MAKALAH GEOHIDROLOGI MATAAIR
Disusun oleh :
YONI SETIAWAN (101.10.1021) JURUSAN TEKNIK GEOLOGI FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL INSTITUT SAINS & TEKNOLOGI AKPRIND YOGYAKARTA 2012
KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun penjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,
atas
berkat
dan
rahmat-Nya
sehingga
penyusun
dapat
menyelesaikan Makalah yang berjudul “MATAAIR “MATAAIR”” dengan baik. Karena tugas ini adalah merupakan salah satu persyaratan untuk menyelesaikan mata kuliah „‟ „‟Geohidrologi Geohidrologi”” dalam jurusan teknik geologi. Sehingga tugas ini dapat menunjang nilai penyusun dalam menyelesaikan menyelesaikan study semester IV ini. Dalam
Makalah
ini
Penyusun
merasa
masih
banyak
kekurangan-kekurangan baik pada teknis laporan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang dimiliki Penyusun. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat penyusun harapkan demi penyempurnaan pembuatan Makalah ini. Dalam laporan ini penyusun menyampaikan ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada pihakpihak yang membantu dalam menyelesaikan makalah ini, yang tidak dapat penyusun sebutkan namanya satu per satu. Akhirnya penyusun berharap semoga Tuhan dapat memberikan imbalan yang setimpal pada mereka yang telah memberikan bantuan, dan dapat menjadikan semua bantuan ini sebagai pembelajaran bagi penyusun penyusun Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi setiap orang yang membacanya. Terima kasih.
ii
DAFTAR GAMBAR
Gambar I.1 Mataair gravitasi .......................................... ................................................................. ............................... ........
3
Gambar I.2 Sabuk mataair .......................................... ................................................................. ................................... ............
4
Gambar I.3 Pemunculan mataair yang dikontrol magma ............................... ...............................
8
Gambar I.4 Aliran air digunung api Kuarter Muda ........................................ ........................................
5
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................ .................................................................. .......................................... ....................
i
KATA PENGANTAR .......................................... ................................................................ .......................................... ....................
ii
DAFTAR GAMBAR ............................................ .................................................................. .......................................... ....................
iii
DAFTAR ISI.......................................... ................................................................ ............................................ ................................... .............
iv
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang ........................................... ................................................................. ...................................... ................
1
I.2 Rumusan masalah ........................................... .................................................................. ................................... ............
1
I.3 Maksud dan tujuan ......................................... ............................................................... ................................... .............
2
BAB II PEMBAHASAN II.1
Pengertian mataair ............................................. .................................................................... ........................... ....
3
II.2
Pola aliran mataair pada setiap morfologi ................................... ...................................
5
II.3
Hubungan antara litologi dengan debit mataair beserta pengaruhnya dengan umur batuan........................................... ............................................... ....
6
II.4 Faktof-faktor yang mempengaruhi karakteristik dan penyebaran penyebaran mataaair ............................................ ................................................................... ........................... ....
7
II.5 Distribusi Umum pemunculan Mataair .......................................... ..........................................
9
II.6 Klasifikasi Mataair dan factor penyebabnya penyebabnya .................................. ..................................
10
BAB III PENUTUP Kesimpulan ........................................... .................................................................. ............................................. ........................... .....
11
DAFTAR PUSTAKA ........................................... ................................................................. .......................................... ....................
12
LAMPIRAN
iv
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar belakang
Air merupakan kebutuhan pokok dalam kehidupan sehari-hari baik
baik
manusia,
hewan
dan
tumbuhahan
semua
pasti
membutuhkan air.untuk manusia sendiri air digunakan untuk bermacam-macam diantaranya adalah untuk minum,mandi,memcuci dan memasak dan untuk hewan air digunakan untuk minum dan kalau untuk tumbuhan air digunakan untuk digunakan dalam proses respirasi jadi air ini sangat penting kaitannya bagi kehidupan sebab jika tidak ada air maka tidak aka nada tumbuhan yang akan hidup jika tidak ada tumbuhan yang hidup maka otomatis hewan dan manusia juga tidak akan hidup sebab manusia dan hewan sangat membutuhkan air. Dimana kita bisa memperoleh air untuk memenuhi kebutuhan .Tentu didalam tanah atau air hujan namun jika hanya menunggu air hujan maka kebutuhan manusia sangat kurang atau tidak cukup sehingga kita harus mencari air tanah yang dikeluarkan melalui mata air agar kebutuhan bisa tepenuhi.
I.2 Rumusan masalah
Dari uraian diatas maka diperoleh kesimpulan untuk mencari air dalam memenuhi kebutuhan sehari maka tidak cukup dengan air hujan saja namun harus mencari air tanah yang keluar dari mata air.apa itu mata air?. dalam
pembahasan
makalah
ini
maka
penyusun
akan
membicarakan masalah mata air dan dimana letak mata air dan bagaimana proses terbentuknya terbentuknya mata air beserta ciri-cirinya?.
1
I.3 Maksud dan tujuan.
Maksud dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah geohidrologi pada jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknologi Mineral, Institut Sains & Teknologi AKPRIND Yogyakarta. Tujuan dari penulisan makalah ini adalah agar mahasiswa dapat memahami tentang mata air dan dimana kita dapat menjumpai mata air ?.
2
BAB II PEMBAHASAN II.1 Pengertian mata air
Mataair (spring) adalah pemusatan keluarnya airtanah yang muncul di permukaan tanah sebagai arus dari aliran airtanah (Tolman, 1937). Menurut Bryan (1919) dalam Todd (1980), berdasarkan sebab terjadinya mataair diklasifikasikan menjadi 2,yaitu: a. mataair yang dihasilkan oleh tenaga non gravitasi
(non
gravitational spring). Mataair yang dihasilkan oleh tenaga non gravitasi meliputi: mataair vulkanik, mataair celah, mataair hangat, dan mataair panas.
Gambar I.1 Mata air gravitasi (Unname)
b. mataair yang dihasilkan oleh tenaga gravitasi (gravitational spring). Mataair gravitasi diklasifikasikan menjadi beberapa tipe, yaitu: mataair depresi (depresion spring) yang ter bentuk bila permukaan airtanah terpotong oleh topografi.mataair kontak (contact spring). terjadi bila lapisan yang lulus air terletak diatas lapisan kedap air.mataair artesis (arte-sian spring) yang keluar dari akuifer tertekan.mataair turbuler (turbulence spring) yang terdapat pada
13
saluran-saluran alami pada formasi kulit bumi, seperti goa lava atau joint. Salah satu wilayah yang mempunyai potensi mataair besar adalah wilayah lereng gunungapi, dan di antara wilayah gunungapi yang mempunyai persebaran mataair yang cukup melimpah adalah lereng Gunungapi Lawu bagian Barat. Gunungapi Lawu merupakan gunungapi strato tua yang mempunyai potensi mataair cukup tinggi sebagaimana sebagaimana gunungapi strato muda,seperti Gunungapi Gunungapi Merapi. Pada gunungapistrato
muda,
umumnya
mempunyai
polapersebaran
mataair yang melingkari badan gunungapi membentuk pola seperti sabuk, yang biasa disebut sabuk mataair
(springbelt). Hal ini
merupakan gejala pemunculan mataair yang khas dan umum terdapat padagunungapi strato di Indonesia, khususnyadi Pulau Jawa. Pada ketinggian-ketinggiantertentu ketinggian-ketinggiantertentu terdapat jalur mataair
(spring belt)
yang berkaitan dengan sifat orohidrologinya, juga berkaitan dengan perubahan le-reng yang diakibatkan oleh perubahan struktur batuan pembentuknya(Purbohadiwidjojo, pembentuknya(Purbohadiwidjojo, 1967).
Gambar I.2 sabuk mataair (Anname)
4
II.2
Pola agihan mataair pada setiap morfologi
Di wilayah lereng Gunungapi umumnya terbagi menjadi 3 (tiga) satuan pemunculan pemunculan mataair, yaitu : a. Satuan mataair pada volcanic slope Pada satuan volcanic volcanic slope, keluarnya mataair mataair disebabkan oleh oleh kemiringan lereng yang cukup besar, sehingga air hujan hanya dapat merembes ( infiltrasi) masuk ke dalam formasi piroklastis di atas formasi lava flow yang kedap air. Mataair yang muncul di daerah ini selain tergantung luas hutan sebagai penahan air hujan, juga tergantung lapisan tanah yang umumnya sangat tipis yang terbentuk karena pelapukan piroklastis atau aliran-aliran lava yang telah mengalami pelapukan.
b. satuan mataair volcanic foot. Pada satuan ini debit mataair pada satuan ini relatif kecil, kecuali adanya rekahan ( fracture) pada lava flow yang bergabung menjadi aliran yang cukup besar dan muncul di ujung volcanic slope atau bahkan di satuan volcanic foot.
c. satuan mataair volcanic foot plain.
Pada satuan volcanic plain juga banyak dijumpai mataair sebagai akibat perbedaan kemiringan karena perubahan morfologi akibat perubahan tekstur batuan yang kasar ke tekstur halus.
5
II.3 Hubungan antara litologi dengan debit mataair beserta pengaruhnya mataair dengan umur batuan.
Ardina (1985) menjelaskan tentang hubungan antara litologi (gunungapi tua, gunungapi muda, batugamping tua, dan batugamping muda) dengan debit matair yang keluar dari masing-masing formasi batuan tersebut. Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa pada formasi gunungapi tua memberikan nilai korelasi sebesar 0,90 ter hadap debit mataair, sedangkan pada gunungapi muda memberikan korelasi sebesar 0,95 terhadap debit mataair. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tua umur batuan gunungapi, maka semakin kecil pengaruhnya pengaruhnya terhadap debit mataair yang muncul. Hal ini dapat terjadi karena dalam perkembangannya perkembangannya semakin tua umur batuan gunungapi, maka proses pemadatan dan perekatan berjalan lebih intensif yang menyebabkan rongga antar butir menjadi kecil, sehingga nilai kesarangan dan kelulusannya juga kecil. Oleh karena itu debit mataairnya juga akan lebih kecil dibandingkan dengan debit mataair pada formasi gunungapi gunungapi muda. Pada formasi batugamping umur Miosen memiliki debit mataair yang lebih besar dari pada batugamping yang berumur Pliosen. Hal ini dikarenakan perkembangan batugamping Miosen mengalami proses pelarutan yang lebih intensif, sehingga berakibat pada nilai kelulusan yang lebih besar dengan bertambahnya umur batugamping, akibatnya debit mataair yang muncul melalui zona pelarutan tersebut juga akan bertambah besar pula. Curah hujan merupakan hal pokok yang berkaitan dengan keterdapatan mataair di suatu daerah, tetapi dengan litologi yang berbeda suatu daerah akan memiliki debit mataair yang berbeda
6
dengan daerah lainnya. Bahkan di suatu daerah yang mempunyai curah hujan yang lebih tinggi dapat memiliki rata-rata debit mataair yang lebih rendah (sedikit) apabila litologinya tidak mendukung. Daerah dengan curah hujan dan litologi sama, seperti pada gunungapi muda, dapat memiliki debit mataair yang berbeda, karena susunan kimia batuannya yang berbeda (Ardina, 1985). Abdulrahman (1990) melakukan penelitian mataair pada suatu daerah vulkanik yang tersusun atas beberapa formasi batuan berumur Kuarter dan Tersier. Umur batuan ini berpengaruh terhadap air yang dikandungnya, bahwa semakin tua umur batuan maka debit mataair umumnya makin kecil. Daerah yang tersusun oleh batuan vulkanis memiliki jauh lebih banyak mataair daripada yang berbatuan lain. Pada batuan yang berumur Kuarter terdiri atas material lepas dari hasil erupsi gunungapi berupa pasir dan kerikil, yang memungkinkan dijumpainya airtanah tertekan. Pergerakan airtanah pada berbagai tempat akan mengakibatkan airtanah keluar ke permukaan bumi sebagai mataair ( spring) ataupun rembesan (seepage) dengan debit yang bervariasi.
II.4 Faktor-faktor yang persebaran mataair
mempengaruhi
karakteristik
dan
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi karakteristik dan persebaran mataair antara lain: perubahan morfologi lereng, proses geomorfologis, jenis batuan, dan struktur geologis penyusunnya. Perubahan morfologi yang ditandai oleh adanya tekuk lereng atau pemotongan topografi, akan menyebabkan pemunculan aliran airtanah dari dalam akuifer ke permukaan bumi, baik secara terpusat maupun rembesan. Perlapisan antara batuan yang bersifat porous, seperti
7
bahan-bahan piroklastis atau bahan-bahan aluvium di bagian atas, dengan batuan yang bersifat kedap air, seperti batuan beku di bagian bawah yang relatif kompak, juga akan menyebabkan mengalirnya airtanah melalui batas perlapisan tersebut, dan muncul sebagai mataair kontak. Demikian juga kedudukan antara satu perlapisan batuan dengan perlapisan yang lain, dan struktur geologis yang menyusunnya, seperti patahan, retakan, maupun perlipatan, merupakan faktor lain pengontrol pemunculan dan pola sebaran mataair. Pemunculan mataair di suatu tempat, juga tidak terlepas dari kedudukan lokasi itu sendiri, kaitannya dengan tenaga gravitatif yang mempengaruhinya
maupun
energi-energi
lain,
seperti
tekanan
hidrostatis yang kuat akibat struktur perlapisan batuan yang sangat tebal (geyser ), ), atau akibat dorongan energi magma pada daerah vulkanik.
Gambar I.3 Pemunculan mata air yang dikontrol magma (Unname)
8
II.5 Distribusi Umum Pemunculan Mataair
Di samping faktor geomorfologi, pemunculan mataair di suatu daerah juga dipengaruhi oleh kondisi geohidrologi, yaitu: kelulusan permeabilitas), luas daerah imbuh, dan besarnya imbuh. akuifer ( permeabilitas
Jenis material batuan sangat mempengaruhi sifat kelulusan akuifer. Batuan hasil kegiatan gunungapi pada umumnya berupa lava, lahar piroklastik, dan fragmen-fragmen individual hasil aktivitas vulkanik. Celah-celah batuan dapat menyimpan air, terutama pada endapan lava; sedangkan bahan-bahan piroklastik dapat menyimpan air dalam rongga-rongga antar butirnya, sehingga keterdapatan airtanah dapat dikatakan
berada
pada
akuifer
berproduksi
sedang
dengan
penyebaran luas, khususnya pada gunung-gunungapi Kuarter Muda (Puspowardoyo, (Puspowardoyo, 1984 dalam Cahyani, 2000).
Gambar 1.4 Aliran air digunung api Kuarter Muda (Unname) Luas daerah imbuh (recharge area) mempengaruhi aliran mataair yang muncul. Morfologi kerucut gunungapi berfungsi sebagai recharge area bagi munculnya banyak mataair di daerah bawahnya. Pemunculan mataair ini berkaitan pula dengan perubahan lereng dan
9
perubahan bahan pembentuknya, pembentuknya, sedangkan sedangkan rembesan ( seepage) umumnya terdapat pada daerah-daerah yang terbatuan Tertier dengan tingkat erosi yang tinggi.
II.6
Klasifikasi Mataair dan Faktor Penyebabnya
Berdasarkan sifat alirannya, pemunculan mataair dapat diklasifikasikan menjadi 3 (tiga), yaitu: mataair yang mengalir terus-menerus t erus-menerus sepanjang tahun dan tidak dipengaruhi curah hujan ( perennial spring); mataair yang mengalir beberapa bulan saja sepanjang tahun dan dipengaruhi oleh curah hujan disebut mataair temporal ( intermitten spring); dan mataair yang sama dengan mataair temporal t emporal tetapi perubahan debitnya tidak langsung dipengaruhi oleh curah hujan disebut mataair periodik periodic spring) (Tolman, 1937). ( periodic
Berdasarkan temperaturnya, mataair dapat diklasifikasikan menjadi 3 jenis (Tolman, 1937), 1937), yaitu: a. mataair dingin (cold spring), yaitu matair yang berasal dari pencairan salju atau gletser. b. mataair biasa (nonthermal atau ordinary temperature springs), yaitu mataair dengan temperatur lebih dingin dari pada temperatur udara disekitarnya. c. mataair
panas
(thermal
springs),
yaitu
mataair
dengan
temperatur lebih panas dari pada temperatur udara di sekitarnya.
10
BAB III KESIMPLAN
Pada dasarnya air itu merupakan suatu kebutuhan yang sangat pokok bagi kehidupan sebab semua mahluk hidup pasti membutuhkan air dan untuk mencari air yang cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup maka kita harus mencari air yang munculnya dari mataair, sebab air yang muncul dimataair ini mempunyai potensi yang sangat baik dan kita juga harus tahu tentang Proses-proses geomorfologis yang bekerja pada suatu daerah, sangat menentukan dinamika bentang lahan di wilayah tersebut. Hal ini secara langsung maupun tidak langsung, dalam jangka waktu yang lama akan mempengaruhi keberadaan dan karakteristik mataair di daerah tersebut. Untuk mempelajari karakteristik dan pola agihan mataair, dapat digunakan pendekatan
hidrogeomorfologi.
Artinya
bahwa
dengan
mempelajari kondisi geomorfologi di suatu daerah, maka dapat diperkirakan dan dianalisis secara baik tentang karakteristik, persebaran, dan dinamika pemunculan mataair.
11
DAFTAR PUSTAKA
Karmono dan Joko Cahyono, 1978, Pengantar Penentuan Kualitas Air , Serayu Valley Project NUFFIC, Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada, Murdiono, 1972, Penelitian Hidrogeologi Direktorat Geologi, Bandung
di
Surakarta-Sragen,
Abdulrahman, 1990, Studi Hidrologi Mataair di Kabupaten Kuningan Jawa Barat , Skripsi,Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta Karmono dan Joko Cahyono, 1978, Pengantar Penentuan Kualitas Air, Serayu Valley Project NUFFIC, Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada , Pannekoek, A.J., 1949 , Outline of the Geomorphology of Java, E.J. Bill, Leiden Purbohadiwidjojo, 1967 , Hydrology of Strato Volcanoes, Geological Survey of Indonesia, Bandung Todd, D.K., 1980, Groundwater Hydrology, John Willey & Sons. Inc, New York Tolman, C.F., 1937 , Groundwater, McGraw-Hill Book Company, New
12