BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG
Palpitasi adalah denyut jantung yang terjadi karena beberapa faktor, diantaranya dampak psikis, seperti stress, kecemasan, serangan panik, dsb, gaya hidup, seperti sedang berolahraga, sering minum kopi, mengonsumsi alkohol, dsb, akibat mengonsumsi obat-obatan tertentu, adanya perubahan hormonal, terutama pada wanita, adanya kondisi kesehatan tertentu, seperti dehidrasi, hipoglikemi atau kadar gula darah rendah, demam, tekanan darah rendah, anemia, gangguan jantung, kadar elektrolit tubuh rendah, hipertiroid atau kelenjar tiroid terlalu aktif, akti f, adanya gangguan jantung, dsb. Jantung
adalah
oksihemoglobin mengandung
organ
keseluruh
hemoglobin
vital
tubuh
tubuh
manusia,
maupun
reduksi
kemudian
kembali
memompa
darah
kejantung
darah
disalurkan
ke
paru-paru.
Pemompaan ini merupakan efek dari sistem hantaran atau konduksi jantung. kontraksi yang teratur terjadi karena sel-sel khusus dalam system hantaran secara metodis membangkitkan dan menghantarkan impuls listrik ke sel-sel miokardium yaitu nodus sinoatrial (SA node), nodus atrioventrikular (AV node), berkas atrioventrikular (berkas AV atau berkas His). Kerja pemompaan jantung dijalankan oleh kontraksi dan relaksasi ritmik dinding otot. Disritmia Disritmi a dapat diidentifikasi melalui mel alui gelombang EKG. Disritmia dinamakan berdasarkan pada tempat danasal impuls dan mekanisme hantaran yang terlibat. Ganguan irama jantung atau aritmia merupakan komplikasi yang sering terjadi pada infark miokard. Kelainan denyut jantung yang meliputi gangguan frekuensi atau irama atau keduanya adalah aritmia. Berbagai keadaan dapat menimbulkan kelainan pada sistem listrik jantung. Pada umumnya gangguan sistem listrik jantung akan menimbulkan perubahan irama jantung menjadi terlalu lambat (Bradiaritmia, jantung berdenyut kurang dari 60 kali permenit) atau terlalu cepat (Takiaritmia, jantung berdenyut lebih dari 100 kali permenit). Kedua keadaan tersebut akan berpengaruh terhadap kerja jantung memompa darah ke seluruh tubuh. 1
B. RUMUSAN MASALAH 1. Konsep Palpitasi C. TUJUAN PENULISAN 1. Tujuan Umum Untuk mendapatkan gambaran dan mengetahui tentang bagaimana asuhan keperawatan pada klien dengan diagnosa “palpitasi“ 2. Tujuan Khusus Diharapkan
mahasiswa
mampu
memberikan
gambaran
asuhan
keperawatan meliputi : 1. Mampu memberikan gambaran tentang pengkajian kepada klien dengan palpitasi 2. Mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada klien dengan palpitasi. 3. Mampu membuat rencana keperawatan pada klien dengan palpitasi 4. Mampu menyebutkan faktor pendukung dan penghambat dalam asuhan keperawatan pada palpitasi
2
BAB II TINJAUAN TEORI A. Definisi
Palpitasi adalah gejala di definisikan sebagai kesadaran akan adanya detak
jantung
dan
digambarkan
oleh
pasien
sebagai
sensasi
tidak
menyenangkan dari pulsasi atau gerakan di dada dan / atau daerah sekitarnya. Adanya kesadaran ini menyebabkan individu fokus pada detak jantung mereka, sifat detak jantung, baik dari segi dirasakan 'forcefulness' nya dan laju (European Heart Rhythm Association). Perasaan berdebar, denyut jantung yang cepat, atau tak beratur yang bersifat subjektif (Dorland). Palpitasi adalah menyadari atau merasakan denyutan jantung yang kuat atau keras, cepat, tidak teratur. Palpitasi dapat disebabkan oleh aritmia. Aritmia adalah irama denyut jantung yang terlalu cepat, terlalu perlahan at au irregular. Pada keadaan normal dan istirahat, jantung orang dewasa akan berdenyut secara teratur antara 60-100 detak/menit. Kecepatan dari denyut jantung ditentukan oleh kecepatan dari signal listrik yang berasal dari pemacu jantung, SA node. Signal listrik dari SA node mengalir melalui kedua serambi, menyebabkan kedua serambi berkontraksi mengalirkan darah ke kedua bilik. Kemudian signal listrik ini mengalir melalui AV node mencapai kedua bilik. Ini menyebabkan kedua bilik berkontraksi memompa darah keseluruh tubuh dan menghasilkan denyutan (pulse). Pengaliran listrik yang teratur ini dari SA node ke AV node menyebabkan kontraksi teratur dari otot jantung yang dikenal dengan sebutan denyut sinus (sinus beat). Waktu istirahat, kecepatan signal listrik dari SA node adalah perlahan, jadi denyut jantung juga perlahan. Waktu olah raga atau waktu sangat kegirangan , kecepatan signal listrik dari SA node menjadi cepat sehingga denyut jantung juga jadi cepat. B. Etiologi
Palpitasi dapat terjadi disebabkan dari 3 akibat utama, yaitu : 1. Hyperdynamic
circulation
(inkompetensi
hypercapnia, pireksia, anemia, kehamilan)
3
katup,
tirotoksikosis,
2. Cardiac dysrythmia (kontraksi atrial prematur, junctional escape beat, kontraksi
ventrikuler
prematur,
atrial
fibrilasi,
supraventricular
tachycardia, ventricular tachycardia, ventrikuler fibrilasi, blok jantung) 3. Sympathetic
overdrive
(gangguan panik,
hipoglikemi,
hipoksia,
antihistamin levocetirizine , anemia, gagal jantung ) C. Klasifikasi
Berikut adalah klasifikasi palpitasi jantung: 1. Takikardi (Tachycardia): Denyut jantung lebih dari 100 kali per menit. 2. Bradikardi (Bradycardia): Denyut jantung kurang dari 60 kali per menit. 3. Fibrilasi: Jantung berdetak cepat, kontraksi otot jantung yang tidak sinkron. 4. Aritmia: detak jantung tidak teratur. Palpitasi jantung sangat umum terjadi dan dapat dialami oleh siapapun dan dari kalangan usia manapun. Namun kondisi ini biasanya lebih sering terjadi pada usia paruh baya. Umumnya, palpitasi jantung bukanlah suatu kondisi yang sangat serius. Tapi, tidak berarti palpitasi jantung bisa diabaikan begitu saja. Pada beberapa kasus, palpitasi jantung menjadi gejala adanya gangguan serius pada jantung. D. Manifestasi
Seringkali orang dengan palpitasi tidak menyadari apa-apa selain irama jantung abnormal itu sendiri. Tetapi palpitasi dapat dikaitkan dengan hal-hal terkait lainnya seperti sesak di dada, sesak napas, pusing atau light – headedness. Tergantung pada jenis masalah ritme, gejala-gejala ini mungkin hanya sesaat atau lebih lama. Kesalahan nyata atau pemadaman dekat, palpitasi yang terkait, harus dianggap serius karena mereka sering menunjukkan adanya penyakit jantung yang mendasarinya penting. Gejala lain adalah nyeri di lengan atau kaki kadang-kadang berlangsung sepanjang malam setelah palpitasi. E. PATOFISIOLOGI
Aritmia terjadi karena : 1. Gangguan primer jantung
4
Arterioklerosis, CHF, AMI, Iskemia, kardiomiopati, HHD, Aneurisma ventrikel, Tumor jantung, dan trauma jantung 2. Respon sekunder terhadap gangguan sistemik Anemia, hiper/hipotiroid 3. Keracunan obat Cardiac
agents,
Anti
aritmia,
Cardiac
glicocids,
Antineoplastics,
Adriamicosin, Phenothiazides, Sympathomimetics 4. Ketidakseimbangan ellektrolit Hiper/hipokalemia, hiper/hipokalsemia, hiper/hipomagnesia Mekanisme terjadinya aritmia pada AMI adalah adanya iskemi dan injury myocardial yang menyebabkan perubahan elektrofisiologi sebagai berikut : 1. Penurunan periode ambang rangsang 2. Adanya perubahan aliran elektrik 3. Peningkatan otomatisasi serabut purkinye 4. Penyebaran impuls yang tak terkendali Ada dua hal yang mendasari terjadinya aritmia pada AMI yaitu meningkatnya otomatisasi dan mekanisme reentry. Otomatisasi meningkat pada AMI oleh karena adanya peningkatan sirkulasi kotekolamin, hipoksi miokard, dan adanya regangan miokard. Pada iskemia, membran sel lebih permiabel terhadap sodium sehingga menurunkankadar kalium intrase luler dan meningkatkan kadar kalium ekstraseluler. Perubahan ini menurunkan resting membran potensial. Menurunnya fase 4 pada aksi potensial meningkat dan membran sel menjadi lebih mudah terangsang dengan cepat. Iskemia miokard, hipoksia, regangan dan menurunnya resting membran potensial menyebabkan lambatnya potensial aksi pada fase O sehingga terjadi konduksi yang lama dan gagal. Aktivitas reentry pada AMI terjadi karena perbedaan transmembran sel iskemia dengan sel di sekelilingnya. Perbedaan ini menurunkan kecepatan konduksi. Jaringan iskemia berepolarisasi lebih lambat, sehingga terjadi blok yang tak terarah. Pada saat yang sama ada impuls ke area iskemia dari arah yang berlawanan, bertemu pada area yang responsive dan mengaktifkan miokard. Terjadilah impuls yang premature. 5
Bila hal ini timbul berulang-ulang, dapat berubah menjadi ventrikel takikardi. F. Diagnosis
Langkah pertama dalam mengevaluasi pasien dengan palpitasi adalah menentukan apakah gejala mereka sebenarnya karena aritmia. Karena pengobatan berbagai jenis aritmia dapat berbeda, juga penting untuk menentukan jenis aritmia yang terlibat. Karena aritmia dapat dikaitkan dengan penyakit yang mendasari dari katup jantung, otot jantung, dan arteri koroner. Tes ini sering dilakukan untuk menyingkirkan kelainan jantung. Tes darah juga tersedia untuk mengukur natrium darah, kalium, kalsium, magnesium, kadar hormon tiroid, dan kadar obat (seperti kadar digoxin). Tes untuk aritmia termasuk elektrokardiogram pada saat istirahat (EKG), pemantauan irama 24 jam (Holter), dan tes treadmill. EKG pada saat istirahat adalah perekaman singkat aktivitas listrik dari jantung dan biasanya dilakukan di ruang dokter. Sebuah EKG adalah hanya berguna jika aritmia yang menyebabkan palpitasi terjadi ketika EKG dicatat. Sering kali, istirahat EKG tidak dapat menangkap aritmia, dan monitor Holter selama 24 jam diperlukan. Pita Holter 24-jam dipakai oleh pasien terus menerus selama kegiatan normal. Pasien bersamaan menyimpan log dari palpitasi atau gejala lain selama masa pendaftaran. Kemudian, gejala palpitasi dapat dikorelasikan dengan adanya atau tidak adanya aritmia pada rekaman. Jika aritmia belum bisa direkam oleh monitor Holter 24 jam, monitor kecil dipakai oleh pasien selama 1 sampai 2 minggu. Pada beberapa pasien, treadmill digunakan untuk mendeteksi aritmia yang terjadi hanya dengan usaha. Latihan treadmill adalah perekaman EKG terus menerus dari jantung selama pasien melakukan latihan bertingkat. Selain mendeteksi aritmia, treadmill adalah tes skrining yang berguna untuk mendeteksi penyempitan arteri koroner yang dapat membatasi pasokan darah beroksigen ke otot jantung selama latihan. Echocardiography
menggunakan
gelombang
ultrasound
untuk
mendapatkan gambar dari ruang jantung, katup dan struktur sekitarnya. Echocardiography bermanfaat dalam mendeteksi penyakit katup jantung, 6
seperti mitral valve prolapse, mitral stenosis, dan stenosis aorta (contoh penyakit
katup
yang
dapat
menyebabkan
aritmia
dan
palpitasi).
Echocardiography juga berguna dalam mengevaluasi ukuran kamar jantung, dan kesehatan dan kontraksi otot ventrikel. Menggabungkan ekokardiografi dengan pengujian latihan stres (stress echocardiography) adalah tes skrining yang akurat untuk penyakit arteri koroner yang signifikan. Bagian dari ventrikel disuplai oleh arteri yang menyempit tidak kontrak serta sisa ventrikel selama latihan. Tes darah dilakukan untuk mengukur kadar hormon tiroid, kalium, magnesium, dan obat-obatan seperti digoksin. Kelebihan hormon tiroid dapat menyebabkan aritmia cepat seperti atrial fibrilasi. Kadar kalium dan magnesium yang rendah dapat menyebabkan aritmia lainnya. Digoxin (Lanoxin) dapat menyebabkan aritmia toksisitas yang serius, seperti bradikardia, dan takikardia ventrikel. Toksisitas digoksin dapat diperhebat dengan kadar kalium dan magnesium yang rendah dalam darah. G. Penatalaksanaan
Palpitasi tanpa aritmia terkait dan penyakit jantung mungkin tidak memerlukan pengobatan khusus. Pasien sering disarankan hanya untuk mengurangi stres emosional dan fisik sementara memantau gejala mereka. Palpitasi yang merupakan hasil dari premature contractions (PACs dan VCs) sering tidak memerlukan perawatan khusus. Frekuensi kontraksi prematur dapat dikurangi dengan pengurangan stres, berhenti merokok, dan kafein mengurangi, dan konsumsi alkohol. Kadar adrenalin tinggi dapat menyebabkan premature contractions, sementara mengurangi stres dapat membantu mengurangi kadar adrenalin. Untuk pasien dengan palpitasi menetap dan premature contractions, obat-obatan seperti beta-blocker, dapat digunakan untuk memblokir efek dari adrenalin pada jantung, sehingga mengurangi premature contractions. Contoh dari beta-blockers termasuk propranolol (Inderal), metoprolol (Lopressor) dan atenolol (Tenormin). Pada pasien dengan aritmia yang berhubungan dengan otot jantung yang signifikan atau penyakit katup, koreksi dari penyakit jantung yang mendasarinya adalah penting. Pasien dengan stenosis aorta berat dapat 7
berkembang menjadi gagal jantung dan aritmia ventrikel yang serius. Pengobatan stenosis aorta dengan operasi perbaikan katup (valvuloplasty) atau operasi penggantian katup dapat memecahkan masalah ini. H. KOMPLIKASI
1. Pingsan 2. Cardiac Arrest (henti jantung) 3. Stroke 4. Gagal Jantung
8
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Riwayat penyakit a. Faktor resiko keluarga contoh penyakit jantung, stroke, hipertensi b. Riwayat IM sebelumnya (disritmia), kardiomiopati, GJK, penyakit katup jantung, hipertensi c. Penggunaan obat digitalis, quinidin dan obat anti aritmia lainnya kemungkinan untuk terjadinya intoksikasi d. Kondisi psikososial 2. Pengkajian fisik a. Aktivitas Kelelahan umum b. Sirkulasi Perubahan TD ( hipertensi atau hipotensi ); nadi mungkin tidak teratur; defisit nadi; bunyi jantung irama tak teratur, bunyi ekstra, denyut menurun; kulit warna dan kelembaban berubah misal pucat, sianosis, berkeringat; edema; haluaran urin menurun bila curah jantung menurun berat. c. Neurosensori Pusing, berdenyut, sakit kepala, disorientasi, bingung, letargi, perubahan pupil. d. Nyeri/Ketidaknyamanan Nyeri dada ringan sampai berat, dapat hilang atau tidak dengan obat antiangina, gelisah. e. Keamanan Demam; kemerahan kulit (reaksi obat); inflamasi, eritema, edema (trombosis siperfisial); kehilangan tonus otot/kekuatan
9
B. Diagnosa Keperawatan 1. Resiko tinggi penurunan curah jantung berhubungan dengan gangguan konduksi elektrikal, penurunan kontraktilitas miokardia. 2. Nyeri berhubungan dengan iskemia jaringan. 3. Risiko terhadap perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan inadekuat suplay oksigen ke jaringan. 4. Kurang pengetahuan tentang penyebab atau kondisi pengobatan berhubungan dengan
kurang
informasi/salah
pengertian
kondisi
medis/kebutuhan terapi. C. Intervensi Keperawatan 1. Resiko tinggi penurunan curah jantung berhubungan dengan gangguan konduksi elektrikal, penurunan kontraktilitas miokardia. Kriteria hasil : a. Mempertahankan/meningkatkan
curah
jantung
adekuat
yang
dibuktikan oleh TD/nadi dalam rentang normal, haluaran urin adekuat, nadi teraba sama, status mental biasa. b. Menunjukkan penurunan frekuensi/tak adanya disritmia c. Berpartisipasi dalam aktivitas yang menurunkan kerja miokardia. Intervensi : a. Raba nadi (radial, femoral, dorsalis pedis) catat frekuensi, keteraturan, amplitudo dan simetris. b. Auskultasi bunyi jantung, catat frekuensi, irama. Catat adanya denyut jantung ekstra, penurunan nadi. c. Pantau tanda vital dan kaji keadekuatan curah jantung/perfusi jaringan. d. Tentukan tipe disritmia dan catat irama : takikardi; bradikardi; disritmia atrial; disritmia ventrikel; blok jantung. e. Berikan lingkungan tenang. Kaji alasan untuk membatasi aktivitas selama fase akut. f.
Demonstrasikan/dorong penggunaan perilaku pengaturan stres misal relaksasi nafas dalam, bimbingan imajinasi.
10
g. Selidiki laporan nyeri, catat lokasi, lamanya, intensitas dan faktor penghilang/pemberat. Catat petunjuk nyeri non-verbal contoh wajah mengkerut, menangis, perubahan TD. h. Siapkan/lakukan resusitasi jantung paru sesuai indikasi. i.
Pantau pemeriksaan laboratorium, contoh elektrolit.
j.
Berikan oksigen tambahan sesuai indikasi.
k. Berikan obat sesuai indikasi : kalium, antidisritmia. l.
Siapkan untuk bantu kardioversi elektif.
m. Bantu pemasangan/mempertahankan fungsi pacu jantung. n. Masukkan/pertahankan masukan IV. o. Siapkan untuk prosedur diagnostik invasive. p. Siapkan untuk pemasangan otomatik kardioverter atau defibrillator.
2. Nyeri berhubungan dengan iskemia jaringan Kriteria hasil : a. Laporkan mulai berkurangnya nyeri dengan segera b. Tampak nyaman dan bebas nyeri Intervensi: a. Selidiki keluhan nyeri dada, perhatikan awitan dan factor pemberat dan penurun. Perhatikan petunjuk nonverbal ketidak nyamanan. b. Berikan lingkungan yang tenang dan tindakan kenyamanan mis: perubahan posisi, masasage punggung,kompres hangat dingin, dukungan emosional. c. Berikan aktivitas hiburan yang tepat. d. Berikan obat-obatan sesuai indikasi nyeri. 3. Risiko terhadap perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan inadekuat suplay oksigen ke jaringan. Kriteria Hasil: Resiko tidak terjadi Intervensi: a. Selidiki nyeri dada,dispnea tiba-tiba yang disertai dengan takipnea, nyeri pleuritik,sianosis pucat.
11
b. Observasi ekstremitas terhadap edema, eroitema. c. Observasi hematuri. d. Perhatikan nyeri abdomen kiri atas.
4. Kurang pengetahuan tentang penyebab atau kondisi pengobatan berhubungan dengan
kurang
informasi/salah
pengertian
kondisi
medis/kebutuhan terapi. Kriteria hasil : a. Menyatakan pemahaman tentang kondisi, program pengobatan. b. Menyatakan tindakan yang diperlukan dan kemungkinan efek samping obat. c. Melakukan prosedur yang perlu dan menjelaskan alasan tindakan. d. Menghubungkan tanda pacu jantung Intervensi : a. Kaji ulang fungsi jantung normal/konduksi elektrikal. b. Jelakan/tekankan masalah aritmia khusus dan tindakan terapeutik pada pasien/keluarga. c. Identifikasi efek merugikan/komplikasiaritmia khusus contoh kelemahan, perubahan mental, vertigo. d. Anjurkan/catat pendidikan tentang obat. Termasuk mengapa obat diperlukan; bagaimana dan kapan minum obat; apa yang dilakukan bila dosis terlupa. e. Dorong
pengembangan
latihan
rutin,
menghindari
latihan
berlebihan. f.
Kaji ulang kebutuhan diet contoh kalium dan kafein.
g. Memberikan informasi dalam bentuk tulisan bagi pasien untuk dibawa pulang. h. Anjurkan psien melakukan pengukuran nadi dengan tepat. i.
Kaji ulang kewaspadaan keamanan, teknik mengevaluasi pacu jantung dan gejala yang memerlukan intervensi medis.
12
j.
Kaji ulang prosedur untuk menghilangkan PAT contoh pijatan karotis/sinus, manuver Valsava bila perlu.
13
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan Palpitasi adalah gejala di definisikan sebagai kesadaran akan adanya detak jantung dan digambarkan oleh pasien sebagai sensasi tidak menyenangkan dari pulsasi atau gerakan di dada dan / atau daerah sekitarnya. Adanya kesadaran ini menyebabkan individu fokus pada detak jantung mereka, sifat detak jantung, baik dari segi dirasakan 'forcefulness' nya dan laju (European Heart Rhythm Association). Perasaan berdebar, denyut jantung yang cepat, atau tak beratur yang bersifat subjektif. B. Saran Penulis menyadari masih banyak terdapat kekurangan pada makalah ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan sekali kritik yang membangun bagi makalah ini, agar penulis dapat berbuat lebih baik lagi di kemudian hari. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan pembaca pada umumnya.
14