Gambar 3.2 Skema Komisi/ujrah Leadership
3. Promo Komisi/Ujrah Pengembangan Penjualan Langsung Perusahaan akan memberikan komisi pengembangan penjualan sebesar Rp2.000, per lisensi (maksimum 10 turunan/generasi) apabila : a. Pebisnis yang direferensikan membeli selain lisensi basic atau b. Pebisnis yang direferensikan berhasil menjual paket lisensi penuh.
Gambar 3.3 Skema Komisi/ujrah Peng emb ang an Pen ju al an Lan gsu ng
4. Komisi /Ujrah Pengembangan Komunitas Perusahaan memberikan komisi pengembangan komunitas sebesar Rp 1.000,apabila pebisnis yang direferensikan (maksimal 10 turunan/generasi) berhasil mendapatkan komisi leadership
Gambar 3.4 Skema Komisi/ujrah Pen ge mb an ga n Pengembangan Komunitas 5. Cashback Transaksi Perusahaan membagikan persentase keuntungan (fee) berupa cashback yang diperoleh dari setiap transaksi pribadi ( yang dilakukan pengguna maupun pebisnis) dan transaksi grup (khusus pebisnis) kepada pengguna dan atau pebisnis yang melakukan transaksi pribadi minimal 1x/bulan. Keterangan : Yang dimaksud dengan grup disini adalah mitra pebisnis yang direferensikan hingga maksimal 10 turunan/generasi dengan sistem pass up/compress (contoh: jika ada turunan ke 3 tidak melakukan tranksaksi maka turunan ke 4 akan dihitung sebagai turunan ke 3, dst hingga maksimal 10 turunan). Cashback dihitung perhari dari tanggal 1 (satu) sampai akhir bulan dan dibayarkan tanggal 15 pada bulan berikutnya. Contoh perhitungan persentase cashback dapat dilihat di www.treni.co.id.
Gambar 3.5 Skema Cashback Transaksi
4. Hukum Paytren Menurut Pandangan Islam
PT Veritra Sentosa Internasional menggalang para mitra PayTren untuk menjadi pengguna
teknologi PayTren dan
menjadi
pebisnis
yang mengembangkan
komunitas treni. Dalam ekonomi islam, sama sekali tidak boleh ada penindasan, sehingga seseorang memperoleh pendapatan pasif tanpa kegiatan ekonomi apapun, dan hanya berdasarkan kinerja orang lain. Hal ini berdasarkan pada firman Allah dalam surat An-Nisa ayat 29: “Wahai orang -orang yang beriman! Janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil (tidak benar), kecuali dalam perdagangan yang berlaku atas dasar suka sama suka di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu. Sungguh, Allah Maha Penyayang kepadamu” (Qur’an, Surat An-Nisa Ayat 29) Berlandaskan dalil di atas, treni berfilosofi untuk membagi keuntungan yang diperoleh kepada para mitra PayTren dalam bentuk casback dan komisi yang dijabarkan terpisah dalam proses bisnis. Dalam hal ini, treni menetapkan besaran cashback berdasarkan
kemampuan
perusahaan
sesuai
dengan
perkembangan bisnis atau usaha perusahaan. Treni sama sekali tidak memberi peluang untuk melakukan praktik penindasan antar mitra PayTren dan Treni bukan perusahaan investasi.
Treni meminta
para
mitra PayTren untuk bertransaksi
bagi
mitra
peguna
teknologi PayTren sebanyak-banyaknya dan bertransaksi serta mengembangkan komunitas Treni sebanyak-banyaknya bagi mitra peguna sekaligus pebisnis teknologi PayTren. Mitra PayTren menjadi mitra seumur hidup dan tidak akan kehilangan kemitraan terkecuali terjadi pelanggaran ketentuan perusahaan. Sebutan Paytren sedang popular saat ini. Sebuah kegiatan bisnis yang lekat dengan nama figur ustadz Yusuf Mansyur sepertinya semakin diminati banyak orang. Namun, belakangan ada bisnis Paytren menjadi kontroversial karena munculnya pandangan kritis dari sisi syariah agama. Lalu, bagaimana pandangan sisi syariah dari bisnis yang sedang berkibar dengan bendera Paytren? Pakar Ekonomi Syariah Dr. Erwandi Tarmizi, MA yang mendalami fi kih muamalah dan menyelesaikan S3 jurusan Ushul fiqh, Fakultas Syari’ah, Universitas Islam Al Imam Muhammad bin Saud, pada sebuah Kajian, ketika menjawab sebuah pertanyaan, secara tegas menyatakan bahwa Paytren itu haram. Ustadz Erwandi menjelaskan bahwa Paytren, adalah menukar uang dengan uang. Selanjutnya Ustadz Erwandi mengungkapkan bahwan untuk mengikuti program ini seseorang harus mengeluarkan yang paling murah adalah Rp.3.500.000. Sementara produk yang sama, dari perusahaan lain, bisa gratis.”Bedanya, yang ini ada iming iming bonus. Pada level tertentu dapat bonus Rp100 juta. Lalu, level sekian, bonus Rp200 juta, pada level sekian ada yang Rp500 juta. Pada level selanjutnya dapat rumah mewah, ada juga pada level tertentu yang dapat bonus mobil mewah dan seterusnya,” kata Ustadz Erwandi. Ustadz mengungkapkan, seseorang diminta bayar Rp3.5 juta, tetapi diiming-iming Rp100 juta. Jika orang siap membayar Rp3,5 juta untuk mendapatkan Rp100 juta, ini namanya tukar uang dengan uang. Sementara Rasulullah Shalallahu ‘Alayhi Wassalam mensyaratkan tunai dan sama nominalnya. Nilainya tidak sama, maka terjadi riba fadhl karena beda nominalnya, juga terjadi riba nasiah, karena penukaran tidak tunai. Selain itu, kata Ustadz Erwandi ada unsur judi. Jika kita melempar koin dengan dua sisi, kemudian yang memilih satu sisi yang keluar akan mendapatkan Rp1 juta.
Kesempatan untuk muncul salah satu sisi 50%, ini haram. Semua kaum muslimin paham ini bagian dari judi, hukumnya haram. Dalam Paytren dan jenis MLM lainnya, menurut penelitian ulama, paling banyak yang sukses mendapatkan bonus itu hanya 4 dari 100 orang, peluangnya hanya 4%. Karena, jika yang mendapat peluang itu mencapai 50%, perusahaan tersebut akan tutup. “Jika yang berpeluang 50% saja haram, maka yang berpeluang hanya 4%, haram dan pembodohan,” kata Ustadz Erwandi. Sementara Ustadz Ammi Nur Baits menjelaskan secara bersambung pada portal Konsultasisyariah.com. Pada bagian pertama, Ustadz Ammi melihat adanya unsur Ghoror dan unsur Judi pada Paytren. Salah satu diantara penyebab transaksi yang terlarang dalam islam adalah adanya gharar. Dalam hadis dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, beliau mengatakan, Bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang jual beli gharar. (HR. Muslim 3881, Abu Daud 3378 dan yang lainnya). Mengenai pengertian gharar, dinyatakan oleh Syaikhul Islam dalam al -Qawaid an Nuraniyah, “Gharar adalah Jual beli yang tidak jelas konsekuensinya” (al -Qawaid an Nuraniyah, hlm. 116) Inti dari gharar adalah adanya jahalah (ketidak jelasan) yang menyebabkan adanya mukhatharah (spekulasi, untung-untungan), baik pada barang maupun harga barang. Karena itu, gharar mirip dengan judi. Sama-sama tidak jelas konsekuensinya. Bedanya, judi terjadi pada permainan, sementara gharar terjadi dalam transaksi.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.treni.co.id/marketing-plan/ https://www.treni.co.id/sejarah-perusahaan/ https://www.treni.co.id/profil-perusahaan/ https://konsultasisyariah.com/29323-hukum-paytren-bagian-01.html http://fokusislam.com/7917-apakah-hukum-paytren-haram.html