6
MAKALAH PRODUK BIRO PERJALANAN WISATA
Oleh
FEBI ADRIANI BALU
(1410030017)
JURUSAN MANAJEMEN KONSENTRASI PARIWISATA (SEMESTER VI)
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS NUSA CENDANA
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena berkat limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyusun makalah ini tepat pada waktunya.
Pada penyusunan makalah ini, penulis banyak mendapat tantangan dan tambahan akan tetapi dengan bantuan dari berbagai pihak tantangan itu bisa teratasi. Olehnya itu, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini, semoga bantuannya mendapatkan bantuan yang setimpal dari Tuhan Yang Maha Esa.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari bentuk penyusunan maupun materinya. Kritik konstruktif dari pembaca sangat diharapkan penulis, untuk penyempurnaan makalah selanjutnya.
Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada kita sekalian. Tuhan Memberkati
Kupang, 30 Maret 2017
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB I PENDAHULUAN 4
1.1 Latar Belakang 4
1.2 Rumusan Masalah 5
1.3 Tujuan Masalah 5
BAB II PEMBAHASAN 6
2.1 Pariwisata Sebagai Suatu Industri 6
2.2 Produk Industri Pariwisata 8
2.3 Produk Biro Perjalanan Wisata 12
2.4 Karakteristik Produk Industri Pariwisata 14
BAB III PENUTUP 19
3.1 Kesimpulan 19
DAFTAR PUSTAKA 21
iii
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Pariwisata sebagai suatu industri sangat luas cakupannya. Banyak sekali sektor-sektor yang terkait dengan kegiatan pariwisata sebagai suatu industri. Kita harus membedakan perjalanan yang disebut pariwisata dengan benuk-bentuk perjalanan lain yang bukan perjalanan pariwisata.
Prinsipnya, kalau perjalanan itu tidak untuk bersenang-bersenang, (for pleasure) maka perjalanan tersebut tidak dapat dikatakan sebagai perjalanan dalam kategori pariwisata. Syarat suatu perjalanan disebut sebagai perjalanan pariwisata, apabila :
Perjalanan dilakukan dari suatu tempat ke tempat lain (from one place to another places), di luar tempat kediaman orang itu biasanya tinggal. Perjalanan yang dilakukan minimal 24 jam atau lebih (more than 24 hours).
Tujuan perjalanan semata-mata untuk bersenang-senang, dan tidak mencari nafkah atau bekerja di tempat atau negara yang dikunjunginya.
Orang tersebut semata-mata sebagai konsumen di tempat yang dikunjunginya dan uang yang dibelanjakannya dibawa dari negara asalnya atau tempat tinggalnyya semula dan bukan dicari atau diperoleh di tempat, di kota, atau di negara yang dikunjunginya.
Hingga saat ini cukup banyak batasan yang diberikan beberapa pakar tentang pariwisata, tetapi diantara batasan yang banyak itu belum ada satu kesamaan pendapat tentang batasan pariwisata itu.
1.2 RUMUSAN MASALAH
Adapun rumusan masalah dari makalah Produk Biro Perjalanan Wisata adalah :
Apa itu Pariwisata sebagai suatu industri ?
Apa saja Produk industri pariwisata ?
Apa itu Produk biro perjalanan wisata ?
Apa saja Karakteristik produk industri pariwisata ?
1.3 TUJUAN MAKALAH
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini alah untuk menjawab rumusan masalah di atas, yaitu :
Mengetahui Apa itu Pariwisata sebagai suatu industri;
Mengetahui Apa saja Produk industri pariwisata;
Mengetahui Apa itu Produk biro perjalanan wisata;
Mengetahui Apa saja Karakteristik produk industri pariwisata.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 PARIWISATA SEBAGAI SUATU INDUSTRI
Pengertian pariwisata sebagai suatu industri masih dalam perdebatan di antara para pakar pariwisata. Hal itu cukup beralasan, seperti yang dikatakan oleh Robert Christiemill dan Alais M. Morrison (1985) dalam bukunya yang berjudul The Tourism System, An Introductory Text (hlm.xvii) sebagai berikut :
"Tourism is a difficult phenomena to describe. We have trouble in thinking of tourism as an industry. The idea of a "Tourism Industry" would give some unity to the idea of tourism and from an image and a political viewpoint it sounds attractive."
Mereka mengatakan: "Pariwisata sebagai suatu industri merupakan suatu gejala yang sukar untuk dijelaskan. Kita bisa salah mengartikan pariwisata sebagai suatu industri. Ide sebenarnya dari penggunaan istilah 'industri pariwisata' sebenarnya untuk memberikan satu kesatuan ide tentang pariwisata, sehingga dengan demikian kesannya dilihat dari satu sudut pandang politik dan ekonomis akan lebih menarik, terutama untuk meyakinkan orang bahwa pariwisata itu memberikan dampak positif dalam perekonomian."
Gambaran pariwisata sebagai suatu industri diberikan hanya untuk menggambarkan apa sebenarnya pariwisata itu, dengan demikian dapat memberikan pengertian yang jelas. Jadi ide sebenarnya memberikan istilah "Industri Pariwisata" lebih banyak bertujuan untuk memberikan daya tarik politis dan ekonomi. Salah satu kekuatan pariwisata tidak lain adalah pengaruhnya terhadap ekonomi dan efek multiplier yang ditimbulkannya pada Daerah Tujuan Wisata (DTW) yang dikunjungi wisatawan.
Kelihatannya semua sangat ideal, hal itu sengaja diciptakan untuk mendapat dukungan politis tadi, tujuannya untuk pengelolaan dan pemasaran pariwisata. Tetapi penyebutan pariwisata sebagai suatu industri justru menjadi bumerang, menjadi sumber kelemahan, karena pariwisata terlalu banyak ditangani berbagai pihak dan minim dalam sistem sehingga menimbulkan masalah.
Sebagai suatu industri pariwisata tidak bisa diukur, karena tidak memiliki standar nomor klasifikasi seperti dikatakan oleh Robert Christiemill dan Alais M. Morrison: "There is No Standard Industrial Classification Number for Tourism". Sebenarnya, dari sudut pandang politis, ide memberi istilah "Tourism Industry" itu memberi peluang untuk memperlihatkan kepada orang banyak bahwa pariwisata memberikan dampak positif, karena menjadi katalisator dalam pembangunan. Ini menjadi tanggung jawab kita semua.
Beberapa pakar pariwisata luar negeri memberi batasan tentang industri pariwisata sebagai berikut :
Prof. W. Hunzieker (Bern University, 1952)
Katanya, industri pariwisata (perusahaan-perusahaan) adalah semua kegiatan usaha yang terdiri dari bermacam-macam kegiatan produksi barang dan jasa yang diperlukan para wisatawan.
L. J. Lickorish dan A.C. Kershaw (British Travel Association, Travel Reade, page 1-3) :
Katanya, industri pariwisata (perusahaan-perusahaan) adalah perusahaan yang secara bersama-sama memuaskan kebutuhan para wisatawan dan travelers lainnya, yang dapat dibagi atas dua, yaitu :
Prima Enterprise
Yaitu perusahaan-perusahaan yang menyediakan kebutuhan-kebutuhan akan transportasi, akomodasi, makan dan minum yang harus dipersiapkan oleh Biro Perjalanan Wisata (BPW) atau Tour Operator lainnya.
Secondary Enterprises
Yaitu perusahaan-perusahaan kelompok industri pariwisata yang menyediakan cenderamata, dan keperluan lainnya, hiburan, aktivitas, asuransi, pelayanan bank dan money changer dan keperluan lainnya.
G. A. Schmoll (Tourism Promotion 1977, page 30)
Menurutnya, pariwissata adalah suatu industri yang bersifat desentralisasi (terpisah-pisah dan berjauhan lokasinya) yang terdiri dari perusahaan-perusahaan yang berbeda dalam hal: ukuran (size), lokasi (location), fungsi (function), tipe atau bentuk organisasi (type of organization), macam-macam pelayanan yang dapat diberikan (range of services provided) dan metode yang digunakan untuk memasarkan dan menjualnya.
Bernecker (1956)
Menurut Bernecker, industri pariwisata merupakan kesatuan ekonomi yang memeberikan pelayanan untuk memberi kepuasan untuk memenuhi kebutuhan wisatawan atau yang berkaitan dengan itu dan lebih jauh dapat dibedakan antara :
Object Oriented Enterprises, seperti hotel, restoran, transportasi, dan lain-lain.
Subject Oriented, yaitu perusahaan-perusahaan yang banyak terlibat dalam kegiatan promosi aktivitas kepariwisataan dan perusahaan lainnya yang erat kaitannya dengan wisatawan, obyek dan atraksi wisata seperti travel agent, atau tour operator.
2.2 Produk Industri Pariwisata
Produk industri pariwisata merupakan bahan baku (raw materials) bagi perusahaan Biro Perjalanan Wisata (BPW) selaku perencana dan penyelenggara perjalanan wisata (tour operator) untuk menyusun paket wisata (package tours) yang selanjutnya ditawarkan atau dipasarkan kepada calon wisatawan.
Produk final industri pariwisata tidak lain adalah kumpulan dari bermacam-macam produk yang dihasilkan oleh perusahaan-perusahaan yang memberi pelayanan secara langsung kepada wisatawan bila melakukan perjalanan wisata. Kumpulan produk dari 10 perusahaan tersebut di atas, akhirnya oleh Tour Operator dikemas menjadi bermacam-macam paket wisata yang cocok atau sesuai dengan selera pasar.
Di sinilah peranan seorang Tour Planner dalam menyusun suatu paket wisata. Ia memilih dan memilah-milah produk perusahaan kelompok industri pariwisata untuk dimasukkan sebagai unsur yang dapat melengkapi suatu paket wisata yang akan ditawarkan kepada calon wisatawan.
Suatu paket wisata minimal terdiri dari dua unsur paling penting dan mutlak harus tersedia, yaitu: transportasi dan akomodasi, sedangkan yang lain dapat diurus sendiri oleh calon wisatawan. Tapi kebanyakan paket wisata hampir selalu dijual dalam bentuk All Inclusive, di mana di dalamnya termasuk unsur :
Transportasi atau angkutan pariwisata lainnya
Akomodasi hotel atau sejenisnya
Restoran dan rumah makan lainnya
Local Tour di DTW yang dkunjungi
Obyek dan atraksi wisata di DTW yang dikunjungi
Sehingga akhirnya kita mengenal All Incusive Tour yang berarti wisatawan hanya ikut saja, semua diurus oleh Tour Operator penyelenggara.
Bagaimana rumusan produk industri pariwisata ? Banyak diantara kita menggunakan istilah yang keliru tentang produk industri pariwisata. Istilah yang sering digunakan seperti produk wisata atau produk pariwisata rasanya kurang tepat. Istilah yang dianggap lebih sesuai digunakan produk industri pariwisata, karena hanya industri yang menghasilkan produk, sedang wisata dan pariwisata tidak.
Menurut Victor T. C. Middleton (1988 : 79) dalam bukunya yang berjudul marketing in travel & tourism mengatakan bahwa komponen dari total produk pariwisata sebagai suatu industri, terutama bila dilihat dari sisi wisatawan yang ingin mengunjungi suatu DTW. Menurutnya, ada lima komponen utama yang merupakan total produk industri pariwisata, masing-masing yaitu : Destination attractions, Destination Facilities and Servicse, Accessibilities of the destination, image of the destination, dan Price to the consumers.
2.2.1 Destination Attractions
Daya tarik suatu DTW, merupakan motivasi bagi wisatawan, mengapa ia mamilih suatu DTW tertentu untuk dikunjungi, antara lain adalah :
Natural Attraction : Lanscape, Seascape, Beaches, Climate, and other geographical features of destination.
Building Attractions : Building and Toruist Infrastucture, Including Historic and modern architecture, monuments, promenades, parks and gardens, industrial archeology, managed visitor attractions generally, golf course, speciality shops and theme retail areas.
Cultural Attractions : History and Folklore, Religion and Art, Theatre, Entertainment and Museums. Some of these may be developed into special events, festivals and pageants.
Social Attractions : Way of life of resident population, language and opportunities for social encounters. Destination Facilities and Service.
2.2.2 Destination Facilities and Services
Yang termausk dalam kelompok ini adalah semua fasilitas yang fungsinya memnuhi kebutuhan wisatawan yang tinggal untuk sementara waktu di DTW yang dikunjunginya, dimana mereka dapat santai menikmati dan berpartisipasi dalam kegiatan yang tersedia di DTW tersebut, termasuk di dalamnya :
Accommodation Units : Hotel, Motel, Apartement, Villas, Campsites, Caravan Parks, Hostels and Condominium.
Restaurants, Bars and Cafes : Ranging from Fast Food through to Luxury Restaurants.
Transport at the Destination : Taxis, Coaches, Car Rental, and Cycle Hire.
Sport & Activities : Ski School, Sailing School, Golf Clubs.
Other Facilities : Craft Course, Language Schools.
Retail Outlets : Shops, Travel Agents, Souvenir Shop, Camping Supplies.
Other Services : Hairdressing, Information Services, and Tourist Polices.
2.2.3 Accessibillities of The Destination
Ini merupakan unsur-unsur kemudahan yang disediakan bgi wisatawan untuk berkunjung dan untuk itu mereka harus membayar dengan harga yang wajar, diantaranya adalah :
Infrastructure : Highway, Airports, Railways, Seasports.
Equipment : Size, Speed, and Range of public transport vehicles.
Operation Factors : Routes operated, Frequency of Services, Price Charged.
Government Retransgulation : The Range of Regulatory Controls over port Operation.
2.2.4 Images and Perception of The Destinations
Image bagi suatu DTW sangat dipengaruhi oleh bermacam-macam produk (obyek dan atraksi wisata) yang tersedia di DTW yang bersangkutan.Image yang dimiliki oleh suatu DTW sangat mempengaruhi calon wisatawan untuk menentukan membeli paket wisata atau tidak membeli paket wisata yang ditawarkan oleh suatu BPW.
Hampir semua DTW memiliki image sendiri-sendiri, dan image DTW yang satu bersaing dengan image DTW yang lain. Di Indonesia misalnya, image Bali sebagai julukan Pulau Dewata, sangat berbeda dengan image Yogyakarta, walau sama-sama mengembangkan wisata budaya.
Image suatu DTW harus harus diciptakan dan dipelihara, kemudian dipromosikan pada setiap kesempatan. Contohnya, Disney Land (hiburan bagi tua dan muda), Monaco (kota judi kelas tinggi), Macau dan Genting Hightland (kota judi bagi wisatawan). Demikian pula dengan Hakone dan Nara di Jepang (kebudayaan Jepang masa lalu), atau Paris (Kota mode dan parfum) dan kairo dengan Tari Perutnya.
Bagi operasi kegiatan BPW, image sangat penting. Dengan memberikan Image membuat calon wisatawan jadi bermimpi dan akhirnya mendorong mempercepat melakukan pembelian paket wisata yang ditawarkan.
2.2.5 Price of The Consumer
Harga atau biaya untuk perjalanan wisata relatif cukup besar. Orang tidak akan membelanjakan uangnya untuk perjalanan wisata, bila kebutuhan rumah tangga dan pendidikan keluarga belum terpenuhi. Dengan kata lain, orang yang melakukan perjalanan wisata adalah orang yang memiliki uang lebih yang tidak akan mempengaruhi kehidupan rumah tangga.
Pembelian paket wisata sangat bersaing dengan pembelian barang-barang luks. Jalan-jalan dulu atau beli komputer dulu. Beli tempat tidur atau libur ke Bali. Ini selalu menggoda calon wisatawan. Karena itu dalam menentukan target pasar, perlu mencari orang atau kelompok orang yang relatif memiliki pendapatan lebih, yaitu sejumlah uang yang sudah ditabung untuk tujuan berlibur bagi mereka yang berencana dalan kehidupan rumah tangganya.
2.3 Produk Biro Perjalanan Wisata
BPW adalah suatu perusahaan yang memperoleh pendapatan dan keuntungan dengan menawarkan dan menjual produk serta jasa-jasa pelayanan yang diberikannya kepada pelanggannya. Selaku tour operator, produk utama suatu BPW tidak lain adalah paket wisata (Tour Packages) yang disusun dan diselenggarakan sendiri dengan resiko sendiri pula.
Produk utama (Core Product) suatu BPW adalah paket wisata itu sendiri. Bila tidak menyusun dan menyelenggarakan sendiri paket wisata perusahaan itu tidak dapat disebut sebagai tour operator dan lebih tepat disebut sebagai Agen Perjalanan (Travel Agent). Kita harus membedakan antara suatu BPW dengan Agen Perjalanan, terutama kalau kita lihat dari produk yang dihasilkannya. Berikut ini adalah tabel Perbedaan Produk Agen Perjalanan (AP) Dengan Produk Biro Perjalanan Wisata (BPW) .
Tabel 2.1
Perbedaan Produk Agen Perjalanan (AP) Dengan Produk Biro Perjalanan Wisata (BPW)
Agen Perjalanan
Produk Biro Perjalanan Wisata
Pengurusan dokumen perjalanan;
Ticketing (penjualan tiket wisata), domestik dan internasional;
Hotel Reservation (dalam dan luar negeri);
Agen penjualan tiket kapal, kereta apii, angkutan wisata, taxi, dll.
Pengurusan dokumen perjalanan;
Ticketing (penjualan tiket pesawat domestik dan internasional);
Hotel Reservation (dalam dan luar negeri);
Agen penjualan kapal pesiar, charter flight, kapal laut dan kereta api;
Paket wisata, dalam dan luar negeri;
Escort services;
Jemput antar tamu dari dan ke bandara;
Pelayanan umroh dan ibadah haji
Sumber : Drs. H. Oka A. Yoeti,M.B.A dalam bukunya yang berjudul Tours and Travel Marketing
Pada dasarnya, suatu BPW tidak memiliki produknya sendiri. Tetapi dia lebih banyak mengemas produk mitra kerjanya menjadi seakan-akan produknya sendiri, setelah memberikan nilai tambah (Added value), sehingga produk mitranya tadi berubah menjadi produknya sendiri. Contoh: paket wisata, coba saja perhatikan, unsur-unsur paket wisata yang dijualnya, semua produk milik perusahaan mitra kerjanya.
Suatu paket wisata adalah hasil kemasan dari beberapa produk perusahaan kelompok industri pariwisata, kemudian ditawarkan dalam satu harga (All inclusive), dengan mengklaim sebagai produk BPW itu sendiri. Jadi, bauran produk (Product Mix) dijadikan sebagai bahan baku (Raw Materials) untuk menyusun paket wisata yang diinginkan.
Apakah perbedaan prinsip antara produk industri pariwisata dengan BPW ? dari uraian diatas jelas bagi kita bahwa produk industri pariwisata (Product Mix) merupakan bahan baku bagi BPW untuk menyusun suatu paket wisata. Setelah disusun dengan memasukkan nilai tambah, kemudian ditetapkan harganya, maka hasilnya menjadi produk BPW sendiri yang siap ditawarkan kepada calon wisatawan.
Menurut Kotler (1984 : 463) yang dikutip oleh Victor T. C. Middleton (1988 : 82) mengatakan bahwa, sebenarnya produk BPW itu terdiri dari tiga tingkat, yaitu :
Core Product
Produk ini adalah pelayanan atau manfaat yang disediakan untuk memuaskan kebutuhan target pasar (wisatawan) yang sudah teridentifikasi.
The Tangible Product
Tangible Product adalah penawaran khusus yang dilakukan dalam rangka menjual (sesuatu) dengan menekankan bahwa wisatawan akan menerimanya sebagai imbalan uang yang ditabayarkannya. Dalam pengertian ini, Victor T. C. Middleton (1988 : 83) merupakan produk yang tidak berwujud dalam bentuk pelayanan yang akan diterima wisatawan sesuai dengan kebutuhan dan keinginannya.
The Augmented Product
Augmented product adalah semua bentuk nilai tambah yang diberikan kepada tangible product yang ditawarkan, sehingga menjadi lebih menarik bagi calon wisatawan.
Walau demikian keadaannya, semua produk yang dijual atas nama BPW tersebut, semuanya menjadi tanggung jawab BPW yang bersangkutan, bukan lagi menjadi tanggung jawab perusahaan yang sebenarnya menghasilkan produk itu. Misalnya, kamar adalah produk hotel yang dipergunakan untuk rombongan wisatawan. Bila pada waktu grup wisatawan datang, kamar tidak tersedia, itu bukan tanggung jawab hotel, tetapi menjadi tanggung jawab BPW, karena BPW yang berhubungan dengan pihak hotel.
Oleh karena itu, bisnis BPW lebih banyak dijual berdasarkan kepercayaan dan kepercayaan harus dimulai dari produk yang berkualitas. Bukan hanya itu, tetapi juga ketepatan waktu, kalau waktu penyerahan produk tidak sesuai dengan permintaan maka bagi pelanggan produk itu tidak berguna lagi.
2.4 Karakteristik Produk Industri Pariwisata
Pemasaran produk industri pariwisata jauh lebih kompleks sifatnya dibandingkan dengan memasarkan produk perusahaan menufaktur yang umumnya berbentuk atau berwujud. Oleh karena itu sebelum memasarkan produk industri pariwisata, seorang penjual haruslah memahami dan mengerti benar sifat dan karakter produk yang akan ditawarkan kepada pembeli (Wisatawan).
Berikut ini adalah perbedaan prinsip yang menjadi karakter dari produk industri pariwisata, sehingga cara-cara pemasarannya juga agak berbeda.
2.4.1 Tourism is a service
Transaksi penjualan tidak mengakibatkan pemindahan hak milik.
Pada barang-barang berwujud, penjualan mengakibatkan pemindahan hak milik dan barang dapat dipindahkan dari gudang penjual ke rumah pembeli. Dengan pengecualian pelayanan purna jual (after sales services), hubungan antara penjual dan pembeli dianggap selesai bila transaksi sudah dilakukan.
Sebaliknya hunungan antara penjual dengan wisatawan sedikit kompleks sifatnya. Wisatawan sewaktu mengkonsumsi atau menggunakan produk industri pariwisata yang sudah dibelinya banyak tergantung kepada penjual.
Waktu memproduksi dan mengkonsumsi berlangsung pada waktu bersamaan.
Pada dasarnya produk industri pariwisata tidak dapat diproduksi jauh sebelum pembelian dilakukan. Produk industri pariwisata baru akan diproduksi kalau sudah jelas ada permintaan atau pembelinya. Bila wisatawan ingin membeli ia harus datang langsung ke tempat dimana produk dihasilkan.
Produk Industri pariwisata tidak bisa disentuh atau dicoba sebelum melakukan pembelian.
Untuk produk berwujud pembeli biasanya dapat menyentuh atau meraba dan bahkan mencobanya sebelum melakukan pembelian. Untuk produk industri pariwisata hal itu tidak dapat dilakukan. Calon wisatawan hanya dapat melihat dalam bentuk brosur, leaflet, booklet atau film melalui video yang dibuat khusus untuk promosi.
2.4.2 Fragmented Supply vs Composite Demand
Paket wisata sedikitnya terdiri dari 2 unsur seperti transportasi dan akomodasi hotel. Kalau 3 unsur, transportasi, hotel, dan local tour atau All Inclusive Tour, satu paket dalam satu harga, sedangkan tiap unsur yang satu dengan yang lain terpisah, baik lokasi, pemilik atau fungsinya.
Pengertian Fragmented Supply vs Composite Demand dapat diartikan suplai produk yang terpisah-pisah, sedang calon pembeli ingin membeli dalam bentuk suatu barang, atau paket yang utuh. Contoh, paket wisata "JAKARTA BANGKOK-HONGKONG SINGAPURA TOUR."
Disinilah peranan Tour Operator dalam industri pariwisata, ia bertindak sebagai perantara, antara wisatawan di satu pihak dan perusahaan industri pariwisata di pihak lain sebagai penjual.
2.4.3 Travel Motivations are Heterogeneous
Tiap orang melakukan perjalanan wisata dengan motivasi yang berbeda-beda. Motivasi itu ada yang rasional dan ada pula yang tidk rasional.
Motivasi itu lebih banyak dipengaruhi oleh hasrat (desire) atau harapan (expectation) yang akan dicapai bila ikut dalam tour tersebut. adakalanya motivasi yang rasional dapat dikalahkan oleh motivasi yang tidak rasional (irrational elements). Tergantung pada pribadi orangnya, seperti orang membeli mobil, ada yang membelinya hanya sekedar untuk menyaingi tetangganya.
2.4.4 The Dominant Role of Travel Intermediaries
Usaha kepariwisataan perantara dalam penjualan (Sales Intermediaries seperti Travel Agent, Tour Operator, Reservation Services, Hotel and Charter Brokers, Cooperative Travel Organizations) merupakan Channel Captain dalam pemasaran produk industri pariwisata dan perannya sangat menentukan sekali.
Tanpa bantuan perantara ini dapat dikatakan pemasaran produk perusahaan-perusahaan yang termasuk kelompok industri pariwisata sukar dilakukan.
2.4.5 Complementary of Tourist Services
Perusahaan-perusahaan yang memberikan pelayanan kepada wisatawan itu lokasinya satu dengan yang lainnya berjauhan dan terpencar di dalam dan luar negeri. Selain lokasinya yang berjauhan itu, fungsi dan kegunaan masing-masing produk itu berbeda penggunaannya bagi wisatawan.
Namun satu hal yang perlu kita ketahui, produk masing-masing perusahaan itu baru tinggi nilainya bila produk perusahaan yang satu dikombinasikan dengan produk yang laing hingga memiliki nilai yang lebih tinggi bagi konsumen pemakainya seperti wisatawan. Contohnya suatu paket wisata harus terdiri dari kombinasi : transportasi, akomodasi, restoran, obyek dan atraksi wisata.
2.4.6 The Role of Official Organizations in Tourism Marketing
Karena sifat dan karakter produk industri pariwisata yang jauh berbeda dengan produk barang-barang perusahaan menufaktur biasanya, apalagi dengan karakter : "Fragmentation of supply, the complementarity of tourist services, the predominance of small and medium sized enterprises and importance of tourism in many economics, maka wajar bila pemerintah ikut membantu suksesnya pemasaran dalam kepariwisataan.
Di sinilah pentingnya peranan organisasi pariwisata, apakah yang ada di tingkat nasional, di daerah, baik organisasi pemerintah atau swasta harus turun tangan untuk mensukseskan kegiatan pemasaran baik untuk tingkat daerah, maupun tingkat nasional.
2.4.7 Perishable Product
Perishable, artinya cepat rusak, seperti ikan, buah-buahan, atau kembang, bilaterlalu lama tidak dipakai atau digunakan akan rusak dan tdak berguna atau tidak terpakai lagi, sehingga mendatangkan kerugian.
Sebenarnya kondisi cepat rusak itu tidak terjadi pada produk industri pariwisata, tetapi dapat terjadi pada salah satu produk dari suplier atau perusahaan industri pariwisata itu.
2.4.8 No Transfer of Ownership
Dalam penjualan atau transaksi produk industri pariwisata tidak terjadi perpindahan hak milik, seperti pada transaksi barang-barang berwujud yang dihasilkan perusahaan manufaktur.
2.4.9 Production and Consumption Take Place in The Same Time
Maksudnya, proses produksi dan konsumsi jatuh pada saat yang bersamaan. Jadi antara pemberi jasa dan penerima jasa jaraknya dekat sekali. Dengan kata lain tanpa kehadiran konsumen tidak mungkin proses produksi dapat dilakukan.
Contoh, untuk melaksanakan paket wisata paket wisata yang sudah dibeli calon wisatawan, harus dengan bantuan BPW yang menjualnya. Tidak mungkin dilakukan sendirii oleh pembeli, tetapi harus didampingi oleh seorang Tour Leader yang ditunjuk BPW untuk membawa rombongan wisatawan sesuai dengan Tour Itinerary yang tersedia.
2.4.10 The Dichotomy Between Suppliers Providing Product Components and Customers Buying 'complete packages of experience'
Terjadi dikotomi antara produk yang disediakan suplier dan paket wisata yang dikemas oleh suatu BPW. Seperti kita ketahui, produk yang dikemas BPW untuk dijadikan suatu paket wisata berasal dari perusahaan-perusahaan yang berbeda dalam :
Jenis, macam dan kualitas produk yang dihasilkan
Fungsi dan manfaat bagi calon wisatawan
Manajemen dan kepemilikannya
Brand atau logo
Lokasi dan jarak perusahaan dari konsumen
Kesemuanya itu harus dikemas dalam bentuk paket wisata dengan brand atau logo BPW sendiri; sedangkan di lain pihak, tiap perusahaan selaku suplier tetap mempromosikan produknya sendiri dengan menggunakan bendera sendiri-sendiri pula.
Jadi terjadi kerancuan dari sisi pandang calon wisatawan yang dapat berakibat terjadi keragu-raguan konsumen untuk melakukan pembelian. Oleh karena itu dalam menjual paket wisata, suatu BPW harus lebih menambahkan kepercayaan sehingga konsumen tidak ragu-ragu mengambil keputusan, membeli atau tidak membeli pada suatu BPW.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Banyak sekali sektor-sektor yang terkait dengan kegiatan pariwisata sebagai suatu industri. Menurut Robert Christiemill dan Alais M. Morrison (1985) dalam bukunya yang berjudul The Tourism System, An Introductory Text (hlm.xvii) sebagai berikut : "Pariwisata sebagai suatu industri merupakan suatu gejala yang sukar untuk dijelaskan. Kita bisa salah mengartikan pariwisata sebagai suatu industri. Ide sebenarnya dari penggunaan istilah 'industri pariwisata' sebenarnya untuk memberikan satu kesatuan ide tentang pariwisata, sehingga dengan demikian kesannya dilihat dari satu sudut pandang politik dan ekonomis akan lebih menarik, terutama untuk meyakinkan orang bahwa pariwisata itu memberikan dampak positif dalam perekonomian."
Pariwisata sebagai suatu industri diberikan hanya untuk menggambarkan apa sebenarnya pariwisata itu, dengan demikian dapat memberikan pengertian yang jelas. Jadi ide sebenarnya memberikan istilah "Industri Pariwisata" lebih banyak bertujuan untuk memberikan daya tarik politis dan ekonomi. Salah satu kekuatan pariwisata tidak lain adalah pengaruhnya terhadap ekonomi dan efek multiplier yang ditimbulkannya pada Daya Tarik Wisata (DTW) yang dikunjungi wisatawan.
Produk industri pariwisata merupakan bahan baku (raw materials) bagi perusahaan Biro Perjalanan Wisata (BPW) selaku perencana dan penyelenggara perjalanan wisata (tour operator) untuk menyusun paket wisata (package tours) yang selanjutnya ditawarkan atau dipasarkan kepada calon wisatawan.
Produk final industri pariwisata tidak lain adalah kumpulan dari bermacam-macam produk yang dihasilkan oleh perusahaan-perusahaan yang memberi pelayanan secara langsung kepada wisatawan bila melakukan perjalanan wisata.
Menurut Victor T. C. Middleton (1988 : 79) dalam bukunya yang berjudul marketing in travel & tourism mengatakan bahwa komponen dari total produk pariwisata sebagai suatu industri, terutama bila dilihat dari sisi wisatawan yang ingin mengunjungi suatu DTW. Ada lima komponen utama yang merupakan total produk industri pariwisata, masing-masing yaitu : Destination attractions, Destination Facilities and Servicse, Accessibilities of the destination, image of the destination, dan Price to the consumers.
BPW adalah suatu perusahaan yang memperoleh pendapatan dan keuntungan dengan menawarkan dan menjual produk serta jasa-jasa pelayanan yang diberikannya kepada pelanggannya. Selaku tour operator, produk utama suatu BPW tidak lain adalah paket wisata (Tour Packages) yang disusun dan diselenggarakan sendiri dengan resiko sendiri pula.
Menurut Kotler (1984 : 463) yang dikutip oleh Victor T. C. Middleton (1988 : 82) mengatakan bahwa, sebenarnya produk BPW itu terdiri dari tiga tingkat, yaitu : Core Product ; The Tangible Product ; The Augmented Product.
Pemasaran produk industri pariwisata jauh lebih kompleks sifatnya dibandingkan dengan memasarkan produk perusahaan menufaktur yang umumnya berbentuk atau berwujud. Oleh karena itu sebelum memasarkan produk industri pariwisata, seorang penjual haruslah memahami dan mengerti benar sifat dan karakter produk yang akan ditawarkan kepada pembeli (Wisatawan).
Berikut ini adalah perbedaan prinsip yang menjadi karakter dari produk industri pariwisata : Tourism is a service; Fragmented Supply vs Composite Demand; Travel Motivations are Heterogeneous; The Dominant Role of Travel Intermediaries; Complementary of Tourist Services; The Role of Official Organizations in Tourism Marketing; Perishable Product; No Transfer of Ownership; Production and Consumption Take Place in The Same Time; The Dichotomy Between Suppliers Providing Product Components and Customers Buying 'complete packages of experience'.
DAFTAR PUSTAKA
Yoeti, Oka A (2006), Tour and Travel Marketing, PT Pradnya Paramita, Jakarta