MAKALAH PRAKTIKUM BIOKIMIA
PENGARUH MODIFIER DAN PENINGKATAN KADAR ENZIM PADA REAKSI ENZIMATIK
KELOMPOK
:
4 KELAS
:F
DIAN MARLINA
( 201310410311020 )
SUSI MELINDAH
( 201310410311052 )
NELLY AGUSTIN
( 201310410311086 )
NANI YUNIAWATI ( 201310410311196 )
TIM DOSEN : Dra. Uswathun Chasanah, M. Kes., Apt Raditya Weka Nugraheni, S.Farm., Apt
PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG 2016
KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum Wr.Wb Puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat, Hidayah, dan Karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan Laporan Akhir Praktikum Biokimia tanpa ada kendala suatu apapun. Sholawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah membawa kita dari zaman jahiliyah hingga zaman yang terang benderang seperti sekarang ini. Seperti halnya manusia yang tidak sempurna di mata manusia lain ataupun di mata Allah SWT, penyusunan makalah ini tidak terlepas dari kesalahan penulisan dan penyajiannya mengingat akan keterbatasan kemampuan yang kami miliki. Untuk itu kami selalu mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca demi penyempurnaan makalah ini. Akhir kata semoga makalah ini dapat memberi manfaat untuk kita semua. Amin Wassalamu’alaikum Wr.Wb
Malang, 19 Maret 2016
Penulis
i
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR............................................................................................................................i DAFTAR ISI.........................................................................................................................................ii BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................................................1 A. TUJUAN PRAKTIKUM.......................................................................1 B. TINJAUN PUSTAKA...........................................................................1 C. PRINSIP REAKSI BIOKIMIA................................................................4 D. PROSEDUR PRAKTIKUM....................................................................5 E. HASIL...........................................................................................7 BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................................................10 BABA III PENUTUP..........................................................................................................................12 A. KESIMPULAN................................................................................12 B. PERTANYAAN DAN JAWABAN............................................................12 DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................14
ii
BAB I PENDAHULUAN A. TUJUAN PRAKTIKUM Mengetahui pengaruh perubahan suhu terhadap kinerja enzim yang terkandung dalam saliva. B. TINJAUN PUSTAKA Enzim adalah molekul biopolimer yang tersusun dari serangkaian asam amino dalam komposisi dan susunan rantai yang teratur dan tetap. Enzim memegang peranan penting dalam berbagai reaksi di dalam sel. Sebagai protein, enzim diproduksi dan digunakan oleh sel hidup untuk mengkatalisis reaksi, antara lain konversi energi dan metabolisme pertahanan sel. Amilase mempunyai kemampuan untuk memecah molekul-molekul pati dan glikogen Molekul pati yang merupakan polimer dari alfa-D-glikopiranosa akan dipecah oleh enzim pada ikatan alfa-1,4- dan alfa-l,6-glikosida. Enzim digolongkan menurut reaksi yang diikutinya, sedangkan masingmasing enzim diberi nama menurut nama substratnya, misalnya urease, arginase dan lain-lain. Di samping itu ada pula beberapa enzim yang dikenal dengan nama lama misalnya pepsin, tripsin dan lain-lain. Enzim dibagi dalam enam golongan besar oleh Commision on Enzymes of the International Union of Biochemistry. Penggolongan ini didasarkan atas reaksi kimia di mana enzim memegang peranan Dalam mempelajari mengenai enzim, dikenal beberapa istilah diantaranya holoenzim, apoenzim, kofaktor, gugus prostetik, koenzim, dan substrat. Apoenzim adalah suatu enzim yang seluruhnya terdiri dari protein, sedangkan holoenzim adalah enzim yang mengandung gugus protein dan gugus non protein. Gugus yang bukan protein tadi dikenal dengan istilah kofaktor. Pada kofaktor ada yang terikat kuat pada protein dan sukar terurai dalam larutan yang disebut gugus prostetik dan adapula yang tidak terikat kuat pada protein sehingga mudah terurai yang disebut koenzim. Baik gugus prostetik maupun koenzim, keduanya merupakan bagian yang memungkinkan enzim bekerja pada substrat. Substrat merupakan zat-zat yang diubah atau direaksikan oleh enzim (Poedjiadi 2006). Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kecepatan reaksi suatu enzimatis yaitu: Konsentrasi enzim dan konsentrasi substrat. Konsentrasi enzim dan konsentrasi substrat masing1
masing dapat merupakan pembatas. Katalisis hanya terjadi jika enzim dan substrat membentuk satu kompleks sementara. Jadi, laju reaksi bergantung kepada jumlah benturan yang terjadi antara substrat dan enzim. Makin tinggi konsentrasi dari enzim maka kecepatan reaksi makin cepat pula, semua ini terjadi karena banyaknya enzim yang telah memecah substrst menaji suatu produk. Dengan ketentuan lain, yaitu konsentrasi enzim berlebihan maka kecepatan reaksinya akan lurus/tidak terjadi keneikan atau penurunan kecapatan reaksi. Hal ini disebabkan karena substrat telah terikat semua pada masing-masing enzim serta ada enzim yang tidak mengikat substrat. Enzim dikatakan sebagai suatu kelompok protein yang berperan dalam aktivitas biologis. Enzim ini berfungsi sebagai katalisator dalam sel dan sifatnya sangat khas. Dalam jumlah yang sangat kecil, enzim dapat mengatur reaksi tertentu sehingga dalam keadaan normal tidak terjadi penyimpangan hasil reaksinya. Enzim akan kehilangan aktivitasnya karena panas, asam dan basa kuat, pelarut organik atau apa saja yang bisa menyebabkan denaturasi protein. Enzim dinyatakan mempunyai sifat yang sangat khas karena hanya bekerja pada substrat tertentu (Girinda 1990). Modifier = modulator = efektor (bahan yang dapat mengubah aktivitas enzim). Bahan tersebut terbagi menjadi 2 yaitu senyawa organik dan senyawa anorganik. 1. Senyawa anorganik terbagi: Modifier positif: koenzim dan metabolit allosteric. Modifier negatif: inhibitor reversible dan irresible. 2. Senyawa organik (logam) terbagi: Modifier positif: Fe, Mn, Cu, Ca, Zn. Dalam jumlah sedikit logam ini berfungsi sebagai kofaktor. Modifier negatif: logam berat seperti Hg, Ag, Pb.
Progress Curve
Terlihat
grafik/kerja
enzim
tanpa penambahan
inhibitor
(garis
merah)
dapat
menghasilkan produk
lebih
banyak
daripada
yang
ditambah inhibitor
(garis biru). Hal ini
disebabkan karena
enzim telah mengikat inhibitor sehingga tidak dapat mengikat substrat.
2
Enzim merupakan katalis yang sangat selektif. Tidak seperti kebanyakan katalis yang digunakan dalam bidang kimia sintetik, enzime bersifat spesifik baik bagi tipe reaksi yang dikatalisis maupun substrat atau substrat-substrat yang berhubungan erat. Modifier adalah senyawa lain yang dapat meningkatkan atau malah dapat menurunkan kinerja dari enzime. Modifier yang dapat mempercepat kinerja enzime disebut dengan aktivator, sedaangkan yang menghambat kinerja enzime disebut dengan inhibitor. Apabila enzime berikatan dengan modifier, kerja enzime tersebut dapat terhambat atau bahakan tidak berjalan sama sekali yang dikarenakan rusaknya struktur tiga dimensi enzime yang disebut dengan denaturasi. Pengertian Inhibitor sendiri adalah molekul yang berinteraksi dalam berbagai cara dengan enzime untuk mencegah kerja enzime dengan model yang normal. Ada beberapa jenis inhibitor yaitun nonspesifik, irreversible, reverrsible kompetitif dan non-kompetitif. Racun dan obat-obatan termasuk contoh inhibitor enzim. Inhibitor enzim sendiri dibedakan dua jenis yaitu yang menghasilkan efek inaktifasi enzim secara irreversible dan reverrsible. Inhibitor irreversible biasanya menyebabkan inaktivasi, bersifat irreversible, inhibitor sulit dilepaskan dari enzim dan modifikasi kovalen pada struktur enzime. Inhibitor reverrsible dapat dibedakan menjadi dua kategori utama yaitu, inhibitor kompetitif dan non-kompetitif. Inhibitor Enzime
Tidak spesif k
Denatur asi
spesif k
Irreversib el
reverrsib el
Kompetiti f NonKompetitif Alosterik
Asam dan Basa Temperatur Alkohol Logam berat Agen Pereduksi
1. Inhibitor Kompetitif Merupakan komponen molekul yang secara struktur kimianya dan geometrinya sama dengan substrat. Inhibitor berkompetisi pada sisi aktif yang sama seperti molekul substrat. Inhibitor bisa berinteraksi dengan enzim pada sisi aktif, tetapi reaksi menjadi tidak berjalan.n Inhibitor seperti tongkat pada enzim dan mencegah molekul substrat lain 3
berinteraksi dengan enzim. Inhibisi secara kompetitif biasanya bersifat reverrsible jika molekul substrat cukup tersedia untuk menggantikan posisi inhibitor pada sisi aktif. 2. Inhibitor Non-kompetitif Inhibitor Non-kompetitif dan substrat dapat berikatan dengan enzime pada waktu yang sama, karena tidak berikatan dengan sisi aktif. Kompleks EI dan EIS keduanya secara enzimatik tidak aktif. Karene inhibitor tidak dapat bekerja dari enzim oleh konsentrasi substrat yang tinggi (kebalikan dengan inhibitor kompetitif). Inhibitor non-kompetitif merupakan senyawa yang membentuk ikatan kovalen dengan kuat dengan enzime sehingga tidak dapat digantikan dengan penambahan substart secara berlebih. Dengan demikian, inhibisi non-kompetitif bersifat irreversibel. Jika inhibisi terletak pada tempat yang jauh dari sisi aktif disebut dengan inhibisi aloesterik. 3. Inhibitor Unkompetitif Inhibitor tidak berikatan dengan enzime bebas tetapi hanya kompleks ES. Komplek EIS yang terbentuk secara enzimatik tidak aktif. C. PRINSIP REAKSI BIOKIMIA
Gambar 1. Struktur Polimer Amilosa Pati secara alami terdapat pada tumbuhan dan berfungsi untuk penyimpanan energi dalam bentuk polimer glukosa. Pada perlakuan dengan kondisi asam ataupun dengan bantuan enzim, pati dapat tehidrolisis menjadi dextrin (campuran dari polisakarida dengan titik lebur rendah, tersusun atas 3-8 unit glukosa), maltose, dan akhirnya D-glukose. Keberadaan pati dalam makanan dapat dideteksi dengan larutan I2. Larutan akan berubah warna menjadi biru-hitam bila mengandung pati. /Pati + I2→ warna biru-hitam
D. PROSEDUR PRAKTIKUM 3A. Pengaruh Peningkatan Kadar A. Enzim Pada reaksi Enzimatik
Labu erlenmeyer 250 mL Beaker glass 100 mL Gelas ukur 25 mL, 10 mL Tabung reaksi (6 buah) Washing bottle Pipet volumetric 1 mL dan 2 mL Stopwatch
ALAT DAN BAHAN 3B. Pengaruh Modifier PAda Reaksi ALAT Enzimatik
Labu erlenmeyer 250 mL Beaker glass 100 mL Gelas ukur 25 mL, 10 mL Tabung reaksi (6 buah) 4 Washing bottle Pipet volumetric 1 mL Stopwatch
B. BAHAN 3A. Pengaruh Peningkatan Kadar Enzim Pada reaksi Enzimatik
3B. Pengaruh Modifier PAda Reaksi Enzimatik
Larutan dapar pH ± 6,5 Larutan substrat Larutan enzim (saliva) Larutan HCl 0.05N Larutan KI-I2 Aqua distillate
Larutan dapar pH ± 6,5 Larutan NaCl 0.9% Larutan substrat Larutan enzim (saliva) Larutan HCl 0.05N Larutan KI-I2 Larutan HgCl2 Aqua distillate
PELAKSANAAN 1. Kelompok dibagi menjadi 3A1, 3A2, 3B1, 3B2. 2. Pebedaan kolompok 3A1 dan 3A2 terletak pada tahap ke-5 dan 9 dan pada kelompok 3B1 dan 3B2 terletak pada tahap ke-5. 3. Siapkan 6 tabung reaksi bersih, beri masing-masing tanda 0’, 5’, 10’, 15’, 20’ dan blanko. 4. Siapkan bejana enlemeyer dan pipet volumetric. 5. Kelompok 3A1: Masukkan 15 mL larutan dapar (pH 6,5), 5 mL larutan substrat dan 6 mL aqua distillate ke dalam Enlemeyer. Goyangkan Enlemeyer beberapa detik dengan gerakan memutar agar isinya tercampur rata. Kelompok 3A2: Masukkan 15 mL larutan dapar (pH 6,5), 5 mL larutan substrat dan 5 mL aqua distillate ke dalam Enlemeyer. Goyangkan Enlemeyer beberapa detik dengan gerakan memutar agar isinya tercampur rata. Kelompok 3B1: Masukkan 15 mL larutan dapar (pH 6,5), 5 mL larutan substrat dan 6 mL larutan NaCl 0,09% ke dalam Erlenmeyer. Goyangkan Enlemeyer beberapa detik dengan gerakan memutar agar isinya tercampur rata. Kelompok 3A2: Masukkan 15 mL larutan dapar (pH 6,5), 5 mL larutan substrat dan 6 mL aqua distillate dan 5 tetes HgCl2 (dengan pipet karet-awas HgCl2 adalah zat beracun) ke dalam Enlemeyer. Goyangkan Enlemeyer beberapa detik dengan gerakan memutar agar isinya tercampur rata. 6. Isilah masing-masing tabung reaksi dengan 10 mL larutan HCL 0,05 N
5
7. Ambil pipet 1 mL campuran larutan dari labu enlemeyer dan masukkan kedalam tabung reaksi yang bertanda 0’, campurlah isinya dengan beberapa kali membalikkan tabung yang disumbat ibu jari tangan. 8. Siapkan stopwatch. 9. Kelompok 3A1: Pipetlah 1 mL enzim dan tambahkan kedalam campuran larutan yang berada di dalam Enlemeyer. Jalanakan stopwaatch tepat pada saat enzim dimasukkan kedalam Enlemeyer. Goyangkan Enlemeyer beberapa detik dengan gerakan memutar agar enzim tercampur rata didalam larutan. Setelah itu enlemeyer jangan digoyangkan lagi. (diamkan diatas meja). Kelompok 3A2: Pipetlah 2 mL enzim dan tambahkan kedalam campuran larutan yang berada di dalam Enlemeyer. Jalanakan stopwaatch tepat pada saat enzim dimasukkan kedalam Enlemeyer. Goyangkan Enlemeyeer beberapa detik dengan gerakan memutar agar enzim tercampur rata didalam larutan. Setelah itu Enlemeyer jangan digoyangkan lagi. (diamkan diatas meja). Kelompok 3B1 dan 3B2: Pipetlah 1 mL enzim dan tambahkan kedalam campuran larutan yang berada di dalam Enlemeyer. Jalanakan stopwaatch tepat pada saat enzim dimasukkan kedalam Enlemeyer. Goyangkan Enlemeyer beberapa detik dengan gerakan memutar agar enzim tercampur rata didalam larutan. Setelah itu enlemeyer jangan digoyangkan lagi. (diamkan diatas meja). 10. Kira-kira setengah menit menjelang menit ke-5 ambillah dengan pipet 1 mL larutan labu Erlenmeyer, dan tepat pada menit ke-5 masukkan cairan dalam pipet tersebut kedalam tabung reaksi bertanda 5’, campurlah isi dengan beberapa kali membalikkan tabung yang disumbat ibujari tangan. 11. Lakukan kembali prosedur seperti di atas sekitar menit ke-10’, 15’, dan 20’ masukkan cairan 1 mL yang di pipet ke dalam tabung reaksi yang bertanda 10’, 15’, dan 20’, mencampurkannya dengan membalikkan tabung reaksi yang disumbat ibujari tangan. 12. Blanko kelompok 3A1, 3A2 dan 3B2: dipipet 1 mL campuran (15 mL larutan dapar pH 6,5 + 11 mL aqua distillate) masukkakn ke dalam tabung reaksi yang bertanda blanko. Campur isi dengan membalik tabung yang disumbat ibujari tangan. Blanko kelompok 3B2: dipipet 1 mL campuran (2 mL NaCl 0,09% + 2 mL aqua distillate) masukkan ke dalam tabung reaksi yang bertanda blanko. Campur isi dengan membalik tabung yang disumbat ibujari tangan. 13. Setelah semua selesai, tambahkan 1 mL larutan KI-I2 ke dalam masing-masing tabung reaksi. Campur merata dengan membalikan beberapa kali tanbung reaksi yang disumbat ibujari tangan. 14. Kira-kira 5 menit setelah penambahan KI-I2, bacalah absorbance larutan dalam masing-masing tabung reaksi dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 620 nm. 15. Dari nilai absorbance yang terbaca, hitunglah % substrat yang tercerna pada menit ke0’, 5’, 10’, 15’, dan 20’dengan rumus :
Presentaase substrat yang dicerna pada menit ke t=
6
Keterangan :
ATt ATo
: absorbance larutan pada menit ke t : absorbance larutan pada menit ke 0
16. Runutlah nilai % substrat yang dicerna pada ordinat grafik menghubungkannya dengan lama berlangsung reaksi (T) pada absisnya. Kurva yang terbentuk disebut progress curve. 17. Bandingkan kinerja enzim pada percobaan yang dilakukan kelompok 3A1, 3A2, 3B1, 3B2. E. HASIL
HASIL SPEKTOFOTOMETER λ 620 nm
Menit ke
Absorbansi
K * ABS
0’
1,480
1,4803
5’
1,367
1,3668
10’
1,288
1,2880
15’
1,237
1,2367
20’
1,195
1,1948
PERHITUNGAN % SUBSTRAT YANG TERCERNA
Menit ke- 0
= = 0%
Menit ke- 5
=
7
= 7,64% Menit ke- 10 = = 12,97% Menit ke- 15 = = 16,42% Menit ke- 20 = = 19.26 % Data % Substrat Semua Kelompok Menit keKelompok
0
5
10
15
20
% substrat yang dicerna 1
(3A1)
0
-25.78
-22.71
-37.65
-29.42
2
(3A2)
0
9.21
29.11
67.10
84.29
3
(3B1)
0
-9.98
72.67
98.14
101.49
4
(3B2)
0
7.64
12.97
16.42
19.26
5
(3A1)
0
-8.76
-7.00
-8.18
-1.22
6
(3A2)
0
22.50
72.60
94.97
98.37
7
(3B1)
0
4.12
61.93
89.58
97.50
8
(3B2)
0
5.51
17.76
2.76
19.22
9
(3A2)
0
2
58.88
62.42
94.37
10 (3B2)
0
1.43
3.27
8.63
6.25
11 (3B1)
0
5.53
30.33
78.92
92.01
GAMBAR HASIL PRAKTIKUM
8
Sebelum penambahan KI-I2
Setelah penambahan KI-I2
GRAFIK DATA Rata-rata % subsrat yang dicerna pada masing-masing kelompok Menit ke-
Kelompok
0
5
10
15
20
% Substrat yang Dicerna 3A1
0
-17,27
-14,86
-22,92
-15,32
3A2
0
11,24
53,53
74,83
92,34
3B1
0
-0,11
54,98
88,88
97
3B2
0
4,86
11,33
9.27
14,91
BAB II PEMBAHASAN Enzim dikatakan sebagai suatu kelompok protein yang berperan dalam aktivitas biologis. Enzim ini berfungsi sebagai katalisator dalam sel dan sifatnya sangat khas. Dalam jumlah yang sangat kecil, enzim dapat mengatur reaksi tertentu sehingga dalam keadaan normal tidak terjadi penyimpangan hasil reaksinya. Enzim akan kehilangan aktivitasnya karena panas, asam dan basa 9
kuat, pelarut organik atau apa saja yang bisa menyebabkan denaturasi protein. Enzim dinyatakan mempunyai sifat yang sangat khas karena hanya bekerja pada substrat tertentu. Pada paktikum kali bertujuan untuk mengetahui pengaruh modifier dan peningkatan kadar enzim terhadap reaksi enzimatik. Modifier adalah senyawa lain yang dapat meningkatkan atau malah dapat menurunkan kinerja dari enzime. Modifier yang dapat mempercepat kinerja enzime disebut dengan aktivator, sedaangkan yang menghambat kinerja enzime disebut dengan inhibitor. Apabila enzime berikatan dengan modifier, kerja enzime tersebut dapat terhambat atau bahakan tidak berjalan sama sekali yang dikarenakan rusaknya struktur tiga dimensi enzime yang disebut dengan denaturasi. Hasil praktikum atara kelompok 3B1 dengan kelompok 3B2 yang membedakan adalah pada kelompok 3B1 menggunakan aktivotor yaitu NaCl 0,09% sebanyak 6 mL yang memberikan hasil presentase substrat meningkat pada menit ke-20 sebesar 97%. Hal ini disebabkan karena fungsi dari activator itu sendiri untuk mempercepat kinerja enzim. NaCl merupakan activator berupa senyawa anorganik yang berikatan secara kovalen dengan enzim. Pada kelompok 3B2 mengunakan inhibitor yaitu HgCl2 sebanyak 5 tetes yeng memberikan hasil presentase substrat tidak maksimal. Hal ini disebabkan karena fungsi dari inhibitor dapat menghambat altivitas enzim dengan cara menyerang sisi aktif enzim sehingga enzim tidak dapat berikatan dengan substratnya. Pada peningkatan kadar enzim semakin tinggi konsentrasi dari enzim maka kecepatan reaksi makin cepat pula, semua ini terjadi karena banyaknya enzim yang telah memecah substrst menajadi suatu produk. Dengan ketentuan lain, yaitu konsentrasi enzim berlebihan maka kecepatan reaksinya akan lurus/tidak terjadi keneikan atau penurunan kecapatan reaksi. Hal ini disebabkan karena substrat telah terikat semua pada masing-masing enzim serta ada enzim yang tidak mengikat substrat. Hasil praktikum pada kelompok 3A1 dan 3A2 yang membedakan adalah jumlah aqua distillate dengan enzim yang digunakan. Pada kelompok 3A1 menggunakan aqua distillate sebanyak 6 mL dengan enzim sebanyak 1 mL yang memberikan hasil presentase substrat sebesar – 15,32% pada menit ke-20. Sedangkat pada kelompok 3A2 menggunakan aqua distillate sebanyak 5 mL dengan enzim sebanyak 2 mL yang memeberikan hasil presentase substar sebesar 92,34% pada menit ke-20. Hal ini dapat disimpulkan bahwa enzim dapat digunakan untuk membantu mempercepat terjadinya reaksi kimiawi (katalisator reaksi kimia) sehingga saat enzim diberikan dalam jumlah yang banyak, proses reaksi kimiawi pun akan
10
terjadi lebih cepat. dan hasil yang diperoleh sesuai dengan teori bahwa semakin banyak enzim yang diberikan, semakin cepat pula terjadi reaksi kimiawi.
BABA III PENUTUP A. KESIMPULAN Dari hasil praktikum tentang pengaruh modifier dan peningkatan kadar enzim pada reaksi enzimatik dapat disimpulkan bahwa:
11
1. Activator dapat mempercepat kinerja enzim. NaCl merupakan activator berupa senyawa anorganik yang berikatan secara kovalen dengan enzim sehingga dapat membantu kinerja enzim. 2. Inhibitor (HgCl2) dapat menghambat altivitas enzim dengan cara menyerang sisi aktif enzim sehingga enzim tidak dapat berikatan dengan substratnya. 3. Semakin tinggi konsentrasi dari enzim maka kecepatan reaksi makin cepat pula, semua ini terjadi karena banyaknya enzim yang telah memecah substrst menajadi suatu produk
B. PERTANYAAN DAN JAWABAN 1. Secara teori, bagaimana pengaruh peningkatan kadar substrat terhadap laju reaksi enzimatik? Jawab: Peningkatan konsentrasi akan meningkatkan kecepatan reaksi enzimatik. Dapat dikatakan bahwa kecepatan reaksi enzimatik berbanding lurus dengan konsentrasi enzim. Makin besar konsentrasi enzim, reaksi makin cepat (Hafiz Soewoto, 2000). Agar berjalan otimum, makan perbandingan jumlah antara enzim dan substrat harus sesuai. Jika enzim terlalu sedikit dan substrat terlalu banyak, reaksi akan berjalan lambat dan bahkan ada substrat yang tak terkatalisis. Semakin banyak enzim, reaksi akan semakin cepat. Namun, jika jumlah substrat sediti, kerja enzim juga berubah. 2. Bagaimana pengaruh modifier terhadap reaksi enzimatik? Jawab: Modifier sangat berpengaruh terhadap reaksi enzimatik karena modifier dapat membantu mengaktifkan enzim dan ada juga yang menghambat kerja enzim. Modifier dibagi 2, yaitu modifier positif dan modifier negatif. Modifier positif yaitu senyawa yang dapat membantu mengaktifkan kerja enzim. Enzim yang semula tidak aktif dapat menjadi aktif dan bekerja mengkatalisis subtrat dengan penambahan modifier tersebut. Salah satu contoh modifier positif adalah NaCl. Sedangkan modifier negatif adalah senyawa yang bekerja sebagai penghambat (inhibitor) enzim. Inhibitor tersebut ada yang besifat kompetitif dan non kompetitif. Inhibitor kompetitif yaitu inhibitor yang bersaing dengan substrat untuk medapatkan sisi aktif enzim. Inhibitor non kompetitif yaitu molekul penghambat yang kerjanya melekatkan diri pada sisi enzim sehingga bentuk enzim berubah dan enzim tidak berfungsi.
12
DAFTAR PUSTAKA Martosuharsono, Soeharsono. 1985. Biokimia jilid I. Yogyakarta: Gadjahmada University Press. Poedjadi, Anna dan F M Titin Supriyanti. 2006. Dasar-dasar Biokimia. Jakarta : UI-Press Sasmitamihardja, Dardjat. 1996. Fisiologi Tumbuhan. Bandung : FMIPA ITB Soewoto, Hafiz, dkk. 2000. Biokimia Eksperimen Laboratorium.Jakarta: Widya Medika.
13