[12]
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Sejarah Peradaban Islam memiliki banyak cerita di dalamnya. Cerita tentang penyebaran, kebudayaan dan tokoh-tokoh yang berpengaruh. Dalam salah satu bab menceritakan tentang Perang Salib. Sebagai gambaran, Perang Salib yang familiar bagi kita adalah suatu perang keagamaan yang sangat terkenal. Jika kita pernah menonton film Kingdom of Heaven, mungkin kita memiliki sedikit gambaran tentang Perang Salib ini. Disebut Perang Salib karena para tentara atau pejuang Kristen ini menggunakan simbol salib ditameng, baju, topi dan segala atribut berperangnya. Perang Salib ini terbagi atas beberapa periode. Didalamnya, terdapat banyak tokoh-tokoh yang menarik cerita saat pemimpin perang ini yang dapat menambah wawasan kita.
Rumusan Masalah
Setelah dipaparkan sedikit dalam latar belakang di atas, didapatlah rumusan masalah yaitu:
Apa itu Perang Salib?
Apa yang menjadi latar belakang yang memicu terjadinya Perang Salib antara kaum Muslim dan Kristen?
Bagaimana periodisasi Perang Salib?
Pengaruh apa yang menyebar setelah terjadinya Perang Salib?
Siapa sajakah tokoh-tokoh terkenal dalam Perang Salib?
BAB II
PERANG SALIB
2.1 Pengertian Perang Salib
Perang Salib (The Crusades) adalah gerakan umat Kristen di Eropa yang memerangi umat Muslim di Palestina secara berulang-ulang mulai abad ke-11 sampai abad ke-13, dengan tujuan untuk merebut Tanah Suci dari kekuasaan kaum Muslim dan mendirikan gereja dan kerajaan Latin di Timur. Dinamakan Perang Salib, karena setiap orang Eropa yang ikut bertempur dalam peperangan memakai tanda salib pada bahu, lencana dan panji-panji mereka.
Istilah ini juga digunakan untuk ekspedisi-ekspedisi kecil yang terjadi selama abad ke-16 di wilayah di luar Benua Eropa, biasanya terhadap kaum pagan dan kaum non-Kristiani untuk alasan campuran; antara agama, ekonomi, dan politik. Skema penomoran tradisional atas Perang Salib memasukkan 9 ekspedisi besar ke Tanah Suci selama Abad ke-11 sampai dengan Abad ke-13. "Perang Salib" lainnya yang tidak bernomor berlanjut hingga Abad ke-16 dan berakhir ketika iklim politik dan agama di Eropa berubah secara signifikan selama masa Renaissance.
Perang Salib pada hakikatnya bukan perang agama, melainkan perang merebut kekuasaan daerah. Hal ini dibuktikan bahwa tentara Salib dan tentara Muslim saling bertukar ilmu pengetahuan.
2.2 Latar Belakang Penyebab Terjadinya Perang Salib
Terjadinya Perang Salib antara kedua belah pihak, Islam dengan Kristen disebabkan oleh faktor-faktor utama yaitu agama, politik dan sosial ekonomi.
Faktor Agama
Pada tahun 1009, kalifah Bani Fatimiyah, Al-Hakim bi-Amr Allah memerintahkan penghancuran Gereja Makam Kudus (Church of the Holy Sepulchre). Penerusnya memperbolehkan Kekaisaran Byzantium untuk membangun gereja itu kembali dan memperbolehkan para peziarah untuk berziarah di tempat itu lagi. Akan tetapi, banyak laporan yang beredar di Barat tentang kekejaman kaum Muslim terhadap para peziarah Kristen. Laporan yang didapat dari para peziarah yang pulang ini kemudian memainkan peranan penting dalam perkembangan Perang Salib pada akhir abad itu. Mereka merasa mendapat perlakuan jelek dari orang-orang Seljuk yang fanatic. Umat Kristen merasa perlakuan para penguasa Dinasti Seljuk sangat berbeda dengan para penguasa Islam lainnya yang pernah menguasai kawasan itu sebelumnya.
Sebelumnya, Paus Urbanus II memerintahkan untuk ekspedisi besar-besaran atas permintaan Alexius I yang ingin merebut kembali Asia Kecil (Anatolia) yang direbut Turki Utsmani. Semangat ini semakin besar tatkala Paus menerima berita bahwa Khalifah Abdul Hakim-yang menguasai Palestina saat itu-menaikkan pajak ziarah ke Palestina bagi orang-orang Kristen Eropa. "Ini perampokan! Oleh karena itu, tanah suci Palestina harus direbut kembali," kata Paus. Disanalah kaum Kristen merasa semakin sulit berziarah dan ingin merebut kembali daerah Palestina.
Faktor Politik
Kekalahan Bizantium (sejak tahun 330 M disebut Constantinopel atau sekarang Istanbul Turki) tahun 1071 M di Manzikart (Malazkird atau Malasyird, Armenia) dan Asia kecil jatuh ke bawah kekuasaan Seljuk, mendorong Kaisar Alexius I Comnenus (Kaisar Constantinopel) meminta bantuan seperti yang sudah dipaparkan di atas kepada Paus Urbanus II untuk mengembalikan kekuasaannya di daerah-daerah pendudukan Dinasti Seljuk. Sementara itu, kondisi kekuasaan Islam sedang melemah sehingga orang-orang Kristen di Eropa berani untuk ikut dalam Perang Salib. Dinasti Fathimiyah dalam keadaan lumpuh dan kekuasaan Islam di Andalusia semakin goyah dengan dikuasainya Toledo dan Sicilia oleh Kristen Spanyol.
Faktor Sosial Ekonomi
Pedagang-pedangan besar di pantai timur Laut Tengah, terutama yang berada di kota Venezia, Genoa dan Pisa berambisi untuk menguasai kota-kota dagang di sepanjang pantai timur dan selatan Laut Tengah sehingga rela menanggung sebagian dana Perang Salib. Apabila pihak Kristen Eropa menang, mereka menjadikan kawasan itu sebagai pusat perdagangan mereka. Stratifikasi sosial masyarakat Eropa terdiri dari tiga kelompok yaitu kaum gereja, kaum bangsawan dan ksatria dan rakyat jelata. Ketika rakyat jelata dimobilisasi oleh pihak gereja untuk ikut Perang Salib dijanjikan kebebasan dan kesejahteraan yang lebih baik bila menang perang, mereka menyambut secara spontan dan berduyun-duyun terlibat dalam perang itu.
Saat itu, di Eropa berlaku hukum waris bahwa anak tertua yang berhak menerima harta warisam, apabila anak tertua meninggal maka harta warisan harus diserahkan kepada gereja. Oleh karena itu, populasi orang miskin meningkat sehingga anak-anak yang miskin beramai-ramai mengikuti seruan mobilisasi umum Perang Salib dengan harapan mendapatkan perbaikan ekonomi.
Pada tahun 1063, Paus Alexander II memberikan restu kepausan bagi kaum Kristen Iberia untuk memerangi kaum Muslim. Paus memberikan baik restu kepausan standar maupun pengampunan bagi siapa saja yang terbunuh dalam pertempuran tersebut. Maka, permintaan yang datang dari Kekaisaran Byzantium yang sedang terancam oleh ekspansi kaum MuslimSeljuk, menjadi perhatian semua orang di Eropa. Hal ini terjadi pada tahun 1074, dari Kaisar Michael VII kepada Paus Gregorius VII dan sekali lagi pada tahun 1095, dari Kaisar Alexius I Comnenus kepada Paus Urbanus II.
Seorang tentara Salib, sesudah memberikan sumpah sucinya, akan menerima sebuah salib dari Paus atau wakilnya dan sejak saat itu akan dianggap sebagai "tentara gereja". Hal ini sebagian adalah karena adanya Kontroversi Pentahbisan, yang berlangsung mulai tahun 1075 dan masih berlangsung selama Perang Salib Pertama. Karena kedua belah pihak yang terlibat dalam Kontroversi Pentahbisan berusaha untuk menarik pendapat publik, maka masyarakat menjadi terlibat secara pribadi dalam pertentangan keagamaan yang dramatis. Hasilnya adalah kebangkitan semangat Kristen dan ketertarikan publik pada masalah-masalah keagamaan. Hal ini kemudian diperkuat oleh propaganda keagamaan tentang Perang untuk Keadilan untuk mengambil kembali Tanah Suci – yang termasuk Yerusalem (dimana kematian, kebangkitan dan pengangkatan Yesus ke Surga terjadi menurut ajaran Kristen) dan Antiokhia (kota Kristen yang pertama) - dari orang Muslim. Selanjutnya, "Penebusan Dosa" adalah faktor penentu dalam hal ini. Ini menjadi dorongan bagi setiap orang yang merasa pernah berdosa untuk mencari cara menghindar dari kutukan abadi di Neraka. Persoalan ini diperdebatkan dengan hangat oleh para tentara salib tentang apa sebenarnya arti dari "penebusan dosa" itu. Kebanyakan mereka percaya bahwa dengan merebut Yerusalem kembali, mereka akan dijamin masuk surga pada saat mereka meninggal dunia. Akan tetapi, kontroversi yang terjadi adalah apa sebenarnya yang dijanjikan oleh paus yang berkuasa pada saat itu. Suatu teori menyatakan bahwa jika seseorang gugur ketika bertempur untuk Yerusalemlah "penebusan dosa" itu berlaku. Teori ini mendekati kepada apa yang diucapkan oleh Paus Urbanus II dalam pidato-pidatonya. Ini berarti bahwa jika para tentara salib berhasil merebut Yerusalem, maka orang-orang yang selamat dalam pertempuran tidak akan diberikan "penebusan". Teori yang lain menyebutkan bahwa jika seseorang telah sampai ke Yerusalem, orang tersebut akan dibebaskan dari dosa-dosanya sebelum Perang Salib. Oleh karena itu, orang tersebut akan tetap bisa masuk Neraka jika melakukan dosa sesudah Perang Salib. Seluruh faktor inilah yang memberikan dukungan masyarakat kepada Perang Salib Pertama dan kebangkitan keagamaan pada abad ke-12.
2.3 Periodisasi Perang Salib
Dikutip dari Wikipedia terdapat empat periodisasi Perang Salib, yakni Perang Salib I, perang Salib II, Perang Salib III dan Perang Salib IV.
2.3.1 Perang Salib I
Pada musim semi tahun 1095 M, 150.000 orang Eropa, sebagian besar bangsa Perancis dan Norman, berangkat menuju Konstantinopel, kemudian ke Palestina. Tentara Salib yang dipimpin oleh Godfrey, Bohemond, dan Raymond ini memperoleh kemenangan besar. Pada tanggal 18 Juni 1097 mereka berhasil menaklukkan Nicea dan tahun 1098 M menguasai Raha (Edessa). Di sini mereka mendirikan County Edessa dengan Baldwin sebagai raja. Pada tahun yang sama mereka dapat menguasai Antiokhia dan mendirikan Kepangeranan Antiokhia di Timur, Bohemond dilantik menjadi rajanya. Mereka juga berhasil menduduki Baitul Maqdis (Yerusalem) pada 15 Juli 1099 M dan mendirikan Kerajaan Yerusalem dengan rajanya, Godfrey. Setelah penaklukan Baitul Maqdis itu, tentara Salib melanjutkan ekspansinya. Mereka menguasai kota Akka (1104 M), Tripoli (1109 M) dan kota Tyre (1124 M). Di Tripoli mereka mendirikan County Tripoli, rajanya adalah Raymond.
Selanjutnya, Syeikh Imaduddin Zengi pada tahun 1144 M, penguasa Mosul dan Irak, berhasil menaklukkan kembali Aleppo, Hamimah, dan Edessa. Namun ia wafat tahun 1146 M. Tugasnya dilanjutkan oleh puteranya, Syeikh Nuruddin Zengi. Syeikh Nuruddin berhasil merebut kembali Antiokhia pada tahun 1149 M dan pada tahun 1151 M, seluruh Edessa dapat direbut kembali.
2.3.2 Perang Salib II
Kejatuhan County Edessa ini menyebabkan orang-orang Kristen mengobarkan Perang Salib kedua. Paus Eugenius IIImenyampaikan perang suci yang disambut positif oleh raja Perancis Louis VII dan raja Jerman Conrad II. Keduanya memimpin pasukan Salib untuk merebut wilayah Kristen di Syria. Akan tetapi, gerak maju mereka dihambat oleh Syeikh Nuruddin Zengi. Mereka tidak berhasil memasuki Damaskus. Louis VII dan Conrad II sendiri melarikan diri pulang ke negerinya. Syeikh Nuruddin wafat tahun 1174 M. Pimpinan perang kemudian dipegang oleh Sultan Shalahuddin al-Ayyubi yang berhasil mendirikan dinasti Ayyubiyah di Mesir tahun 1175 M, setelah berhasil mencegah pasukan salib untuk menguasai Mesir. Hasil peperangan Shalahuddin yang terbesar adalah merebut kembali Yerusalem pada tahun 1187 M, setelah beberapa bulan sebelumnya dalam Pertempuran Hittin, Shalahuddin berhasil mengalahkan pasukan gabungan County Tripoli dan Kerajaan Yerusalaem melalui taktik penguasaan daerah. Dengan demikian berakhirlah Kerajaan Latin di Yerussalem yang berlangsung selama 88 tahun berakhir. Sehabis Yerusalem, tinggal Tirus merupakan kota besar Kerajaan Yerusalem yang tersisa. Tirus yang saat itu dipimpin oleh Conrad dari Montferrat berhasil sukses dari pengepungan yang dilakukan Shalahuddin sebanyak dua kali. Shalahuddin kemudian mundur dan menaklukan kota lain, seperti Arsuf dan Jaffa.
2.3.3 Perang Salib III
Jatuhnya Yerussalem ke tangan kaum Muslim sangat memukul perasaan Tentara Salib. Mereka pun menyusun rencana balasan. Selanjutnya, Tentara Salib dipimpin oleh Frederick Barbarossa raja Jerman, Richard si Hati Singa raja Inggris, danPhilip Augustus raja Perancis memunculkan Perang Salib III. Pasukan ini bergerak pada tahun 1189 M dengan dua jalur berbeda. Pasukan Richard dan Philip melalui jalur laut dan pasukan Barbarossa - saat itu merupakan yang terbanyak di Eropa - melalui jalur darat, melewati Konstantinopel. Namun, Barbarossa meninggal di daerah Cilicia karena tenggelam di sungai, sehingga menyisakan Richard dan Philip. Sebelum menuju Tanah Suci, Richard dan Philip sempat menguasaiSiprus dan mendirikan Kerajaan Siprus. Meskipun mendapat tantangan berat dari Shalahuddin, namun mereka berhasil merebut Akka yang kemudian dijadikan ibu kota kerajaan Latin. Philip kemudian balik ke Perancis untuk "menyelesaikan" masalah kekuasaan di Perancis dan hanya tinggal Richard yang melanjutkan Perang Salib III. Richard tidak mampu memasuki Palestina lebih jauh, meski bisa beberapa kali mengalahkan Shalahuddin. Pada tanggal 2 Nopember 1192 M, dibuat perjanjian antara Tentara Salib dengan Shalahuddin yang disebut dengan Shulh al-Ramlah. Dalam perjanjian ini disebutkan bahwa orang-orang Kristen yang pergi berziarah ke Baitul Maqdis tidak akan diganggu.
2.3.4 Perang Salib IV
Pada tahun 1219 M, meletus kembali peperangan yang dikenal dengan Perang Salib periode keenam, dimana tentara Kristen dipimpin oleh raja Jerman, Frederik II, mereka berusaha merebut Mesir lebih dahulu sebelum ke Palestina, dengan harapan dapat bantuan dari orang-orang Kristen Koptik. Dalam serangan tersebut, mereka berhasil menduduki Dimyath, raja Mesir dari Dinasti Ayyubiyah waktu itu, al-Malik al-Kamil, membuat penjanjian dengan Frederick. Isinya antara lain Frederick bersedia melepaskan Dimyath, sementara al-Malik al-Kamil melepaskan Palestina, Frederick menjamin keamanan kaum muslimin di sana, dan Frederick tidak mengirim bantuan kepada Kristen di Syria. Dalam perkembangan berikutnya, Palestina dapat direbut kembali oleh kaum muslimin tahun 1247 M, pada masa pemerintahan al-Malik al-Shalih, penguasa Mesir selanjutnya.
Ketika Mesir dikuasai oleh Dinasti Mamalik yang menggantikan posisi Dinasti Ayyubiyyah, pimpinan perang dipegang olehBaibars, Qalawun, dan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah. Pada masa merekalah Akka dapat direbut kembali oleh kaum Muslim tahun 1291 M. Demikianlah Perang Salib yang berkobar di Timur. Perang ini tidak berhenti di Barat, di Spanyol, sampai umat Islam terusir dari sana.
Tambahan yang dikutip dari buku Sejarah Peradaban Islam oleh Ratu Suntiah, M.Ag dan Maslani M.Ag, pada periode ketiga Perang Salib atau menurut Wikipedia Perang Salib IV, telah terukir dalam sejarah munculnya pahlawan wanita yang terkenal gagah berani yaitu Syajar ad-Durr. Ia berhasil menghancurkan pasukan raja Louis IX dari Perancis dan sekaligus menangkap raja tersebut. Pahlawan wanita inipun telah mampu menunjukkan sikap kebesaran Islam dengan membebaskan dan mengizinkan raja Louis IX kembali ke negerinya. Setelah Mesir dikuasai Dinasti Mamalik, pimpinan perang dipegang oleh Baybars yang berhasil merebut kembali seluruh benteng yang dikuasai tentara Salib. Pada tahun 1286 M, kota Yaffa dapat ditaklukkan, tahun 1289 M menaklukan kota Tripoli (Libanon) dan kota Akka dikuasai pada tahun 1291 M. Sejak saat itu tentara Salib habis di seluruh benua Timur.
Sedangkan Christopher Tyerman membagi Perang Salib ke dalam 9 periode.
Pertama, sejak tahun 1905 M sampai 1099 M. Sepanjang periode ini berhasil membangun 4 kerajaan, yakni Kerajaan Jerusalem, Kerajaan Antiokhia, Kerajaan Edessa dan Kerajaan Tripoli.
Kedua, sejak tahun 1147 M sampai 1149 M. Pada periode ini, kemenangan ada di pihak umat muslim.
Ketiga, sejak tahun 1187 M sampai 1192 M. Selama periode ini, Shalahuddin menjadi tokoh yang tidak hanya dihormati oleh umat Islam, tetapi juga umat Kristen, karena terkenal kebijaksanaannya.
Keempat, sejak tahun 1202 M hingga 1204 M. Pada periode ini Paus Innocent III bermaksud mengusir Ayyubiyah Mesir.
Kelima, sejak tahun 1217 M sampai 1221 M. Sejak tahun 1221 M, pihak muslim dan Kristen menyetujui perjanjian damai selama 8 tahun. Tentara Salib melanggar janji. Akhirnya, mereka melakukan perlawanan kembali.
Keenam, sejak tahun 1228 M sampai 1229 M. Kristen menguasai sebagian besar Jerusalem, sedangkan orang muslim diberi kekuasaan terhadap Masjid Al-Aqsha.
Ketujuh, sejak tahun 1248 M sampai 1254 M. Pada tahun 1243 M, kaum Templar Kristen melanggar perjanjian perdamaian dan berkonflik dengan Mesir. Tetapi, mereka menelan kekalahan, dan tentara muslim pun tetap tak terkalahan.
Kedelapan, sejak tahun 1270 M hingga 1271 M. Tentara Salib kali ini hendak menaklukan Tunisia. Tetapi, hanya 2 bulan berselang, Lois IX meninggal dunia.
Kesembilan, sejak tahun 1271 M sampai 1272 M. Dengan jatuhnya Antiokhia (pada tahun 1268 M), orang-orang Kristen dibantai oleh tentara Muslim sehingga pemerintahan Kristen di Levant habis kisahnya. Pada tahun 1400-an, Turki Utsmani yang di pimpin oleh Mehmed II tidak hanya menjajah sejumlah kerajaan di Eropa, Asia, dan Afrika, tetapi juga berhasil membersihkan sisa-sisa tentara salib di Timur Tengah.
2.4 Kondisi Sesudah Perang Salib dan Pengaruhnya
Perang Salib Pertama melepaskan gelombang semangat perasaan paling suci sendiri yang diekspresikan dengan pembantaian terhadap orang-orang Yahudi yang menyertai pergerakan tentara Salib melintasi Eropa dan juga perlakuan kasar terhadap pemeluk Kristen Ortodoks Timur. Kekerasan terhadap Kristen Ortodoks ini berpuncak pada penjarahan kota Konstantinopel pada tahun 1024, dimana seluruh kekuatan tentara Salib ikut serta. Selama terjadinya serangan-serangan terhadap orang Yahudi, pendeta lokal dan orang Kristen berupaya melindungi orang Yahudi dari pasukan Salib yang melintas. Orang Yahudi seringkali diberikan perlindungan di dalam gereja atau bangunan Kristen lainnya, akan tetapi, massa yang beringas selalu menerobos masuk dan membunuh mereka tanpa pandang bulu.
Pada abad ke-13, Perang Salib tidak pernah mencapai tingkat kepopuleran yang tinggi di masyarakat. Sesudah kota Akka jatuh untuk terakhir kalinya pada tahun 1291 dan sesudah penghancuran bangsa Ositania (Perancis Selatan) yang berpaham Katarisme pada Perang Salib Albigensian, ide Perang Salib mengalami kemerosotan nilai yang diakibatkan oleh pembenaran lembaga Kepausan terhadap agresi politik dan wilayah yang terjadi di Katolik Eropa.
Orde Ksatria Salib mempertahankan wilayah adalah orde Ksatria Hospitaller. Sesudah kejatuhan Akka yang terakhir, orde ini menguasai Pulau Rhodes dan pada abad ke-16 dibuang ke Malta. Tentara-tentara Salib yang terakhir ini akhirnya dibubarkan oleh Napoleon Bonaparte pada tahun 1798.
Pihak Islam pada akhirnya dapat memenangkan Perang Salib yang sangat melelahkan, berlangsung tahun 1096-1291 M. Walaupun menang, umat Islam sebenarnya mengalami kerugian yang luar biasa karena peperangan itu terjadi di kawasan dunia Islam (Turki, Palestina dan Mesir). Sebaliknya bagi pihak Kristen, mereka menderita kekalahan dalam Perang Salib, namun mendapatkan hikmah yang tidak ternilai harganya karena mereka dapat berkenalan dengan kebudayaan dan peradaban Islam yang sudah maju. Kebudayaan dan peradaban yang mereka peroleh dari Timur-Islam menyebabkan lahirnya Renaissans (kembali bangkitnya peradaban di Eropa) di Barat. Kebudayaan yang mereka bawa ke Barat terutama dalam bidang militer, seni, penidustrian, perdagangan, pertanian, astronomi, kesehatan dan kepribadian.
Perang Salib memiliki efek yang buruk tetapi terlokalisir pada dunia Islam. Dimana persamaan antara "Bangsa Frank" dengan "Tentara Salib" meninggalkan bekas yang amat dalam. Muslim secara tradisional mengelu-elukan Saladin, seorang ksatria Kurdi, sebagai pahlawan Perang Salib. Pada abad ke-21, sebagian dunia Arab, seperti gerakan kemerdekaan Arab dan gerakan Pan-Islamisme masih terus menyebut keterlibatan dunia Barat di Timur Tengah sebagai "perang salib". Perang Salib dianggap oleh dunia Islam sebagai pembantaian yang kejam dan keji oleh kaum Kristen Eropa.
Konsekuensi yang secara jangka panjang menghancurkan tentang perang salib, menurut ahli sejarah Peter Mansfield, adalah pembentukan mental dunia Islam yang cenderung menarik diri. Menurut Peter Mansfield, "Diserang dari berbagai arah, dunia Islam berpaling ke dirinya sendiri. Ia menjadi sangat sensitive dan defensive……sikap yang tumbuh menjadi semakin buruk seiring dengan perkembangan dunia, suatu proses dimana dunia Islam merasa dikucilkan, terus berlanjut."
Dalam bidang militer, dunia Barat menemukan persenjataan dan teknin berperang yang belum pernah mereka temui sebelumnya di negerinya, seperti penggunaan bahan-bahan peledak untuk melontarkan peluru, pertarungan senjata dengan menunggang kuda, teknik melatih burung merpati untuk kepentingan informasi militer dan penggunaan alat-alat rebana dan gendang untuk memberi semangat kepada pasukan militer di medang perang.
Dalam bidang perindustrian, mereka banyak menemukan kain tenun sekaligus peralatan tenun di dunia Timur. Untuk itu mereka mengimpor berbagai jenis kain seperti mosselin, satin dan damast dari Timur ke Barat. Mereka juga menemukan berbagai jenis parfum, kemenyan dan getah Arab yang dapat mengharumkan ruangan.
Dalam bidang pertanian, mereka menemukan system pertanian yang sama sekali baru di dunia Barat dari dunia Timur-Islam seperti model irigasi yang praktis dan jenis tumbuh-tumbuhan dan buah-buahan yang beraneka macam. Di samping itu, mereka menemukan gula yang dianggap cukup penting.
Dalam bidang perdagangan, Kebutuhan untuk memuat, mengirimkan dan menyediakan balatentara yang besar menumbuhkan perdagangan di seluruh Eropa. Jalan-jalan yang sebagian besar tidak pernah digunakan sejak masa pendudukan Romawi, terlihat mengalami peningkatan disebabkan oleh para pedagang yang berniat mengembangkan usahanya. Ini bukan saja karena Perang Salib mempersiapkan Eropa untuk bepergian akan tetapi lebih karena banyak orang ingin bepergian setelah diperkenalkan dengan produk-produk dari timur. Hal ini juga membantu pada masa-masa awal Renaissance di Itali, karena banyak negara-kota di Itali yang sejak awal memiliki hubungan perdagangan yang penting dan menguntungkan dengan negara-negara Salib, baik di Tanah Suci maupun kemudian di daerah-daerah bekas Byzantium.
Pertumbuhan perdagangan membawa banyak barang ke Eropa yang sebelumnya tidak mereka kenal atau amat jarang ditemukan dan sangat mahal. Barang-barang ini termasuk berbagai macam rempah-rempah, gading, batu-batu mulia, teknik pembuatan barang kaca yang maju, bentuk awal dari mesiu, jeruk, apel, hasil-hasil tanaman Asia lainnya dan banyak lagi.
Sebagai akibat hubungan perniagaan dengan Timur menyebabkan mereka menggunakan mata uang sebagai alat tukar barang, sebelumnya mereka menggunakan system barter. Kontak perdagangan antara Timur dan Barat semakin pesat, dimana Mesir dan Syria sangat besar artinya sebagai lintas perdagangan. Kekayaan kerajaan dan rakyat kian melimpah hingga membuka jalan perdagangan sampai ke Tanjung Harapan dan lama kelamaan perdagangan dan kemajuan Timur berpindah ke Barat (Eropa).
Ilmu astronomi yang dikembangkan Islam sejak abad ke-9 telah mempengaruhi lahirnya berbagai observatorium di dunia Barat. Mereka juga meniru rumah sakit dan tempat pemandian. Berita perjalanan Marcopolo dalam mencari benua Amerika di abad ke-13 sebagai langkah awal perjalanan Colombus ke Amerika tahun 1492 M. sikap dan kepribadian umat Islam di Timur telah memberikan pengaruh positif terhadap nilai-nilai kemanusiaan di Eropa yang sebelumnya tidak mendapatkan perhatian.
Orang Armenia merupakan pendukung setia Tentara Salib. Di Pegunungan Kaukasus di Georgia, di dataran tinggiKhevsureti yang terpencil, ada sebuah suku yang disebut Khevsurs yang dianggap merupakan keturunan langsung dari sebuah kelompok tentara salib yang terpisah dari induk pasukannya dan tetap dalam keadaan terisolasi dengan sebagian budaya perang salib yang masih utuh. Memasuki abad ke-20, peninggalan dari baju perang, persenjataan dan baju rantai masih digunakan dan terus diturunkan dalam komunitas tersebut. Ahli ethnografi Rusia, Arnold Zisserman, yang menghabiskan 25 tahun (1842 – 1862) di pegunungan Kaukasus, percaya bahwa kelompok dari dataran tinggi Georgia ini adalah keturunan dari tentara Salib yang terakhir berdasarkan dari kebiasaan, bahasa, kesenian dan bukti-bukti yang lain. Penjelajah Amerika Richard Halliburton melihat dan mencatat kebiasaan suku ini pada tahun 1935.
2.5 Tokoh-Tokoh Terkenal dalam Perang Salib
2.5.1 Tokoh Terkenal Dari Pihak Islam
1. Abu Ali Mansur Tariqul Hakim (sang penghancur Tanah Suci Jerusalem)
Abu Ali Mansur Tariqul Hakim atau Al-Hakim (985-1021 M) adalah khalifah keenam Fatimiyah dan termasuk salah satu dari 16 imam Ismaili. Ia dikatakan sebagai tokoh yang paling harus bertanggung jawab terhadap terjadinya Perang Salib. Al-Hakim menyerukan penghancuran sistematis terhadap Tanah Suci Jerusalem pada tahun 1009 M. Sebelum ayahnya meninggal, ayahnya berpesan supaya orang yang menggantikan kedudukannya adalah Al-Hakim. Setelah ayahnya dikuburkan, Al-Hakim disumpah oleh Barjawan, guru pribadinya, pada 14 Oktober tahun itu pula, sebagai Khalifah Fatimiyah ke-16 dengan julukan al-Amr Al-Hakim Billah. Setelah Al-Hakim dewasa, ia menjadi orang yang fanatik terhadap sekte Ismailiah. Ia banyak menaklukan wilayah di Asia kecil dan Afrika Utara sambil menyebarkan pengaruh Ismailiah. Al-Hakim membangun gerakan bernama Druze. Dalam gerakan itu, Al-Hakim menamakan dirinya sebagai "Manifestasi Allah" dan "Penguasa dunia yang hanya bisa dikomando oleh Allah". Pernyataan sejumlah sarjana Sunni dan Syi'ah yang mengakuinya sebagai keturunan Ali bin Abi Thalib agar ia masuk dalam jajaran 16 Imam Ismaili. Ia memerintahkan kepada pasukannya untuk menghancurkan Jerusalem yang merupakan pusat tempat ibadah umat Yahudi dan Kristen. Tindakan inilah yang membuat Konsili Kepausan Roma menyerukan perang terhadap umat Muslim, yang akhirnya menjadi perang terbesar sepanjang masa, yakni Perang Salib. Tetapi, di sisi lain, Al-Hakim merupakan salah satu Khalifah yang sangat mendukung pertumbuhan ilmu pengetahuan dengan mendirikan pusat keilmuan yang diberi nama Darul Ilmi (Rumah Pengetahuan).
Pada tahun 1004 M, Al-Hakim memutuskan bahwa orang Kristen tidak boleh lagi merayakan Paskah. Pada tahun 1005 M, Al Hakim memerintahkan kepada umat Kristen dan Yahudi untuk menggunakan pakaian turban (baju khas bangsa Arab) hitam. Selain itu, wanita nonmuslim harus memakai sepatu dengan warna yang berbeda : yang satu berwarna merah, sedangkan yang lainnya berwarna hitam. Kebijakan ini berlaku hingga tahun 1014 M. Pada tahun 1007-1012 M, sikap Al-Hakim berubah 180o. Ia lebih memberikan banyak toleransi kepada umat muslim dari golongan Sunni dan Syi'ah, sedangkan umat nonmuslim dimusuhi. Puncaknya, pada 18 oktober 1009 M, Al-Hakim memerintahkan penghancuran terhadap Makam Suci dan bangunan terkait di Jerusalem. Banyak umat Kristen dan Yahudi yang dipaksa memeluk agama Islam. Kemudian, pada tahun 1042 M, Kaisar Byzantium Konstantinus IX melakukan Rekonstruksi Makam Suci atas izin penerus Al-Hakim.
Petrus Hermit, mengadu kepada Paus Urbanus II bahwa jemaatnya ketika hendak berziarah ke Jerusalem dicegat, dan banyak dari jemaatnya yang dibantai dengan sadis. Urbanus langsung membentuk Dewan, dari sanalah terjadi Perang Salib yang memakan jutaan lebih nyawa dari kedua belah pihak itu, baik pihak Kristen maupun Islam. Pada tahun 1012-1021 M, Al-Hakim mengizinkan umat Kristen dan Yahudi yang masuk Islam kembali kepada agamanya dan membangun rumah ibadahnya. Ironisnya, gerakan Ad-Darazi yang dibentuknya dinyatakannya sebagai agama baru, dan Al-Hakim menganggap diri sebagai Nabinya yang menerima wahyu Ilahi. Akhirnya Al-Hakim banyak dituduh Murtad darahnya dan dinyatakan halal. Pada 13 Februari 1021 M, saat usianya 36 tahun, Al-Hakim dikabarkan ke Bukit Al-Muqattam, diluar Kairo dan ia pun tidak pernah kembali. Hingga pada suatu hari, keledai dan baju yang dipakai oleh Al-Hakim ditemukan berlumuran darah. Mayatnya pun hilang. Hingga kini, tidak diketahui letak makamnya, saat itu pula, kedudukan Al-Hakim sebagai Khalifah Dinasti Fatimiyah digantikan ileh putranya yang bernama Ali Az-Zahir.
2. Kilij Arsalan (Penghadang Gempuran Tentara Salib Periode Awal)
Kilij Arsalan adalah Sultan Seljuk di wilayah Rum sejak tahun 1092 M sampai kematiannya pada tahun 1107 M. Ia memerintah Rum saat terjadinya Perang Salib I sehingga wilayah kekuasaannya menjadi salah satu sasaran dari berbagai serangan kaum Salib Frank. Pada tahun 1101 M, Kilij Arsalan mendirikan kembali Kesultanan Rum setelah kematian Malik Syah I dari Kekhalifahan Seljuk di Turki. Kilij Arsalan berusaha meneruskan perjuangan ayahnya untuk mengusir dan membasmi tentara Salib yang semakin beringas. Selanjutnya, Kilij Arsalan mengambil alih ibu kota Nicea sembari menggantikan Ghazni Al-Amin, Gubernur Nicea yang ditunjuk oleh Sultan Malik Syah pada tahun 1093 M. Suku-suku mulai berpencar-pencar, seperti suku Danishmends, Mangujukids, Saltuqids, Chaka, Tengribirmish, Artuqids dan Akhlat-Syah. Kilij Arsalan, meskipun pernah menjadi tawanan politik Sultan Malik Syah, merasa miris pula. Ia tidak tega bila akhirnya Seljuk Turki dihancurkan oleh Byzantium, musuh bebuyutan terdekatnya. Kilij Arsalan menikahi putri pimpinan suku Chaka sebagai sebuah upaya bersekutu dengannya untuk melawan Byzantium. Pada tahun 1094 M, Kilij Arsalan menerima surat dari Alexius yang menerangkan bahwa Chaka akan berpindah haluan politik dan bergabung dengan Byzantium. Kilij Arsalan mengundang ayah mertuanya disebuah pesta dan jamuan makan ditenda militernya. Lalu, Kilij Arsalan membunuh ayah mertuanya tersebut saat ia mabuk.
Tentara Salib dipimpin oleh Uskup Prancis yang bernama Petrus Hermit dan Walter, yang tiba di Nicea pada tahun 1096 M. Tentara Salib berjumlah sekitar 400.000 membunuh rakyat-rakyat sipil. Kilij Arsalan marah besar. Sehingga, hampir seluruh tentara salib terbunuh, sekitar 30.000 tentara salib dijadikan budak, dan ada pula yang dijual. Pada Mei 1097 M, saat peperangannya dengan tentara Ghazi Malik di Danishmends, Kilij Arsalan mendapatkan kabar bahwa tentara salib mengepung Nicea. Kilij Arsalan dikepung oleh tentara salib dan dikalahkan. Akhirnya Nicea diserahkan oleh Kilij Arsalan ke Byzantium. Pada pertengahan tahun 1097 M, Konstantinopel memaksa Byzantium untuk memberikan Nicea kembali ke Seljuk tanpa tebusan. Pada 29 Juni 1097 M, gabungan tentara Danishmend dan Rum mengepung tentara salib di dekat Dorylaeum. Pemanah Kilj Arsalan tidak mampu menembus garis pertahanan tentara salib. Pada 1 juli, Kilij Arsalan menginstruksikan kepada tentaranya untuk menghancurkan lahan pertanian dan pasokan air disepanjang rute kota Dorylaeum. Hal ini dilakukan dalam rangka melumpuhkan pasokan Logistik tentara salib. Sehingga, karenanya ia dapat memukul mundur tentara salib. Kilij Arsalan menyerang tentara salib.
Pada tahun 1101 M, Kilij Arsalan berhasil mengalahkan tentara salib yang lain di Heraclea Cybistra, yang hendak membantu peperangan tentara salib di Syria. Hal ini merupakan kemenangan terpenting bagi Turki. Setelah kemenangan tersebut, Kilij Arsalan memindahkan ibu kota Turki ke Konya. Di sana pula, Kilij Arsalan mengalahkan kekuatan tentara salib yang dipimpin oleh William II of Nevers yang berusaha menyerangnya. Pada tahun 1104 M, Kilij Arsalan berperang kembali dengan Danishmends, serta menuntut tebusan kepada Bohemond. Setelah periode Perang Salib I, Kilij Arsalan menaklukkan Harran dan Diyarbakr yang memang merupakan daerah bidikannya. Pada tahun 1107 M, Kilij Arsalan juga menaklukkan Mosul. Pada pertempuran di dekat sungai Khabur. Kilij Arsalan ditawan kemudian ia dibunuh oleh tentara Mehmed I.
3. Imaduddin Zanky (Penakluk Negara Salib)
Imaduddin Zanky (yang di Barat terkenal dengan nama Zengi) adalah panglima perang muslim yang mengagumkan, yang upayanya diarahkan untuk memerangi kaum Frank, Ekspansionis awal yang menamakan diri sebagai tentara salib. Imaduddin Zanky berhasil menaklukkan negara pertama dari negara-negara tentara salib bagi Islam, ketika ia merebut Edessa (Raha) pada tahun 1144 M, yang merupakan negara pertama kaum salib. Pada prasasti di Aleppo yang bertuliskan Muharram 537 H/Agustus 1142 M, Imaduddin Zanky dijuluki sebagai penakluk orang-orang kafir dan orang-orang musyrik, pemimpin pra pejuang jihad, penolong para pasukan, dan pelindung wilayah-eilayah muslim. Imaduddin Zanky adalah putra Kasim Ad-Daulah Aqsankar, ketika Kasim meninggal secara mengenaskan di tangan Tutuch, saudara Malik Syah, karena iri atas kesuksesannya meredam kekacauan politik di Halab pada tahun 1092 M, akhirnya posisinya digantikan oleh Imaduddin Zanky. Kemudian ia terkenal setelah menaklukkan Al-Mustarsyid (Khalifah Abbasiyah) pada tahun 1126 M. Imaduddin Zanky menduduki beberapa posisi strategis. Pertama, menjadi syahnakiyyah (wakil sultan) di Damaskus, yang bertugas mengawasi gerak-gerik kekhalifahan Abbasiyah yang telah bertekuk lutut. Kedua, menjadi attabek (kesultanan wilayah) pada tahun 1127 M di Mousul. Ketiga, mewakili Sultan Mahmud meredam pemberontakan di Halab Bani Artaq dan Bani Saljuk setelah Izzuddin Mas'ud al-Bursuqi wafat. Keempat, mematahkan serbuan gabungan tentara salib dari Raha, Suruj, dan Piraios yang ingin menguasai wilayah Carrhae.
Josselin (Raja Raha) dan Bohemond II (Raja Anthiokia) yang sudah lama berniat menaklukkan dan menguasai Halab membatalkan niat dan rencana mereka. Hal tersebut membuat Imaduddin Zanky semakin laluasa menjalankan beberapa rencananya. Pertama, menikahi Hanun, putri Ridwan bin Tutuch, mantan Raja Halab, untuk menguatkan posisinya di wilayah Syria Utara. Kedua, mempengaruhi dan mengajak bergabung Halab, serta tiga orang pimpinan kaum muslimin yang menguasai berbagai wilayah strategis untuk bersatu padu dalam menghadapi tentara salib, yakni Buri bin Tughtukin yang menguasai wilayah Damaskus, Hamah dan Hauran, Shamshamuddin Khair Khan bin Qoraja yang menguasai wilayah Homs dan Sultan bin Munqidz, penguasa wilayah Syizar. Sekitar 20.000 prajurit yang berasal dari berbagai pasukan kerajaan Islam berkumpul di Diyar Bakar, kemudian berunding untuk mengadakan penyerbuan terhadap Imaduddin Zanky. Untungnya, kekuatan pasukan Imaduddin Zanky lebih kuat sehingga semua penentangnya dapat ia tumpas, dan akhirnya ia dapat mengkukuhkan diri sebagai penguasa sekaligus pemersatu kaum muslimin di wilayah Asia Kecil dan kawasan Syria Utara. Sepeninggalnya Sultan Mahmud, tahta Saljuk jatuh ketangan Bakar Daud, putra Sultan Mahmud. Sedangkan Imaduddin Zanky tampaknya tidak suka terhadap Bakar Daud sehingga akhirnya ia berkoloni dengan berbagai kekuatan intern Saljuk lainnya untuk menggempur Saljuk Syah.
Imaduddin Zanky berusaha menyerang dua Eksponen kerajaan Islam, namun ia gagal lagi, sehingga ia harus melarikan diri ke Mosur. Pada saat itu pula, Bakar Daud menyerang balik Imaduddin Zanky dan berhasil menguasai daerah kekuasaan Imaduddin Zanky di wilayah Irak dan Syria. Ketika peta kekuasaan Imaduddin Zanky melemah, tentara salib menguasai Halab, ini terjadi pada tahun 1132 M. Imaduddin Zanky tidak surut semangat. Ia berusaha bangkit kembali. Harapannya untuk menyatukan kekuatan kaum muslimin dalam menghadapi tentara salib muncul kembali ketika Imaduddin Zanky bersama dengan Sultan Mas'ud berhasil menaklukkan dan menguasai tahta kekhalifahan Abbasiyah al-Murtarsyid Billah di Baghdad. Selanjutnya, Imaduddin Zanky kembali membuat berbagai gebrakan terhadap tentara salib, yang membuatnya bisa menguasai wilayah Ats-Tsarib, Zardana, Tal Aghda, Ma'aratun Nukman, dan Kfr Thab. Bahkan, wilayah Syizar, Homs dan Qansarin yang dulu merupakan pusat pergerakan tentara salib pun mampu dikuasai oleh Imaduddin Zanky.
Pada tahun 137 M ia harus berhadapan dengan gabungan tentara tempur salib di Benteng Barin. Sekitar 2.000 tentara salib, termasuk pimpinan pasukannya, Bohemond II, berhasil ditawan oleh kaum muslimin. Imaduddin Zanky akhirnya dapat mempersatukan Eksponen kekuatan di sepanjang Daratan Mosul, Halab, Baghdad dan Asia Kecil. Kemudian, Volk, Kaisar Jerusalem dan pelindung utama tentara salib, melancarkan siasat buruknya dengan mengadakan pendekatan ke berbagai pihak kaum muslimin, yakni Damaskus dan Bani Fatimiyah. Ketika Volk dan tentara salib melemah karena ditinggalkan oleh pihak Byzantium, Imaduddin Zanky dan pasukannya bersiap-siap merebut kembali wilayah kekuasaan Islam yang telah diduduki oleh tentara salib, termasuk Raha. Pada 28 November 1144, Raha ditaklukkan oleh kaum muslimin, sedangkan tahtanya diserahkan kepada Imaduddin Zanky. Penduduk Raha yang rata-rata Nasrani awalnya tidak mau dipimpin oleh Imaduddin Zanky. Tetapi, Imaduddin Zanky menanggapinya dengan cara diplomasi sekaligus pendekatan yang halus dan manusiawi, serta menjanjikan akan memimpin Raha secara adil dan bijaksana. Imaduddin Zanky menunjukkan bukti toleransi yang tinggi dengan membiarkan atau tidak mengusik berbagai kegiatan keagamaan mereka di gereja. Akhirnya, alih-alih tidak suka, rakyat Raha bertambah hormat dan simpati terhadap pemerintahannya. Imaduddin Zanky menaklukkan satu demi satu wilayah kekuasaan Islam yang diduduki oleh tentara salib, seperti Suruj yang direbutnya pada januari 1145. Tetapi kekuasaan ini tidak bertahan lama. Tentara salib segera berusaha merebut dan menguasai kembali wilayah-wilayah yang telah ditaklukkan oleh Imaduddin Zanky. Mereka melakukan jalur diplomatis dan politis dengan Damaskus dan Bani Artaq. Imaduddin Zanky menuju Ja'bar untuk menaklukkan dan merebut benteng pertahanan tentara salib yang terletak di Eufrat. Namun, ternyata garis hidupnya menentukan hasil yang lain. Sebab, pada pertengahan Rabi'ul Awal 541 H/September 1146 M, Imaduddin Zanky menemukan ajalnya di ujung pedang seorang tentara salib yang kabarnya sebagai mantan budak bernama Byrnaqas.
4. Nuruddin Mahmud (Propagandis Semangat Perang Umat Muslim)
Nuruddin Mahmud adalah putra kedua Imaduddin Zanky. Ia sebagai pangl ima Islam ketika pecah Perang Salib II pada tahun 1148 M, serta pengambil alih Raha (Edessa) dan Aleppo dari pihak tentara salib. Tahun 1149 M, berhasil memukul mundur kaum Frank. Atas pencapaiannya tersebut, Nuruddin Mahmud disebut sebagai tokoh pemimpin kaum muslimin terbesar kedua setelah Shalahuddin al-Ayyubi dalam sejarah Perang Salib. Selama kepemimpinannya, Nuruddin Mahmud menuai banyak kesuksesan dalam menaklukkan tentara salib, yang dianggap sebagai fase kebangkitan kaum muslimin kedua setelah periode kepemimpinan Imaduddin Zanky. Nuruddin Mahmud secara perlahan dapat menyatukan Mesir dan Syria, serta menaklukkan kaum salib Frank yang dikomandoi oleh Kaisar Jerman (Conrad III), Raja Prancis (Lois VII) dari Anthiokia, dan Roha (Edessa). Seusai Dinasti Fatimiyah di Mesir dikuasainya, Nuruddin Mahmud meletakkan fondasi penyatuan kaum muslimin dan menegaskan kembali Legitimasi satu-satunya Khalifah Abbasiyah yang bemadzhab Sunni. Perang Salib II di nilai sebagai titik balik bangkitnya kaum muslimin dari kekalahan. Semangat jihad pertama kali didengungkan pada masa-masa ini. Itu semua berkat peran besar Nuruddin Mahmud. Dalam ambisinya menyatukan kaum muslimin, Nuruddin Mahmud terpaksa melakukannya dengan cara memerangi dan menguasai kekuatan-kekuatan penting kaum Islam Sunni di Syria dan Syi'ah Ismailiyah sekaligus fraksi-fraksi lain di Mesir untuk menyadarkan mereka bahwa musuh utama kaum muslimin adalah kaum salib Frank.
Kaum muslimin berhasil memukul mundur tentara Frank dengan koloni abadi salib, yakni Byzantium, dari Aleppo dan Raha. Akhirnya, setelah bertahun-tahun Aleppo dan Raha dikuasai oleh tentara salib, semuanya itu jatuh kembali ketangan kaum muslimin. Pada akhir oktober 1147 M, Josselin dan Baudouin (dua panglima salib) berhasil menduduki sejumlah pos penting di Raha, sehingga tinggal satu benteng terakhir yang masih harus ditaklukkannya supaya sempurna Raha dikuasai oleh tentara salib, yakni benteng wilayah kuasa Nuruddin Mahmud. Meskipun dengan kekuatan yang tak sebanding dengan besarnya kekuatan tentara salib, Nuruddin Mahmud berusaha mempertahankannya agar tidak jatuh ketangan lawan. Hal yang menarik dari Nuruddin Mahmud adalah ia sebagai pemimpin perang yang bijaksana. Meskipun memusuhi tentara salib, ia tetap berusaha semaksimal mungkin mengambil jalur perjanjian damai dengan mereka. Misalnya, dengan Byzantium pada tahun 1159 M dan kaum Frank yang menguasai Jerusalem pada tahun 1161 M. Tentara Nuruddin Mahmud tidak hanya terdiri atas tentara istana dan seluruh Eksponen rakyat Damaskus, Syria, dan Mesir, tetapi juga para ulama Fiqh, Sufi, Imam, penghafal al-Qur'an, Khatib, dan Hakim. Titik balik kehidupan Nuruddin Mahmud terjadi ketika ia ditimpa penyakit serius pada oktober 1159 M sekaligus kekalahannya melawan kaum Frank pada tahun 1163 M dalam pertempuran di Al-Buqay'ah. Penyakit dan kekalahan ini menimbulkan pengaruh yang mendalam terhadap kehidupan pribadi dan kebijakan Nuruddin Mahmud. Pada masa kepemimpinan Nuruddin Mahmud, kemajuan di bidang keilmuan, Ritualitas Islam, dan kegiatan-kegiatan kemasyarakatan lainnya berkembang pesat di Syria, Damaskus serta Mesir. Semuanya itu dibuktikan dengan banyaknya monument, benteng, menara, madrasah, masjid, biara sufi, rumah sakit, rumah penampungan anak yatim, gedung-gedung dan inskripsi-inskripsi penting atas nama Nuruddin Mahmud di daerah-daerah tersebut.
5. Asaduddin Shirkuh (Panglima Perang Muslim Terbesar)
Asaduddin Shirkuh adalah seorang jenderal yang gagah berani. Ia merupakan Komandan Angkatan Perang Syria yang telah memukul mundur tentara salib, baik di Syria maupun Mesir. Sekitar tahun 1130 M ketika Shaddadid digulingkan, Sa'di memindahkan keluarganya ke Baghdad, kemudian Tikrit, yang disana ia diangkat sebagai Gubernur Tikrit. Ayyub menggantikan ayahnya sebagai Gubernur Tikrit ketika Sa'di meninggal dunia. Asaduddin Shirkuh menjabat sebagai panglima perang. Pada suatu kali, ia bersitegang dengan seorang Kristen secara sangat a lot sehingga ia membunuhnya. Lalu, karena dianggap sebagai pengacau perdamaian dengan kaum salib, ia dan saudara-sudaranya (termasuk Ayyub) diasingkan. Itu terjadi pada tahun 1138 M. Konon, keponakan Asaduddin Shirkuh yang bernama Yusuf (kemudian dikenal sebagai Shalahuddin) lahir pada waktu malam ketika mereka sedang dalam perjalanan. Asaduddin Shirkuh, keluarga, dan saudara-saudaranya meminta suaka ke Dinasti Zengi (Zanky) di Mosul. Zanky menerima mereka dengan baik dan penuh suka cita. Setelah beberapa lama diketahui bahwa Asaduddin Shirkuh memiliki kecakapan militer yang bagus, kemudian Nuruddin Mahmud, putra Zanky, menariknya sebagai tentara anggota. Asaduddin Shirkuh dipercayai memerintah kota Homs sebagai Negara bahan Mosul. Sementara itu, Ayyub diserahi tanggung jawab sebagai Gubernur Baalbek dan Damaskus atas Rekomendasi Nuruddin Mahmud pada tahun 1154 M. Asaduddin Shirkuh dan pasukannya berhasil membekuk pasukan Shawar-Amalric I, serta menyerang daerah-daerah kekuasaan tentara salib di Timur Dekat. Bahkan, ia hampir memenangkan dan menguasai Kerajaan Antiokhia (salah satu Kerajaan Salib terbesar).
Peperangan ini berakhir dengan perjanjian damai pada Agustus 1167 M, yang isinya sebagai berikut :
1. Pertukatan tawanan perang
2. Asaduddin Shirkuh dan Shalahuddin al –Ayyubi harus kembali ke Syria
3. Amauric I harus kembali ke Jerusalem
4. Kota Alexandria diserahkan kembali kepda Shawar
Pada tahun 1167 M, tentara salib yang dipimpin oleh Amauric I melanggar perjanjian damai tersebut, yaitu ia menyerang Mesir dan bermaksud menguasainya. Amalric I bersekutu dengan kekaisaran Byzantium. Mengetahui hal itu, Shawar beralih aliansi, yaitu memusuhi Amalric I dan bergabung dengan Asaduddin Shirkuh yang memang mengetahui gelagat ini lebih awal akhirnya menerima Shawar dengan senang hati. Asaduddin Shirkuh adalah sebuah nam dari Kurdi-Persia yang secara harfiyah berarti "Singa (dari) gunung". Sedangkan gelar kehormatan, yaitu Asad Ad-Din bermakna "Singa Iman". Orang-orang salib (dan barat pada umumnya) memanggilnya Siraconus.
6. Hasan Al-Sabbah (sang Pembunuh Bayaran)
Hasan Al-Sabbah (1050-1124) ialah seorang ulama Persia, dai Islam, dan seorang pengikut Fanatik Madzhab Ismailiyah Nizari. Ia memiliki banyak pengikut, dan basis kekuatannya terletak di pegunungan Alborz, Iran Utara. Tempat itu bernama Alamut, ia adalah pendiri dan tokoh sentral kelompok Hassasin atau Assasin , sebuah kelompok yang menurut Barat sebagai kelompok teroris pertama di dunia. Hassasin adalah cabang dari Islam Syi'ah Ismailiyah, yang daerah kekuasaannya mencakup Irak, Iran, Syria dan Lebanon. Mereka mengirim orang-orangnya untuk membunuh pemimpin penting Sunni yang dianggapnya kaum kafir perebut tahta. Hassasin banyak membunuh pemimpin utama tentara salib dalam periode Perang Salib III, serta para raja di Kerajaan Salib di Asia Kecil. Hassasin berarti pengikut Hassan Al-Sabbah. Pada usia 17 tahun, Hasan Al-Sabbah bersumpah setia kepada Al-Muntansir. Sebagai Da'i, ia amat terkenal dan banyak orang mengaguminya. Saat itu, banyak umat Kristen yang masuk Islam dan banyak pula orang Sunni yang menjadi Syi'ah. Karena menjadi Nomaden atas buruan para musuhnya, ia dan para pengikutnya pun menyerang Alamut pada tahun 1088 M untuk dijadikan sebagai basis kekuatannya. Kaum Hassasin menjadi semakin kuat. Rencana pembunuhan terhadap ulama, imam, dan khalifah Sunni pun dilancarkan. Tidak hanya itu, mereka juga merencanakan pembunuhan terhadap para pembesar tentara salib sekaligus Raja Salib di wilayah Asia Kecil yang telah dikuasainya.
Adapun para pemimpin dari pihak Islam yang telah dibunuh dan dibantai adalah :
1. Nizam al-Mulk pada tahun 1092 M. ia adalah wazir Dinasti Abbasiyah yang paling terkenal
2. AL-AFDHAL Shahanshah pada tahun 1122 M. Ia ialah wazir Dinasti Fatimiyah yang telah memenjarakan pembunuhan terhadap Nizar
3. Ibnu al-Khashshab, pada tahun 1125 M. Ia adalah Sultan Aleppo
4. Al-Bursuqi pada tahun 1126 M. Ia ialah Sultan Mosul.
Para pemimpin tentara salib dan raja di Negara-negara salib Asia Kecil yang telah dibunuh sebagai berikut :
1. Conrad de Montferrat pada tahun 1192 M. Ia adalah Raja Jerusalem pada periode perang salib III
2. Raymond II pada tahun 1152 M. Ia adalah Raja Tripoli dan termasuk salah satu panglima perang salib yang terkenal
3. Pangeran Edward I of England pada tahun 1271 M. Ia adalah Raja Inggris sekaligus Raja Jerusalem.
Kaum Hussasin menjadi lemah. Akhirnya, tahun demi tahun, Hassasin menghilang ditelan sejarah. Sementara itu, jauh sebelum penaklukkan Alamut oleh Hulagu, yakni pada tahun 1124 M, Hasan al-Sabbah meninggal dunia di Alamut.
7. Shalahuddin al-Ayyubi (Tokoh Terbesar Kesatria Muslim Sepanjang Sejarah Perang Salib)
Salahudin Al Ayubi atau sering juga di sebut sebagai "Saladin" di dunia barat, merupakan panglima perang Muslim yang dikagumi kepiawaian berperang serta keshalihannya baik kepada kawan dan lawan-lawannya. Keberanian dan kepahlawanannya tercatat sejarah di kancah perang salib. Juli 1192 sepasukan muslim dalam perang salib menyerang tenda-tenda pasukan salib diluar benteng kota Jaffa, termasuk didalamnya ada tenda Raja Inggris, Richard I. Raja Richard pun menyongsong serangan pasukan muslim dengan berjalan kaki bersama para prajuritnya. Perbandingan pasukan muslim dengan Kristen adalah 4:1. Salahudin Al Ayubi yang melihat Richard dalam kondisi seperti itu berkata kepada saudaranya : " Bagaimana mungkin seorang raja berjalan kaki bersama prajuritnya? Pergilah ambil kuda Arab ini dan berikan kepadanya, seorang laki-laki sehebat dia tidak seharusnya berada di tempat ini dengan berjalan kaki ". Fragmen diatas dicatat sebagai salah satu karakter yang pemurah dari Salahudin, bahkan kepada musuhnya sekalipun. Walalupun sedang diatas angin tetap berlaku adil dan menghormati lawan-lawannya.
Salahudin lahir disebuah kastil di Takreet tepi sungai Tigris (daerah Irak) tahun 1137 Masehi atau 532 Hijriyah. Bernama asli Salah al-Din Yusuf bin Ayub. Ayahnya Najm ad-Din masih keturunan suku Kurdi dan menjadi pengelola kastil itu. Setelah kelahiran Salahudin keluarga Najm-ad-Din bertolak ke Mosul, akibat ada konflik didalam kastil. Di Mosul , keluarga Najm bertemu dan membantu Zangi, seorang penguasa arab yang mencoba menyatukan daerah-daerah muslim yang terpecah menjadi beberapa kerajaan seperti Suriah, Antiokhia, Aleppo, Tripoli, Horns, Yarussalem, Damaskus.
Zangi berhasil menguasai Suriah selanjutnya Zangi bersiap untuk menghadapi serbuan tentara Salib dari Eropa yang telah mulai memasuki Palestina. Zangi bersama saudaranya; Nuruddin menjadi mentor bagi Salahudin kecil yang mulai tumbuh berkembang dalam lingkungan keluarga ksatria. Dari kecil sudah mulai terlihat karakter kuat Salahudin yang rendah hati, santu serta penuh belas kasih. Zangi meninggal digantikan Nuruddin. Paman Salahudin, Shirkuh kemudian ditunjuk untuk menaklukan Mesir yang saat itu sedang dikuasai dinasti Fatimiyah. Setelah penyerangan kelima kali, tahun 1189 Mesir dapat dikuasai. Shirkuh kemudian meninggal. Selanjutnya Salahudin diangkat oleh Nuruddin menjadi pengganti Shirkuh.
Salahudin yang masih muda dan dinggap "hijau" ternyata mampu melakukan mobilisasi dan reorganisasi pasukan dan perekonomian di Mesir, terutama untuk menghadapi kemungkinan serbuan balatentara Salib. Berkali-kali serangan pasukan Salib ke Mesir dapat Salahudin patahkan. Akan tetapi keberhasilan Salahudin dalam memimpin mesir mengakibatkan Nuruddin merasa khawatir tersaingi. Akibatnya hubungan mereka memburuk. Tahun 1175 Nuruddin mengirimkan pasukan untuk menaklukan Mesir. Tetapi Nuruddin meninggal saat armadanya sedang dalam perjalanan. Akhirnya penyerangan dibatalkan. Tampuk kekuasaan diserahkan kepada putranya yang masih sangat muda. Salahudin berangkat ke Damaskus untuk mengucapkan bela sungkawa. Kedatangannya banyak disambut dan dielu-elukan. Salahudin yang santun berniat untuk menyerahkan kekuasaan kepada raja yang baru dan masih belia ini. Pada tahun itu juga raja muda ini sakit dan meninggal. Posisinya digantikan oleh Salahudin yang diangkat menjadi pemimpin kekhalifahan Suriah dan Mesir.
Saat Salahudin berkuasa, perang salib sedang berjalan dalam fase kedua dengan dikuasainya Yerussalem oleh pasukan Salib. Namun pasukan Salib tidak mampu menaklukan Damaskus dan Kairo. Saat itu terjadi gencatan senjata antara Salahudin dengan Raja Yerussalem dari pasukan Salib, Guy de Lusignan.
Perang Salib yang disebut-sebut sebagai fase ketiga dipicu oleh penyerangan pasukan Salib terhadap rombongan peziarah muslim dari Damaskus. Penyerangan ini dipimpin oleh Reginald de Chattilon penguasa kastil di Kerak yang merupakan bagian dari Kerajaan Yerussalem. Seluruh rombongan kafilah ini dibantai termasuk saudara perempuan Salahudin. Insiden ini menghancurkan kesepakatan gencatan senjata antara Damaskus dan Yerussalem. Maret 1187 setelah bulan suci Ramadhan, Salahudin menyerukan Jihad Qittal. Pasukan muslimin bergerak menaklukan benteng-benteng pasukan Salib. Puncak kegemilangan Salahudin terjadi di Perang Hattin.
Perang Hattin terjadi di bulan Juli yang kering. Pasukan muslim dengan jumlah 25000 orang mengepung tentara salib di daerah Hattin yang menyerupai tanduk. Pasukan muslim terdiri atas 12000 orang pasukan berkuda (kavaleri) sisanya adalah pasukan jalan kaki (infanteri). Kavaleri pasukan muslim menunggangi kuda yaman yang gesit dengan pakaian dari katun ringan (kazaghand) untuk meminimalisir panas terik di padang pasir. Mereka terorganisir dengan baik, berkomunikasi dengan bahasa arab. Pasukan dibagi menjadi beberapa skuadron kecil dengan menggunakan taktik hit and run.
Pasukan salib terdiri atas tiga bagian. Bagian depan pasukan adalah pasukan Hospitaler, bagian tengah adalah batalyon kerajaan yang dipimpin Guy de Lusignan yang juga membawa Salib besar sebagai lambang kerajaan. Bagian belakang adalah pasukan ordo Knight Templaryang dipimpin Balian dari Ibelin. Bahasa yang mereka gunakan bercampur antara bahasa Inggris, Perancis dan beberapa bahasa eropa lainnya. Seperti umumnya tentara Eropa mereka menggunakan baju zirah dari besi yang berat, yang sebetulnya tidak cocok digunakan di perang padang pasir. Salahudin memanfaatkan celah-celah ini. Malam harinya pasukan muslimin membakar rumput kering disekeliling pasukan Salib yang sudah sangat kepanasan dan kehausan. Besok paginya Salahudin membagikan anak panah tambahan pada pasukan kavalerinya untuk membabat habis kuda tunggangan musuh. Tanpa kuda dan payah kepanasan, pasukan salib menjadi jauh berkurang kekuatannya. Saat peperangan berlangsung dengan kondisi suhu yang panas hampir semua pasukan salib tewas. Raja Yerussalem Guy de Lusignan berhasil ditawan sedangkan Reginald de Chattilon yang pernah membantai khalifah kaum muslimin langsung dipancung. Kepada Raja Guy, Salahudin memperlakukan dengan baik dan dibebaskan dengan tebusan beberapa tahun kemudian.
Dari Hattin, Salahudin bergerak menuju kota-kota Acre, Beirut dan Sidon untuk dibebaskan. Selanjutnya Salahudin bergerak menuju Yerussalem. Dalam pembebasan kota-kota ataupun benteng Salahudin selalu mengutamakan jalur diplomasi dan penyerahan daripada langsung melakukan penyerbuan militer. Pasukan Salahudin mengepung Kota Yerussalem , pasukan salib di Yerussalem dipimpin oleh Balian dari Obelin. Empat hari kemudian Salahudin menerima penawaran menyerah dari Balian. Yerussalem diserahkan ketangan kaum muslimin. Salahuddin menjamin kebebasan dan keamanan kaum Kristen dan Yahudi. Fragmen ini di abadikan dalam film "Kingdom Of Heaven" besutan sutradara Ridley Scott. Tanggal 27 Rajab 583 Hijriyah atau bertepatan dengan Isra Mi'raj Rasulullah SAW, Salahudin memasuki kota Yerussalem.
Ada suatu percakapan dalam film Kingdom Of Heaven yang menarik bagi penulis, yang kurang lebih seperti ini :
Balian : "Saya serahkan kunci kota Yerussalem kepada anda, tapi anda harus dapat bisa menjamin keselamatan kami, orang-orang non-muslim"
Salahudin: "Saya akan jamin keselamatan anda"
Balian : " Apa yang dapat menjamin kami bahwa anda akan menepati janji anda ?" (Balian masih ingat saat-saat Yerussalem jatuh ke tangan pasukan Salib, banyak penduduk sipil muslim yang dibantai sampai kota Yerussalem sesak oleh mayat, dan Balian khawatir Salahudin melakukan hal yang sama )
Salahudin : " (diam sejenak..menatap tajam Balian) Saya akan menepati janji, Insya Allah, saya adalah Salahudin saya bukan seperti orang-orang anda".
Di Yerussalem, Salahudin kembali menampilkan kebijakan dan sikap yang adil sebagai pemimpin yang shalih. Mesjid Al-Aqsa dan Mesjid Umar bin Khattab dibersihkan tetapi untuk Gereja Makam Suci tetap dibuka serta umat Kristiani diberikan kebebasan untuk beribadah didalamnya. Salahudin berkata :" Muslim yang baik harus memuliakan tempat ibadah agama lain". Sangat kontras dengan yang dilakukan para pasukan Salib di awal penaklukan kota Yerussalem (awal perang salib), sejarah mencatat kota Yerussalem digenangi darah dan mayat dari penduduk muslimin yang dibantai. Sikap Salahudin yang pemaaf dan murah hati disertai ketegasan adalah contoh kebaikan bagi seluruh alam yang diperintahkan ajaran Islam.
Salahudin Al-Ayubi tidak tinggal di istana megah. Ia justru tinggal di mesjid kecil bernama Al-Khanagah di Dolorossa. Ruangan yang dimilikinya luasnya hanya bisa menampung kurang dari 6 orang.Walaupun sebagai raja besar dan pemenang perang, Salahudin sangat menjunjung tinggi kesederhanaan dan menjauhi kemewahan serta korupsi.
Salahudin berhasil mempertahankan Yerussalem dari serangan musuh besarnya Richard The Lion Heart, Raja Inggris. Richard menyerang dan mengepung Yerussalem Desember 1191 dan Juli 1192. Namun penyerangan-penyerangannya dapat digagalkan oleh Salahudin. Kepada musuhnya pun Salahudin berlaku penuh murah hati. Saat Richard sakit dan terluka, Salahudin menghentikan pertempuran serta mengirimkan hadiah serta tim pengobatan kepada Richard. Richard pun kembali ke Inggris tanpa berhasil mengalahkan Salahudin.
Sepanjang sejarah Yerussalem sebagai kota suci bagi tiga agama, sejak ditaklukan Salahudin, Yerussalem belum pernah jatuh ketangan pihak lain. Baru setelah Perang Dunia I, Yerussalem jatuh ketangan Inggris yang kemudian diserahkan ke tangan Israel.
Semasa hidupnya Salahudin lebih banyak tinggal di barak militer bersama para prajuritnya dibandingkan hidup dalam lingkungan istana. Salahudin wafat 4 Maret 1193 di Damaskus. Para pengurus jenazah sempat terkaget-kaget karena ternyata Salahudin tidak memiliki harta. Ia hanya memiliki selembar kain kafan yang selalu di bawanya dalam setiap perjalanan dan uang senilai 66 dirham nasirian (mata uang Suriah waktu itu). Sampai sekarang Salahudin Al-Ayubi tetap dikenang sebagai pahlawan besar yang penuh sikap murah hati.
8. Al-Malik al-Adil Syaifudin; Komandan Perang Ayyubiyah yang tanpa Komporomi
Al-Malik al-Adil Syaifudin (1145-1218M) atau yang sering dipanggil Al-Adil I bernama lengkap Al-Malik al-adil Syaifudin Abu Bakar bin Ayyub. Dari nama Syaifudin inilah, tentara salib memberi julukan Saphadin. Al-Adil I adalah putra Najmuddin Ayyub yang merupakan saudara bungsu dari Shalahuddin al-Ayyubi. Ia memerintah Dinasti Ayyubiyah sejak 1200 M- kematiannya 1218M.
Setelah kematian Shalahuddin al-Ayyubi, Dinasti Ayyubiyah menghadapi pemberontakan Izzudin di Mosul. Al-Adillah yang dapat mengatasi pemberontakan ini. Ia juga menentukan orang yang berhak menjadi khalifah Ayyubiyah ketika terjadi perselisihan di antar anak Shalahuddin al-Ayyubi, yaitu Al-Azizdan Al-Afdhal, dan ia memilih Al-Aziz.
Setelah kematian Al-Aziz, Al-Afdhal mencoba mengambil alih jabatan, tapi Al-Malik al-Adil Syaifudin menganggap ia tidak pantas menjadi khalifah. Akhirnya terjadi peperangan di antara paman dan keponakan itu dan dimenangkan Al-Malik al-Adil Syaifuddin, dan akhirnya ia diangkat menjadi Khalifah Ayyubiyah yang berpusat di Damaskus.
Al-Malik al-Adil Syaifuddin dilahirkan pada Juni 1145M di Damaskus. Pertama kali menjabat sebagai perwira perang ketika ia dan Shalahuddin al-Ayyubi diajak oleh pamannya, Syirkuh, untuk mrngabdi pada Nuruddin Zanky dalam perang di Mesir tahun 1168-1169M.
Saat kematian Nuruddin Mahmud tahun 1174M, Al-Malik al-adil Syaifuddin mendukung saudaranya, Shalahuddin al-Ayyubi, menjadi pemimpin Mesir, ia menjadi Sultan Syiria. Disana ia berperang tentara salib sampai 8 tahun,sejak 1175-1183M.
Tahun 1176M, tentara salib menyerang kota Kairo secara brutal. Al-Malik al-Adil marah besar dan balik menyerang mereka habis-habisan. Perang terjadi selama berhari-hari dan banyak memakan korban di kedua belak pihak dengan kemenangan di kubu Al-Malik al-Adil Syaifuddin dan berhasil menawan 3.000 tentara salib yang 3.000 tawanan ini langsung digantung di pohon.
Al-Malik al-Adil Syaifuddin menjabat sebagai Gubernur Aleppo sejak tahun 1183M-1186M. dia memegang jabatan selama 3 tahun sebab harus kembali ke Mesir untuk memepertahankannya dari serangan pembalasan tentara salib selama Perang Salib III (1186-1192M).
Al-Malik al-Adil Syaifuddin diangkat oleh Shalahuddin al-Ayyubi menjadi Gubernur Mesir Utara selama hanya 1tahun (1192-1193M) untuk menekan pemberontakan Izzudin dari Mosul.
Sepeninggal Al-Aziz dan pasca terjadi pertikaian antara paman dan ponakan ini, Al-Afdhal berencana membunuh Al-Adil sehingga terjadi pertempuran besar antara keduanya di Bilbeis 1200M dengan kemenangan di pihak Al-Adil. Setelah itu Al-Adil memproklamirkan diri sebagai Khalifah Ayyubiyah dengan daerah kekuasaan yang sangat luas melebihi wilayah Mesir dan Syiria, selama hamper 2 dekade, 1200-1218M. pada awal pemerintahannya ia mengadakan hubungan dan perdagangan dengan kerajaan tentara salib serta mengubah nama kota Ahlat menjadi Ahlatshahs tahun1207M.
Niat baiknya berhubungan dengan tentara salib banyak dikhianati. Awalnya ia sabar, tapi ada kabara bahwa Gereja Roma menyerukan Perang Salib periode V ia siap menerima tantangan.
Takdir memang tidak mengizinkannya utnuk perang lagi, setelah mempersiapkan bala tentaranya, ia jatuh sakit hingga ajal menjemput pada 1218M. kemudian perjuangan dilanjutkan anaknya, Malik al-Kamil.
9. Al-Malik al-Kamil Muhammad Dipuja sekaligus Dicaci
Al-Malik al-Kamil Nasrudin Abu al-Mali Muhammad (1180-1238M). Khalifah Dinasti Ayyubiyah generasi ketiga yang lahir sebagai keturunan suku Kurdi dengan daerah kekuasaan di Mesir.
Al-Kamil dipuja sekaligus dicaci oleh umat muslim masa itu. Ia dipuji karena berhasil mengalahkan tentara salib sebanyak dua kali dan dicaci karena menyerahkan kembali kota Jerusalem kepada tentara salib.
Usaha pertamanya sebagai khalifah adalah pada tahun 1218M, ketika ia dan pasukan berusaha "membersihkan" wilayah Mesir dari tentara salib, dan memduduki kota itu pada tahun berikutnya. Serangan tentara salib ke Mesir berhasil dipatahkan oleh pasukan Al-Kamil berkat dukungan penting dari Republik aritim Italia.
Kekusaan itu tidak berlangsung lama, sebab Al-Kamil segera dating untuk membebaskan tanah Mesir. Hal ini ditandai dengan peperangan panjang berkisar 2 tahun (129-1221M) yang dimenangkan kaum muslim.
Tahun 1912, Al-Kamil hamper kehilangan tahtanya karena konspirasi yang dilakukan oleh kaum Kristen Koptik. Setelah mempertimbangkanya dengan matang ia memilih meninggalkan Mesir ke Yaman. Akhirnya konspirasi kaum Kristen Koptik berhasil dipadamkan oleh saudaranya Al-Mu'azzam, dan Al-Kamil kembali mendapatkan tahtanya.
Sikap Al-Kamil lebih terbuka dengan tentara salib daripada pendahulunya yang menyebabkan marah para saudara, pemimpin kaum muslimin serta rakyat Mesir. Tapi watak Al-Kamil keras tidak dapat dibengkokkan oleh apapun.
Al-Kamil banyak membuat tawaran damai dan semuanya ditolak pemimpin tentara salib atas doktrin dari wakil kepausan Eropa. Berkali-kali ia menawarkan untuk mengembalikan Jerusalem ke tangan tentara salib dan membangun kembali dindingnya (yang dirobohkan kembali oleh adiknya).
Dalam pemerintahannya, Al-Kamil menandatangani beberapa perjanjian dagang dengan Negara Eropa dan membangun kemitraan erat dengan kaum Kristen. Usaha ini dilakukan untuk menjadikan fondasi ekonomi Dinasti Ayyubiyah kuat dan tidak mudah rapuh. Ia mengembanakan irigasi, pertanian, dan pendidikan di ranah Mesir. Bahkan ia beniat untuk mempelajari agama Kristin(meskipun ditentang oleh penguasa muslim), sehingga Gereja Koptik mengakuinya sebagai raja yang paling murah hati sepanjang sejarah Dinasti Ayyubiyah.
Setelah kenaikan tahtanya, St. Francis berdiskusi masalah keagamaanya dan keputusan membuatnya terkooptasi. Beberapa kali ia mengajak untuk merubah sistem kesultanan dengan sistem pemerintahan modern yang diajarkan oleh St. Francis yang ditujukan untuk memeudahkan merongrong kekuasaanIslam pastinya. Namun tidak berhasil.
Awal 1219M, rakyat mesir mengalami kelaparan saat Nil gagal banjir. Tahun 1221 M, ia menawarkan perjanjian damai yg kembali ditolak. Tentara salib menyerang Mesir lagi, tetapi sudah diantisipasi Al-Kamil sehingga kemenangan di tangan muslim dan tentara salib menyerah. Dan menerima perjanjian gencatan senjata selama 8 tahun dan berakhirlah perang salib V.
10. Al-Malik al-Zhahir Baybar; Penangkis Ancaman Salib dab Mongol
Baybar adalah Khalifah Dinasti Mamluk di Mesir generasi ke-4. Berhasil mengakhiri perang salib di Syiria serta menyatukan Mesir dan Syiria menjadi satu Negara kuat. Baybar dikenal sebagai orang yang garang di medan perang yang juga lihai berdiplomasi. Ia lahir di Crimea Kipchak Turki tahun 1260M. Menurut pengakuannya ia pernah dijual sebagai budak di Syiria dan dibeli pangeran Turki. Tapi karena ada katarak dia dijual ke seorang perwira Mamluk lalu dikirim ke Mesir untuk menjadi pengawal Dinasti Ayyubiyah, yakni As-Shalih. Tahun 1250 M, diangkat sebagai komandan angkatan perang
2.5.2 Tokoh Terkenal dari Pihak Kristen
1. Paus Urbanus II; Penyulut Terjadinya Perang Salib I
Paus Urbanus II atau Urbanus II adalah Paus yang kuat sekaligus politikus yang peka menghadapi keadaan yang menguntungkan. Namun, bukan karena itu semua yang mebuat namanya begitu besar dan dikenang hingga kini, tetapi lantaran peristiwa yang terjadi pada 27 November 1095. Saat itu ia meprakarsai dan menggerakkan suatu persidangan dewan gereja yang besar di prancis.
Dalam waktu hanya berselang beberapa bulan setelah pidato urbanus II, perang Salib I pun terjadi. Perang tersebut diikuti dengan serangkaian perang perang suci lanjutan yang lama hingga 200 tahun lamanya.
Dalam pidato tersebut, Urbanus II menyatakan bahwa siapa saja (kaum Kristen) yang berangkat ke Jerusalem demi menyelamatkan "kuburan Tuhan Yesus", ia akan mendapatkan penebusan dosa dan masuk surga, dengan gagasan tersebut banyak yang menggap sebagai gagasan pertama yang menimbulkan perang salib yang terjadi sepanjang abad. Yel – yel yang di populerkan oleh Urbanus II, yang akhirnya menjadi selogan perang salib ialah " dues lo volt" (perang kehendak tuhan).
Karna didorong dengan semangat perang beratus – ratus bahkan beribu – ribu orang umat Kristen dari seluruh plosok negeri Eropa berduyun – dyuyun datang ke Vatikan, Roma, untuk meminta restu Paus sekaligus mengikuti prosesi pengambilan sumpah dan pemberangkatan.
2. Petrus Hermit; Penyebabar Isu dan Penyulut Api Salib
Petris hermit ( yang meninggal dunia pada 8 Juli 1131 M) adalah seorang imam Kristen dari Amies, yang termasuk dalah satu tokoh penting dalam sejarah perang Salib I. sejarah pribadi dan keluarganya tidak banyak diketahui orang.
Adapun yang diketahui bahwa jauh sebelum perang salib terjadi, yakni sebelum tahun 1096 M, ia dan jemaatnya mencoba berziarah ke Jerusalem. Tetapi, pengakuan kepada Urbanus II, ia dicegah oleh tentara muslis Seljuk sebelum sampai ke Jerusalem, serta banyak jemaatnya yang dibunuh dan disiksa .
Pengakuan yang belum tentu dan belum teruji kebenarannya inilah yang membangkitkan kemarahan umat Kristen Eropa terhadap umat muslim Timur, terutama khalifah Seljuk.
Perlu diketahui bahwa Perang Salib yang sesungguhnya (antara tentara islam – Kristen) tidak terjadi serta – merta. Perang elite itu diawali oleh perang sipil, yakni perang antara tentara Perang Salib rakyat yang dipimpin oleh Petrus Hermit dengan orang – orang sipil turki.
Petrus Hermit pula yang disebut sebagai penggerak pertama terjadinya Perang Salib rakyat. Kelak, tentara yang dibawanya untuk menghadapi muslim Seljuk adalah rakyat jelata yang terdiri atas para budak, orang miskin, penjahat, dan pencuri.
2. Bohemond I; The New Buamundus Gigas
Bohemond I lahir pada tahun 1058 M di San Marco Gentano, Calabria, Normandia. Ia adalah putra dari keluarga bangsawan Normandia. Ayahnya bernama Norman Robet Guiscard, Raja Apulia dan Calabria, sedangkan ibunya ialah Alberada dari Buonalbergo.
Bohemond I (1058-1111 M) adalah pangeran Taranto dan Raja Antiokhia. Ia merupakan pemimpin Perang Salib I. Pada Perang Salib itu, kaum Frank (sebutan bagi tentara salib Kristen) belum memiliki pemimpin militer secara langsung, dan hanya tentara nonprofessional yang diisi oleh berbagai elemen masyarakat eropa yang menjadi relawan perang atas provokasi dari pihak gereja, terutama oleh pemimpinnya, Urbanus II.
Bohenmond I mendampingi ayahnya dalam serangan besar ke kekaisaran Byzantium pada rentang waktu 1085 M, serta memerintahkan tentara normandia selama absennya Guiscard dalam perang karena adanya sebuah urusan kerajaan selama 2 tahun.
Ketika bohemond I memerintah Antiokhia, tentara salib lainnya pindah ke selatan hingga direbutnya Jerusalem oleh pihak salib dari Dinasti Seljuk. Ini prestasi terbesar kedua bagi bohemand I dalam Perang Salib.
3. Alexius I Comnenus; Si Licik dari Byzantium
Alexius I (1056-1118 M) adalah kaisar Byzantium periode 1081 – 1118 M. Pengangkatan sebagai kaisar ditandai oleh gempuran dua kerajaan besar, yakni dinasti Seljuk turki di Asia kecil dan Normandia di Balkan barat. Tetapi ia dapat bertahan menghadapi dua tekanan tersebut.
Alexius I merupakan salah satu tokoh utama pemicu pecahnya Perang Salib, yakni ketika sudah tidak punya cara lagi untuk menghadapi rongrongan tentara Seljuk, ia pergi ke kepausan barat dan menghasut meraka.
Pada tahun 1094 M, muncul lagi serangan terhadap Byzantium. Kali ini dari Cumans, yang menyerang kekaisaran di Balkan, tetapi serangan itupun dapat di gagalkan oleh Alexius I.
Tentara salib mendirikan kerajaan Antiokhia dengan rajanya Bohenmond I. lantaran marah karena itu, Alexsius I langsung menyerang Antiokhia. Tentara Bohemond I kalah dalam peperangan ini.
4. Robert II of Flander; Komandan Pusat Tentara Salib Pertama
Robert II (1054 – 1111 M) memimpin Flander (suatu wilayah di kerajaan Perancis kuno) sejak tahun 1093 M hingga kematiannya. Ia dikenal sebagai Robert Jerusalem atau Robert Crusader setelah menjadi salah satu tokoh Kristen yang memimpin perang salib I.
Robert II disambut oleh Kaisar Byzantium, Alexius. Tetapi sangat disayangkan bahwa Alexius I menuntut mereka mengambil janji bahwa setiap jajahan kelak diberikan kepada Byzantium.
Setelah itu Robert II keluar dari kota Jerusalem untuk menghadapi tentara Fatimiyah dibawah pimpinan Shahanshah Al-Afdal yang datang untuk merebut kembali Jerusalem.
6. Godfrey de Bouillon; Raja Pertama Negara Salib Jerusalem
Godfrey de Bouillon adalah putra kedua Pangeran Boulgne Eustace I dan Putri Ida of Lorraine, yang lahir pada tahun 1060 M di Boulgne sur Mer. Sebagai anak kedua, ia harus mengalah pada kakaknya, Eustace, untuk warisan harta dan kekuasaan di Bouillon. Namun pamannya, Godfrey the Hunchback, yang meninggal dunia tanpa anak, lalu mewariskan harta dan kekuasaannya kepadanya. Lorraine Lower sebuah kerajaan kecil. Pada tahun 1095 M, Urbanus II menyerukan perang salib untuk membebaskan Jerusalem dari tentara muslim Seljuk, serta membantu kekaisaran Bynzantium yang dibombardir tentara Seljuk. Tanpa pikir panjang, Godfrey menjual sebagian besar tanah kekuasaanya kepada Uskup de Liege dan Uskup Verdun. Karena umurnya lebih tua, Raymond dipilih menjadi pemimpin dari beberapa barisan tentara Perang Salib I. Sementara itu, Godfrey beserta dua saudaranya menjadi rombongan tersendiri dari sejumlah rombongan memilih jalur yang berbeda-beda dan terpisah hingga sampai di Jerusalem. Rombongsn Godfrey berangkat pada Agustusb1096 M dengan 40.000 pasukan. Mereka tiba di Konstantinopel dan diterima baik oleh Kaisar Alexius I. Tentara salib dan Alexius I Comneus memiliki tujuan berbeda. Alexius menginginkan untuk merebut kembali wilayah yang telah diambil dinasti Seljuk, sedangkan tentara salib membebaskan Jerussalem dari kaum muslimin dan mengembalikan kekuasaan kristen di sana. Kemenangan besar pertama mereka dengan dibantu Byzantium berhasil menaklukkan kota Nicea, dekat wilayah yang dikuasai dinasti Seljuk. Godfrey memainkan peranan penting dalam pertempuran hingga akhirnya Jerusalem dapat direbut tentara salib tahun 1099. Setelah lemengan ini, tentara salib membagi tugas, Uskup le Puy tewas di Antiokhia, Bohemond I dan Baldwin memutuskan tinggal di sana. Sebagian prajurit kembali ke selatan Jerussalem, sedangkan Raymond de Toulouse tentara paling kuat ke Tancred dan Godfrey bergabung bersamanya. Tentara salib dihadang tentara Seljuk ketika berada di selatan Palestina. Agustus 1098 M, terdengar kabar bahwa tentara Fatimiyah telah mengambil Jerusalem dari kaum Frank Kristen. Namun, Godfrey dapat merebut kembali Jerusalem. Tentara salib tiba di kota pada Juni 1099 M, Godfrey dan beberapa ksatria adalah pihak yang pertama kali menduduki benteng dan memasuki kota Jerusalem. Setelah kemenangan besar itu, seluruh elemen kaum Frank sepakat untuk membentuk suatu kerajaan Jerusalem agar kota suci itu dapat dijaga dengan baik. Maka, 22 Juli dewan dibentuk di gereja Makam Suci dan yang ditunjuk sebagai Raja ialah Raymod de Toulouse, namun ia menolak. Akhirnya posisi itu jatuh pada Godfrey yang sebelumnya mengajukan syarat untuk menerima posisi itu. Godfrey juga harus menghadapi pihak oposisi Dagobert Pisa, Patriark Jerusalem yang bersekutu dengan Tancred of Betlehem. Karena ketidakfokusannya, Ascalon tidak bisa ditaklukkan dan tetap menjadi otoritas Dinasti Fatimiyah. Hingga tahun 1100 M, Godfrey tidak dapat memperluas wilayah kekuasaannya, hanya sedikit wilayah saja. Ia meninggal dunia tahun 1100 M ada banyak pendapat mengenai kematiannya ini, meskipun demikian semua sejarawan sepakat bahwa ia meninggal karena sakit berkepanjangan.
7. Guy de Lusignan; si Bijak yang paling dihujat
Setelah tiba ditanah suci tahun 1170 M, Guy de Lusignan berupaya mencegah insiden politik di kerajaan salib Jerusalem yang kala itu dipimpin oleh Baldwin IV. Dalam beberapa tahun, Baldwin sakit parah dan terus memburuk. Gut de Lusignan pun diangkat menjadi gubernur Jerusalem dan dianugerahi mahkota oleh putri Jerusalem tahun 1186 M. Pertempurannya dengan Shalahudin al-Ayyubi, akhirnya ia ditangkap dan Jerusalem jatuh di tangan Sshalahudin al –Ayyubi. Setelah satu tahun di penjara Damaskus, ia dibebaskan oleh Shalahudin al-Ayyubi, tetapi ia menolak masuk ke Tirus, salah satu benteng terakhir tentara salib oleh Condrad of Montferrat.
Guy de Lusigan berada dibarisan Conrad sebagai Raja Jerusalem sedangkan Richard lebih mendukung Guy dibanding Conrad. Conrad dibunuh oleh Hashshashin diduga karena keterlibatan Richard dan Guy. Guy diberikan kompesansi atas pencabutan mahkotanya oleh Conrad dulu, dengan diberi kekuasaan di Siprus pada tahun 1192 M. Pada tahun 1174 M, keberhasilan Guy di Jerusalem tidak dapat dipisahkan denagn dukungan sosial dan politik raja Jerusalem, Baldwin IV. Ketika Baldwin IV menyerah pada penyakitnya tahun 1185 M, Baldwin V diangkat menjadi raja sayangnya, ia sakit-sakitan dan akhirnya meninggal dunia 1 tahun kemudian pada 1186 M. Akhirnya Guy de Lusignan dinobatkan sebagai Raja Jerusalem walaupun ada konflik dari oposisi.
Tahun 1187 M, Guy de Lusignan mencoba mengepung Shalahudin al-Ayyubi di Tiberias, namun ia malah dikepung dan kekurangan air. Akibatnya, Guy de Lsignan, Godfrey, Raynald dan Humphrey ditahan oleh Shalahudin al-Ayyubi. Guy de Lusignan dipenjarakan di Dmaskus. Sybilla menulis surat kepada Shalahudin al-Ayyubi agar suaminya dibebaskan. Shalahudin pun membebaskan Guy tahun 1188 M, kemudian diizinkan kembali pada istrinya. Guy dan Sybilla mencari perlindungan di Tirus. Tetapi conrad menolak mereka, akhirnya mereka berkemah di luar tembok kota selama berbulan-bulan. Sybilla akhirnya meninggal karena penyakit epidemi pada musim panas tahun 1190 M bersama anak bungsu perempuan mereka. Kmatian istrinya berakibat buruk pada Guy. Banyaknya pemberontakkan sehingga Guy kehilangan otoritas sebagai raja Jerusalem.
Guy de Lusignan meninggal pada tahun 1194 M, dimakamkan di Gereja Templar di Nicosia. Ditimur, Guy dikenal sebagai raja bijaksan yang cinta damai, di barat, ia dihujat karena telah menyerahkan Jerusalem ke tangan Muslim. Sehingga ia diibaratkan tokoh lemah, pengecut dan penakut.
8. Baldwin IV; Raja bertopeng yang paling angkuh
Adiknya adalah Ratu Sybilla of Jerusalem sedangkan keponakannya ialah Baldwin V, Raja Jerusalem yang kelak menggantikannya. Baldwin IV menghabiskan masa mudanya di kerajaan ayahnya (Jerusalem) dan meiliki sedikit kontak dengan ibunya. Baldwin IV didik oleh sejarawan bernama William of Tirus, seseorang yang kemudian menjadi Uskup Agung Tirus. William menemukan penyakit pada Baldwin IV. Setelah beberapa tahun, nyatalah penyakit itu adalah kusta dan lepra. Baldwin IV harus memakai topeng untuk menutupi wajahnya dan baju kebesarannya menutup seluruh tubunhya.
Ayahnya meninggal pada 1174 M sehingga ia dimahkotai sebagai raja pada usia 13 tahun sebagai penderita kusta, Baldwin IV tidak diharapkan untuk memerintah, maka diharapkan kakaknya, Putri Sybilla dan adiknya, Putri Isabella, mengambil posisinya. Posisi Raymond III sebagai raja sementara berhenti pada ulang tahun penobatan Baldwin IV sebagai raja muda. Baldwin IV langsung mempersiapkan pasukan ke Damaskus dan menyerang benteng di sekitar lembah Beqaa, tanpa meratifikasi perjanjian antara Raymond III dengan Shalahudin. Baldwin IV merencanakan serangan terhadap basis kekuatan Shalahudin al-Ayyubi di Mesir. Pada bulan Novembar, Baldwin IV dan Raynald of Chatillon mengalahkan Shalahudin al-Ayyubi dengan bantuan Ksatria Tempalar pada pertempuran terkenal di Montgisard.
Setelah Shalahudin membalas serangan dalam pertempuran Belvoir Castle tahun 1182 M, mata Baldwin IV buta dan tidak bisa berjalan, diangkatlah Guy sebagai gantinya, namun Baldwin IV tidak senang dengan tindakan Guy sebagai pemimpin. Ekspedisi militer tentara salib hari demi hari terus melemah akibat buruknya kondisi Baldwin IV sekaligus melemahnya Baldwin V dan Raymond dalam mengendalikan kerajaan Jerusalem. Baldwin IV meninggal pada 1185 M, beberapa bulan setelah kematian ibunya di Acre. Meskipun seringkali menderita kusta, Balwin mampu mempertahankan dirinya sebagai raja lebih lama daripada yang diharapkan.
9. Richard the Lion Heart; Panglima terbesar Pasukan salib
Richard lahir pada 8 September 1157 M di Beaumont Palace, sebagai anak dari Raja Henry II of England dan Matilda. Pada tahun 1169 M, Raja Henry II membagi wilayah kerajaan untuk ketiga putranya. Henry III akan menjadi Raja Inggris dan memiliki kendali atas Anjou, Maine, dan Normandia. Godfrey atas Brittany dan Richard atas Aquitaine dan Poitiers. Sejak tahun 1180 M hingga 1183 M, terjadi ketegangan antara Henry II dan Richard. Pasalnya, Richard disuruh hormat pada Henry III sebagai raja muda akhirnya pada tahun 1183 M, ayahnya menginvasi aquitane terhadap Henry III dan Godfrey namun, Richard dan pasukannnya mampu menahan serangan mereka, konflik berhenti ketika pada juni 1183 M, Henry III meninggal. Pada 6 Juli 1189 M, Henry II meninggal dunia dan Richard pun ditasbihkan sebagai Raja Inggris pada 20 Juli 1189 M.
Usaha Richard yang pertama ialah membasmi pemeluk Yahudi Inggris atau memaksa mereka dibaptis sebagai pemeluk Kristen. Setelah berhasil mengusir orang Yahudi dari daratan Inggris, Richard berkonsentrasi pada perang salib. Richard mulai membuat tentara salib baru yang ia himpun di tanah Eropa, ia rela menghabiskan warisan ayahnya, menjual tanah jajahan dan membebaskan para tawanan untuk ikut perang bersamanya. Akhirnya, Richar berhasil membentuk tentara salib yang tediri atas 4000 tentara bersnjata, 4000 tentara pejalan kaki dan sekitar 100 armada kapal. Tahun 1190 M, Richard dan Philip II bersama angkatan perangnya berangkat menuju Jerusalem.
Pada oktober, bangsa Messina memberontak dan menuntut pasukan Richard-Philip pergi. Maka Messina diserang dan ditaklukan oleh Richard pada 4 oktober 1190 M. Pada april 1191 M, Richard dengan armada perangnya meninggalkan Messina untuk meneruskan perjalanannya. Pada 1 Juni Richard berhasil menaklukan seluruh pulau Siprus, Siprus menjadi benteng besar bagi umat kristen hingga pertempuran Lepanto tabun 1971 M. Ia juga menyerang acre pada 8 Juni 1191 M mengetahui berita ini, Shalahudin al-Ayyubi marah dan mengerahkan pasukannya sehingga perang besar terjadi di Acre dimenangkan oleh Richard. 7 September 1911 M terjadi pernga lagi dengan Shalahudin si Arsuf. Peperangan dimenangkan oleh Richard sehingga Ascalon dikuasainya.
Condrad of Montferrrat yang hendak ditasbihkan sebagai Raja Jerusalem meninggal dunia ditangan Hashshashin pada 28 April 1192 M, sehingga Jerusalem diambil alih oleh tentara muslim. Richard membuat perjanjian damai dengan Shalahudain al-Ayyubi, namun Shalahudin menolak dan bergerak merobohkan benteng Ascalon. Richard menyerang Mesir, namun gagal akhirnya ia meminta perjanjian damai kepada Shalahudin al-Ayyubi dengan ketentuan harus menyerahkan Ascalon. Perjanjiannya adalah gencatan senjata 3 tahun dan meminta akses kehadiran umat kristen ke Jerusalem guna beribadah.
9. Frederick II
Frederik lahir di Jesi dekat Ancons, Italia. Ia anak dari Kaisar Henry VI dan Putri Constance. Ayahnya meninggal, lalu ia dinobatkan sebagai kaisar ibunyalah yang menggantikan posisi suaminya sebagai Ratu Sisilia. Frederick II adalah panglima perang tentara salib pada Perang Salib VI ia merupakan pelindung ilmu pengetahuan dan seni, selain berperang ke Jerusalem, diam-diam ia berusaha mentransfer ilmu pengetahuan muslimin ke Eropa. Pada periode perang salib ia hanya mengirimkan pasukan ke Mesir dibawah komando Lois I, Raja Bavaria. Ia terus menunda keberangkatannya ke Jerusalem. Karena desakan, akhirnya Frederick II memulai ekspedisi Perang Salib tahun 1228 M. Ia mengambil jalur tanpa pertumpahan darah diantara kedua belah pihak dan mengambil negosiasi. Ini merupakan strateginya untuk mendapatkan kembali kerajaan Jerussalem. Buktinya, pada 18 Maret 1229 M, Frederick II mengambil alih Jerusalem tanpa pertumpahan darah dan Frederick II pun menobatkan diri sebagai raja Jerusalem yang baru.
Namun ada kendala dalam penobatnya sebagai raja oleh Paus. Akhirnya Frederick II menyerang Vatikan Roma dan memporak-porandakan wilayah kepausan, pihak kepausan pun menyerang balik Frederick II. Sitasi ini berlanjut hingga 1243 M. Frederick II meninggal dunia oleh penyakitnya pada 13 Desember 1250 M di Castil Fiorentino Puglia. Frederick II bersikap keras terhadap kaum kristen sementara ia sangat mendukung dunia sosial muslimin. Kenyelenehannya inilah yang membuat Frederick II dikenang oleh kaum muslimin, dikutuk oleh kaum kristen.
10. Paus Innocent III; pendendam dan pengucil dari Roma
Innocent III disebut sebagai salah satu paus yang paling kuat dan berpegaruh dalam sjarah kepausan karena mempunyai kekuasaan kontrol yag kuat terhadap negara kristen di Eropa. Salah satu kebijakan Innocent III ialah menyerukan kepada tentara kristen untuk memulai pernag salib IV mempergunakan kekuasaanya yang laur biasa untuk mengendaliakan dan memanggil tentara bangsa-bangsa Eropa kristen seperti kaum Frank dan Inggris.
Innocent III memutuskan untuk tidak hanya merebut kota Jeruslae, tetapi juga Syria, Israel, Yordania, dan Palestina dari kekuasaan kaum muslim. Hal ini merupaka reaksi atas kemengangan tentara muslim dibawah pimpinan Shalahudin al-Ayyubi. Raja, feodal dan bangsawan yang tidakmau tunduk kepadanya dibunuh diam-diam atau dengan penuh konsfiratif dikucilkan. Juga pepernagan internal antara akum kristen Eropa dan kaum Konstantinopel yang memang merupakan musuh bebuyutan antara gereja barat dan timur.
Setelah berangkat ke Jerusalem, tentara Perang Salib itu langsung menyerang pemimpin Venesia, Zadar pada tahun 1202 M, agar mereka dapat mempergunakan armada lautnya menuju Konstantinopel. Tentara salib juga menyerang Konstantinopel serta mengambil perlangkapan armada kapal, senjata dan angkatan perang Konstantinopel. Innocent III merasa sedih apalagi mendengar berita penyerangan terhadap Byzantium. 15 November 1215 M, Innocent III membuka pertemuan Dewan Lateran IV, pertemuan tersebut menghasilakn 70 kebijakan antara lain mendorong rakyat untuk mendirikan lembaga pendidikan dan menetapkan kedudukan rohaniawan lebih tinggi dari kaum awam. Tahun 1217 M, tentara salib yang baru sudah terbenuk dengan mapan , namun Innocent III tiba-tiba meninggal dunia pada 16 Juli 1216 M di Perugia.
11. Edward I; si Alim dari Inggris, penyulut perang salib jild terakhir
Tahun 1265 M, Edward I berperang melawan Simont de Montfort yang memberontak terhadap kerajaan Inggris. Edward I mengalahkannya 2 tahun kemudian. Ketika Inggris menjadi tenang, Edward I ikut ekspedisi Perang Salib ke Jerusalem. Dalam perjalanannya, tahun 1272 ayahnya meninggal dunia lalu ia pulang ke Inggris dan 19 Agustus 1274 M, ia dimahkotai sebagai raja Inggris. Edward I mengadakan ekspedisi ke Jerusalem untuk menunaikan niatnya dalam sebuah upacara sakral pada 24 Juni 1268 M, dengan saudaranya, Edmund dan sepupunya, Henry Almain.
Dalam hal ini, mereka menyulut Perang Salib IX. Selain mereka, terlibat pula Earl of Gloucester, bekas musuh Edward I. Halangan terbesar adalah persoalan dana, Raja Perancis membantu namun tidak juga cukup, Edward menunggu hasil pajak rakyatnya. Tentara salib dimaksudkan membantu meringankan kubu kristen yang terkepung di Acre, tapi raja Louis IX mengalihkan ke Tunisia. Namun rencana itu gagal, sebagian demi meyerang nyawa Loius IX. Kematian Louis IX memaksa Charles meninggalkan Sisilia ke Perancis untuk dinaikkan tahta sebagia raja Perancis.
Semenjak tahun 1244 M sampai saat itu, kerajaan tersebut masih dikuasai oleh kaum muslim. Adapun pusat kekuatan kerajaan kristen pindah ke Acre. Tentara muslim Mamluk yang dipimpin oleh Baybar setalah menaklukkan Jerusalaem kemudian mengancam Acre. Meskipun pasukan Edward I banyak di banding tentara Baybar, namun mengalahkannya adalah peluang kecil. Akhirnya Edward I meminta bantuan Mongol, sayangnya baik serangan Mongol ke Aleppo maupun Edward ke Qaqun, kembali gagal. 24 September meninggalkan Acre menuju Sisilia, ia mendapat kabar bahwa ayahnya meninggal dunia. Ia sangat terpukul dan sedih. Edward I dinobatkan sebagai raja Inggris menggantikan posisi ayahnya.
Di Inggris, Edward I dihadapkan pada sejumlah kegentingan internal kerajaan Inggris mengenai banyak hal, terutama revolusi administrasi dan hukum, sehingga konsentrasinya terhadap tentara salib sedikit tersita. Keterkenalan Edward I sebagai salah satu tokoh perrang salib yang dikenang bukanlah karena prestasi dalam menaklukan banyak wilayah kekuasaan tentara muslim, tetapi ia tokoh yang menyulut terjadinya perang salib IX setelah vakum selama beberapa tahun.
12. Vlad Dracula III; Ksatria paling 'haus darah'
Nama aslinya Vlad Tepes (dibaca Tse-pesh). Dia lahir sekitar bulan Desember 1431 M di Benteng Sighisoara, Transylvania, Rumania. Ayahnya bernama Basarab (Vlad II), yang terkenal dengan sebutan Vlad Dracul, karena keanggotaannya dalam Orde Naga. Dalam bahasa Rumania, "Dracul" berarti naga. Sedangkan akhiran "ulea" artinya "anak dari". Dari gabungan kedua kata itu, Vlad Tepes dipanggil dengan nama Vlad Draculea ( dalam bahasa Inggris dibaca Dracula), yang berarti anak dari sang naga.
Ayah Dracula adalah seorang panglima militer yang lebih sering berada di medan perang ketimbang di rumah. Praktis Dracula hanya mengenal sosok sang Ibu, Cneajna, seorang bangsawan dari kerajaan Moldavia. Sang ibu memang memberikan kasih sayang dan pendidikan bagi Dracula. Namun itu tidak mencukupi untuk menghadapi situasi mencekam di Wallachia saat itu. Pembantaian sudah menjadi tontonan harian. Seorang raja yang semalam masih berkuasa, di pagi hari kepalanya sudah diarak keliling kota oleh para pemberontak.
Pada usia 11 tahun, Dracula bersama adiknya, Radu, dikirim ke Turki. Hal ini dilakukan sang Ayah sebagai jaminan kesetiaannya kepada kerajaan Turki Ustmani yang telah membantunya merebut tahta Wallachia dari tangan Janos Hunyadi. Selama di Turki, kakak beradik ini memeluk agama Islam, bahkan mereka juga sekolah di madrasah untuk belajar ilmu agama. Tak seperti adiknya yang tekun belajar, Dracula justru sering mencuri waktu untuk melihat eksekusi hukuman mati di alun-alun. Begitu senangnya dia melihat kepala-kepala tanpa badan dipancang di ujung tombak. Sampai-sampai sehari saja tidak ada hukuman mati, maka dia segera menangkap burung atau tikus, kemudian menyiksanya dengan tombak kecil sampai mati.
Dengan status muslimnya, Dracula mempunyai kesempatan belajar kemiliteran pada para prajurit Turki yang terkenal andal dalam berperang. Dalam waktu singkat dia bisa menguasai seni berperang Turki, bahkan melebihi prajurit Turki lainnya. Hal ini menarik perhatian Sultan Muhammad II ( di Eropa disebut Sultan Mehmed II). Hingga pada tahun 1448 M, menyusul kematian Ayah dan kakaknya, Mircea, yang dibunuh dalam kudeta yang diorganisir Janos Hunyadi, Kerajaan Turki mengirim Dracula untuk merebut Wallachia dari tangan salib Kerajaan Honggaria. Saat itu Dracula berusia 17 tahun.
Dengan bantuan Turki Dracula dapat merebut tahta Wallachia. Setelah itu, sebagian besar pasukan kembali ke Turki dengan menyisakan sebagian kecil di Wallachia. Tanpa pernah diduga, Dracula murtad dan berkhianat. Dia menyatakan memisahkan diri dari Ke Khilafahan Turki. Para prajurit Turki yang tersisa di Wallachia ditangkapi. Setelah beberapa hari disekap di ruang bawah tanah, mereka diarak telanjang bulat menuju tempat eksekusi di pinggir kota. Di tempat ini seluruh sisa prajurit Turki dieksekusi dengan cara disula. Yakni dengan ditusuk duburnya dengan balok runcing sebesar lengan, kemudian dipancangkan di tengah lapangan.
Dua bulan kemudian Janos Hunyadi berhasil merebut tahta Wallachia dari tangan Dracula. Namun pada tahun 1456 hingga 1462 Dracula kembali berkuasa di Wallachia. Masa pemerintahannya kali ini adalah masa-masa teror yang sangat mengerikan. Yang menjadi korban aksi sadisnya bukan hanya umat Islam yang tinggal di Wallachia, tapi juga para tuan tanah dan rakyat Wallachia yang beragama Khatolik.
Di hari Paskah tahun 1459, Dracula mengumpulkan para bangsawan dan tuan tanah beserta keluarganya di sebuah gereja dalam sebuah jamuan makan. Setelah semuanya selesai makan, dia memerintahkan semua orang yang ada ditempat itu ditangkap. Para bangsawan yang terlibat pembunuhan ayah dan kakaknya dibunuh dengan cara disula. Sedang lainnya dijadikan budak pembangunan benteng untuk kepentingan darurat di kota Poenari, di tepi sungai Agres. Sejarawan Yunani, Chalcondyles, memperkirakan jumlah semua tahanan mencapai 300 kepala keluarga. Terdiri dari laki-laki dan perempuan, orang tua, bahkan anak-anak.
Aksi Dracula terhadap umat Islam di Wallachia jauh lebih sadis lagi. Selama masa kekuasaannya, tak kurang dari 300 ribu umat Islam dibantainya. Berikut sejumlah peristiwa yang digunakan Dracula sebagai ajang pembantaian umat Islam:
Pembataian terhadap prajurit Turki di ibu kota Wallachia, Tirgoviste. Ini terjadi pada awal kedatangannya di sana, setelah mengumumkan perlawanannya terhadap Khilafah utsmaniyah.
Pada 1456, Dracula membakar hidup-hidup 400 pemuda Turki yang sedang menimba ilmu pengetahuan di Wallachia. Mereka ditangkapi dan ditelanjangi, lalu diarak keliling kota yang akhirnya masukkan ke dalam sebuah aula. Aula tersebut lalu dibakar dengan ratusan pemuda Turki di dalamnya.
Aksi brutal lainnya, adalah pembakaran para petani dan fakir miskin Muslim Wallachia pada acara penobatan kekuasaannya. Para petani dan fakir miskin ini dikumpulkan dalam jamuan makan malam di salah satu ruangan istana. Tanpa sadar mereka dikunci dari luar, kemudian ruangan itu dibakar.
Dendam Dracula terhadap Turki dan Islam semakin menjadi. Untuk menyambut hari peringatan St. Bartholome, 1459, dia memerintahkan pasukannya untuk menangkapi para pedagang Turki yang ada di Wallachia. Dalam waktu sebulan terkumpullah 30 ribu pedagang Turki beserta keluarganya. Para pedagang yang ditawan ditelanjangi lalu digiring menuju lapangan penyulaan. Lalu mereka disula satu persatu.
Aksi kejam lainnya adalah dengan menyebar virus penyakit mematikan ke wilayah-wilayah yang didiami kaum Muslimin. Dia juga memerintahkan pasukannya meracuni Sungai Danube. Ini adalah taktik Dracula untuk membunuh pasukan Khilafah utsmaniyah yang membangun kubu pertahanan di selatan Sungai Danube.
Pada 1462 M, Khalifah utsmani, Muhammad II mengirim 60 ribu pasukan untuk menangkap Dracula hidup atau mati. Pemimpin pasukan adalah Radu, adik kandung Dracula. Mengetahui rencana serangan ini, Dracula menyiapkan aksi terkejamnya untuk menyambut pasukan Turki.
Sepekan sebelum penyerangan, dia memerintahkan pasukannya untuk memburu seluruh umat Islam yang tersisa di wilayahnya. Terkumpullah 20 ribu umat Islam yang terdiri dari pasukan Turki yang tertawan, para petani, dan rakyat lainnya. Selama empat hari mereka digiring dengan telanjang bulat dari Tirgoviste menuju tepi Sungai Danube. Dua hari sebelum pertempuran, para tawanan disula secara masal di sebuah tanah lapang. Mayat-mayat tersula tersebut kemudian diseret menuju tepi sungai. Lalu dipancang di kiri dan kanan jalan, yang membentang sejauh 10 km untuk menyambut pasukan Turki.
Pemandangan mengerikan ini hampir membuat pasukan Turki turun mental. Namun semangat mereka kembali bangkit saat melihat sang Sultan begitu berani menerjang musuh. Mereka terus merangsek maju, mendesak pasukan Dracula melewati Tirgoviste hingga ke Benteng Poenari.
Pasukan Turki yang dipimpin Radu berhasil mengepung Benteng Poenari. Merasa terdesak, isteri Dracula memilih bunuh diri dengan terjun dari salah satu menara benteng. Sedang Dracula melarikan diri ke Honggaria melalui lorong rahasia. Hingga tahun 1475 M Wallachia dikuasai oleh Khilafah Turki Utsmaniyah, sebelum akhirnya direbut kembali oleh Dracula yang disokong pasukan salib dari Transylvania dan Moldavia.
Dracula tewas dalam pertempuran melawan pasukan Turki pimpinan Sultan Muhammad II di tepi Danau Snagov, pada Desember 1476. Kepala Dracula dipenggal, kemudian dibawa ke Konstantinopel untuk dipertunjukkan kepada rakyat Turki. Sedang badannya dikuburkan di Biara Snagov oleh para biarawan.
Selain melalui cerita turun-temurun rakyat Rumania, bukti-bukti sejarah terkait riwayat kelam Drakula juga tercatat dengan baik di sejumlah pamflet yang beredar di Jerman dan Rusia.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Perang Salib adalah kumpulan gelombang dari pertikaian agama bersenjata yang dimulai oleh kaum Kristiani pada periode 1095 – 1291; biasanya direstui oleh Paus atas nama Agama Kristen, dengan tujuan untuk menguasai kembali Yerusalem dan "Tanah Suci" dari kekuasaan kaum Muslim, awalnya diluncurkan sebagai jawaban atas permintaan dari Kekaisaran Bizantium yang beragama Kristen Ortodoks Timur untuk melawan ekspansi dari Dinasti Seljuk yang beragama Islam ke Anatolia. Perang Salib ini juga dipengaruhi faktor agama, politik dan ekonomi. Beberapa tokoh yang terkenal dalam Perang Salib ini adalah Abu Ali Mansur Tariqul Hakim, Kilij Arsalan, Imaduddin Zanky, Nuruddin Mahmud, Asaduddin Shirkuh, Hasan Al-Sabbah, Shalahuddin al-Ayyubi, Al-Malik al-Adil Syaifudin, Al-Malik al-Kamil Muhammad, Al-Malik al-Zhahir Baybar, Paus Urbanus II, Petrus Hermit, Bohemond I, Alexius I Comnenus, Robert II of Flander, Godfrey de Bouillon, Guy de Lusignan, Baldwin IV, Richard the Lion Heart, Frederick II, Paus Innocent III, Edward I, Vlad Dracula.
Saran
Para pembaca yang budiman, di penghujung tulisan ini kami berharap semoga kita semua mampu mengartikan dan memahami cerita tentang Perang Salib ini. Semoga tidak membuat kita saling membenci, akan tetapi terus menjaga kerukunan sesama umat manusia. Semoga pembaca yang budiman tidak puas akan hasil makalah ini dan dapat menindaklanjutinya.
DAFTAR PUSTAKA
Suntiah, Ratu dan Maslani. 2014. Sejarah Peradaban Islam. Bandung: Interes Media.
http://hestiara.blogspot.com/2012/07/buku-tokoh-tokoh-perang-salib-paling_4422.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Perang_Salib
http://indraazzikra.blogspot.com/p/salahudin-al-ayyubi-sang-legenda-perang.html
http://warofweekly.blogspot.com/2011/05/tokoh-tokoh-yang-berpengaruh-pada.html
http://www.beritaunik.net/misteri-dunia/kisah-keganasan-dracula-di-perang-salib.html
http://www.islampos.com/perang-salib-bagaimana-permulaan-akhirnya-42239/