MAKALAH BOTANI TINGKAT RENDAH TENTANG JAMUR MYXOMYCOTA
DISUSUN OLEH KELOMPOK : 1 KELAS
: B/IV
ANGGOTA FERA HARDIANTI
(E1A015011)
INDRIANI NURRIZQI
(E1A015018)
MARYAM
(E1A015031)
NILA SARI
(E1A015042)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MATARAM 2017
KATA PENGANTAR Dengan segala puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, karena berkat rahmat serta hidayah-Nya akhirnya kami dapat menyelesaikan makalah ini dalam rangka untuk memenuhi tugas mata kuliah Botani Tumbuhan Rendah. Dalam menyelesaikan penyusunan karya makalah ini tidak terlepas dari bantuan banyak pihak. Kami menyampaikan ucapan terimakasih yang tak terhingga kepada pihak- pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini. Kami menyadari bahwa pada makalah ini masih terdapat banyak kekurangan mengingat keterbatasan kemampuan kami. Oleh sebab itu, kami sangat mengharapkan adanya kritik dan saran yang membangun dari para pembaca sebagai masukan bagi kami. Akhir kata kami berharap karya tulis ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan kami sebagai penulis pada khususnya. Atas segala perhatiannya kami mengucapkan banyak terimakasih.
Mataram, 15 Mei 2017
Penyusun
i
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ......................................................................................................... i DAFTAR ISI ....................................................................................................................... ii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang .................................................................................................... 1 B. Rumusan Masalah ............................................................................................... 1 C. Tujuan ................................................................................................................. 2 BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Myxomycota ..................................................................................... 3 B. Ciri Umum Myxomycota .................................................................................... 3 C. Daur Hidup Myxomycota ................................................................................... 4 D. Klasifikasi Myxomycota ..................................................................................... 6 E. Stuktur Tubuh Myxomycota ............................................................................... 11 F. Struktur Sel Myxomycota ................................................................................... 11 G. Peranan Myxomycota ......................................................................................... 11 BAB III PENUTUP A. Kesimpulan ......................................................................................................... 12 B. Saran ................................................................................................................... 12 DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Sub Divisi Myxomycotina dikenal sebagai jamur lendir plasmodial / aseluler. Jamur lendir plasmodial biasanya hidup seperti plasmodium. Mereka memiliki lapisan lendir dan bersifat fagositosit terhadap materi tumbuhan di hutan atau lahan pertanian Pada saat yang tidak menguntungkan, seperti musim kemarau, plasmodium berkembang membentuk sporangia (tunggal : sporangium). Sporangium adalah struktur reproduksi penghasil spora. Kumpulan dari sporangium disebut badan buah. Jika kondisi memungkinkan untuk tumbuh, misalnya kelembapan tinggi, spora yang dihasilkan oleh sporangium akan berkecambah. Pada proses perkecambahan, spora dilepas dalam bentuk sel- sel berflagel atau sel-sel ameboid. Pada akhirnya, kedua bentuk sel tersebut bersatu membentuk zigot dan tumbuh membentuk plasmodium multinukleat lagi. Myxomycota merupakan jamur lendir yang tidak bersekat. Jamur ini berinti banyak, setiap intinya tidak dipisahkan oleh adanya sekat, bersifat uniseluler ataupun multiseluler, dan dapat bergerak bebas. Jamur lendir hidup di batang kayu yang membusuk, tanah lembap, sampah basah, kayu lapuk, dan di hutan basah. Jamur lendir dapat berkembang biak dengan cara vegetatif dan generatif. Fase vegetatif Plasmodium bergerak amoeboid mengelilingi dan menelan makanan berupa bahan organik.Makanan dicerna dalam vakuola makanan. Sisa yang tidak dicerna ditinggal sewaktu plasmodium bergerak. Jika telah dewasa, Plasmodium membentuk sporangium (kotak spora). Sporangium yang masak akan pecah dan spora tersebar dengan bantuan angin. Spora yang berkecambah akan membentuk sel gamet yang bersifat haploid, kemudian sel gamet ini melakukan singami. Singami adalah peleburan dua gamet yang bentuk dan ukurannya sama (yang tidak dapat dibedakan jantan dan betinanya). Hasil peleburan berupa zigot dan zigot tumbuh dewasa. Pada Myxomycota, massa berinti banyak yang disebut Plasmodium (jangan dikacaukan dengan plasmodium penyebab malaria), bergerak berpindah tempat di tanah atau sepanjang dasar hutan, di daun, kayu busuk untuk memakan bakteri. Plasmodium mempunyai banyak inti, tetapi tidak dapat dibagi menjadi beberapa sel-sel terpisah. Myxomycota yang sedang bergerak dapat seukuran buah anggur. Saat Plasmodium membesar, intinya membelah. Sebaliknya, pada Acrasiomycota, sel-sel individu tetap terpisah saat mereka bergabung membentuk pseudoplasmodium atau massa multiseluler. B. Rumusan Masalah 1. Apakah yang di maksud dengan Myxomycota ? 2. Bagaimanakah ciri-ciri umum dari Myxomycota ? 3. Bagaimanakah daur hidup Myxomycota ? 1
4. Bagaimanakah pengklasifikasian dari Myxomycota ? 5. Apakah peranan dari Myxomycota ? C. Tujuan 1. Untuk mengetahui pengertian dari Myxomycota. 2. Untuk mengetahui dengan jelas ciri- ciri Myxomycota . 3. Untuk dapat mengetahui daur hidup Myxomycota . 4. Untuk mengetahui pengklasifikasian dari M yxomycota. 5. Untuk mengetahui peranan dari Myxomycota .
2
BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Myxomycota Jamur lendir atau Myxomycota adalah sekelompok protista yang berpenampilan mirip jamur namun berperilaku menyerupai amoeba. Myxomycota berasal dari kata myxo yang artinya lendir, dan mykes yang artinya cendawan. Myxomycota disebut jamur lendir (kapang lendir), karena salah satu fase hidupnya berupa plasma atau lendir. Myxomycota merupakan jamur lendir yang tidak bersekat. Jamur ini berinti banyak, setiap intinya tidak dipisahkan oleh adanya sekat, bersifat uni seluler ataupun multi seluler, dan dapat bergerak bebas. Dengan sifat yang berupa plasma yang dapat mengalir mengambil makanan dan mencernakan dalam vakuola makanan, sehingga Myxomycota sukar ditentukan termasuk hewan atau tumbuhan. Jamur lendir banyak di jumpai di tempat-tempat yang basah dan banyak mengandung zat organik, misalnya pada kayu yang sudah lapuk. Ciri umum myxomycota adalah memiliki fase soma berupa plasmodium.
Sama halnya dengan jamur air, beberapa jamur lendir jika hidup parasit pada tanaman akan menginfeksi akar tanaman yang menyebabkan pembengkakan akar dan penyakit yang dikenal dengan ‘bengkak akar’. Tanaman yang terserang jamur ini akarnya akan membusuk dan lama kelamaan akan mati. Infeksi terjadi bila zoospora menembus anak akar tanaman inangnya dan segera menjadi myxamoeba (organisme amoeboid yang telanjang) yang tumbuh menjadi plasmodium. B. Ciri-Ciri Umum Myxomycota a.
Tubuhnya berbentuk lendir, sehingga disebut jamur lendir.
b. Cara hidup sebagai saprofit atau seperti hewan – hewan lainnya yaitu dapat mengambil zat makanan yang bersifat cair maupun padat, misalnya dalam bentuk glikogen dari organisme lain.
3
c.
Organisme yang termasuk Myxomycota dapat ditumbuhkan diatas media agar, dan makanannya berupa bakteri, miselium, potongan agar atau miksoamoeba haploid. Makanan
dicerna
dalam
vakuola,
atau
dengan
menggunakan
enzim
yang
disekresikannya. d.
Spora dapat berkecambah dalam air atau substrat basah menjadi sel kembar yang disebut miksoflagellata.
e.
Dalam keadaan vegetatif tubuhnya berupa masa protoplasma telanjang yang bergerak sebagai amoeba, disebut plasmodium. Plasmodium akan membentuk sporangium yang menghasilkan spora, pseudopodia.
f.
Amebazigot dengan sesamanya dapat bersatu menjadi plasmodium yang besar dengan banyak inti. Plasmodium tidak pernah membentuk sekat-sekat, jadi hanya berupa kumpulan protoplas yang menjadi satu.
g.
Makanan cadangan bepupa glikogen.
h.
Myxomycota hidup di tanah-tanah hutan, di atas daun-daun yang gugur, dalam kayu yang sudah lapuk, atau merayap ke mana-mana.
i.
Myxomycota dapat bergerak secara kemotaksis, hidrotaksis, dan fototaksis negatif.
C. Daur Hidup Myxomycota Jamur lendir dapat berkembang biak dengan cara vegetatif dan generatif. Fase vegetatif Plasmodium bergerak amoeboid mengelilingi dan menelan makanan berupa bahan organik. Makanan dicerna dalam vakuola makanan. Sisa yang tidak dicerna ditinggal sewaktu plasmodium bergerak. Jika telah dewasa, Plasmodium membentuk sporangium (kotak spora). Sporangium yang masak akan pecah dan spora tersebar dengan bantuan angin. Spora yang berkecambah akan membentuk sel gamet yang bersifat haploid, kemudian sel gamet ini melakukan singami. Singami adalah peleburan dua gamet yang bentuk dan ukurannya sama (yang tidak dapat dibedakan jantan dan betinanya). Hasil peleburan berupa zigot yang kemudian tumbuh dewasa. Massa ameboid tersebut dinamakan plasmodium. Namun, perlu diingat bahwa plasmodium yang dimaksud di sini bukanlah plasmodium yang menyebabkan penyakit malaria. Plasmodium Myxomycota merupakan massa tunggal sitoplasma yang tidak terbagi bagi oleh membran (tidak bersekat) sehingga mengandung banyak nukleus dan dapat tumbuh hingga diameter beberapa sentimeter. Nukleus pada plasmodium umumnya bersifat diploid (2n) dan dapat membelah secara mitosis secara bersamaan. Pada umumnya plasmodium berwarna cerah, kuning atau oranye.Terkadang plasmodium berbentuk seperti jaringan untuk memperluas permukaan tubuh sehingga dapat memperoleh makanan dan oksigen lebih banyak. Pada fase plasmodium, jamur lendir ini memperoleh makanannya dengan cara menjulurkan pseudopodianya ke arah makanan, kemudian makanan tersebut ditelan (fagositosis). Makanan berupa sisa-sisa daun atau kayu yang membusuk, bakteri, atau 4
jamur uniseluler yang terdapat di tanah lembap dan di hutan basah. Bila habitat mulai mengering dan makanan tidak ada, plasmodium Myxomycota berhenti tumbuh dan mengalami diferensiasi untuk memasuki tahap reproduksi generatif. Jamur lendir plasmodial bereproduksi secara vegetatif dengan membentuk sporangium dan bereproduksi secara generatif dengan singami antara sesama sel ameboid atau antara sesama sel berflagela. Terdapat sekitar 500 spesies jamur lendir plasmodial, antara lain Physarum sp., Didymium sp., dan Fuligo septica.
Siklus hidup Jamur Lendir Myxomycota
Siklus hidup jamur lendir plasmodial adalah sebagai berikut.
a. Plasmodium tumbuh dewasa dan membentuk jaringan agar mendapatkan makanan dan oksigen lebih banyak. b. Pada saat kondisi lingkungan kurang menguntungkan (misalnya saat kekeringan), plasmodium dewasa membentuk sporangium bertangkai (stalk). Plasmodium dewasa memiliki kromosom diploid (2n). c. Di dalam sporangium terjadi pembelahan secara meiosis dan menghasilkan spora yang haploid (n). Spora ini tahan terhadap kekeringan. d. Bila kondisi lingkungan membaik, maka spora akan berkecambah membentuk sel aktif yang haploid (n). 5
e. Sel-sel aktif tersebut memiliki bentuk yang berbeda dan dapat berubah menjadi sel amoeboid atau sel berflagela. f. Terjadi singami antara sel-sel yang memiliki bentuk yang sama. Singami menghasilkan zigot yang berkromosom diploid (2n). g. Nukieus (inti) zigot yang diploid (2n) membelah secara mitosis tanpa disertai pembelahan sitoplasma membentuk plasmodium pemakan yang diploid (2n). D. Klasifikasi Myxomycota Divisi Myxomycota dibagi menjadi Plasmodiophoromycetes, dan Myxomycetes 1. Kelas Pseudomyxomycetes
3
kelas
yaitu
Pseudomyxomycetes,
Oraganisme yang masuk dalam kelas ini tidak mudah dikenal, karena tubuhtubuhnya hanya tampak sebentar saja, karena kecilnya talus pada tahap vegetative, dan biasanya karena keseluruhannya kurang menarik perhatian. Pada tahap vegetatif Pseudomyxomycetes terdiri atas satu sel yang tidak berdinding, sedang intinya satu haploid. Sel ini berupa satu tetes protoplasma mirip dengan suatu amoeba dan oleh karena itu disebut myxamoeba. Makanannya pun mirip dengan apa yang dimakan amoeba, yaitu bakteri dan zat-at organic lainnya. Pseudomyxomycetes tidak menghasilkan sel yang berflagel, cara bergeraknya myxamoeba sama dengan bergeraknya amoeba. Pada suatu waktu tertentu myxamoeba-myxamoeba berkumpul menjadi satu kelompok lendir, namum tiap-tiap sel masih tetap tampak sendiri-sendiri. Oleh karena itu, kelompok lendir ini tidak merupakan suatu plasmodium, melainkan pseudoplasmodium. Kelas Pseudomyxomycetes dibagi menjadi dua ordo yaitu Ordo Acrasiales dan Ordo Labyrinthulales : a. Ordo Acrasiales Tubuh Acrasiales disebut sorokarp, yaitu suatu bentuk yang terdiri atas suatu himpunan “buah- buah”. Tubuh buah itu bercabang-cabang dan besarnya sampai lebih dari 1 cm. Pada beberapa spesies tertentu sorokarp itu sederhana, terdiri atas satu tangkai yang membawakan satu kelompok spora diujungnya. Pada beberapa spesies yang lain sporokarp bercabang-cabang, dan pada tiap ujung cabang terdapat satu kelompok spora. Siklus hidup Acrasiales berawal dari spora yang terlepas dari sorokarp dan berkecambah menjadi bentuk serupa amoeba (myxamoeba). Myxamoeba ini berkembangbiak, dan keturunannya tetap berkelompok sehingga terbentuklah suatu kelompok protoplasma dengan banyak inti. Masing-masing inti adalah haploid. Bentuk sorokarp berbeda-beda menurut spesiesnya, dan berdasarkan perbedaan itu ordo Acrasiales diklasifikasikan sebagai berikut. Ordo Acrasiales dibagi atas 4 famili, yaitu :
6
1) Famili Sappiniaceae dengan sorokarp yang sederhana. Kepala sorokarp berupa gada. Antara tangkai dan kepala tidak tampak batas yang jelas. Genus Sappinia mempunyai 1 spesies. 2) Famili Guttulinaceae dengan sorokarp berupa bola atau serupa gelembung. Antara tangkai dan kepala tampak batas yang jelas. Sebagai contoh ialah : Guttulina, Guttulinopsis dan , Acrasis. 3) Famili Acytosteliaceae dengan sorokarp yang tidak terdiri atas sel. Pada pangkal tangkai terdapat semacam kepingan sebagai landasan. Contoh dari famili ini ialah : Protostelium, Acytostelium 4) Famili Dictyosteliaceae dengan sorokarp yang langsing. Tangkai panjang, tunggal atau majemuk, bercabang-cabang lateral atau diujung. Pangkal tangkai serupa kepingan atau serupa bongkol. Kepala sorokarp kecil, serupa bola. Contonya adalah : Dictyostelium, Polysphondylium, dan Coenonia. b. Ordo Labyrinthulales Labyrinthulales adalah ordo kecil terdiri atas organisme-organisme penghuni perairan (terutama laut) maupun darat. Organisme ini boleh dianggap sebagai koloni dari sel-sel yang bentuknya serupa kumparan atau serupa telur. Sel-sel itu tidak berinding, dan tiap sel berinti satu. Sel-sel tersebut terhimpun menjadi satu kelompok oleh benang-benang dari lendir, dan sel-sel dapat bergerak lewat benang-benang tersebut. Benang-benang merupakan suatu jaring-jaring tempat koloni bersemayam. Kebanyakan Labyrinthulales hidup dilaut sebagai parasit pada bangsa ganggang, misalnya Ulva, atau pada tumbuhan tinggi seperti Zostera, suatu rumput laut. Dari Labyrinthula algeriensis diketahui, bahwa organisme ini menghasilkan zoospora yang berflagel 2 tak sama panjang. Sel-selnya berinti satu, dalam inti terdapat nukleolus. Sel membelah diri secara mitosis, sedang arahnya transversal. Sejumlah sel berkelompok di suatu tempat tertentu dalam jaring-jaring lendir. Tiap sel membesar dan berubah menjadi sporosit yang mengandung enam, delapan, atau lebih spora. Spora-spora ini berselaput lendir dan berflagel dua. Setelah terlepas dari sporosit, spora tersebut berenang-renang sebentar, lalu menanggalkan flagel serta membelah diri berkali-kali hingga terbentuk satu koloni baru. Selaput spora berkembang menjadi benang-benang lendir. Sel pada Labyrinthula minuta membelah dua kali berturut-turut, yang pertama secara membujur. Dengan demikian terjadi satu kelompok yang terdiri atas 4 sel. Keempat sel ini kemudian berceraian dan masingmasing membelah diri lagi seperti diuraikan di atas. Ordo Labyrinthulales terdiri atas 4 genus, tetapi yang terkenal hanya 2 yaitu: 1) Labyrinthula dengan contoh-contohnya Labyrinthula minuta, L. algeriensis, L.vitellina, L. macrocystis. Kebanyakan hidup di laut. 2) Labyrinthorhiza. Pada umumnya Labyrinthoriza adalah penghuni air tawar. 7
2. Kelas Plasmodiophoromycetes Jamur-jamur yang dikelompokkan dalam kelas ini memiliki banyak persamaan dengan jamur Myxomycetes, misalnya talus berupa plasmodium, dan adanya zoospora. Kelas ini hanya terdiri dari satu ordo saja, yaitu ordo Plasmodiophorales, dan ordo ini terdiri dari satu famili saja, yaitu famili Plasmodiophoraceae. Famili ini terdiri atas 9 genus, yang dibedakan dari yang lainnya berdasarkan sifat spora istirahat. Ke 9 genus itu ialah Plasmodiophora, Spongospora, Sorodiscus, Sorophaera, Ligniera, Etramyxa, Octomyxa, Polymyxa, dan Woromina. Kebanyakan dari genus-genus ini hidup sebagai parasit pada ganggang Vaucheria, atau pada jamur air Saprolignea, Achlia, dan Pythium. Beberapa spesies hidup sebagai parasit pada tumbuhan berpembuluh yang hidup di air tawar atau didarat seperti kol, kentang, dll. Talus berupa dua plasmodium yang hidup dalam sel inang. Plasmodium menghasilkan zoosporangium yang mengandung zoospora, atau langsung membagi bagi diri menjadi spora istirahat berinti satu. Pada beberapa spesies, spora-spora istirahat terhimpun menjadi suatu bola atau cakram tanpa ada tubuh buah. Tiap spora istirahat kemudian menghasilkan 1 sel kembara. Baik sel kembara maupun zoospora mempunyai 2 flagel polos yang tidak sama panjangnya. Pembelahan inti dalam fase plasmodium berlangsung menurut suatu cara yang hanya kedapatan pada protozoa. Tiap-tiap inti membelah diri dengan membentuk gelendong, sedikit demi sedikit bercerai kromosom-kromosom dari bidang equator menuju kutub yang berdekatan. Sementara itu, nukleolus membagi diri atas 2 bagian dan bagian-bagian itu bergerak mengikuti gerakan kelompok kromosom yang menuju ke kutub. Seringkali dikatakan, bahwa pada suatu ketika datang fase tanpa inti (akaryotik). Kemudian, spora istirahat tumbuh menghasilkan 1 sel kembara berinti 1, berflagel 2 tak sama. Kemudian sel kembara masuk kedalam inang dan tumbuh menjadi plasmodium. Pada suatu waktu, plasmodium membagi diri menjadi zoosporangium yang biasanya berinti banyak. Zoosporangium menghasilkan zoospora-zoospora yang haploid. Ada kalanya plasmodium membagi dirinya menjadi spora istirahat. Bentuk spora istirahat ti dak dapat dibedakan dengan zoosporangium kecuali zoosporangium sedang menghasilkan spora. 2. Kelas Myxomycetes Berdasarkan ciri-ciri yang khas, beberapa ahli menyebutnya Mycetozoa (kata Yunani Mykes = Jamur, Zoon = Hewan) dalam siklus hidup organisme-organisme tersebut terdapat tahap atau fase yang serupa dengan kehidupan protozoa, berseling dengan tahap atau fase yang mirip dengan kehidupan jamur biasa. Beberapa ahli yang lainnya menamakan kelompok organisme ini Myxomycetes (kata Yunani Myxa = lendir, Mykes = jamur) atau jamur lendir, dan pada fase lain tampaknya seperti jamur. Makanan jamur lendir yaitu bakteri, protozoa, dan mikroorganisme yang lain. Dalam hal ini dapat dikatakan mereka membantu manusia dalam “pembersihan” lingkungan. Di samping itu, jamur lendir berguna sebagai bahan studi protoplasma dan morfogenesis dalam laboratorium. Jamur lendir hidup bebas, dan dalam fase lendir dapat berpindah-pindah dengan menjulur ke tempat-tempat lain yang mengandung banyak makanan. Dalam siklus hidupnya terdapat fase vegetatif yang diseling dengan fase generatif. Dalam fase vegetatif bentuknya serupa seonggok lendir (protoplasma) 8
tak berdinding, dan menjulur kemana-mana seperti amoeba. Dalam fase generatif bentuknya tetap dan terpaku pada suatu tempat tertentu. Bentuk itu adalah tubuh buah dimana spora-spora kembara dibentuk. Kebanyakan jamur lendir menghasilkan tubuh buah yang cerah warnanya. Tubuh buah itu berdinding (peridium). Fase pembentukan tubuh buah dengan spora itu disebut fase generatif atau fase pembiakan. Kelas Myxomycetes dibagi menjadi 6 ordo berdasarkan cara pembentukan spora, warna spora, bentuk tubuh buah, dan kadar kapur yang dikandung tubuh buah. Keenam ordo itu ialah Ceratiomyxales, Liceales, Trichiales, Echinosteliales, Stemonitales, dan Physarales. a. Subklas Ceratiomyxomycetidae (Exosporae) Subklas ini terdiri dari satu ordo, yaitu Ceratiomyxales dengan satu famili yaitu Ceratiomyxaceae, dan satu genus yaitu Ceratiomyxa. Dari genus ini dikenal 3 spesies, dan Ceratiomyxa fruticulosa adalah yang paling terkenal. Siklus hidupnya berbeda dengan siklus hidup Myxomycetes yang lainnya. Tubuh buah berwarna putih, banyak bercabang. Spora istirahat terdapat pada permukaan tubuh buah yang bercabang-cabang tanpa tertutup oleh peridium, itulah sebabnya ada penamaan Exosporae. b. Subklas Myxogastromycetidae (Myxogastres) Jika keadaan menguntungkan untuk Myxogastres, tiap spora menghasilkan satu sampai empat spora kembara. Spora kembara dapat berfungsi sebagai gamet dan segera mengadakan perkawinan, atau spora kembara dapat kehilangan flagel dulu, lalu mengalami pembelahan diri beberapa kali, dan akhirnya mengadakan perkawinan. Plasmogami segera diikuti dengan karyogami. Zigot yang semula berflagel dan kemudian kehilangan flagelnya, atau dari semula tidak berflagel sama sekalii, hal ini bergantung kepada gamet yang mengadakan perkawinan. Zigot membesar dibarengi dengan pembelahan inti secara mitotik, dan dengan demikian terbentuklah plasmodium dengan banyak inti yang diploid. Plasmodium dapat juga terbentuk karena persatuan beberapa zigot, dan dalam perkembangannya terus dapat menampung zigot atau plasmodium lainnya. Pada saat dewasa maka plasmodium mengental dan menjadi tubuh buah. Inti-inti mengadakan meiosis sehingga terbentuklah inti-inti haploid dan kemudian tiap inti haploid terkelilingi oleh sekelumit protoplasma dengan dinding yang tebal. Demikianlah bentuk spora. Mengenai pembiakan seksual terdapat beberapa cara yang kebenarannya masih memerlukan penelitian lebih lanjut. Pada Didymium nigribes dan Physarum gyrosum pembiakan seksual oleh sel-sel berflagel maupun oleh sel-sel tak berflagel. Pada Stemonitis fusca pembiakan seksual dilakukan oleh sel berflagel dalam amorba lendir. Amoeba lendir masuk kedalamsel berflagel dengan demikian terjadilah zigot berflagel. Persatuan antara 2 sel kembala berlangsung dengan perpaduan ujung yang tidak berflagel itu kemudian lenyap, dan akhirnya zigot menjadi amoeba lendir. Segera setelah kapilitium terbentuk maka mulailah pembentukan spora. Intiinti yang diploid membelah diri secara meiosis, kemudian inti haploid mengelilingi dir dengan sedikit protoplasma disertai dengan dinding. Spora-spora tersebut berada 9
di sela-sela kapilitium tetapi tak ada hubungan dengannya. Jika peridium melenyap, barulah spora-spora dapat keluar, dibantu dengan pengembangan kapilitium. 1) Ordo Liceales Pada Liceales tidak ada kapilitium, tetapi mungkin ada atau tidak ada benang benang yang serupa itu. Martin (1949) membagi ordo ini atas tiga famili dengan sepuluh genus yang mencakup 43 spesies. Yang biasanya mudah diperoleh dimana-mana yaitu : Lycogala epidendrum, Tubifera ferruginosa, dan Dictydium cancellatum. 2) Ordo Trichiales Tubuh buah Trichiales mempunyai banyak kapilitium, jauh berbeda dengan tubuh buah Liceales. Sporanya berwarna muda. Trichiales terdapat dimana-mana, terutama pada kayu-kayuan yang sudah mati. Hemitrichia, Trichia, dan Arcyria terdapat di daerah sub-tropik di musim semi sampai musim gugur. Hemitrichia clavata terdapat pada kayu-kayuan yang telah mati. Dari genus trichia banyak dikenal Trichia scabra, Trichia persimilis, Trichia varia. Dari genus Arcyria banyak ditemukan Arcyri incarnata, Arcyria nutans, dan Arcyria cinerea. 3) Ordo Echinosteliales Spora ada yang tidak berwarna, ada juga yang berwarna agak jingga atau kuning keemasan. Dinding spora tidak halus rata, melainkan ada penebalan penebalan yang tidak teratur. Peridium mengalami disintegrasi pada waktu tubuh buah masih muda, sehingga sporangium-sporangium yang dewasa tidak ter kurung dalam peridium lagi. Dua spesies tidak mempunyai kapilitium, satu spesies mempunyai kapilitium yang kerdil, sedang satu spesies lagi kapilitiumnya merupakan jaring-jaring. Tiga diantara keempat spesies dapat menghasilkan plasmodium jika dipiara dalam medium buatan dan semuanya berbentuk protoplasma. Salah satu contoh spesiesnya yaitu Achinostelium minutum. 4) Ordo Stemonitales Di Amerik Utara terdapat 3 famili dengan 12 genus yang mencakup 64 spesies. Peridium maupun kapilitium tidak berkapur, akan tetapi tangkai tubuh buah mungkin dapat mengandung kapur. Biasanya banak kapilitium serupa benang dan berwarna abu-abu tua. Stemonitis fusca, Stemonitis splendens, dan Stemonitis axifera yang biasanya sering ditemui. Dari genus Comatricha nigra, Comatricha typhoides-lah yang paling dikenal. Comatricha laxa, Comatricha elegans, dan Comatricha cornea adalah yang biasa terdapat pada kulit pohon yang sudah mati. Lamproderma arcyriodes mempunyai peridium yang berwarna biru keemasan. 5) Ordo Physarales Ordo ini mencakup Myxogastres yang tubuh buahnya mengandung banyak kapur. Ordo ini terdiri atas dua famili dengan 12 genus yang mencakup banyak spesies. Dari genus Physarumi dikenal 68 spesies. Physarum viride, Physarum leucophaeum, dan Physarum leucopodium dikenal dimana-mana. Physarum nicaraguense adalah penghuni daerah tropik. Tipe genus yang terkenal juga ialah Badhamia, Diderma, dan Didymium. 10
E. Susunan Tubuh Myxomycota Pada Pseudomyxomycetes tubuh buahnya (sorokarp) beberapa jenis tertentu bentuknya sederhana. Terdiri atas satu tangkai yang membawa satu kelompok spora diujungnya. Pada beberapa jenis yang lain ujungnya bercabang. Tubuh jamur lendir berupa plasmodium yang merayap secara amoeboid pada substrat. Plasmodium adalah gumpalan plasma dengan banyak inti yang dibatasi oleh membran. Pada jenis tertentu berwarna kuning, jingga merah, warna tersebut umumnya disebabkan oleh pigmen yang dihasilkan oleh plasmodium. Protoplasma pada plasmodium dapat dibedakan menjadi dua zona. Zona terluar lebih kokoh dan mengandung sedikit cairan disebut ektoplasma. Protoplasma bagian dalam mempunyai lebih banyak cairan, berinti disebut endoplasma. F. Susunan Sel Myxomycota Pada jamur lendir tidak memiliki dinding sel, sel hanya dibatasi oleh membran plasma.Alat gerak ada dua macam : 1. Pseudopodia : apabila dalam bentuk myxamoeba 2. Flagela : tipe heterokon dibentuk pada sel kelamin G. Peranan Myxomycota
Keuntungan:
- Sebagai pengurai bahan organik - Sebagai penyubur tanah Kerugian: -Dapat membunuh tanaman yang belum dipanen dengan cara menghisap nutrisi. -Bisa membuat tanaman lapuk
11
BAB III PENUTUP A. Kesimpulan : Berdasarkan dari hasil yang didapatkan dapat disimpulkan bahwa : 1. Myxomycota merupakan jamur lendir yang tidak bersekat. Jamur ini berinti banyak, setiap intinya tidak dipisahkan oleh adanya sekat, bersifat uni seluler ataupun multi seluler, dan dapat bergerak bebas. 2. Jamur lendir banyak di jumpai di tempat-tempat yang basah dan banyak mengandung zat organik, misalnya pada kayu yang sudah lapuk 3. Tubuh jamur lendir berupa plasmodium yang merayap secara amoeboid pada substrat. Plasmodium adalah gumpalan plasma dengan banyak inti yang dibatasi oleh membran. 4. Protoplasma pada plasmodium dapat dibedakan menjadi dua zona. Zona terluar lebih kokoh dan mengandung sedikit cairan disebut ektoplasma. Protoplasma bagian d alam mempunyai lebih banyak cairan, berinti disebut endoplasma. 5. Jamur lendir dapat berkembang biak dengan cara vegetatif dan generatif . 6. Fase vegetatif Plasmodium bergerak amoeboid mengelilingi dan menelan makanan berupa bahan organik. Makanan dicerna dalam vakuola makanan. 7. Plasmodium membentuk sporangium (kotak spora). Sporangium yang masak akan pecah dan spora tersebar dengan bantuan angin. Spora yang berkecambah akan membentuk sel gamet yang bersifat haploid, kemudian sel gamet ini melakukan singami. Singami adalah peleburan dua gamet yang bentuk dan ukurannya sama (yang tidak dapat dibedakan jantan dan betinanya). Hasil peleburan berupa zigot yang kemudian tumbuh dewasa. Massa ameboid tersebut dinamakan plasmodium. 8. Divisi Myxomycota dibagi menjadi 3 kelas yaitu Pseudomyxomycetes, Plasmodiophoromycetes, dan Myxomycetes 9. Myxomycota dalam lingkungan dapat berperan sebagai pengurai bahan organik dan sebagai penyubur tanah. Selain itu juga dapat merugikan lingkungan karena dapat membunuh tanaman yang belum dipanen dengan cara menghisap nutrisi serta dapat membuat tanaman lapuk. B. Saran
12
DAFTAR PUSTAKA Anonim.2012.Makalah Myxomycota. Diakses dari http://cappucinophio.blogspot.co.id/2012/04/makalah-myxomycota.html pada hari Senin, 15 Mei 2017 pukul 08.00 WITA. Aripi, Nuzulul.2012.Jamur Lendir. Diakses dari http://nuzulularipin.blogspot.co.id/2012/06/jamur-lendir-atau-myxomycetes.html pada hari Senin, 15 Mei 2017 pukul 08.00 WITA. Qurnia,Dinda.2013.Makalah Biologi. Diakses dari http://dindaqoernia.blogspot.co.id/2013/08/makalah-biologi.html pada hari Senin, 15 Mei 2017 pukul 08.00 WITA.
13