10
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Penyakit jantung bawaan ( PJB ) adalah penyakit dengan kelainan pada struktur jantung atau fungsi sirkulasi jantung yang dibawa dari lahir. PJB merupakan kelainan kongenital paling banyak yang terjadi, hampir 1/3 dari kasus kelainan kongenital yang ada merupakan kasus dengan penyakit jantung bawaan. Prevalensi PJB di seluruh dunia berkisar antara 6 - 10 per 1000 kelahiran. Persebarannya tergantung demografinya. Saat ini dari 220 juta penduduk Indonesia, diperhitungkan bayi yang lahir mencapai 6.600.000 dan 48.800 diantaranya adalah penyandang PJB.
PJB dapat diklasifikasikan menjadi 2 kelompok yaitu penyakit jantung bawaan asianotik dan sianotik. PJB sianotik bersifat lebih komplek dan ditandai dengan adanya sianosis akibat adanya pirau kanan ke kiri sehingga darah dari vena sistemik yang mengandung rendah oksigen akan kembali lagi ke sirkulasi sistemik. PJB asianotik ini tidak ditemukan gejala atau tanda sianosis, tetapi ditemukan pirau kiri ke kanan atau obstruksi jalan keluar ventrikel. Jumlah pasien PJB asianotik jauh lebih besar daripada yang sianotik yaitu 3-4 kali, tetapi PJB sianotik menyebabkan morbiditas dan mortalitas yang lebih tinggi daripada asianotik.
Insiden retardasi pertumbuhan pada anak PJB telah banyak dilaporkan di seluruh dunia. Penelitian yang dilakukan oleh Varan7 pada tahun 1996 di Turki dengan kriteria NCHS dari 89 pasien penderita PJB, 37 pasien berada di bawah persentil 5 untuk berat badan dan panjang badan, dan 58 pasien berada di bawah persentil 5 untuk berat badan. Penelitian tahun 2005 di Semarang yang dilakukan oleh Wishnuwardhana , 22 pasien penderita PJB asianotik sebelum diberi perlakuan, didapatkan rerata WAZ -1,57±0,9SB , rerata HAZ -0,75±1,97SB dan rerata WHZ -0,89±1,7SB. Dan penelitian pada tahun 2009 oleh Damayanti R. Sjarif dkk di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, hasilnya menunjukkan bahwa prevalensi gagal tumbuh lebih tinggi pada anak dengan PJB lesi asianotik.
Pertumbuhan berkaitan masalah perubahan dalam ukuran, besar, jumlah atau dimensi sel, organ atau individu yang dapat diukur berdasar ukuran berat (gram,pound), panjang (cm, meter), umur tulang dan keseimbangan metabolik. Gangguan pertumbuhan pada suatu fase tumbuh kembang akan dihubungkan dengan defisit perkembangan kognitif, kemampuan intelektual dan pertumbuhan saraf, efek ke maturasi dan performa sekolah.
Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas, didapati beberapa masalah antara lain :
Apa itu penyakit jantung bawaan (kongenital) ?
Apa penyebab PJB ?
Bagaimana manifestasi klinis dari PJB ?
Bagaimana patofisiologi terjadinya PJB?
Apa saja pemeriksaan diagnostik dari PJB ?
Apa saja pengobatan yang diperlukan untuk klien dengan PJB ?
Bagaimana asuhan keperawatan dengan PJB ?
Tujuan
Tujuan Umum
Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Sistem Reproduksi
Tujuan Khusus
Mengetahui tentang definisi penyakit jantung bawaan (PJB)
Mengetahui penyebab PJB
Mengetahui manifestasi klinis dari PJB
Mengetahui dan memahami patofisiologi dari PJB
Mengetahui pemeriksaan yang dilakukan untuk klien dengan PJB
Mengetahui tentang penatalaksanaan/pengobatan untuk klien dengan PJB
Mampu menerapkan asuhan keperawatan pada klien dengan PJB
BAB II
TINJAUAN TEORI
Pengertian
Penyakit Jantung Bawaan (PJB) adalah penyakit jantung yang dibawa sejak lahir, dan terjadi ketika bayi masih berada dalam kandungan. Kelainan pembentukan jantung terjadi pada awal kehamilan karena saat usia kandungan 7 minggu, pembentukan jantung sudah lengkap.
Penyakit jantung kongenital atau penyakit jantung bawaan adalah sekumpulan malformasi struktur jantung atau pembuluh darah besar yang telah ada sejak lahir. Penyakit jantung bawaan yang kompleks terutama ditemukan pada bayi dan anak. Apabila tidak dioperasi, kebanyakan akan meninggal waktu bayi. Apabila penyakit jantung bawaan ditemukan pada orang dewasa, hal ini menunjukkan bahwa pasien tersebut mampu melalui seleksi alam, atau telah mengalami tindakan operasi dini pada usia muda.
Jenis Penyakit Jantung Kongenital
Penyakit Jantung Bawaan Non Sianotik
Penyakit jantung bawaan (PJB) non sianotik adalah kelainan struktur dan fungsi jantung yang dibawa lahir yang tidak ditandai dengan sianosis; misalnya lubang di sekat jantung sehingga terjadi pirau dari kiri ke kanan, kelainan salah satu katup jantung dan penyempitan alur keluar ventrikel atau pembuluh darah besar tanpa adanya lubang di sekat jantung. Masing-masing mempunyai spektrum presentasi klinis yang bervariasi dari ringan sampai berat tergantung pada jenis dan beratnya kelainan serta tahanan vaskuler paru. Yang akan dibicarakan disini hanya 2 kelompok besar PJB non sianotik; yaitu (1) PJB non sianotik dengar, lesi atau lubang di jantung sehingga terdapat aliran pirau dari kiri ke kanan,misalnya ventricular septal defect (VSD), atrial septal defect (ASD) dan patent ductus arteriosus (PDA), dan (2) PJB non sianotik dengan lesi obstruktif di jantung bagian kiri atau kanan tanpa aliran pirau melalui sekat di jantung, misalnya, aortic stenosis (AS), coarctatio aorta (CoA) dan pulmonary stenosis (PS).
Penyakit Jantung Bawaan Sianotik
Pada PJB sianotik didapatkan kelainan struktur dan fungsi jantung sedemikian rupa sehingga sebagian atau seluruh darah balik vena sistemik yang mengandung darah rendah oksigen kembali beredar ke sirkulasi sistemik. Terdapat aliran pirau dari kanan ke kiri atau terdapat percampuran darah balik vena sistemik dan vena pulmonalis. Sianosis pada mukosa bibir dan mulut serta kuku jari tangan dan kaki dalah penampilan utama pada golongan PJB ini dan akan terlihat bila reduce haemoglobin yang beredar dalam darah lebih dari 5 gram %. Bila dilihat dari penampilan klinisnya, secara garis besar terdapat 2 golongan PJB sianotik, yaitu (1) dengan gejala aliran darah ke paru yang berkurang, misalnya Tetralogi of Fallot (TF) dan Pulmonal Atresia (PA) dengan VSD, dan (2) dengan gejala aliran darah ke paru yang bertambah. Misalnya Transposition of the Great Arteries (TGA) dan Common Mixing.
2.3 Etiologi
Penyebab PJB belum pasti, meskipun beberapa faktor dianggap berpotensi sebagai penyebab. Faktor-faktor yang berpotensi antara lain infeksi virus pada ibu hamil (misalnya campak Jerman atau rubella), obat-obatan atau jamu-jamuan, alkohol. Faktor keturunan atau kelainan genetik dapat juga menjadi penyebab meskipun jarang, dan belum banyak diketahui. Misalnya Sindroma Down (Mongolism) yang sering disertai dengan berbagai macam kelainan, dimana salah satunya PJB.
Menurut (Rilantono, 2013). Etiologi penyakit jantung bawaan bisa ditimbulkan oleh beberapa faktor. Salah satunya disebabkan oleh faktor genetik dan maternal dimana saat ini sebagai faktor-faktor yang paling berperan. Selain itu infeksi virus, paparan radisasi, alkohol dan obat-obatan yang diminum pada ibu hamil juga di duga sebagai penyebab penyakit jantung bawaan.
Manifestasi Klinis
Penyakit Jantung Bawaan non Sianotik dengan vaskularisasi paru
Ventricular Septal Defect (VSD)
VSD terjadi bila sekat ventrikel tidak terbentuk dengan sempurna. Akibatnya darah dari bilik kiri mengalir ke bilik kanan pada systole. Manifestasi klinis : Pada pemeriksaan selain didapat pertumbuhan terhambat, anak terlihat pucat, banyak keringat bercucuran, ujung-ujung jari hiperemik, diameter dada bertambah, sering terlihat pembenjolan dada kiri. Tanda yang menonjol adalah nafas pendek dan retraksi pada jugulum, sela intrakostal dan region epigastrium. Pada anak yang kurus terlihat implus jantung yang hiperdinamik.
Atrial Septal Defect (ASD)
Kelainan septum atrium disebabkan dari suatu lubang pada foramen ovale atau pada septum atrium. Tekanan pada foramen oval atau septum atrium, tekanan pada sisi kanan jantung meningkat.
Manifestasi klinis: Anak mungkin sering mengalami kelelahan dan infeksi saluran pernafasan atas. Mungkin ditemukan adanya murmur jantung. Pada foto rontgen ditemukan adanya pembesaran jantung dan diagnosa dipastikan dengan katerisasi jantung.
Patent Ductus Arteriosus (PDA)
DAP terjadi bila duktus tidak menutup bila bayi lahir. Penyebab DAP bermacam-macam, bisa karena infeksi rubela pada ibu dan prematuritas
Manifestasi klinis : Neonatus menunjukkan tanda-tanda respiratori distres seperti mendengkur tacipnea dan retraksi. Sejalan dengan pertumbuhan anak maka anak akan mengalami dyspnea, kardio megali, hipertrofi ventrikuler kiri akibat penyesuaian jantung terhadap peningkatan volume darah, adanya tanda 'machinery type'. Murmur jantung akibat aliran darah turbulen dari aorta melewati duktus menetap. Tekanan darah sistolik mungkin tinggikarena pembesaran ventrikel kiri.
Penyakit Jantung Bawaan Sianotik dengan vaskularisasi paru normal
Stenosis Aorta (SA)
Pada kelainan ini striktura terjadi diatas atau dibawah katup aorta. Katupnya sendiri mungkin terkena atau retriksi atau tersumbat secara total aliran darah. Manifestasi Klinis : Anak menjadi kelelahan dan pusing sewaktu cardiac output menurun, tanda-tanda ini lebih nampak apabila pemenuhan kebutuhan terhadap O2 tidak terpenuhi, hal ini menjadi serius dapat rnenyebabkan kematian, ini juga ditandai dengan adanya murmur sistolik yang terdengar pada batas kiri sternum, diagnosa ditegakan berdasarkan gambaran ECG yang menunjukan adanya hipertropi ventrikel kiri, dan dari kateterisasi jantung yang menunjukan striktura.
Stenosis Pulmonal (SP)
Kelainan pada stenosis pulmonik, dijumpai adanya striktura pada katup, normal tetapi puncaknya menyatu. Manifestasi klinis : Tergantung pada kondisis stenosis. Anak dapat mengalami dyspne dan kelelahan, karena aliran darah ke paru-paru tidak adekuat untuk mencukupi kebutuhan O2 dari cardiac output yang meingkat. Dalam keadaan stenosis yang berat, darah kembali ke atrium kanan yang dapat rnenyebabkan kegagalan jantung kongesti. Stenosis ini didiagnosis berdasarkan murmur jantung sistolik, ECG dan kateterisai jantung.
Koarktasio Aorta
Kelaianan pada koartasi aorta, aorta berkontriksi dengan beberapa cara. Kontriksi mungkin proksimal atau distal terhadap duktus arteiosus. Kelaianan ini biasanya tidak segera diketahui, kecuali pada kontriksi berat. Untuk itu penting melakukan skrening anak saat memeriksa kesehatannya, khususnya bila anak mengikuti kegiatan-kegiatan olah raga.
Manifestasi klinis : Ditandai dengan adanya kenaikan tekanan darah, searah proksimal pada kelainan dan penurunan secara distal. Tekanan darah lebih tinggi pada lengan daripada kaki. Denyut nadi pada lengan terasa kuat, tetapi lemah pada popliteal dan femoral. Kadang-kadang dijumpai adanya murmur jantung lemah dengan frekuensi tinggi. Diagnosa ditegakkan dengan cartography.
Penyakit Jantung Bawaan Sianotik dengan vaskularisasi paru berkurang
Tetralogi Of Fallot (TOF)
Tetralogi of fallot merupakan penyakit jantung yang umum, dan terdiri dari 4 kelainan yaitu:
Stenosis pulmonal,
Hipertropi ventrikel kanan,
Kelainan septum ventrikuler, dan
Kelainan aorta yang menerima darajh dari ventrikel dan aliran darah kanan ke kiri melalui kelainan septum ventrikel.
Manifestasi klinis : Bayi baru lahir dengan TF menampakan gejala yang nayata yaitu adanya cianosis, letargi dan lemah. Setain itu juga tampak tanda-tanda dyspnea yang kemudian disertai jari-jari clubbing, bayi berukuran kecil dan berat badan kurang. Bersamaan dengan pertambahan usia, bayi diobservasi secara teratur, serta diusahakan untuk mencegah terjadinya dyspne. Bayi mudah mengalami infeksi saluran pernafasan atas. Diagnosa berdasarkan pada gejala-gejala klinis, mur-murjaniung, EKG foto rongent dan kateterisai jantung.
PJB sianotik dengan vaskularisasi paru bertambah
Transposisi arteri besar (TAB)/ Transpotition Great artery (TGA)
Apabila pembuluh pembuluh darah besar mengalami transposisi aorta, arteri aorta dan pulmonal secara anatomis akan terpengaruh. Anak tidak akan hidup kecuali ada suatu duktus ariosus menetap atau kelainan septum ventrikuler atau atrium, yang menyebabkan bercampurnya darah arteri-vena. Pada TGA terjadi perubahan tempat kelurnya posisi aorta dan a.pulmonalis yakni aorta keluar dari ventrikel kanan dan terletak di sebelah anterior a.pulmonalis, sedangkan a.pulmonalis keluar dari ventrikel kiri terletak posterior terhadap aorta. Akibatnya aorta menerima darah v. Sistemik dari vena kava, atriumkanan, ventrikel kanan dan darah diteruskan ke sirkulasi sistemik. Sedang darah dari vena pulmonalis dialirkan ke atrium kiri, ventrikel kiri dan diteruskan ke a. Pulmonalis dan seterusnya ke paru. Dengan demikian maka kedua sirkulasi sistemik dan paru tersebut terpisah dan kehidupan hanya dapat berlangsung apabila ada komunikasi antara 2 sirkulasi ini. Pada neonatus percampuran darah terjadi melalui duktus arteriosus dan foramen ovale keatrium kanan. Pada umumnya percampuran melalui duktus dan foramen ovale ini tidak adekuat, dan bila duktus arteriosus menutup maka tidak terdapat percampuran lagi di tempat tersebut, keadaan ini sangat mengancam jiwa penderita.
Manifesfasi klinis : Transposisi pembuluh-pembuluh darah ini tergantung pada adanya kelainan atau stenosis. Stenosis kurang tampak apabila kelainan merupakan PDA atau ASD atau VSD, tetapi kegagalan jantung akan terjadi.
Patofisiologi
Penyakit Jantung Bawaan dipengaruhi oleh faktor yaitu faktor genetik dan maternal. Pada kelainan struktur jantung digolongkan menjadi penyakit jantung bawaan asianotik dan penyakit jantung bawaan sianotik. Penyakit jantung bawaan asianotik; kondisi ini disebabkan oleh lesi yang memungkinkan darah shunt dari kiri ke sisi kanan sirkulasi atau yang menghalangi aliran darah dengan penyempitan katup serta pencampuran darah dari arteri (Padila, 2013).
Terdapat lubang antara atrium kanan dan kiri menimbulkan tekanan atrium kiri lebih besar ketimbang atrium kanan, sehingga darah akan mengalir dari atrium kiri ke kanan. Darah yang mengalir dari atrium kiri ke kanan menimbulkan volume atrium kanan meningkat menyebabkan hipertropi atrium kanan dan selain itu meningkatnya volume dan tekanan atrium kanan maka darah akan mengalir ke ventrikel kanan dan paru-paru juga meningkat. Hal ini menyebabkan penumpukan darah dan oksigen di paru sehingga alveoli membesar dan terjadi pola nafasnya tidak efektif.
Volume di ventrikel kiri menurun disebabkan darah mengalir dari atrium kanan ke atrium kiri. Hal ini akan menyebabkan kontraktilitas ventrikel kiri menurun sehingga terjadi penurunan curah jantung. Penurunan curah jantung menjadikan tubuh akan kurang oksigen dan kurang nafsu makan. Kurangnya suplai oksigen ke tubuh membuat tubuh akan terasa lemas dan pusing. Kurangnya nafsu makan menjadikan nutrisi tidak adekuat sehingga pertumbuhan akan terhambat dan menyebabkan gangguan pertumbuhan perkembangan (Irnizarifka, 2011).
Pemeriksaan Penunjang
Foto thoraks : Melihat atau evaluasi adanya atrium dan ventrikel kiri membesar secara signifikan (kardiomegali), gambaran vaskuler paru meningkat.
Echokardiografi : Rasio atrium kiri tehadap pangkal aorta lebih dari 1,3:1 pada bayi cukup bulan atau lebih dari 1,0 pada bayi praterm (disebabkan oleh peningkatan volume atrium kiri sebagai akibat dari pirau kiri ke kanan).
Pemeriksaan laboratorium : Ditemukan adanya peningkatan hemoglobin dan hematokrit (Ht) akibat saturasi oksigen yang rendah. Pada umumnya hemoglobin dipertahankan 16-18 gr/dl dan hematokrit antara 50-65 %. Nilai BGA menunjukkan peningkatan tekanan partial karbondioksida (PCO2), penurunan tekanan parsial oksigen (PO2) dan penurunan PH.
Pemeriksaan dengan Doppler berwarna : digunakan untuk mengevaluasi aliran darah dan arahnya.
Elektrokardiografi (EKG) : bervariasi sesuai tingkat keparahan, adanya hipertropi ventrikel kiri, kateterisasi jantung yang menunjukan striktura.
Kateterisasi jantung : hanya dilakukan untuk mengevaluasi lebih jauh hasil ECHO atau Doppler yang meragukan atau bila ada kecurigaan defek tambahan lainnya.
Diagnosa ditegakkan dengan cartography & Cardiac iso enzim (CK,CKMB) meningkat.
Komplikasi
Pasien dengan penyakit jantung congenital teramcam mengalami berbagai komplikasi antara lain:
Gagal jantung kongestif
Renjatan kardiogenik, Henti Jantung
Aritmia
Endokarditis bakterialistis
Hipertensi
Hipertensi pulmonal
Tromboemboli dan abses otak
Penatalaksanaan
Penyakit Jantung Bawaan non Sianotik dengan vaskularisasi paru
Ventricular Septal Defect (VSD)
Pasien dengan DSV besar perlu ditolong dengan obat-obatan utuk mengatasi gagal jantung. Biasanya diberikan digoksin dan diuretic, misalnya lasix. Bila obat dapat memperbaiki keadaan, yang dilihat dengan membaiknya pernafasan dan bertambahnya berat badan, rnaka operasi dapat ditunda sampai usia 2-3 tahun. Tindakan bedah sangat menolong karena tanpa tindakan tersebut harapan hidup berkurang.
Atrial Septal Defect (ASD)
Kelainan tersebut dapat ditutup dengan dijahit atau dipasang suatu graft pembedahan jantung terbuka, dengan prognosis baik.
Patent Ductus Arteriosus (PDA)
Karena neonatus tidak toleransi terhadap pembedahan, kelainan biasanya diobati dengan aspirin atau idomethacin yang menyebabkan kontraksi otot lunak pada duktus arteriosus. Ketika anak berusia 1-5 tahun, cukup kuat untuk dilakukan operasi.
Penyakit Jantung Bawaan Sianotik dengan vaskularisasi paru normal
Stenosis Aorta (SA)
Stenosis dihilangkan dengan insisi pada katup yang dilakukan pada saat anak mampu dilakukan pembedahan toraks.
Stenosis Pulmonal (SP)
Stenosis dikoreksi dengan pembedahan pada katup yang dilakukan pada saat anak berusia 2-3 tahun.
Koarktasio Aorta
Kelainan dapat dikoreksi dengan Balloon Angioplasty, pengangkatan bagian aorta yang berkontriksi atau anastomi bagian akhir, atau dengan cara memasukkan suatu graf.
Penyakit Jantung Bawaan Sianotik dengan vaskularisasi paru berkurang
Tetralogi Of Fallot (TOF)
Pembedahan paliatif dilakukan pada usia awal anak-anak, untuk mernenuhi peningkatan kebutuhan oksigen dalam masa pertumbuhan. Pembedahan berikutnya pada masa usia sekolah, bertujuan untuk koreksi secara permanent. Dua pendekatan paliatif adalah dengan cara Blalock-Tausing, dilakukan pada ananostomi ujung ke sisi sub ciavikula kanan atau arteri karotis menuju arteri pulmonalis kanan. Secara Waterson dikerjakan pada sisi ke sisi anastonosis dari aorta assenden, menuju arteri pulmonalis kanan, tindakan ini meningkatakan darah yang teroksigenasi dan membebaskan gejala-gejala penyakit jantung sianosis.
PJB sianotik dengan vaskularisasi paru bertambah
Transposisi arteri besar (TAB) / Transpotition Great artery (TGA)
Pembedahan paliatif dilakukan agar terjadi percampuran darah. Pada saat prosedur, suatu kateter balon dimasukan ketika kateterisasi jantung, untuk memperbesar kelainanseptum intra arterial. Pada cara Blalock Halen dibuat suatu kelainan septum atrium. Pada Edward vena pulmonale kanan. Cara Mustard digunakan untuk koreksi yang permanent. Septum dihilangkan dibuatkan sambungan sehingga darah yang teroksigenisasi dari vena pulmonale kembali ke ventrikel kanan untuk sirkulasi tubuh dan darah tidak teroksigenisasi kembali dari vena cava ke arteri pulmonale untuk keperluan sirkulasi paru-paru. Kemudian akibat kelaianan ini telah berkurang secara nyata dengan adanya koreksi dan paliatif.
Pathway
Penyakit Jantung Bawaan non Sianotik
Pathway Penyakit Jantung Bawaan Sianotik : ToF
Terpapar faktor endogen dan eksogen selama kehamilan trimester I-II Terpapar faktor endogen dan eksogen selama kehamilan trimester I-II
Terpapar faktor endogen dan eksogen selama kehamilan trimester I-II
Terpapar faktor endogen dan eksogen selama kehamilan trimester I-II
Kelainana jantung kongenital sianotik: tetralogy of fallotKelainana jantung kongenital sianotik: tetralogy of fallot
Kelainana jantung kongenital sianotik: tetralogy of fallot
Kelainana jantung kongenital sianotik: tetralogy of fallot
Stenosis pulmonal Stenosis pulmonal Overiding aorta Overiding aorta Defek septum ventrikelDefek septum ventrikel
Stenosis pulmonal
Stenosis pulmonal
Overiding aorta
Overiding aorta
Defek septum ventrikel
Defek septum ventrikel
Obstruksi >>> berat Obstruksi >>> berat Tek. Sistolik punjak ventrikel kanan = kiri Tek. Sistolik punjak ventrikel kanan = kiri
Obstruksi >>> berat
Obstruksi >>> berat
Tek. Sistolik punjak ventrikel kanan = kiri
Tek. Sistolik punjak ventrikel kanan = kiri
Pirau kanan – kiri Pirau kanan – kiri
Pirau kanan – kiri
Pirau kanan – kiri
Menurun aliran darah paruvMenurun aliran darah paruv
Menurun aliran darah paru
v
Menurun aliran darah paru
v
Obstruksi aliran darah keluar ventrikel kanan vObstruksi aliran darah keluar ventrikel kanan v
Obstruksi aliran darah keluar ventrikel kanan
v
Obstruksi aliran darah keluar ventrikel kanan
v
Aliran darah aorta meningkatvAliran darah aorta meningkatv
Aliran darah aorta meningkat
v
Aliran darah aorta meningkat
v
Hipertrofi vent kananvHipertrofi vent kananvMenurun O2 dalam darah vMenurun O2 dalam darah v
Hipertrofi vent kanan
v
Hipertrofi vent kanan
v
Menurun O2 dalam darah
v
Menurun O2 dalam darah
v
Percampuran darah kaya O2 dengan CO2vPercampuran darah kaya O2 dengan CO2v
Percampuran darah kaya O2 dengan CO2
v
Percampuran darah kaya O2 dengan CO2
v
HipoksemiavHipoksemiav
Hipoksemia
v
Hipoksemia
v
Sianosis (blue spells)vSianosis (blue spells)vsesakvsesakv
Sianosis (blue spells)
v
Sianosis (blue spells)
v
sesak
v
sesak
v
Hipoksia dan laktatvHipoksia dan laktatvKelemahan tubuhvKelemahan tubuhv
Hipoksia dan laktat
v
Hipoksia dan laktat
v
Kelemahan tubuh
v
Kelemahan tubuh
v
Penurunan O2 di otakvPenurunan O2 di otakvAsidosis metabolikvAsidosis metabolikv
Penurunan O2 di otak
v
Penurunan O2 di otak
v
Asidosis metabolik
v
Asidosis metabolik
v
Gangguan pertukaran gasGangguan pertukaran gasKesadaran menurunvKesadaran menurunv
Gangguan pertukaran gas
Gangguan pertukaran gas
Kesadaran menurun
v
Kesadaran menurun
v
KejangvKejangv
Kejang
v
Kejang
v
Resiko cederaResiko cedera
Resiko cedera
Resiko cedera
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
Pengkajian
Biodata Klien
Riwayat Kesehatan
Riwayat terjadinya infeksi pada ibu selama trimester pertama. Agen penyebab lain adalah rubella, influenza atau chicken pox.
Riwayat prenatal seperti ibu yang menderita diabetes mellitus dengan ketergantungan pada insulin.
Kepatuhan ibu menjaga kehamilan dengan baik, termasuk menjaga gizi ibu, dan tidak kecanduan obat-obatan dan alcohol, tidak merokok.
Proses kelahiran atau secara alami ataua adanya factor-faktor memperlama proses persalinan, penggunaan alat seperti vakum untuk membantu kelahiran atau ibu harus dilakukan SC.
Riwayat keturunan, dengan rnemperhatikan adanya anggota keluarga lain yang juga mengalami kelainan jantung, untuk mengkaji adanya factor genetic yang menunjang.
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik yang dilakukan sama dengan pengkajian fisik yang dilakukan terhadap pasien yang menderita penyakit jantung pada umumnya. Secara spesifik data yang dapat ditemukan dari hasil pengkajian fisik pada penyakit jantung congenital ini adalah:
Bayi baru lahir berukuran kecil dan berat badan kurang. Anak terlihat pucat, banyak keringat bercucuran, ujung-ujung jari hiperemik.
Diameter dada bertambah, sering terlihat pembonjolan dada kiri.
Tanda yang menojol adalah nafas pendek dan retraksi pada jugulum, sela intrakostal dan region epigastrium.
Pada anak yang kurus terlihat impuls jantung yang hiperdinarnik.
Anak mungkin sering mengalami kelelahan dan infeksi saluran pernafasan atas.
Neonatus menunjukan tanda-tanda respiratory distress seperti mendengkur, tacipnea dan retraksi.
Anak pusing, tanda-tanda ini lebih nampak apabila pemenuhan kebutuhan terhadap O2 tidak terpenuhi ditandai dengan adanya murmur sistolik yang terdengar pada batas kiri sternum.
Adanya kenaikan tekanan darah. Tekanan darah lebih tinggi pada lengan daripada kaki. Denyut nadi pada lengan terasa kuat, tetapi lemah pada popliteal dan temoral.
Diagnosa Keperawatan
Gangguan pertukaran gas b.d ketidakseimbangan ventilasi-perfusi
Penurunan curah jantung b.d perubahan preload
Defisit nutrisi tubuh b.d ketidakmampuan menyusu dan makan
Intoleransi aktivitas b.d kelelahan
Nyeri Akut b.d agen pencedera fisik
Resiko infeksi dibuktikan dengan efek prosedur invasif
Resiko cidera dibuktikan dengan hipoksia jaringan ; kejang
Intervensi
Gangguan pertukaran gas b.d ketidakseimbangan ventilasi-perfusi
Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 1 x 24 jam diharapkan gangguan pertukaran gas tidak terjadi dengan
Kriteria hasil :
- Pertukaran gas tidak terganggu
- Pasien tidak sesak
Intervensi
Rasional
Berikan respirasi support
Untuk meminimalkan resiko kekurangan oksigen.
2
Analisa gas darah
Untuk mengetahui adanya hipoksemia dan hiperkapnia.
Berikan posisi semifowler
Batasi cairan
Memfasilitasi fungsi pernapasan klien
Untuk meringankan kerja jantung
Penurunan curah jantung b.d perubahan preload
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam, klien dapat mentoleransi gejala-gejala yang ditimbulkan akibat penurunan curah jantung.
Kriteria Hasil :
Tanda vital dalam rentang normal (TD 120/80 mmHg, Nadi 60-100x/menit, Respirasi 18-20x/menit, SB 36,5OC-37,5OC)
dapat mentoleransi aktivitas, tidak ada kelelahan
Tidak ada edema paru, perifer dan tidak ada asites
Tidak ada penurunan kesadaran
AGD dalam batas normal
Tidak ada distensi vena leher
Warna kulit normal
Intervensi
Rasional
Bina hubungan saling percaya (BHSP) dengan pasien dan keluarga pasien.
Menciptakan suasana yang kondusif dan bersahabat.
Observasi keadaan kulit terhadap pucat dan sianosis.
Pucat menunjukan adanya penurunan perfusi sekunderterhadap ketidakadekuatan curah jantung, vasokonstriksi dan anemi.
Observasi tanda-tanda vital tiap 4 jam
Permulaan terjadinya gangguan pada jantung akan ada perubahan pada tanda-tanda vital seperti pernafasan menjadi cepat, peningkatan suhu, nadimeningkat, peningkatan tekanan darah, semuanya dapat cepat dideteksi untukpenangan lebih lanjut.
Monitor tanda-tanda PJB seperti gelisah, takikardi, tachypnea, sesak, mudah lelah, periorbital edema, oliguria, dan hepatomegali.
Untuk mengetahui sejauh mana tingkat kegawatan dari anak serta diperlukan dalam mendeteksi untuk penanganan lebih lanjut.
Berikan oksigen tambahan dengan kanula nasal/masker sesuai indikasi.
Meningkatkan sediaan oksigen untuk kebutuhan miokard dan untukmelawan efek hipoksia/iskemia.
Informasikan dan anjurkan tentang pentingnya istirahat yang adekuat.
Istirahat yang adekuat dapat meminimalkan kerja dari jantung dandapat mempertahankan energi yang ada.
Observasi perubahan pada sensori, contoh letargi, bingung disorientasi cemas.
Dapat menunjukan tidak adekuatnya perfusi serebral sekunder terhadap penurunan curah jantung.
Berikan health education pada pasien dan keluarga pasien tentang cardiac output
Lebih meningkatkan pengetahuan dan informasi bagi pasien dan keluarga pasien serta lebih kooperatif dalam tindakan pelaksanaan yang dilakukan perawat
Kolaborasi dengan team medis dalam pemberian tindakan farmakologis berupa digitalis dan digoxin.
Mempengaruhi reabsorbsi natrium dan air, dan digoksinmeningkatkan kekuatan kontraksi miokard dan memperlambat frekuensi jantung dengan menurunkan konduksi dan memperlambat periode refraktori padahubungan AV untuk meningkatkan efisiensi curah jantung.
Defisit nutrisi tubuh b.d ketidakmampuan menyusu dan makan
Tujuan : Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x24 jam, diharapkan anak dapat makan dan menyusu dan tidak terjadi penurunan berat badan selama terjadi perubahan status nutrisi.
Kriteria Hasil :
Anak dapat menyusu
Porsi makan dihabiskan
Intervensi
Rasional
Observasi selama pemberian makan atau menyusui.
Selama makan atau menyusui mungkin dapat terjadi anak sesak atau tersedak.
Timbang berat badan setiap hari dengan timbangan yang sama dan waktu yang sama.
Mengawasi penurunan berat badan atau efektivitas intervensi nutrisi.
Observasi dan catat masukan makanan anak/ intake dan output secara benar
Mengawasi masukkan kalori dan kualitas kekurangan konsumsi makanan.
Jika anak menunjukkan kelemahan akibat ketidak adekuatannya nutrisi yang masuk maka pasang infus
Infus akan menambah kebutuhan nutrisi yang tidak dapat dipenuhimelalui oral.
Anjurkan ibu untuk terus memberikan anak susu, walaupun sedikit tetapi sering
Air susu akan mempertahankan kebutuhan nutrisi anak.
Pada anak yang sudah tidak menyusui lagi maka berikan makanan dengan porsi sedikit tapi sering dengan diet sesuai instruksi (TKTP).
Meningkatan intake atau masukan dan mencegah kelemahan
Berikan health education pada pasien dan keluarga pasien tentang manfaat dari nutrisi sendiri.
Lebih meningkatkan pengetahuan dan informasi bagi pasien dan keluarga pasien serta lebih kooperatif dalam tindakan pelaksanaan yang dilakukan perawat.
Berikan dan bantu hygiene mulut yang baik sebelum dan sesudah makan, gunakan sikat gigi halus untuk penyikatan yang lembut, berikan pencuci mulut yang di encerkan bila mukosa oral luka.
meningkatkan nafsu makan dan pemasukan oral, menurunkan pertumbuhan bakteri, meminimalkan kemungkinan infeksi.
Intoleransi aktivitas b.d kelelahan
Tujuan : Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x24 jam, diharapkan anak dapat melakukan aktivitas yang sesuai tanpa adanya kelemahan.
Kriteria Hasil :
Tidak nampak kelelahan
Tidak nampak lesu
Saturasi O2 saat aktivitas dalam batas normal (95-100%)
TTV Normal
Intervensi
Rasional
Kaji perkembangan tanda-tanda peningkatan tanda-tanda vital, seperti adanya sesak.
Menunjukan gangguan pada jantung yang kemudian akanmenggunakan energi lebih sebagai kompensasi sehingga akhirnya anak menjadi kelelahan.
Batasi aktifitas anak yang berlebihan.
Meminimalkan kerja dari jantung dan dapat mempertahankan energi yang ada.
Bantu pasien dalam aktivitas yang tidak dapat dilakukannya.
Teknik penghematan energi. .
Support dalam pemberian nutrisi anak.
Nutrisi dapat membantu meningkatkan metabolisme juga akanmeningkatkan produksi energi
Berikan health education pada pasien dan keluarga pasien tentang aktifitas.
Lebih meningkatkan pengetahuan dan informasi bagi pasien dan keluarga pasien serta lebih kooperatif dalam tindakan pelaksanaan yang dilakukan perawat.
Nyeri Akut b.d agen pencedera fisik
Tujuan : Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x24 jam, nyeri berkurang atau hilang.
Kriteria Hasil :
Klien tidak tampak mengeluh dan menangis
Ekspresi wajah klien tidak menunjukkan nyeri
Klien tidak gelisah
Intervensi
Rasional
Observasi adanya keluhan nyeri, pada anak bisa ditunjukan dengan rewel atau sering menangis.
Perbedaan gejala perlu untuk mengidentifikasi penyebab nyeri.
Observasi perilaku dan tanda-tanda vital anak tiap 4 jam.
Perilaku dan tanda vital membantu menentukan derajat atau adanya ketidaknyamanan
Berikan lingkungan istirahat yang nyaman dan batasi aktivitas anak sesuai kebutuhan.
Aktivitas berlebih dapat meningkatkan kebutuhan oksigen miokard. (contoh kerja tiba-tiba, stress, makan banyak, terpajan dingin) dapat mencetuskan nyeri dada.
Ajarkan teknik distraksi relaksasi pada anak dan ibu.
Dengan adanya distraksi nyeri anak dapat dialihkan/pengalihan dan dapat menurunkan respon nyeri.
Anjurkan ibu untuk selalu memberikan ketenangan pada anak.
Ketenangan anak akan mengurangi stress yang dapat memperberat nyeri yang dirasakan.
Berikan health education pada pasien dan keluarga pasien tentang nyeri dan penanganannya.
lebih meningkatkan pengetahuan dan informasi bagi pasien dan keluarga pasien serta lebih kooperatif dalam tindakan pelaksanaan yang dilakukan perawat.
Kolaborasi dengan team medis dalam pemberian analgesic.
Analgesik bekerja dengan menghambat nosiseptor nyeri menempati reseptornya, sehingga nyeri tidak dirasakan lagi.
Evaluasi respon terhadap obat/terapi yang diberikan
penggunaan terapi obat dan dosis, catat nyeri yang tidak hilang atau berkurang
Resiko infeksi dibuktikan dengan efek prosedur invasif
Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan infeksi tidak terjadi
Kriteria Hasil :
TTV Normal (TD 120/80 mmHg, Nadi 60-100x/menit, Respirasi 18-20x/menit, SB 36,5OC-37,5OC)
Intervensi
Rasional
Dorong teknik mencuci tangan dengan baik
Mencegah infeksi nosokomial saat perawatan.
Kaji tanda-tanda infeksi
Mengetahui tanda-tanda infeksi secara dini dapat membantu dalam kecepatan menentukan intervensi
Ukur temperatur tiap 4 jam
Peningkatan suhu badan merupakan salah satu tanda adanya infeksi
Berikan antibiotik sesuai dengan indikas
Pemberian antibiotik dapat mecegah terjadinya infeksi
Resiko cidera dibuktikan dengan hipoksia jaringan ; kejang
Tujuan : Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3 x24 jam diharapkan risiko cidera dapat diminimalisir.
Kriteria Hasil :
Klien dan keluarga mengenal tanda dan gejala yang mengindikasikan faktor resiko cidera
Pasien dapat menunjukan sikap melindungi diri sendiri dari risiko cidera
Intervensi
Rasional
Ciptakan lingkungan yang aman untuk pasien
Mencegah terjadinya risiko cidera
Identifikasi kebutuhan keamanan pasien, berdasarkan tingkat fisik, fungsi kognitif dan sejarah tingkah laku
Menentukan kebutuhan pasien terhadapm keamanan dan menentukan intervensi yang tepat
Jauhkan objek berbahaya dari lingkungan
Mencegah risiko cidera
Hilangkan bahaya lingkungan
Mencegah risiko cidera
Sediakan tempat tidur yang rendah jika diperlukan
Membantu pasien memudahkan menjangkau tempat tidur dan mengurangi risiko cidera
Tempatkan furniture diruangan dengan susunan terbaik untuk akomodasi ketidakmampuan pasien dan keluarga
Memudahkan pasien menjangkau peralatan yang dibutuhkan
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Penyakit jantung bawaan ( PJB ) adalah penyakit dengan kelainan pada struktur jantung atau fungsi sirkulasi jantung yang dibawa dari lahir.
Klasifikasi :
Penyakit Jantung Bawaan non Sianotik dengan vaskularisasi paru
Ventricular Septal Defect (VSD)
Atrial Septal Defect (ASD)
Patent Ductus Arteriosus (PDA)
Penyakit Jantung Bawaan Sianotik dengan vaskularisasi paru normal
Stenosis Aorta (SA)
Stenosis Pulmonal (SP)
Koarktasio Aorta
Penyakit Jantung Bawaan Sianotik dengan vaskularisasi paru berkurang
Tetralogi Of Fallot (TOF)
PJB sianotik dengan vaskularisasi paru bertambah
Transposisi arteri besar (TAB) / Transpotition Great artery (TGA)
3.2 Saran
Untuk menjadikan makalah ini menjadi makalah yang sempurna maka harus disertai saran-saran yang bersifat mendorong dan membangun, saran - saran itu antara lain :
Kita hendaknya lebih memahami tentang congenital heart diseases atau penyakit jantung bawaan (CHD) dalam meningkatkan pelayanan pada penderita/ anak khususnya dalam pemberian asuhan keperawatan.
Demikian saran dari kami semoga apa yang kami suguhkan dapat bermanfaat bagi kami khususnya dan bagi para pembaca pada umumnya.
Daftar Pustaka
Jurnal Penyakit Jantung Bawaan di unduh di http://ZUMROTUS_SAADAH_G2A009149_BAB_1_KTI.pdf pada tanggal 08/11/2017 pukul 19:01 WITA
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia Edisi 1. Jakarta: PPNI
Judith M. Wilkinson dan Nancy R. Ahern. Buku Saku DIAGNOSIS KEPERAWATAN Diagnosis NANDA, Intervensi NIC, Kriteria hasil NOC Edisi 9. Alih Bahasa Ns. Esti Wahuningsih, S.Kep dan Ns. Dwi Widiarti, S,Kep. EGC. Jakarta.
NANDA International. 2012. Diagnosis Keperawatan: Definisi, Dan Klasifikasi 2012-2014/Editor, T. Heather Herdman; Alih Bahasa, Made Sumarwati, Dan Nike Budhi Subekti ; Editor Edisi Bahasa Indonesia, Barrah Bariid, Monica Ester, Dan Wuri Praptiani. Jakarta; EGC.
Alfyana Nadya Rahwamati. 2015. Jurnal Hubungan Penyakit Jantung Bawaan dengan Perkembangan Anak usia 0-5 tahun di Unit Perawatan Jantung RS Dr.Kariadi Semarang diunduh di http://jurnal.stikeskusumahusada.ac.id/index.php/JK/article/view/12 pada tanggal 08/11/2017 pukul 20:10 WITA