MAKALAH POLIMER POLIURETAN
DISUSUN OLEH :
NAMA ANGGOTA
:
1. REFSKY FITRIONO FITRIONO 2. ARIYA SETIYANA 3. YUSHINTA PUTI UTIFA
(121150 (121150077) (121150085) (12115 0085)
PRODI TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” YOGYAKARTA 2016
BAB I . PENDAHULUAN
I.1.
Latar belakang Perkembangan poliuretan telah dimulai sejak perang dunia II. Poliuretan
ditemukan oleh Otto Bayer dan telah diaplikasikan sebagai alat perekat (isolasi) pada lemari es dan pesawat terbang. Poliuretan merupakan jenis polimer yang murah, mudah dibentuk, dapat dibuat oleh manusia dan jumlahnya berlimpah. Poliuretan mempunyai potensi besar untuk dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Poliuretan banyak digunakan dalam bentuk foam, coasting , adhesive dan elastmer. Poliuretan mulai berkembang di Indonesia sendiri, peluang bisnis polyurethane semakin berkembang sejak tahun 1993. Perkembangan pasar yang cepat dikarenakan semakin banyak orang yang menemukan bahwa materi polyurethane bisa membantu memotong costproduksi. Polyurethane memiliki katarestik kuat dan awet sehingga bisa digunakan dalam waktu lama. Jadi tidak heran bila pasar polyurethane polyurethane sangat mengiurkan dan semakin berkembang. Tidak tertutup kemungkin polyurethane Indonesia bisa menjadi peluang bisnis yang paling diincar diincar nantinya.
I.2.
Ruang lingkup Polimer Poliuretan
I.3.
Tujuan a. Untuk mengetahui sejarah dari poliuretan b. Untuk mengetahui pengertian,penggunaan,serta kekurangan dan kelebihan dari poliuretan c. Untuk mengetahui cara penguraian poliuretan
I.4.
Manfaat a.Mengetahui a. Mengetahui sejarah dari poliuretan
b.Mengetahui pengertian,penggunaan,serta kekurangan dan kelebihan dari poliuretan c.Mengetahui cara penguraian poliuretan
BAB II. ISI
II.1. Pengertian Poliuretan Poliuretan merupakan bahan polimer yang mempunyai ciri khas adanya gugus fungsi uretan (-NHCOO-) dalam rantai utama polimer. Gugus fungsi uretan dihasilkan dari reaksi antara senyawa yang mengandung gugus hidroksil (-OH) dengan senyawa yang mengandung gugus isosianat (-NCO-). Poliuretan disebut juga dengan polikarbamat yaitu turunan ester-amida dari asam karbonat. Poliuretan banyak diaplikasikan dalam bidang termasuk serat (elastis), bahan perekat, pelapis, elastomer, dan busa-busa yang fleksibel dan kuat (Stevens, 2001). Poliuretan adalah nama umum dari jenis sintesis kopolimer yang mengandung rantai uretan sebagai unit pengulangnya. Poliuretan mengandung tiga reaktan sebagai bahan dasar yaitu poliol, diisosianat, dan pemanjang rantai (chain extender) yang berupa diol atau diamin (Vermette, 2001).
II.2. Sejarah Polimer : Poliuretan Poliuretan [PU] ditemukan
pada tahun 1937 oleh Otto Bayer dan
rekan kerjanyanya di laboratorium I.G. Farbenin Leverkusen, Jerman. Karyakarya awal mereka difokuskan pada produk PU yang diperoleh dari alifatik diisosianat dan diamin yang membentuk polyurea, hingga akhirnya diperoleh sesuatu yang diberi nama PU yang diproduksi dari diisosianat alifatik dan glikol. Kemudian
Polyisocyanates menjadi tersedia secara komersial pada
tahun 1952, segera setelah dilakukan produksi skala komersial PU yang diproduksi dari toluena diisosianat (TDI) dan poliol poliester. Dalam tahuntahun berikutnya (1952-1954), sistem poliester-polyisocyanate yang berbeda dikembangkan oleh Bayer. Poliol poliester secara bertahap digantikan bypolyether poliol
karena
beberapa
kelebihan
seperti
biaya
rendah,
kemudahan penanganan, dan stabilitas hidrolitik yang meningkat. Poli
(tetramethylene eter) glikol (PTMG), diperkenalkan oleh DuPont pada tahun 1956 oleh polimerisasi tetrahidrofuran, sebagai yang pertama yang tersedia secara komersial polieter poliol. Kemudian, pada tahun 1957, BASF dan Dow Chemical diproduksi glikol polialkilena. Berdasarkan PTMG dan 4,4'diphenylmethane diisosianat (MDI), dan etilen diamin, kemudian dihasilkan serat Spandex disebut Lycra diproduksi oleh Dupont. Satu dekade kemudian, PU dikembangkan menjadi busa PU fleksibel (1960) dan busa PU kaku (polyisocyanurate busa-1967) dan menemukan beberapa
agen bahan
tambahan pengembang ,polieter poliol, dan isosianat polimer seperti poli metilen difenildiisosianat (pMDI). Busa PU yang ditambahkan pMDI menunjukkan ketahanan yang baik pada panas dan menghambat api. Pada tahun 1969, diperkenalkan PU Reaksi Injection Moulding [PU RIM] dimana teknologi ini merupakan teknologi yang lebih maju. Kemudian pengembangan teknologinya dilanjutkan dengan adanya Injection Reaksi Moulding [RRIM] yang mapu memproduksi PU dengan kinerja yang tinggi. Pada tahun 1983 menghasilkan body mobil bahan plastik pertama di Amerika Serikat. Pada 1990-an, karena kesadaran akan bahaya menggunakan chloroalkana sebagai blowing agen (Montreal protocol, 1987), beberapa agen pengembang
lainnya mulai tersedia di pasar (misalnya, karbon dioksida,
pentana, 1,1,1,2-tetrafloroetana, 1,1,1,3,3-pentafluoropropane). Pada saat yang sama, kemudian dihasilkan dua-pack PU, yaitu Pu- polyurea spray coating teknologi yang berhasil diproduksi dan mendapatkan keuntungan signifikan misalnya
kelembaban
sensitif
dengan
reaktivitas
cepat.
Kemudian
berkembang strategi pemanfaatan tumbuhan yang menganding poliol berbasis minyak untuk pengembangan PU. Saat ini dunia PU telah jauh lebih moderen dengan adanya PU hibrida, komposit PU, non-isosianat PU, dengan aplikasi yang beragam dan serbaguna di beberapa bidang. Banyaknya produk dari PU muncul karena sintesis yang sederhana dan cara pengaplikasinya sederhana, hanya menggunakan reaktan dasar dan akan diperoleh sifat-sifat produk akhir yang unggul. II.3. Kegunaan Poliuretan
Application
penggunaan (millions of pounds)
Percentage of total
Konstruksi bangunan
1,459
26.8%
Transportasi
1,298
23.9%
Furniture & Bedding
1,127
20.6%
peralatan rumah
278
5.1%
Pengemasan
251
4.6%
Tekstil, Serat & Elektronik
181
3.3%
Mesin & pengecoran
178
3.3%
Elektronik
75
1.4%
Sepatu
39
0.7%
kegunaan lain
558
10.2%
Total
5,444
100.0%
Untuk Alat-alat angkutan(transportasi), misalnya : Escalator ,Elevator , Lift , Hand Pallet ,Caster Heavy Duty.
Untuk Industri Plat Lembaran, Almunium Lembaran, Seng Lembaran, misalnya : Transfer Roll, Roll Printing
Untuk Industri Automotif, Misalnya : Grommet, Engine Seal Tester, Alat pembantu perakitan, Mounting
Untuk Industri Kayu, misalnya : Roll Feeder,Disegment Filter, Membran, Nozzle Bottom Cleaner, Anvil Roll, Roda Moulding
Untuk Industri Mining, misalnya : Pompa, Screen, Pipa saluran pasir
Untuk Industri Pipa, misalnya : Hydrotester Seal, V. Roll
II.4. Bahan baku yang digunakan
PU berasal dari reaksi kimia antara di/poly isoyanate dan diol/poliol yang akan membentuk gugus ulang uretan, umumnya dengan adanya chain extender, katalis, dan atau aditif. Seringkali ester, eter, dan cincin aromatik juga dihasilkan sebagai hasil samping uretan dalam keterkaitannya dengan struktur rantai PU. 1. Isosianate Isosianate merupakan komponen penting yang dibutuhkan dalan sintesis PU. Terdapat polifungsional isosianat yang mengandung dua atau lebih gugus – NCO per molekul. Dapat bersifat alifatik, sikloalifati, polisiklik atau aromatik pada alam seperti toluena diisosianat (TDI), Metana diisosianat (MDI), xylena diisosianat(XDI), meta-tetrametilxylena
diisosianat(TMXDI),
hidrogen
xylena
diisosianat(HXDI), naftalen diisosianat (NDI), hexametilen diisosianat (HDI), isophorone diisosianat (IPDI), disiklohexyletan diisosianat (H12MDI). Contoh:
Gugus isosianat menghasilkan ikatan ganda berurutan seperti R N=C=O, dimana reaktivitas isosianat diatur oleh sifat positif dari atom
karbon namun rentan terhadap serangan nukleofil, oksigen dan elektrofil nitrogen.
Jika
R
adalah
gugus
aromatik,
muatan
negatif
akan
terdelokalisasi kedalam R,
dengan demikian, isosianat aromatik lebih reaktif daripada alifatik atau isosianat sikloalifatik. Dalam kasus isosianat aromatik, sifat dari substituen juga menentukan reaktivitas, yaitu, elektron menarik substituen di posisi orto atau para meningkatkan reaktivitas dan elektron menyumbangkan substituen kelompok isosianat dengan reaktivitas lebih rendah. Pada diisosianat, kehadiran elektron menarik isosianat kedua meningkatkan reaktivitas dari isosianat pertama; para digantikan diisosianat aromatik yang lebih reaktif dan sebagai pengganti orto mereka yang utama dihubungkan dengan halangan sterik yang diberikan oleh fungsi -NCO kedua. Dengan reaktivitas dari dua gugus -NCO diisosianat juga berbeda dalam hal satu sama lain, berdasarkan posisi gugus -NCO. Misalnya, dua gugus -NCO dalam isophorone diisosianat (IPDI) berbeda dalam reaktivitasnya karena perbedaan
titik
lokasi
diisosianat(TMXDI)
gugus
-NCO.
Meta-tetrametilxylena
berfungsi sebagai isosianat alifatik sejak dua
gugus isosianat tidak dikonjugasi dengan cincin aromatik. Isosianat lain yang penting untuk meningkatkan reaktifitas adalah dengan mentermisnasi vinil isosianat bersama dengan gugus -NCO, gugus vinil ekstra memberikan tempat untuk ikatan silang.
Poliisosianat seperti triisocyanates diturunkan sebagai TDI, IPM,
IPDI
adisi
dengan
trimetilolpropan
(TMP),
isosianat
terdimerisasi disebut sebagai uretdiones, polimer MDI,isosianat diblokir (di mana alkohol, fenol, Oxime, laktam, hydroxylamines memblokir agen) juga digunakan dalam produksi PU. Akhir-akhir ini, asam lemak isosianat yang diturunkan juga disusun melalui Curtius penataan ulang dengan maksud untuk menghasilkan sepenuhnya biobased PU. Pilihan dari isosianat untuk produksi PU diatur oleh sifat-sifat yang diperlukan untuk penggunaan akhir aplikasi. Untuk mempersiapkan keras PU, isosianat aromatik yang dipilih, namun, PU berasal dari isosianat ini menunjukkan lebih rendah oksidatif dan ultraviolet stabilitas.
2. Poliol Poliol adalah alkohol yang mengandung lebh dari satu gugus hidroksil. Senyawa ini juga mengandung ester, eter, amida, akrilik, logam, metalloid dan lain lain, antara lain gugus hidroksil. Poliol poliester (PEP) terdiri dari ester dan kelompok hidroksil dalam satu
struktur rantai. Senyawa ini umumnya disusun oleh reaksi kondensasi antara glikol, yaitu, etilena glikol, 1,4-butana diol, diol 1,6-heksana dan asam dikarboksilat anhidrat (alifatik atau aromatik). Sifat-sifat PU juga tergantung pada ikatan silang serta berat molekul PEP awal. Sedangkan hasil PEP bercabang akan menghasilkan PU yang keras dengan ketahanan terhadap panas yang baik dan tahan bahan kimia, sedangkan
PEP dengan cabang sedikit akan menghasilkan
PU
dengan fleksibilitas yang baik (pada suhu yang rendah) dan ketahanan kimia yang rendah. Demikian pula, poliol dengan berat molekul rendah menghasilkan PU dengan sifat yang kaku, sedangkan berat molekul tinggi poliol rantai panjang akan menghasilkan PU dengan sifat fleksibel yang sangat baik. Contoh PEP alami adalah minyak jarak . Reaksi Minyak nabati lainnya oleh bahan kimia transformasi juga akan menghasilkan PEP. PEP sangat rentan terhadap hidrolisis karena adanya gugus atau kelompok ester, dan hal ini akan menyebabkan kerusakan sifat mekanik dari snyawa. Masalah ini dapat diatasi dengan penambahan sedikit karbodiimida. Polieter poliol (PETP) yang lebih murah dari PEP. Senyawa ini diproduksi oleh reaksi penambahan etilena atau propilena oksida dengan alkohol atau amina permulaan dengan ditambahkan asam atau basa. PU yang dikembangkan dari PETP akan memiliki sifat dengan menunjukkan ketahanan dengan kelembaban tinggi dan rendah Tg, hal ini yang menjadi dasar pada penggunaan poliurethan yang luas dalam industri pelapis dan cat. Contoh lain dari poliol adalah acrylated poliol (ACP) yang dibuat oleh polimerisasi radikal bebas etil hidroksil akrilat / metakrilat dengan akrilik lainnya. ACP menghasilkan PU dengan stabilitas termal yang lebih tinggi dan juga memberikan karakteristik PU yang khas yang dihasilan dari sifat akrilik. PU yang dihasilkan dari reaksi ini banyak diaplikasikan sebagai bahan pelapis. Poliol selanjutnya
dimodifikasi
dengan
garam
logam
(misalnya,
asetat
logam,karboksilat, klorida) membentuk logam yang mengandung poliol atau poliol hybrid (MHP). PU yang diperoleh dari MHP menunjukkan sifat dengan stabilitas termal yang baik, tampilannya gloss dan memiliki sifat anti-mikroba. Kebanyakan produk PU yang dihasilkan dari PEP ,VO, PETP, ACP, MHP digunakan sebagai bahan pelapis. Dari bahan awal pengembangan PU ini telah menunjukkan sifat PU dengan stabilitas termal yang baik dan bersifat hidrolitik disebabkan oleh gugus amida dalam diol atau struktur rantai poliol. 3. Aditif Seiring dengan reaksi poliol dan isosianat, beberapa aditif juga diperlukan selama proses produksi PU, terutama untuk mengontrol reaksi, memodifikasi kondisi reaksi, dan juga untuk menyelesaikan atau memodifikasi produk akhir. Bahan aditif ini termasuk katalis, pemanjang rantai,
crosslinkers,
pengisi, penyerap kelembaban,
pewarna dan lain-lain. Dalam produksi PU, katalis ditambahkan kedalam reaksi untuk meningkatkan laju reaksi, pada suhu yang lebih rendah, tujuannya adalah untuk menangani deblocking isosianat. Katalis yang biasa digunakan adalah aromatik
(misalnya,
sejumlah amina alifatik dan
diaminobicyclooctane
(DABCO),senyawa
organologam (misalnya, dibutiltin dilaurat, dibutiltin diasetat), alkaligaram logam dari asam karboksilat dan fenol (kalsium, magnesium, strontium, barium, garam-garamhexanoic, (oktanoat, naftenat, asam linolenat). Dalam senyawa amina tersier, aktivitas katalitik mereka ditentukan oleh struktur mereka serta kebasaan mereka. Aktivitas katalitik meningkat dengan meningkatnya kebasaan dan menurun dengan adanya halangan sterik pada atom nitrogen amina. Senyawa ini akan melakukan proses katalitik mereka dengan pembentukan
kompleks
antara
amina
dan
isosianat,
dengan
menyumbang elektron pada atom nitrogen amina tersier pada atom karbon bermuatan positif dari isosianat.
Katalis logam kalah keunggulan atas amina tersier karena katalis logam yang relatif kurang stabil dan kurang toksik. Logam mengkatalisis reaksi isosianat-hidroksil oleh pembentukan kompleks dengan kedua isosianat dan gugus hidroksil. Pusat logam positif berinteraksi dengan atom elektron kaya oksigen dari kedua isosianat dan hidroksil kelompok membentuk sebuah kompleks menengah atau lebih dari hasil penataan ulang dalam pembentukan ikatan uretan. Difungsi berat molekual rendah diol (etilena glikol, 1,4-butanadiol, 1,6-heksandiol), sikloheksana dimethanol, diamina, hidroksil-amina (dietanolamina dan trietanolamin) digunakan sebagai rantai extender dalam sintesis PU sementara mereka dengan fungsi 3 atau lebih dari 3 digunakan sebagai crosslinkers. Sifat isosianat terlalu sensitif terhadap kelembaban atau air bahkan mampu meninggalkan bekas penyerapan air akan bereaksi lebih mudah dengan air dari isosianat, sifat ini digabungkan untuk memotong menghilangkan keterlibatan air selama sintesis PU, misalnya, derivatif oksazolidin, jenis zeolit. Agen pembusa digunakan untuk menghasilkan busa PU dengan struktur seluler ketika diproses akan berbusa (misalnya, hidrokarbon, CO2, hidrazin)
II.5.
Reaksi Pembentukan PU adalah turunan asam karbonat. Istilah yang lebih umum adalah
senyawa ester dari substitusi asam karbamat, polycarbamate, dari asam karbamat.
PU
dibentuk
oleh
(i)
reaksi
polimerisasi
kondensasi
bischloroformates dengan diamina (Skema 3) dan (ii) Selain itu juga dengan reaksi polimerisasi adisi diisosianat dengan di atau senyawa hidroksi polifungsi, atau senyawa lain yang memiliki sejumlah atom hidrogen aktif (Skema 4). Metode terakhir lebih penting dari sudut pandang industri karena dalam metode ini tidak ada oleh-produk dibentuk.
Reaksi isosianat menawarkan kemungkinan untuk memproduksi produk polimer tailor-made mulai dari serat karet. Umumnya, reaksi isosianat dibagi menjadi dua kelas yaitu adisi (a) (primer dan sekunder) reaksi dengan senyawa yang mengandung hidrogen aktif (Skema 5 dan 6),dan reaksi adisi (b) oleh senyawa itu sendiri (Scheme 7). Dalam beberapa reaksi, CO2 akan dilepaskan diamana proses ini yang membantu dalam pembentukan busa PU.
Wurts pada tahun 1848 menemukan reaksi dasar isosianat (Skema 4). Ia menemukan bahwa isosianat yang memiliki struktur R-N = C = O, di mana R = alkil atau gugus aril, bereaksi cepat pada suhu kamar dengan
senyawa yang mengandung atom hidrogen aktif, seperti amina, air, alkohol, asam karboksilat, urethanes dan urea (Skema 8). Hal ini diamati bahwa PU linear terbentuk ketika sebuah diisosianat bereaksi dengan diol sementara PU bercabang atau silang adalah hasil dengan reaksi senyawa polihidrat (poliol). Itu bercabang atau silang terkait PU juga terbentuk ketika suatu senyawa yang mengandung tiga atau lebih kelompok isosianat bereaksi dengan diol.
Mekanisme Reaksi isosianat dengan senyawa hidrogen aktif dilakukan dengan atau tanpa katalis. Reaksi adisi oleh senyawa itu sendiri dari penambahan isosianat biasanya tidak dapat
dilakukan
dengan mudah seperti reaksi
dengan senyawa hidrogen aktif. 1.
Reaksi dengan tidak adanya katalis Senyawa aktif itu sendiri bertindak sebagai katalis dalam reaksi
sebagai berikut (Skema 9)
Seperti yang diberikan dalam Skema 9, dalam reaksi yang berjalan dengan tidak adanya katalis, dimana karbon elektrofilik dari isosianat diserang oleh pusat nukleofilik aktif senyawa hidrogen; hidrogen ditambahkan ke grup -NCO. Reaktivitas – NCO meningkat karena
kehadiran sejumlah gugus penarik elektron, dan menurun dengan kehadiran sejumlah elektron yang menyumbangkan. Sementara isosianat aromatik lebih reaktif dari isosianat alifatik. Dengan adanya sterik halangan di kelompok -NCO atau HXR 'mengurangi reaktivitas. Urutan reaktivitas senyawa hidrogen aktif dengan isosianat pada reaksi tanpa katalis adalah sebagai berikut: amina alifatik> amina aromatik> utama alkohol>
air>
alkohol
sekunder>
alkohol
tersier>
fenol>
asam
karboksilat> urea> amida> urethanes. 2.
Reaksi dengan adanya katalis Reaksi isosianat kelas (a) juga sangat rentan terhadap katalisis.
Berbagai Reaksi isosianat dipengaruhi untuk luasan yang berbeda dengan katalis yang berbeda. Banyak aplikasi komersial isosianat memanfaatkan reaksi dikatalisis. amina tersier, logam senyawa seperti senyawa timah yang paling banyak digunakan katalis untuk reaksi (Skema 10 dan 11). Mekanisme mirip dengan yang ada pada Reaksi uncatalyzed (Skema 9). Reaksi Garam logam dengan katalis Amina tersier adalah sebagai berikut:
Aktivitas katalitik amina memiliki hubungan erat sejajar dengan kekuatan dasar amina kecuali ketika halangan sterik ditambahkan. Katalis ini juga efektif untuk reaksi adisi oleh senyawa itu sendiri (self addition). Reaksi senyawa garam logam umumnya kurang berpengaruh; senyawa timah yang khususnya katalis miskin dalam reaksi ini. II.6.
Pemanfaatan poliuretan yang paling banyak Poliuretan memiliki banyak kegunaan, diantaranya sekitar 70 %
digunakan sebagai busa, selebihnya sebagai bahan elastomer, lem dan pelapis. Busa poliuretan yang elastis digunakan sebagai isolator, termasuk laminat-laminat tekstil untuk pakaian musim dingin, panel pelindung pada mobil, kain pelapis, tempat tidur, dan karpet dasar spon sintetis, sedangkan busa yang keras digunakan dalam panel-panel konstruksi terisolasi, pengemasan barang-barang lunak dan untuk furnitur ringan . Selain itu, poliuretan digunakan sebagai bahan perekat logam, kayu, karet, kertas, kain, keramik, plastik polivinilklorida (PVC), penyambung tangki bahan bakar cryogenic, pelindung muka, kantong darah, dan
poliuretan juga dapat diaplikasikan sebagai perekat (isolasi) pada lemari es dan pesawat terbang. Poliuretan disebut juga dengan polikarbamat yaitu turunan esteramida dari asam karbonat. Banyak diaplikasikan dalam bidang serat (spandex), bahan perekat, pelapis, elastomer, dan busa-busa yang fleksibel dan kuat.
II.7.
Kelebihan dan kekurangan poliuretan Kelebihan : a. Kekerasannya sangat beragam yaitu dari shore A sampai dengan shore D. Dengan menggunakan bahan Polyurethane kekerasan suatu spare part dapat diatur sedemikian rupa dari hardness 10 shore A sampai dengan 95 shore A. b. Amat sangat tahan aus. Mempunyai tingkat abrasi yang tinggi yang mengakibatkan material yang terbuat dari bahan Polyurethane tidak mudah aus. c. Amat sangat tahan pukulan. d. Amat sangat tahan gesek. e. Cocok untuk heavy duty industry. f. Kekenyalan yang sangat baik. g. Tetap flexible pada temperature rendah. Material yang dibuat dari bahan Polyurethane dapat flexible terhadap temperatur rendah (Low Temperature), bahkan dapat diaperasikan sampai dengan dibawah 0° C. h. Kemampuan isolasi yang baik. i.
Ketahanan terhadap keburukan yang disebabkan oleh atmosfir, oksigen dan ozon.
j.
Tahan terhadap oli, gemuk dan beberapa bahan kimia lainnya.
Oil grease and chemical resistane : material yang dibuat dari bahan Polyurethane tahan terhadap beberapa jenis kimia ringan diantaranya Oli dan gemuk. Kekurangan :
II.8.
Cara penguraian poliuretan a.
Metode thermal Metode thermal dibagi menjadi tiga yaitu : pirolisis, pebakaran limbah, dan pembelahan termal untuk menentukan senyawa. Pirolisis dicoba beberapa kali untuk menghasilkan bahan yang berguna seperti gas sintesis atau senyawa tak jenuh kecil untuk digunakan dalam polimerisasi radial. penciptaan dasar yang ditunjukkan di atas. sejak itu jenis daur ulang tidak setiap kepentingan industri di hadapan karena reaksi non-spesifik dan produk itu tidak dibahas lebih lanjut. Pembakaran dicoba dengan produk poliuretan tunggal untuk memberikan panas dan energi listrik dan sebagai bahan bakar tambahan energik tinggi untuk limbah pabrik pembakaran sampah. Poliuretan mengandung sejumlah besar energi panas dalam kisaran. 30MJ / kg. Nilai kalori tinggi dari poliuretane membuat sangat diminati sebagai bahan bakar tambahan di pembakaran limbah dengan kalori rendah karena pemisahan sampah dan kadar air yang tinggi dari limbah rumah tangga. Pembelahan termal telah dicoba untuk menghasilkan isosianat di jalan ini. Oleh karena itu, oligo dan poliuretan khusus telah dirancang untuk menghasilkan hasil yang t inggi dari isosianat. menurut informasi terakhir proses dikembangkan sejauh menghasilkan hasil di kisaran 25% sampai 27% b. w. dari isosianat aromati dan hasil sedikit lebih tinggi dengan alifatik diisosianat. b. Hidrolisis poliuretan Hidrolisis poliuretane yaitu reaksi antara air atau uap di dengan kondisi yang ditinggikan, tipe pertaa hasil daur ulang digunakan oleh Ford Motor Co. Pada tahun 60an.
c.
Glykolisis poliuretan Glikol adalah alkohol bervalensi dua dengan titik didih lebih tinggi sehingga pada suhu tinggi tidak ada tekanan harus diterapkan. Akibatnya, proses ini secara luas dipelajari dan beberapa jalur menjelaskan hasilkan produk daur ulang. glikolisis memiliki keuntungan lain: sejak glikol bereaksi dengan diisosianat untuk membentuk makromolekul linear serta mereka mungkin membiarkan reaksi campuran sebagai komponen untuk menghasilkan poliuretan. Glikolisis dilakukan sebagai proses satu tahap dengan atau tanpa katalis. Hampir semua jenis katalis telah digunakan - amined tersier, cimpounds logam, organice timah, organik bismut, alkali hydroxidew atau garam dari asam karboksilat, garam anorganik, asam anorganik, senyawa organik fosfor, fosfat atau fosfor ester a. s. o.Glikolisis biasanya dilakuakan pada suhu 200-270ºC dengan waktu 3-10 jam.
Cara penanggulangan yang dianggap paling bersahabat dengan lingkungan dan tidak menimbulkan masalah baru adalah dengan proses biodegradasi, yakni perusakan poliuretan dengan cara biologis
atau mengunakan mikroorganisme tertentu sebagai pengurainya. Sumber mikroorganisme yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari lumpur aktif IPAL Bantul, Yogyakarta. Pada penelitian ini proses biodegradasi dilakukan selama 5, 10, 15, 20, 25 dan 30 hari dengan temperatur 4 inkubasi 37 ºC dalam media malka padat. Selama proses biodegradasi, setiap 5 hari sekali dilakukan penggantian media dengan harapan agar mikroorganisme dalam lumpur aktif akan mendapatkan kembali keadaan yang kaya nutrisi dan dapat meningkatkan kembali aktivitasnya, sehingga diharapkan semakin banyak bagian rantai polimer yang akan terdegradasi. Keberhasilan proses biodegradasi poliuretan hasil sintesis oleh mikroorganisme dalam lumpur aktif dapat diketahui dengan membandingkan karakter poliuretan hasil sintesis sebelum dan sesudah dibiodegradasi, yang meliputi analisis gugus fungsi dengan FTIR dan penentuan derajat kristalinitasnya dengan XRD, menentukan persen kehilangan massa dan dengan menentukan biodegradabilitasnya. Mikroorganisme menguraikan polimer dengan mengkatalisis berbagai reaksi hidrolisis dan oksidasi. Adanya gugus fungsional sensitif c ahaya dan gugus fungsional yang dapat terhidrolisis akan lebih efektif untuk terurainya polimer-polimer massa molekul tinggi dalam lingkungan alam. Semakin rendah massa molekul polimer, maka polimer akan terdegradasi semakin cepat (Stevens, 2001 :146).
BAB III. PENUTUP
III.1.
Kesimpulan Dari Paparan atau penjelasan di atas, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa sesuai dengan makalah “Polimer:poliuretan ” penulis menyimpulkan bahwa banyak keuntungan dari peanfamanfaatan penggunaan poliuretan sebagai bahan baku. Tapi tidak sedikit juga bahaya yang ditimbulkan dari bahan poliuretan ini.
III.2.
Saran Penggunaan poliuretan di Indonesia sangatlah berkembang. Perkebangan yang sangatpesat ini sebanding dengan eningkatnya limbah dari poliuretan ini. Penulis berharap kedepannya akan ada pengolahan limbah poliuretan yang tidak berdampak buruk pada lingkungan serta kehidupan makhluk hidup.