MAKALAH BAKTERIOLOGI
My M ycobacter i um tube uber culo ulosis
“
”
Disusun oleh : Kelompok 6 1. 2. 3. 4.
Nasir Pangulu
(15 522 047) (Ketua)
Kartika Sari
(15 522 049) (Anggota)
Djuhriah
(15 522 027) (Anggota)
Sarah Y. Romsumbre Romsumbre
(15 522
) (Anggota)
PROGRAM STUDI D-III ANALIS KESEHATAN FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN UNIFERSITAS SAINS DAN TEKNOLOGI JAYAPURA PAPUA 2017
My M ycob cobacte cter i um tube uber culosis ulosis
“
I.
”
Latar belakang Batuk merupakan salah satu cara untuk membersihkan saluran pernapasan dari lendir dan benda asing. Sebagian besar batuk diakibatkan rangsangan pada saluran pernapasan bagian bawah ditimbulkan oleh benda asing. Batuk juga merupakan salah satu gejala penyakit paru yang paling penting, tetapi relatif tidak spesifik. Batuk merupakan masalah serius yang kadang tidak diperdulikan. Batuk yang lebih dari dua minggu perlu dicurigai karena merupakan gejala utama dari tuberkulosis paru terutama yang disertai dahak (Sondok, 2016). Tuberkulosis (TB) merupakan masalah kesehatan masyarakat yang penting di dunia ini. Pada tahun 1992 World Health Organization (WHO) telah mencanangkan tuberkulosis sebagai Global Emergency. Emergency. Laporan WHO tahun 2009 menyatakan bahwa terdapat 8,9 – 9,9 9,9 juta kasus tuberkulosis secara global. Setiap detik ada satu orang yang terinfeksi tuberkulosis di dunia ini, dan sepertiga penduduk dunia telah terinfeksi kuman tuberkulosis. Jumlah terbesar kasus TB terjadi di Asia tenggara yaitu 35% dari seluruh kasus TB di dunia (Sondok, 2016). Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium Mycobacterium tuberkulosis. tuberkulosis. Bakteri Mycobacterium tuberculosis
adalah bakteri yang dapat menyebabkan penyakit tuberkolosis atau disingkat TBC. Sumber penularan adalah penderita Tuberculosis (TB) yang dahaknya mengandung kuman TB hidup (BTA (+)). Infeksi kuman ini paling sering disebarkan melalui udara (air borne, droplets infection) (Sirman, 2013). Penyebaran melalui udara berupa partikel-partikel percikan dahak yang mengandung kuman berasal dari penderitasaat batuk, bersin, tertawa, bernyanyi atau bicara. Partikel mengandung kuman ini akan terhisap oleh orang sehat dan menimbulkan infeksi di saluran napas. Bakteri aktif mikobakteria mencemari udara yang ditinggali atau ditempati banyak manusia, karena sumber dari bakteri ini adalah manusia. Bakteri ini dapat hidup selama beberapa jam pada udara terbuka, dan selama itulah dia akan berterbangan di udara hingga akhirnyamenemukan manusia sebagai tempat hidup (Sirman, 2013).
Pencemaran oleh bakteri ini terjadi pada rumah yang penuh dengan orangnamun memiliki ventilasi yang buruk. Juga ditempat-tempat ramai yaitu sarana perhubungan seperti bis sekolah, kapal laut, juga pada asrama, penjara, bahkan dari dokter yang kurang memperhatikan sanitasi tubuhnya. Habitat asli dari bakteri ini adalah manusia,dan hanya menjadikan lingkungan sebagai perantara (Sirman, 2013). II.
Morfologi
Menurut
Sirman
(2013),
Morfologi
bakteri
Mycobacterium
tuberculosis yaitu berbentuk basil tuberkel yang merupakan batang ramping dan kurus, dapat berbentuk lurus ataupun bengkok yang panjangnya sekitar 2-4 µm dan lebar 0,2 - 0,5 µm yang bergabung membentuk rantai. Besar bakteri ini tergantung pada kondisi lingkungan. Mycobacterium tuberculosis tidak dapat diklasifikasikan sebagai bakteri gram positif atau bakteri gram negatif, karena apabila diwarnai sekali dengan zat warna basa, warna tersebut tidak dapat dihilangkan dengan alkohol, meskipun dibubuhi iodium. Oleh sebab itu bakteri ini termasuk dalam bakteri tahan asam. Mycobacterium tuberculosis cenderung lebih resisten terhadap faktor kimia dari pada bakteri yang lain karena sifat hidrofobik permukaan selnya dan
pertumbuhan
bergerombol.
Mycobacterium
tuberculosis
tidak
menghasilkan kapsul atau spora serta dinding selnya terdiri dari peptidoglikan dan DAP, dengan kandungan lipid kira-kira setinggi 60%. Pada dinding sel mycobacteria, lemak berhubungan dengan arabinogalaktan dan peptidoglikan di bawahnya. Struktur ini menurunkan permeabilitas dinding sel, sehingga mengurangi efektivitas dari antibiotik. Lipoarabinomannan,
suatu
molekul
lain
dalam
dinding
sel
mycobacteria, berperan dalam interaksi antara inang dan patogen, menjadikan Mycobacterium tuberculosis dapat bertahan hidup di dalam makrofag. Bakteri Mycobacterium memiliki sifat tidak tahan panas serta akan mati pada 6°C selama 15-20 menit. Biakan bakteri ini dapat mati jika terkena sinar matahari langsung selama 2 jam.
Dalam dahak, bakteri mycobacterium dapat bertahan selama 20-30 jam. Basil yang berada dalam percikan bahan dapat bertahan hidup 8-10 hari. Biakan basil ini apabila berada dalam suhu kamar dapat hidup 6-8 bulan dan dapat disimpan dalam lemari dengan suhu 20°C selama 2 tahun. Mycobacterim tahan terhadap berbagai khemikalia dan disinfektan antara lain phenol 5%, asam sulfat 15%, asam sitrat 3% dan NaOH 4%. Basil ini dihancurkan oleh jodium tinctur dalam 5 menit, dengan alkohol 80 % akan hancur dalam 2-10 menit. Mycobacterium tuberculosis dapat tahan hidup di udara kering maupun dalam keadaan dingin atau dapat hidup bertahun-tahun dalam lemari es. Hal ini dapat terjadi apabila kuman berada dalam sifat dormant (tidur). Pada sifat dormant ini apabila suatu saat terdapat keadaan dimana memungkinkan untuk berkembang, kuman tuberculosis ini dapat bangkit kembali. Mycobacterium tuberculosis merupakan bakteri aerob, oleh karena itu pada kasus TBC biasanya mereka ditemukan pada daerah yang banyak udaranya. Bentuk saprofit cenderung tumbuh lebih cepat, berkembang biak dengan baik pada suhu 22-23 derajat Celcius, menghasilkan lebih banyak pigmen, dan kurang tahan asam dari pada bentuk yang pathogen. Mikobakteria cepat mati dengan sinar matahari langsung, Tetapi dapat bertahan hidup beberapa jam ditempat yang gelap dan lembab. Bakteri ini biasanya berpindah dari tubuh manusia ke manusia lainnya melalui saluran pernafasan, keluar melalui udara yang dihembuskan pada proses respirasi dan terhisap masuk saat seseorang menarik nafas. Habitat asli bakteri Mycobacterium tuberculosis sendiri adalah paru-paru manusia. Infeksi dimulai saat kuman tuberkulosis berhasil berkembang biak dengan cara pembelahan diri di dalam paru – paru.
III.
Klasifikasi
Menurut Sirman (2013), adapun klasifikasi bakteri Mycobacterium
tuberculosis sebagai berikut :
Kingdom: Bacteria
Filum: Actinobacteria
Ordo: Actinomycetales
Upaordo: Corynebacterineae
Famili: Mycobacteriaceae
Genus: Mycobacterium
Spesies:Mycobacterium tuberculosis
IV. Patogenesis
Penyebaran penyakit TBC biasanya dimulai melalui udara yang tercemar dengan bakteri Mycobacterium tuberculosis yang dilepaskan pada saat penderita TBC batuk. Pada anak-anak sumber infeksi umumnya berasal dari penderita TBC dewasa. Bakteri tuberculosis ini bila sering masuk dan terkumpul di dalam paru-paru akan berkembang biak
menjadi banyak
(terutama pada orang dengan daya tahan tubuh yang rendah), dan dapat menyebar melalui pembuluh darah atau kelenjar getah bening. Oleh sebab itulah infeksi TBC dapat menginfeksi hampir seluruh organ tubuh seperti: paru-paru, otak, ginjal, saluran pencernaan, tulang, kelenjar getah bening, dan lain-lain, meskipun demikian organ tubuh yang paling sering terkena infeksi bakteri ini adalah paru-paru ( Sirman, 2013). Saat Mycobacterium tuberculosis berhasil menginfeksi paru-paru, maka dengan segera akan tumbuh koloni bakteri yang berbentuk globular (bulat). Biasanya melalui serangkaian reaksi imunologis bakteri TBC ini akan berusaha dihambat melalui pembentukan dinding di sekeliling bakteri itu oleh sel-sel paru. Mekanisme pembentukan dinding itu membuat jaringan di sekitarnya menjadi jaringan parut dan bakteri TBC akan menjadi dormant (istirahat). Bentuk-bentuk dormant inilah yang sebenarnya terlihatsebagai tuberkel pada pemeriksaan foto rontgen ( Sirman, 2013).
Pada sebagian orang dengan sistem imun yang baik, bentuk ini akan tetap dormant sepanjang hidupnya. Sedangkan pada orang-orang dengan sistem kekebalan tubuh yang kurang, bakteri ini akan mengalami perkembang biakan sehingga tuberkel bertambah banyak. Tuberkel yang banyak ini membentuk sebuah ruang di dalam paru-paru. Ruang inilah yang nantinya menjadi sumber produksi sputum(dahak). Seseorang yang telah memproduksi sputum dapat diperkirakan sedang mengalami pertumbuhan tuberkel berlebihdan positif terinfeksi TBC ( Sirman, 2013). Meningkatnya penularan infeksi yang telah dilaporkan saat ini, banyak dihubungkan dengan beberapa keadaan, antara lain memburuknya kondisi sosial ekonomi, belum optimalnya fasilitas pelayanan kesehatan masyarakat, meningkatnya jumlah penduduk yang tidak mempunyai tempat tinggal dan adanya epidemi dari infeksi HIV. Disamping itu daya tahan tubuh yang lemah/menurun, virulensi dan jumlah kuman merupakan faktor yang memegang peranan penting dalam terjadinya infeksi TBC ( Sirman, 2013).
Adapun riwayat terjadinya tuberculosis dapat dibagi menjadi 2 tahap yaitu tahap infeksi primer dan pasca primer. Infeksi primer terjadi saat seseorang terpapar pertama kali dengan kuman TB. Droplet yang terhirup sangat kecil ukurannya, sehingga dapat melewati sistem pertahanan mukosillier bronkus, dan terus berjalan sehinga sampai di alveolus dan menetap disana. Infeksi dimulai saat kuman TB berhasil berkembang biak dengan cara pembelahan diri di paru-paru, yang mengakibatkan peradangan di dalam paru, saluran limfeakan membawa kuman TB ke kelenjar limfe disekitar hilus paru, dan ini disebut sebagai kompleks primer. Waktu antara terjadinya infeksi sampai pembentukan kompleks primer adalah 4 - 6 minggu. Adanya infeksi dapat dibuktikan dengan terjadinya perubahan reaksituberkulin dari negatif menjadi positif (Sirman, 2013). Kelanjutan setelah infeksi primer tergantung kuman yang masuk dan besarnya respon daya tahan tubuh (imunitas seluler). Pada umumnya reaksi daya tahan tubuh tersebut dapat menghentikan perkembangan kuman TB.
Meskipun demikian, ada beberapa kuman akan menetap sebagai kuman persister atau dormant (tidur). Kadang-kadang daya tahan tubuh tidak mampu menghentikan perkembangan kuman, akibatnya dalam beberapa bulan, yang bersangkutan akan menjadi penderita Tuberkulosis. Masa inkubasi, yaitu waktu yang diperlukan mulai terinfeksi sampai menjadi sakit, diperkirakan sekitar 6 bulan ( Sirman, 2013). Tahap kedua yaitu Tuberkulosis Pasca Primer (Post Primary TB) biasanya terjadi setelah beberapa bulan atau tahun sesudah infeksi primer, misalnya karena daya tahan tubuh menurun akibat terinfeksi HIV atau status gizi yang buruk. Ciri khas darituberkulosis pasca primer adalah kerusakan paru yang luas dengan terjadinya kavitas atau efusi pleura ( Sirman, 2013). Menurut Sirman (2013),
Penderita penyakit tuberculosis dapat
mengalami komplikasi dimana komplikasi inisering terjadi pada penderita stadium lanjut. Beberapa komplikasinya adalah sebagai berikut: 1. Hemoptisis berat (perdarahan dari saluran napas bawah) yang dapatmengakibatkan
kematian
karena
syok
hipovolemik
atau
tersumbatnya jalan napas. 2. Kolaps dari lobus akibat retraksi bronkial. 3. Bronkiectasis dan Fibrosis pada paru. 4. Pneumotoraks spontan: kolaps spontan karena kerusakan jaringan paru. 5. Penyebaran infeksi ke organ lain seperti otak, tulang, persendian, ginjal dansebagainya. 6. Insufisiensi Kardio Pulmoner (Cardio Pulmonary Insufficiency). Komplikasi akibat penyakit TBC dapat menyerang beberapa organ vital tubuh, diantaranya adalah tulang, usus, otak serta ginjal. TBC tulang ini bisa disebabkan oleh bakteri TBC yang mengendap di paru-paru, lalu terjadi komplikasi dan masuk ke tulang. Atau bisa juga bakteri TBC langsung masuk ke tulang lewat aliran darah dari paru-paru. Waktu yang dibutuhkan bakteri untuk masuk dan merusak tulang bervariasi. Ada yang singkat, tapi ada pula yang lama hingga bertahun-tahun. Bakteri TBC biasanya akan berkembang biak dengan pesat saat kondisi tubuh sedang lemah, misalnya
selagi anak terkena penyakit berat. Saat itu kekebalan tubuhnya menurun, sehingga bakteri pun leluasa menjalankan aksinya ( Sirman, 2013). Bagian tulang yang biasa diserang bakteri TBC adalah sendi panggul, panggul dantulang belakang. Gangguan tulang belakang bisa terlihat dari bentuk tulang belakang penderita. Biasanya tidak bisa tegak, bisa miring ke kiri, ke kanan, atau ke depan. Sendi panggul yang rusak pun membuat penderita tidak bisa berjalan dengan normal. Sedangkan pada ibu hamil, kelainan panggul membuatnya tidak bisa melahirkan secara normal. Jika kelainannya masih ringan, upaya pemberian obat-obatan dan operasi bisa dilakukan. Lain halnya jika berat, tindakan operasi tidak bisa menolong karena sendi atau tulang sudah hancur. Penderita bisa cacat seumur hidup (Sirman, 2013). Selain karena komplikasi, TBC usus ini bisa timbul karena penderita mengonsumsi makanan/minuman yang tercemar bakteri TBC. Bakteri ini bisa menyebabkan gangguan seperti penyumbatan, penyempitan, bahkan membusuknya usus. Ciri penderita TBC usus antara lain anak sering muntah akibat penyempitan usus hingga menyumbat saluran cerna. Mendiagnosis TBC usus tidaklah mudah karena gejalanya hampir sama dengan penyakit lain. Ciri lainnya tergantung bagian mana dan seberapa luas bakteri itu merusak usus. Demikian juga dengan pengobatannya. Jika ada bagian usus yang
membusuk,
dokter
akan
membuang
bagian
usus
itu
lalu
menyambungnya dengan bagian usus lain ( Sirman, 2013). Bakteri TBC juga bisa menyerang otak. Gejalanya hampir sama dengan orang yang terkena radang selaput otak, seperti panas tinggi, gangguan kesadaran, kejang-kejang, juga penyempitan sel-sel saraf di otak. Kalau sampai menyerang selaput otak, penderita harus menjalani perawatan yang lama. Sayangnya, gara-gara sel-sel sarafnya rusak, penderita tidak bisa kembali ke kondisi normal ( Sirman, 2013). Bakteri TBC pun bisa merusak fungsi ginjal. Akibatnya, proses pembuangan racun tubuh akan terganggu. Selanjutnya bukan tidak mungkin bakal mengalami gagal ginjal. Gejala yang biasa terjadi antara lain mual-
muntah, nafsu makan menurun, sakit kepala,lemah, dan sejenisnya. Gagal ginjal akut bisa sembuh sempurna dengan perawatan dan pengobatan yang tepat.
Sedangkan
gagal
ginjal
kronik
sudah
tidak
dapat
disembuhkan.Beberapa di antaranya harus menjalani cangkok ginjal ( Sirman, 2013).
Penderita yang mengalami komplikasi berat perlu dirawat inap di rumah sakit. Penderita TB paru dengan kerusakan jaringan luas yang telah sembuh (BTA negatif) masih bisa mengalami batuk darah. Keadaan ini seringkali dikelirukan dengan kasus kambuh.Pada kasus seperti ini, pengobatan dengan OAT (Obat Anti Tuberkulosis) tidak diperlukan, tapi cukup diberikan pengobatan simptomatis. Bila perdarahan berat, penderita harus dirujuk ke unit spesialistik (Sirman, 2013).
V.
Gejala klinis
Menurut Sirman (2013), Gejala penyakit TBC digolongkan menjadi dua bagian, yaitu gejala umum dan gejala khusus. Sulitnya mendeteksi dan menegakkan diagnosa TBC adalah disebabkan gambaran secara klinis dari si penderita yang tidak khas, terutama pada kasus-kasus baru. 1. Gejala umum (Sistemik) a. Demam tidak terlalu tinggi yang berlangsung lama, biasanya dirasakan malamhari disertai keringat malam. Kadang-kadang serangan demam sepertiinfluenza dan bersifat hilang timbul. b. Penurunan nafsu makan dan berat badan. c. Batuk-batuk selama lebih dari 3 minggu (dapat disertai dengan darah). d. Perasaan tidak enak (malaise), lemah. 2. Gejala khusus (Khas) a. Tergantung dari organ tubuh mana yang terkena, bila terjadi sumbatan sebagian bronkus (saluran yang menuju ke paru-paru) akibat penekanan kelenjar getah bening yang membesar, akan
menimbulkan suara "mengi", suara nafasmelemah yang disertai sesak. b. Kalau ada cairan dirongga pleura (pembungkus paru-paru), dapat disertai dengan keluhan sakit dada. c. Bila mengenai tulang, maka akan terjadi gejala seperti infeksi tulang yang pada suatu saat dapat membentuk saluran dan bermuara pada kulit di atasnya, pada muara ini akan keluar cairan nanah. d. Pada anak-anak dapat mengenai otak (lapisan pembungkus otak) dan disebut sebagai meningitis (radang selaput otak), gejalanya adalah demam tinggi, adanya penurunan kesadaran dan kejang-kejang. Pada penderita usia anak-anak apabila tidak menimbulkan gejala, Maka TBC dapatterdeteksi kalau diketahui adanya kontak dengan pasien TBC dewasa. Sekitar 30-50%anak-anak yang terjadi kontak dengan penderita TBC paru dewasa memberikan hasil ujituberkulin positif. Pada anak usia 3 bulan – 5 tahun yang tinggal serumah dengan penderitaTBC paru dewasa dengan BTA positif, dilaporkan 30% terinfeksi berdasarkan pemeriksaan serologi/darah. Pemeriksaan pertama terhadap keadaan umum pasien mungkin ditemukan konjungtiva mata atau kulit yang pucat karena anemia, suhu demam (subfibris), badan kurus atau berat badan menurun. Tempat kelainan lesi TB yang perlu dicurigai adalah bagian apeks paru. Bila dicurigai infiltrat yang agak luas, maka akan didapatkan perkusi yang redup dan auskultasi nafas bronkial. Akan didapatkan juga suara nafas tambahan berupa ronkhi basah, kasar, dan nyaring. Tetapi bila infiltrat ini diliputi oleh penebalan pleura, suara nafasnya menjadi vesikular melemah.
VI.
Toksin
Dasar sifat virulensi kuman ini belum diketahui. Kuman ini tidak membuat toksin, namun keanekaragaman komponen dari kuman ini memiliki keaktifan biologis yang berbeda-beda yang dapat mempengaruhi patogenensis, alergi dan
kekebalan pada penyakit ini. Virulensi tergantung pada 2 senyawa diselubung sel M.tuberculosis yang berminyak (Muslim, 2012).
VII. Daya tahan
Kuman ini tahan terhadap desinfektan kimia dan pengeringan. Dapat mati pada suhu 60oc selama 20 menit, ataupun pada suhu 100oc dengan waktu yang lebih singkat. Jika terkena sinar matahari, biakan kuman mati dalam waktu 2 jam. Pada dahak kuman ini dapat bertahan 20-30 jam walaupun disinari matahari. Selain itu, kuman mati oleh tincture iodii, etanol 80% dan fenol 50% (Muslim, 2012).
VIII. Cara penularan
Penyebaran penyakit TBC biasanya dimulai melalui udara yang tercemar dengan bakteri Mycobacterium tuberculosis yang dilepaskan pada saat penderita TBC batuk. Pada anak-anak sumber infeksi umumnya berasal dari penderita TBC dewasa. Bakteri tuberculosis ini bila sering masuk dan terkumpul di dalam paru-paru akan berkembang biak
menjadi banyak
(terutama pada orang dengan daya tahan tubuh yang rendah), dan dapat menyebar melalui pembuluh darah atau kelenjar getah bening. Oleh sebab itulah infeksi TBC dapat menginfeksi hampir seluruh organ tubuh seperti: paru-paru, otak, ginjal, saluran pencernaan, tulang, kelenjar getah bening, dan lain-lain, meskipun demikian organ tubuh yang paling sering terkena infeksi bakteri ini adalah paru-paru ( Sirman, 2013). Saat Mycobacterium tuberculosis berhasil menginfeksi paru-paru, maka dengan segera akan tumbuh koloni bakteri yang berbentuk globular (bulat). Biasanya melalui serangkaian reaksi imunologis bakteri TBC ini akan berusaha dihambat melalui pembentukan dinding di sekeliling bakteri itu oleh sel-sel paru. Mekanisme pembentukan dinding itu membuat jaringan di sekitarnya menjadi jaringan parut dan bakteri TBC akan menjadi dormant (istirahat). Bentuk-bentuk dormant inilah yang sebenarnya terlihat sebagai tuberkel pada pemeriksaan foto rontgen ( Sirman, 2013). Pada sebagian orang dengan sistem imun yang baik, bentuk ini akan tetap dormant sepanjang hidupnya. Sedangkan pada orang-orang dengan
sistem kekebalan tubuh yang kurang, bakteri ini akan mengalami perkembang biakan sehingga tuberkel bertambah banyak. Tuberkel yang banyak ini membentuk sebuah ruang di dalam paru-paru. Ruang inilah yang nantinya menjadi sumber produksi sputum(dahak). Seseorang yang telah memproduksi sputum dapat diperkirakan sedang mengalami pertumbuhan tuberkel berlebihdan positif terinfeksi TBC ( Sirman, 2013). Meningkatnya penularan infeksi yang telah dilaporkan saat ini, banyak dihubungkan dengan beberapa keadaan, antara lain memburuknya kondisi sosial ekonomi, belum optimalnya fasilitas pelayanan kesehatan masyarakat, meningkatnya jumlah penduduk yang tidak mempunyai tempat tinggal dan adanya epidemi dari infeksi HIV. Disamping itu daya tahan tubuh yang lemah/menurun, virulensi dan jumlah kuman merupakan faktor yang memegang peranan penting dalam terjadinya infeksi TBC ( Sirman, 2013).
Adapun riwayat terjadinya tuberculosis dapat dibagi menjadi 2 tahap yaitu tahap infeksi primer dan pasca primer. Infeksi primer terjadi saat seseorang terpapar pertama kali dengan kuman TB. Droplet yang terhirup sangat kecil ukurannya, sehingga dapat melewati sistem pertahanan mukosillier bronkus, dan terus berjalan sehinga sampai di alveolus dan menetap disana. Infeksi dimulai saat kuman TB berhasil berkembang biak dengan cara pembelahan diri di paru-paru, yang mengakibatkan peradangan di dalam paru, saluran limfeakan membawa kuman TB ke kelenjar limfe disekitar hilus paru, dan ini disebut sebagai kompleks primer. Waktu antara terjadinya infeksi sampai pembentukan kompleks primer adalah 4 - 6 minggu. Adanya infeksi dapat dibuktikan dengan terjadinya perubahan reaksituberkulin dari negatif menjadi positif (Sirman, 2013). Kelanjutan setelah infeksi primer tergantung kuman yang masuk dan besarnya respon daya tahan tubuh (imunitas seluler). Pada umumnya reaksi daya tahan tubuh tersebut dapat menghentikan perkembangan kuman TB. Meskipun demikian, ada beberapa kuman akan menetap sebagai kuman persister atau dormant (tidur). Kadang-kadang daya tahan tubuh tidak
mampu menghentikan perkembangan kuman, akibatnya dalam beberapa bulan, yang bersangkutan akan menjadi penderita Tuberkulosis. Masa inkubasi, yaitu waktu yang diperlukan mulai terinfeksi sampai menjadi sakit, diperkirakan sekitar 6 bulan ( Sirman, 2013). Tahap kedua yaitu Tuberkulosis Pasca Primer (Post Primary TB) biasanya terjadi setelah beberapa bulan atau tahun sesudah infeksi primer, misalnya karena daya tahan tubuh menurun akibat terinfeksi HIV atau status gizi yang buruk. Ciri khas darituberkulosis pasca primer adalah kerusakan paru yang luas dengan terjadinya kavitas atau efusi pleura ( Sirman, 2013). Menurut Sirman (2013), penderita penyakit tuberculosis dapat mengalami komplikasi dimana komplikasi inisering terjadi pada penderita stadium lanjut. Beberapa komplikasinya adalah sebagai berikut: 1. Hemoptisis berat (perdarahan dari saluran napas bawah) yang dapatmengakibatkan
kematian
karena
syok
hipovolemik
atau
tersumbatnya jalan napas. 2. Kolaps dari lobus akibat retraksi bronkial. 3. Bronkiectasis dan Fibrosis pada paru. 4. Pneumotoraks spontan: kolaps spontan karena kerusakan jaringan paru. 5. Penyebaran infeksi ke organ lain seperti otak, tulang, persendian, ginjal dansebagainya. 6. Insufisiensi Kardio Pulmoner (Cardio Pulmonary Insufficiency). Komplikasi akibat penyakit TBC dapat menyerang beberapa organ vital tubuh, diantaranya adalah tulang, usus, otak serta ginjal. TBC tulang ini bisa disebabkan oleh bakteri TBC yang mengendap di paru-paru, lalu terjadi komplikasi dan masuk ke tulang. Atau bisa juga bakteri TBC langsung masuk ke tulang lewat aliran darah dari paru-paru. Waktu yang dibutuhkan bakteri untuk masuk dan merusak tulang bervariasi. Ada yang singkat, tapi ada pula yang lama hingga bertahun-tahun. Bakteri TBC biasanya akan berkembang biak dengan pesat saat kondisi tubuh sedang lemah, misalnya selagi anak terkena penyakit berat. Saat itu kekebalan tubuhnya menurun, sehingga bakteri pun leluasa menjalankan aksinya ( Sirman, 2013).
Bagian tulang yang biasa diserang bakteri TBC adalah sendi panggul, panggul dantulang belakang. Gangguan tulang belakang bisa terlihat dari bentuk tulang belakang penderita. Biasanya tidak bisa tegak, bisa miring ke kiri, ke kanan, atau ke depan. Sendi panggul yang rusak pun membuat penderita tidak bisa berjalan dengan normal. Sedangkan pada ibu hamil, kelainan panggul membuatnya tidak bisa melahirkan secara normal. Jika kelainannya masih ringan, upaya pemberian obat-obatan dan operasi bisa dilakukan. Lain halnya jika berat, tindakan operasi tidak bisa menolong karena sendi atau tulang sudah hancur. Penderita bisa cacat seumur hidup (Sirman, 2013). Selain karena komplikasi, TBC usus ini bisa timbul karena penderita mengonsumsi makanan/minuman yang tercemar bakteri TBC. Bakteri ini bisa menyebabkan gangguan seperti penyumbatan, penyempitan, bahkan membusuknya usus. Ciri penderita TBC usus antara lain anak sering muntah akibat penyempitan usus hingga menyumbat saluran cerna. Mendiagnosis TBC usus tidaklah mudah karena gejalanya hampir sama dengan penyakit lain. Ciri lainnya tergantung bagian mana dan seberapa luas bakteri itu merusak usus. Demikian juga dengan pengobatannya. Jika ada bagian usus yang
membusuk,
dokter
akan
membuang
bagian
usus
itu
lalu
menyambungnya dengan bagian usus lain ( Sirman, 2013). Bakteri TBC juga bisa menyerang otak. Gejalanya hampir sama dengan orang yang terkena radang selaput otak, seperti panas tinggi, gangguan kesadaran, kejang-kejang, juga penyempitan sel-sel saraf di otak. Kalau sampai menyerang selaput otak, penderita harus menjalani perawatan yang lama. Sayangnya, gara-gara sel-sel sarafnya rusak, penderita tidak bisa kembali ke kondisi normal ( Sirman, 2013). Bakteri TBC pun bisa merusak fungsi ginjal. Akibatnya, proses pembuangan racun tubuh akan terganggu. Selanjutnya bukan tidak mungkin bakal mengalami gagal ginjal. Gejala yang biasa terjadi antara lain mualmuntah, nafsu makan menurun, sakit kepala,lemah, dan sejenisnya. Gagal ginjal akut bisa sembuh sempurna dengan perawatan dan pengobatan yang
tepat.
Sedangkan
gagal
ginjal
kronik
sudah
tidak
dapat
disembuhkan.Beberapa di antaranya harus menjalani cangkok ginjal ( Sirman, 2013).
Penderita yang mengalami komplikasi berat perlu dirawat inap di rumah sakit. Penderita TB paru dengan kerusakan jaringan luas yang telah sembuh (BTA negatif) masih bisa mengalami batuk darah. Keadaan ini seringkali dikelirukan dengan kasus kambuh.Pada kasus seperti ini, pengobatan dengan OAT (Obat Anti Tuberkulosis) tidak diperlukan, tapi cukup diberikan pengobatan simptomatis. Bila perdarahan berat, penderita harus dirujuk ke unit spesialistik (Sirman, 2013).
IX.
Diagnosa laboratorium
Menurut Servasius (2012), pemeriksaan Mycobacterium tuberculosis dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :
A. Pemeriksaan Bakteriologi pemeriksaan
bakteriologi
dapat
dilakukan
dengan
cara
pemeriksaan mikroskopis dan biakan. 1. Pemeriksaan Mikroskopis Pemeriksaan
ini
adalah
pemeriksaan
hapusan
dahak
mikroskopis langsung yang merupakan metode diagnosis standar dengan
pewarnaan
Ziehl-Neelsen.
Pemeriksaan
ini
untuk
mengidentifikasi BTA yang memegang peranan utama dalam diagnosis TB cepat,
mudah
Paru. Selain tidak memerlukan dilakukan,
akurat,
merupakan teknologi diagnostik
biaya mahal,
pemeriksaan mikroskopis
yang paling sesuai
karena
mengindikasikan derajat penularan, risiko kematian serta prioritas pengobatan. Pemeriksaan dahak dilakukan selama 3 x yaitu 2 bulan setelah pengobatan, 5 bulan setelah pengobatan dan 6 bulan setelah pengobatan. Pemeriksaan BTA dahak penderita dilakukan oleh petugas laboratorium.
Gambar 1. Bakteri Mycobcterium tuberculosis (Servious, 2012)
2. Pemeriksaan biakan kuman Kultur (biakan), Media yang biasa dipakai adalah media padat Lowenstein Jesen. Dapat pula Middlebrook JH11, juga sutu
media
padat.
Untuk
perbenihan
kaldu
dipakai Middlebrook JH9 dan JH 12. Melakukan biakan
dimaksudkan untuk
dan dapat
mendeteksi
mendapatkan
mikobakterium
dapat
pemeriksaan
diagnosis
tuberkulosis
pasti
dan
juga
Mycobacterium Other Than Tuberculosis (MOTT).
Gambar 2 M.tuberculosis pada media Lowenstein Jensen (Aryal, 2015) 3. Uji kepekaan
Uji
kepekaan
kuman
terhadap
obat-obatan
anti
tuberkulosis, tujuan dari pemeriksaan ini, mencari obat-obatan yang poten untuk terapi penyakit tuberkulosis.
B. Pemeriksaan Hematologi Hasil pemeriksaan darah rutin kurang menunjukan indikator yang spesifik untuk tubercolosis. Oleh karena itu, Laju Endap Darah ( LED ) jam pertama dan jam kedua dibutuhkan. Data ini dapat di pakai
sebagai
indikator
tingkat
kestabilan
keadaan
nilai
keseimbangan penderita, sehingga dapat digunakan untuk salah satu respon terhadap pengobatan penderita serta kemungkinan sebagai predeteksi
tingkat
penyembuhan penderita. Demikian
pula kadar
limfosit dapat menggambarkan daya tahan tubuh penderita. LED sering meningkat pada proses aktif, tetapi LED yang normal juga tidak menyingkirkan diagnosa TBC.
C. Uji Tuberculin Pada anak, uji tuberkulin merupakan pemeriksaan paling bermanfaat untuk menjukkan sedang atau penuh penuh terinfeksi Mcobakteriuk tuberculosis dan sering digunkan dalam “Screening TBC”. Efektifitas
dalam
menemukan infeksi TBC
dengan uji
tuberkulin adalah lebih dari 90%. Penderita anak umru kurang dari 1 tahun yang menderita TBC aktif uji tuberculin positif 100%, umur 1-2 tahun 92%, 2-4 tahun 78%, 4-6 tahun 75%, dan umur 6-12 tahun 51%. Dari presentase tersebut dapat dilihat bahwa semakin besar usia anak maka hasi uji tuberculin semakin kuran spesifik. Ada beberapa cara melakukan uji tuberkulin, namun sampai sekarang cara montiux lebih sering digunakan. Lokasi penyuntikan uji mantoux umumnya pada ½ bagian atas lengan kiri bagian depan disuntikkan intrakutan(ke
dalam
kulit). Penilaian
uji tuberkulin
dilakukan 48 – 72 jam setelah penyuntikan dan diukur diameter dari pembengkakan (indurasi) yang terjadi. Uji tuberkulin hanya berguna untuk menentukan adanya infeksi TB, sedangkan penentuan sakit TB perlu ditinjau dari klinisnya dan ditunjang foto torak. Pasien dengan hasil uji tuberkulin positif belum tentu menderita TB. Adapun jika
hasil uji tuberkulin negatif, maka ada tiga kemungkinan, yaitu tidak ada infeksi TB, pasien sedang mengalami masa inkubasi infeksi TB, atau terjadi alergi. Menurut Survious (2012), Penilaian hasil uji tuberculin test sebagai berikut : a. Pembengkakan (Indurasi) : 0-4 mm, uji montoux negative. Arti klinis : tidak ada infeksi Micobakterium tuberculosis. b. Pembengkakan (Indurasi) : 3-9 mm, uji mantaux meragukan. Halini bias
karena
kesalahan
teknik,reaksi
atau
silang
dengan
Mikobakterium atipik setelah vaksinasi BCG. c. Pembengkakan (Indurasi) : = 10 mm,uji mantoux positif, Arti klinis : sedang atau pernah terinfeksi Micobakterium tuberculosis.
Gambar 3. Uji Tuberculin (Servious, 2012)
D. Pemeriksaan Radiologis Pemeriksaan standard ialah foto toraks. Pemeriksaan lain atas indikasi : fotolateral, top lordotik, oblik, CT Scan. Pada pemeriksaan foto toraks, tuberculosis dapat member gambaran bermacam-macam bentuk. Gambaran radiologi yang dicurigai lesi TBC aktif : a. bayangan berawan atau nodular disegmen apical dan posterior lobus atas paru dan segmen lobus bawah
b. Kapita, terutama lebih dari satu dikelilingi bayanganberawan atau noduler. c. Bayangan bercak miler d. Efusi pleura unilateral Gambaran radiologi yang dicurigai lesi TB inaktif : a. Fibrtik pada segmen apical danposterior lobus atas b. Kalsifikasi atau fibrotik c. Fibrothorak danatau penebalan pleura Indikasi pemeriksaan foto toraks : Pada sebagian besar TB paru, diagnosis terutama ditegakkan dengan pemeriksaan dahak secara mikroskopis dan tidak memerlukan foto toraks. Namun pada kondisi tertentu pemeriksaan foto toraks perlu dilakukan sesuai dengan indikasi sebagai berikut : a. Hanya 1 dari 3 spesimendahak SPS hasilnya BTA positif. Pada kasus ini pemeriksaan foto toraks dada diperlukan untuk mendukung diagnosis TB paru BTA positif b. Ketiga specimen dahak hasil tetap negatifsetelah 3 spesimen dahak SPS pada pemeriksaan sebelumnya hasi BTA negatif dan tidak ada perbaikan
setelah
pemberian
antibiotika
non
OAT
(Non
Fluoroquinolon) c. Pasien tersebut diduga mengalami komplikasi sesak
nafas berat
yang memerlukan penanganan khusus (seperti : pneumototorak, pleuritis eksudativa, efusi perikarditis atau efusi pleural ) danpasien yang
mengalami
hemoptisis
bronkiektasis atau aspergiloma).
berat
(untuk
menyingkirikan
Gambar 4 Perbadaan paru-paru Normal dan Paru-paru penderita TBC (Sirman, 2013) X.
Pengobatan
Pengobatan TBC harus dilakukan secara tepat sehingga secara tidak langsung akan mencegah penyebaran penyakit ini. Menurut Sirman (2013), Berikut adalah beberapa obat yang biasanya digunakan dalam pengobatan penyakit TBC: 1) Isoniazid (INH) Obat yang bersifat bakteriostatik (menghambat pertumbuhan bakteri) ini merupakan prodrug yang perlu diaktifkan dengan enzim katalase untuk menimbulkan efek. Bekerja dengan menghambat pembentukan dinding sel mikrobakteri. 2) Rifampisin / Rifampin Bersifat bakterisidal (membunuh bakteri) dan bekerja dengan mencegah transkripsi RNA dalam proses sintesis protein dinding sel bakteri. 3) Pirazinamid Bersifat
bakterisidal
dan
bekerja
dengan
menghambat
pembentukan asamlemak yang diperlukan dalam pertumbuhan bakteri. 4) Streptomisin Termasuk dalam golongan aminoglikosida dan dapat membunuh sel mikroba dengan cara menghambat sintesis protein.
5) Ethambutol Bersifat
bakteriostatik.
Bekerja
dengan
mengganggu
pembentukan dinding sel bakteri dengan meningkatkan permeabilitas dinding. 6) Fluoroquinolone Fluoroquinolone adalah obat yang menghambat replikasi bakteri M.tuberculosis. Replikasi dihambat melalui interaksi dengan enzim gyrase, salah enzim yang mutlak diperlukan dalam proses replikasi bakteri M. Tuberculosis. Enzim ini tepatnya bekerja pada proses perubahan struktur DNA dari bakteri, yaitu perubahan dari struktur double helix menjadi super coil. Dengan struktur super coil ini DNA lebih mudah dan praktis disimpan di dalam sel. Pada proses tersebut enzim gyrase berikatan dengan DNA, dan memotong salah satu rantai DNA dan kemudian menyambung kembali. Dalam proses ini terbentuk produk sementara (intermediate product) berupa ikatan antara enzim gyrase dan DNA (kompleks gyrase-DNA). Fluoroquinolone mamiliki kemampuan untuk berikatan dengan kompleks gyrase-DNA ini, dan membuat gyrase tetap bisa memotong DNA, tetapi tidak bias menyambungnya kembali. Akibatnya, DNA bakteri tidak akan berfungsi sehingga akhirnya bakteri akan mati. Selain itu, ikatan fluoroquinolone dengan kompleks gyrase-DNA merupakan ikatan reversible, artinya bisa lepas kembali sehingga bisa didaur ulang. Akibatnya, dengan jumlah yang sedikit fluoroquinolone bisa bekerja secara efektif.
Dalam terapi TBC, biasanya dipilih pemberian dalam bentuk kombinasi dari 3-4 macam obat tersebut. Hal tersebut bertujuan untuk menghindari terjadinya resistensi bakteri terhadap obat. Dosis yang diberikan berbeda untuk tiap penderita, bergantung tingkat keparahan infeksi. Karena bakteri tuberkulosa sangat lambat pertumbuhannya, maka
penanganan TBC cukup lama, antara 6 hingga 12 bulan yaitu untuk membunuh seluruh bakteri secara tuntas (Sirman, 2013). Pengobatan harus dilakukan secara terus-menerus tanpa terputus, walaupun pasien telah merasa lebih baik/sehat. Pengobatan yang terhenti di tengah jalan dapat menyebabkan bakteri menjadi resisten. Jika hal ini terjadi, maka TBC akan lebih sukar untuk disembuhkan dan perlu waktu yang lebih lama untuk ditangani. Untuk membantu memastikan penderita TBC meminum obat secara teratur dan benar, keterlibatan anggota keluarga atau petugas kesehatan diperlukan yaitu mengawasi dan jika perlu menyiapkan obat yang hendak dikonsumsi. Oleh karena itu, perlunya dukungan terutama dari keluarga penderita untuk menuntaskan pengobatan agar benar-benar tercapai kesembuhan (Sirman, 2013). Obat diminum pada waktu yang sama setiap harinya untuk memudahkan penderita dalam mengkonsumsi obat. Lebih baik obat diminum saat perut kosong sekitar setengah jam sebelum makan atau menjelang tidur (Sirman, 2013). Selain dengan menggunakan obat-obatan tersebut, pengobatan penyakit akibat infeksi bakteri mycobacterium ini dapat dilakukan dengan menggunakan
jahe
dan
mengkudu.
Jahedan
mengkudu
dapat
menyembuhkan penyakit yang disebabkan bakteri berbentuk batang tersebut karena kedua bahan itu kaya akan senyawa antibakteri. Misalnya jahe mempunyai gingerol yang bersifat antibakteri. Demikian juga mengkudu yang mengandung senyawa aktif antrakuinon, acubin, asperuloside, dan alizarin. Keempat senyawa itu juga berkhasiat untuk membunuh bakteri tuberculosis (Sirman, 2013). Kedua bahan itu mempunyai sifat antibakteri lebih kuat ketika disatukan. Sebaliknya bila dipisah, kekuatannya berkurang. Jahe dan mengkudu juga bersifat imunostimulan alias meningkatkan daya tahan tubuh. Duet mengkudu dan jahe menyusul meniran yang lebih dulu diuji klinis sebagai penyembuh tuberkulosis. Phyllanthus niruri itu terbukti sebagai anti tuberkulosis. Pemberian 50 mg kapsul meniran selama 3 kali
sehari menyembuhkan TB pada pekan ke-6 atau lebih cepat 8 minggu dibandingkan pasien yang tidak mengkonsumsi meniran. Meniran juga bersifat sebagai imunomodulator alias penguat sistem kekebalan tubuh. Ketika kekebalan tubuh meningkat, bibit-bibit penyakit yang masuk ke dalam tubuh dapat dilemahkan. Jika sel-sel imun seseorang diganggu, maka orang tersebut akan rentan sakit (Sirman, 2013). Perpaduan ekstrak jahe dan mengkudu itu mampu menyempurnakan obat standar resep dokter seperti rifampisin serta pirazinamid yang selama ini digunakan untuk mengatasi TB. Untuk yang tidak cocok mengkonsumsi obat-obatan dokter tersebut,menyebabkan gangguan hati. Namun, apabila penggunaannya disertai dengan konsumsi jahe dan mengkudu, hal tersebut tidak akan terjadi. Ekstrak jahe dan mengkudu juga mencegah resistensi (Sirman, 2013).
Gambar 5 Paket Pengobatan Penyakit TBC (Happy, 2011)
XI. Pencegahan Menurut Medkes (2013), penularan penyakit TBC yaitu dengan car asebagai berikut : a.
Mengurangi kontak dengan penderita penyakit TB Paru aktif
b. Menjaga standar hidup yang baik dengan makanan bergizi,limgkungan yang sehat dan rajin berolahraga c.
Pemberian Vaksin BCG (Untuk mencegah kasus TBC yang lebih berat ) Vaksin ini secara rutin diberikan pada semua balita.
Agar orang yang sehat tidak tertular penyakit TBC, ada dua jalan, yaitu tindakan dari orang yang sehat dan tindakan dari penderita TBC itu sendiri.Usahakanlah penderita TBC tidak membuang ludah, batuk dan bersin di sembarang tempat.Ada baiknya dilakukan di tempat yang terkena sinar matahari langsung.Jadi, seperti yang dikatakan di atas, kamar penderita TBC harus mendapatkan sinar matahari langsung. Sinar matahari akan membunuh bakteri bakteri TBC yang tersebar (Medkes, 2013). Ada baiknya bagi seorang yang sehat menghindari kontak bicara pada jarak yang dekat dengan penderita TBC.Atau Anda bisa menggunakan masker, namun hal ini masih tetap rentan.Bila penderita TBC batuk atau bersin, sebaiknya orang yang sehat menutup mulut.Satu hal yang perlu diperhatikan, yaitu arah angin.Jangan sampai angin berhembus mengarah ke orang yang sehat setelah sebelumnya melalui orang yang menderita TBC.Bukan mencegah arah anginnya, namun kita yang harus menghindari angin tersebut yang bisa merupakan angin karena alam atau angin karena kipas angin dll.Ingat, bakteri TBC bisa terbawa oleh angin (Medkes, 2013). Jemur tempat tidur penderita TBC di panas matahari langsung, ini untuk menghindari hidupnya bakteri di tempat tidur tersebut.Pada bayi, jangan pernah melewatkan imunisasi BCG, ini penting untuk mencegah dari terserangnya penyakit TBC di kemudian hari (Medkes, 2013). Dari semua hal-hal diatas, daya tahan tubuh orang yang sehat sangat berperan dalam mencegah penularan TBC.Karena rasanya sulit untuk menghindari terhirupnya bakteri TBC di saat tinggal serumah dengan penderita TBC. Bila seseorang itu memiliki daya tahan tubuh yang kuat, walaupun bakteri TBC masuk, sistem pertahanan tubuhnya akan memusnahkannya. Apa saja yang harus dilakukan untuk memiliki daya tahan tubuh yang kuat ini? Tidak lain adalah rajin berolahraga, konsumsi cukup makanan yang seimbang, terapkan pola hidup sehat seperti tidur yang cukup dan tidak merokok. Atau lengkapnya Anda bisa baca artikel tentang tips mudah untuk hidup sehat (Medkes, 2013).
DAFTAR PUSTAKA
Aryal,Sagar. 2015. Lowenstein-Jensen (LJ) Medium Composition, Principel, Uses, Preparation and Colony Morphology. (Online) http://www.microbiologyinfo.com/Lowenstein-Jensen-lj-Medium-Composition Principel-Uses-Preparation-and-Colony-Morphology, diakses tanggal 16 April 2017. Happy. 2011. Obat TBC masih di selewengkan. (Online). http://kebohonganpublic.blogspot.co.id/2011/06/obat-TBC-masih-di selewengkan-html , diakses tanggal 16 April 2017. Medkes.2013. Penyebab, Pengobatan dan Pencegahan penyakit TBC. (Online). http://www.medkes.com/2013/04/penyebab-pengobatan-pencegahan-penyakittbc.html , diakses tanggal 16 April 2017. Muslim. 2012. Mycobacterium tuberculosis.(online). http://analismuslim.blogspot.co.id/2012/-2/mycobacterium-tuberculosis.html, diakses 6 April 2017. Sirman, irmayanti. 2013. Makalah mycobacterium tuberculosis. (online). http://fian698.files.wordpress.com/2013/06/makalah_mycobacterium _tuberculosis.docx, diakses tanggal 31maret 2017. Sondok, maykel (2016). Hasil Diagnostik Mycobacterium tuberculosis dari Sputum Penderita Batuk ≥ 2 Minggun dengan Pewarnaan Ziehl Neelsen di Puskesmas Paniki Bawah, Tikala Baru dan Wonasa Manado. Jurnal e-biomedik (ebm),
vol.4, no.1. Survasious (2012). Pemrriksaanlengkap untuk diagnose tbc. (online). http://sikkahoder.blogspot.co.id/2012/04/pemeriksaan-lengkap-untukdiagnosa-tbc.html , diakses tanggal 29 Maret 2017.