, W.R. and Gall, M.D. (1983). Educational Research: An Introduction. London: Longman, Inc. Creswell, J.W. (2012). Educational Research, Planning, Conducting, and Evaluating Quantitative and Qualitative Research. Fourth Edition. New Jersey: Pearson Education. Dick, W. And Carey, L. (1996). The Systematic Design of Instruction. New York: Harper Collin Publishers. Kempp, J.E. (1977). Instructional Design. Belmont: Fearon Tilman Publishers, Inc. MC. Millan, J.H. & Schumacher, S. (2001). Research in Education, A Conceptual Introduction. Fifth. New York: Addison Wesley Longman, Inc. Richey, R. C., & Klein, J. D. (2010). Design and development research: Methods, strategies and issues. Mahwah, NJ: Lawrence Erlbaum Associates, Publishers. Santyasa, I Wayan. 2009. Metode Penelitian Pengembangan dan Teori Pengembangan Modul . Makalah disajikan dalam Pelatihan Bagi Para Guru TK, SD, SMP, SMA, dan SMK, Bali 12-14 Januari 2009. Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha. Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Cetakan ke-5. Bandung: CV. Sukmadinata, N. S. (2010). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Program Pascasarjana UPI dan PT Remaja Rosdakarya . Tessmer, M. (1998). Planning and Conducting Formative Evaluations. Philadelphia: Kogan Page. Tim Puslitjaknov. (2008). Metode Penelitian Pengembangan. Jakarta: Depdiknas. Trianto. 2007. Model Pembelajaran Terpadu dalam Teori dan Praktek . Surabaya: Prestasi Pustaka. Van den Akker J. (1999). Principles and Methods of Development Research. Pada J. van den Akker, R.Branch, K. Gustafson, Nieven, dan T. Plomp (eds), Design Approaches and Tools in Education and Training (pp. 1-14) . Dortrech: Kluwer Academic Publishers. Walter Dick, Lou Carey and James O. Carey. (2005). The Systematic Design of Instruction. Boston: Pearson. Wierma, W. 1995. Research Methods in Education: An Introduction, Allyn and Bacon, Boston.
28
SISTEMATIKA LAPORAN PENELITIAN R & D
HALAMAN JUDUL ABSTRAK PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang B. Rumusan Masalah C. Tujuan D. Manfaat BAB II LANDASAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR, DAN PENGAJUAN HIPOTESIS
A. Deskripsi Teori B. Kerangka Berpikir C. Hipotesis (Produk yang akan dihasilkan) BAB III PROSEDUR PENELITIAN
A. Langkah-langkah Penelitian B. Metode Penelitian Tahap I 1. Populasi sampel sumber data 2. Teknik pengumpulan data 3. Instrumen penelitian 4. Analisis data 5. Perencanaan desain produk 6. Validasi desain C. Metode Penelitian Tahap II 1. Model rancangan eksperimen untuk menguji produk yang telah dirancang 2. Populasi dan sampel
29