Makalah Mata Kuliah Teori Belajar Teori Edwin Ray Guthrie
Disusun oleh : Aryati Kapilani
1102412042
Debby Febiola R Raranta
1102412049
Viky Arina Suryani
1102412054
Abdul Asri
1102412062
Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang 2012 i
Kata Pengantar
Puji syukur senantiasa kami hanturkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat,dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Teori Belajar Edwin Ray Guthrie ” ini tepat pada waktunya, waktunya, untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Teori Belajar. Ada banyak kesulitan dalam penyelesaian tugas ini, namun berkat bantuan dari berbagai pihak, akhirnya akhirn ya kesulitan itu dapat kami atasi. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam proses penyelesaian makalah ini. Dengan makalah ini, penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua, dan mampu memberikan informasi tentang teori-teori Guthrie ini. Masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini. Oleh karena itu, kami mengharap kritik dan saran yang membangun dari pembaca agar nantinya bisa menjadi pembelajaran yang lebih baik lagi, agar nantinya penulis dapat membuat makalah yang lebih baik lagi. Atas kritik dan sarannya kami mengucapkan terima t erima kasih. Wassalamualaikum Wr. Wb
Semarang, 27 Maret 2013
Penyusun
ii
Daftar Isi Hal 1. Judul ................................................................................................................ i 2. Kata pengantar ................................................................................................. ii 3. Daftar isi .............. ..................................................... ........................................................................................... ...................................... iii 4. BAB I PENDAHULUAN ................................................. .............................. 1 4.1.Latar belakang .......................................................................................... 1 4.2. Rumusan masalah .................................................................................... 1 4.3. Tujuan pembuatan makalah ..................................................................... 2 5. BAB II PEMBAHASAN ................................................................................. 3 5.1. Riwayat Edwin R Guthrie ................................................... ..................... 3 5.2. Konsep teoretis utama .............................................................................. 4 5.3. Cara memutuskan kebiasaan ................................................................... 6 6. BAB III PENUTUP ....................................................................................... 12 6.1. Simpulan .................................................. ............................................. 12 7. Daftar pustaka .................................................... ................................................................................................. ............................................. 13
iii
BAB I Pendahuluan
1.1. Latar Belakang Belajar merupakan sebuah proses perubahan tingkah laku Individu. Belajar merupakan hal yang sangat penting dan harus di jalani oleh setiap manusia. Dengan Pendidikan sesorang bisa membedakan mana yang baik dan mana yang buruk, dengan pendidikan seseorang bisa membedakan mana yang boleh dan mana yang tidak boleh, dan dengan Pendidikan juga seseorang bisa merumuskan tujuan hidup. Belajar yang di lakukan oleh masing-masing Individu bisa di lakukan dengan banyak gaya. Penggunaan gaya di maksudkan agar tujuan belajar dapat tercapai dengan baik. Dalam hal ini teori juga bisa di kategorikan dalam gaya belajar seseorang. Ada banyak teori yang berbicara tentang belajar yang salah satunya adalah teori belajar Behavioristik. Teori belajar behavioristic adalah teori yang memiliki konsep kunci bahwa setiap perilaku manusia bisa di manipulasi dan di kreasikan. Tokoh-tokoh aliran behavioristik di antaranya adalah Thorndike, Watson, Clark Hull, Edwin Ray Guthrie, dan Skinner. Tapi dalam makalah ini penulis akan menjelaskan aliran behavioristik dari Edwin R Guthrie.
1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah yang akan kami bahas adalah: a. Eksperimen apa yang dilakukan oleh Edwin Ray Guthrie untuk mendukung teori belajarnya? b. Bagaimana teori belajar menurut Edwin Ray Guthrie? c. Apa Implikasi teori Guthrie terhadap pembelajaran?
1
1.3. Tujuan Pembuatan Makalah Tujuan pembahaan makalah ini adalah: a. Untuk mengetahui eksperimen yang dilakukan oleh Edwin Ray Guthrie dalam mendukung teori belajarnya. b. Untuk mengetahui teori belajar menurut Edwin Ray Guthrie. c. Untuk mengetahui implikasi dari teori Guthrie terhadap pembelajaran. d. Untuk memenuhi tugas mata kuliah teori belajar
2
BAB II PEMBAHASAN
2.1. Riwayat Edwin Ray Guthrie Guthrie lahir pada 1986 dan meninggal pada 1959. Dia adalah professor psikologi di university of Washington dari 1914 dan pensiun pada 1956. Karya dasarnya adalah The Psycholoy of Learning , yang dipublikasikan pada 1935 dan direvisi pada 1952. Gaya Tulisanya mudah diikuti, penuh humor, dan banyak menggunakan banyak kisah untuk menunjukkan contoh ide-idenya. Tidak ada istilah teknis atau persamaan matematika, dan dia sangat yakin bahwa teorinya atau teori ilmiah apa saja harus dikemukakan dengan cara yang dapat dipahami oleh mahasiswa baru. Dia sangat menekankan pada aplikasi praktis dari gagasanya dan dalam hal ini mirip dengan Thorndike dan Skinner. Dia sebenarnya bukan eksperimentalis meskipun jelas dia punya pandangan dan orientasi dan eksperimental. Bersama dengan Horton, dia hanya melakukan satu percobaan yang terkait dengan teori belajarnya, dan kita akan mendiskusikan percobaan ini. Tetapi dia jelas seorang Behavioris. Dia bahkan menggangap teoritisi seperti Thorndine, Skinner, Hull, Pavlov dan Watson masih sangat subyektif dan dengan menerapkan hukum Parsimoni secara hati-hati akan dimungkinkan untuk menjelaskan semua fenomena belajar dengan menggunakan satu prinsip. Seperti yang akan kita diskusikan di bawah satu prinsip ini adalah: Hukum asosiasi aristoteles karena alasan inilah kami menepatkan teori behavioristik Guthrie dalam paradigma asosiasionistik.
2.2. Konsep Teoretis Utama Satu Hukum Belajar
Sebagian besar teori belajar dapat dianggap sebagai usaha untuk menentukan kaidah yang mengatur terjadinya asosiasi antara stimuli dan respons. Guthrie (1952) berpendapat bahwa kaidah yang dikemukakan oleh para teoretis seperti Thorndike dan Pavlov adalah terlalu ruwet dan tak perlu, dan sebagai
3
penggantinya dia mengusulkan satu hukum belajar, law of contiguity (hukum kontiguitas), yang dinyatakan bahwa “Kombinasi stimuli yang menggiringi suatu gerakan akan cenderung diikuti oleh gerakan itu jika kejadianya berulang. Pada publikasi terakhirnya sebelum dia meninggal, Guthrie (1959) merevisi hukum kontiguitasnya menjadi, “Apa-apa “Apa-apa yang dilihat akan menjadi sinyal untuk apa-apa apa-apa yang dilakukan”. Alasannya Alasannya karena terdapat berbagai macam stimuli yang dihadapi oleh organisme pada satu waktu tertentu dan organisme tidak mungkin membentuk asosiasi dengan semua stimuli itu. Organisme hanya akan memproses secara efektif pada sebagian kecil dari stimuli yang dihadapinya, dan selanjutnya proporsi inilah yang akan diasosiasikan dengan respons.
Belajar Satu Percobaan
Prinsip one-trial learning (belajar satu percobaan) dari Guthrie (1942) menolak hukum frekuensi sebagai prinsip belajar: “Suatu pola stimulus mendapatkan kekuatan asosiatif penuh pada saat pertama kali dipasangkan dengan satu respons”. Jadi menurut Guthrie, belajar adalah hasil dari kontiguitas antara satu pola stimuli dengan satu respons, dan belajar akan lengkap (asosiasi penuh) hanya setelah penyandingan antara stimuli dan respons.
Stimuli yang Dihasilkan oleh Gerakan
Meskipun Guthrie menekankan keyakinannya pada hukum kontiguitas di sepanjang karirnya, dia menganggap akan keliru jika kita menganggap asosiasi yang dipelajari sebagaian hanya asosiasi antara stimuli lingkungan dengan prilaku nyata. Misalnya, kejadian di lingkungan dan responsnya terkadang dipisahkan oleh satu interval waktu, dan karenanya sulit untuk menganggap keduanya sebagai kejadian yang bersamaan. Guthrie selanjutnya mengatasi problem tersebut dengan mengemukakan adanya movement-product stimuli (stimuli yang dihasilkan oleh gerakan), yakni disebabkan oleh gerakan tubuh. Contohnya, ketika mendengar telepon berdering
4
kita berdiri dan berjalan mendekati pesawat telepon. Sebelum kita sampai ke pesawat telepon, suara deringan tersebut sudah tidak lagi bertindak sebagai stimulus. Kita tetap bergerak karena ada stimuli dari gerakan kita sendiri menuju pesawat telepon.
Latihan Meningkatkan Performa
Untuk menjawab pertanyaan ini, Guthrie membedakan antara act (tindakan) dengan movement (gerakan). Gerakan adalah kontraksi otot; tindakan terdiri dari berbagai macam gerakan. Tidakan biasanya didefinisikan dalam term apa- apa yang dicapainya, yakni perubahan apa yang mereka lakukan dalam lingkungan. Sebagai contoh tindakan, Guthrie menyebut misalnya mengetik surat, makan pagi, dll. Adapun untuk belajar tindakan membutuhkan praktik latihan. Belajar bertindak, yang berbeda dari gerakan, jelas membutuhkan praktik sebab ia mengharuskan gerakan yang tepat telah diasosiasikan dengan petunjuknya. Bahkan
menurut
Guthrie,
tindakan
sederhana
seperti
memegang
raket
membutuhkan beberapa gerakan berbeda sesuai jarak dan arah posisi subjek itu. Untuk itulah diperlukan sebuah latihan, karena dengan menguasai sebuah tindakan tidak menjamin pada saat waktu, jarak, dan posisi yang berbeda tindakan itu masih dapat dilakukan.
Sifat Penguatan
Apa yang menggantikan kekuatan dalam teori Guthrie? Pada poin ini Gutrie menggunakan isu yang dibahas Thorndike, ketika satu respons menimbulkan keadaan yang memuaskan, maka selanjutnya terulangnya respons akan meningkat. Guthrie menganggap hukum efek tidak dibutuhkan. Menurut Guthrie, reinformance (penguatan) hanyalah aransemen mekanis, yang dianggap dapat dijelaskan dengan hukum belajaranya. Gutrie menganggap, penguatan mengubah kondisi yang menstimulasi, dan karenanya mencegah terjadinya nonlearning. Misalnya, dalam kotak teka teki,
5
hal yang dilakukan hewan sebelum menerima satu penguat adalah menggerakkan satu tuas atau menarik cincin, yang membuatanya bisa keluar dari kotak itu, dan seterusnya. Oleh karena itulah, Guthrie dan Horton mengatakan, menurut pendapat mereka tindakan yang dilakukan oleh kucing itu akan selalu sama, karena kucing itu menganggap itulah caranya membebaskan diri dari kotak. Oleh karena itu, tidak memungkinkan adanya respons baru yang dihubungkan dengan kotak tersebut.
Lupa
Menurut Guthrie, lupa disebabkan oleh munculnya respons alternatif dalam satu pola stimulus. Setelah pola stimulus menghasilkan respons alternatif, pola stimulus itu kemudian akan cenderung menghasilkan respons baru. Jadi menurut Guthrie, lupa pasti melibatkan proses belajar baru. Ini adalah bentuk retroactive inhibition (hambatan retroaktif) yang ekstrem, yakni fakta bahwa proses belajar lama diintervensi oleh proses belajar baru. Untuk menunjukkan hambatan retroaktif, contohnya sebagai berikut: Seseorang yang belajar tugas A dan kemudian belajar tugas B lalu diuji untuk tugas A. satu orang lainnya belajar tugas A, tetapi tidak belajar tugas B, dan kemudian diuji pada tugas A. secara umum akan ditemukan bahwa orang pertama mengingat tugas A lebih sedikit ketimbang orang kedua. Jadi, tampak bahwa mempelajari hal baru (tugas B) telah mencampuri retensi dari apa yang dipelajari sebelumnya (tugas A). Guthrie menerima bentuk hambatan retroaktif ektrim ini. Pendapatnya adalah bahwa setiap kali mempelajari hal yang baru, maka proses itu akan menghambat sesuatu yang lama. Dengan kata lain, lupa disebabkan oleh intervensi. Tak ada intervensi, maka lupa tidak akan terjadi.
2.3. Cara Memutuskan Kebiasaan Kebiasaan dalam teori Guthrie ini didefinisikan sebagai sebuah respon yang diasosiasikan dengan beberapa stimuli yang berbeda. Untuk menghentikan
6
kebiasaan yang inappropriate ( tidak sesuai ) maka kebiasaan itu perlu diputus. Untuk itu, perlu memutus pula hubungan antara asosiasi dengan 'cues' yang memunculkan stimuli (rangsangan) dan respons. Ada tiga metode yang ditawarkan oleh Gutrhrie untuk memutuskan kebiasaan yaitu metode ambang pintu ( threshold methode ), metode yang kaku ( fatigue methode), dan metode respons tandingan (incompatable respons methode). Ringkasan Tiga Metode memutus Kebiasaan:
Metode Ambang (threshold)
Karakteristik Batas Mengenalkan stimuli
Contoh Memasang pelana kuda :
dengan kekuatan yang
mulai dengan selimut
lemah. Secara perlahan
yang ringan , kemudian
meningkatkan kekuatan
selimut yang lebih berat,
stimuli, tetapi menjaganya baru kemudian pelana dibawah respons batas
kuda.
minimal. Metode fatigue
" mengeluarkan " semua
Melemparkan pelana
(kelelahan)
respons dalam
diatas kuda dan menaiki
menghadirkan stimuli.
kuda samapai kuda meringkik, menendang, dan berusaha sekuat tenaga untuk melempar orang yang menaikinya. (joki) : pelana dan joki menjadi stimulus untuk berjalan dan berlari dengan tenang.
7
Metode respons
Memasangkan stimulus
Untuk menghentikan
tandingan
(S1) yang menyebaabkan
menghindar dan takut
(incompatable Respons perilaku tidak sesuai
berlebihan, dengan
Methode)
(inapropiate) dengan
memasangkan ketakutan
stimulus (S2) yang
pada suatu objek ( seperti
memunculkan respons-
harimau mainan ) dengan
respons yang sesuai
sebuah stimulus yang
(apropiate), perilaku yang
memunculkan perasaan
sesuai diasosiasikan
hangat dan penuh kasih
dengan stimulus (S2).
saying., seperti gambar seorang ibu.
Berbeda dengan reinforcemen yang tidak terlalu berperan dalam proses belajar , hukuman (punishment) mempunyai pengaruh penting mengubah perilaku seseorang. punishment jika diberikan secara tepat dalam menghadirkan sebuah stimulus yang memunculkan perilaku inappropriate, dapat menyebabkan subyek melakukan sesuatu yang berbeda. Guthrie menjelaskan dengan mengambil contoh seorang gadis yang setiap kali pulang sekolah selalau meletakkan tas dan sepatu disembarang tempat setiap hari . kemudian sang ibu memerintahkan anaknya untuk mengambil tas dan kaos kakinya dilantai kemudian keluar rumah dan kembali masuk rumah serta langsung meletakkan pada tempatnya. Setelah tindakan itu berkali-kali dilakukan setiap anaknya pulang sekolah dan meletakkan tas dan kaos kaki sembarangan akhirnya perilaku meletakkan tas dan kaos kaki pada tempatnya diasosiasikan dengan harus keluar rumah dan masuk kembali ke dalam rumah. Salah satu eksperimen yang dilakukan oleh Gutrie untuk mendukung teori kontiguitas adalah percobaannya dengan kucing yang dimasukkan ke dalam kotak puzel. Kemudian kucing tersebut berusaha keluar. Kotak dilengkapi dengan alat yang bila disentuh dapat membuka kotak puzel tersebut. Selain itu kotak tersebut juga dilengkapi dengan alat yang dapat merekam gerakan-gerakan
8
kucing dalam kotak. Alat tersebut menujukan bahwa kucing telah belajar mengulang gerakan-gerakan sama yang di asosiasikan dengan gerakan-gerakan sebelumnya. Ketika dia dapat keluar dari kotak tersebut.
Membelokkan Kebiasaan
Ada perbedaan antara memutus kebiasaan dengan membelokkan kebiasaan. Membelokkan kebiasaan dilakukan dengan menghindari petujnjuk yang menimbulkan perilaku yang tak diinginkan. Jika anda mengumpulkan sejumlah besar pola perilaku tak efektif atau menyebabkan kecemasan, hal terbaik yang bisa dilakukan adalah meningkatkan situasi itu. Guthrie menyarankan agar anda pergi kesuatu lingkungan baru yang memberi anda kesegaran baru karena anda tidak punya banyak asosiasi dengan lingkungan baru itu. Pergi kelingkungan baru akan membuat anda legah dan bisa mengembangkan pola perilaku yang baru. Tetapi ini hanyalah pelarian parsial karena banyak stimuli yang menyebabkan perilaku yang tak diinginkan adalah stimuli internal anda, dan anda karenanya akan membawa stimuli itu ke lingkungan yang baru. Juga stimuli dalam lingkungan baru yang identik atau mirip dengan stimuli di lingkungan lama akan cenderung menimbulkan respon yang sebelumnya di kaitkan dengannya.
Hukuman
Guthrie mengatakan efektivitas punishment (hukuman) ditentukan oleh apa penyebab tindakan yang dilakukan oleh organisme yang dihukum d ihukum itu. Hukuman bekerja baik bukan bu kan karena rasa sakit yang yan g dialami oleh individu terhukum, tetapi karena hukuman mengubah cara individu merespons stimuli tertentu. Hukuman akan efektif jika menghasilkan respons baru terhadap stimuli yang sama. Hukuman berhasil mengubah perilaku yang tidak diinginkan karena hukuman menimbulkan perilaku yang tidak kompitabel dengan perilaku yang dihukum. Hukuman akan gagal jika perilaku yang disebabkan oleh hukuman selaras dengan perilaku yang dihukum. Misalnya, anda punya seekor anjing yang
9
suka mengejar-ngejar mobil dan anda ingin menghentikan kebiasaannya. Gutrie menyarankan, anda mengendarai mobil dan biarkan anjing mengejarnya. Saat anjing berlari disisi mobil pelankan kendaraan anda dan tamparlah moncong si anjing.
Dorongan
Drives (dorongan) fisiologis merupakan apa yang oleh Guthrie dikatakan maintaining stimuli (stimuli yang mempertahankan) yang menjaga organisme tetap aktif sampai tujuan tercapai. Misalnya, rasa lapar menghasilkan stimuli internal yang terus ada sampai makanan dikonsumsi. Ketika makan diperoleh, maintaining stimuli akan hilang, dan karenanya kondisi yang menstimulasi telah berubah. Disini Guthrie kembali menjelaskan bahwa kebiasaan menggunakan alkohol dan narkoba dengan cara serupa. Misalnya, seorang merasakan ketegangan atau gelisah. Dalam kasus ini ketegangan dan kegelisahan itulah yang menjadi maintaining stimuli. Karenanya, ketika di lain waktu orang merasa tegang dan gelisah, dia akan cenderung minum lagi. Secara bertahap dorongan untuk memakai narkoba atau minuman keras akan muncul diberbagai situasi dan berubah menjadi kecanduan.
Niat
Respons yang dikondisikan ke maintaining stimuli dinamakan intentions (niat). Respons tersebut dinamakan niat karena maintaining stimuli dari dorongan biasanya berlangsung selama periode waktu tertentu (sampai dorongan berkurang). Gambarannya, ketika seseorang lapar dan ada roti di dalam kantor, dia akan memakannya. Tetapi jika dia lupa membawa bekal makan siang, dia akan berdiri dari kursi, mengenakan jaket, mencari restoran, dsb. d sb. Perilaku yang dipicu oleh maintaining stimuli inilah yang tampak purposive atau intensional (diniatkan).
10
Transfer Training
Gutrhrie dalam hal ini kurang terlalu berharap. Karena pada dasarnya seseorang akan menunjukkan respons yang sesuai dengan stimuli jika pada kondisi yang sama. Guthrie selalu mengatakan pada mahasiswa universitasnya, jika anda ingin mendapat manfaat terbesar dari studi anda, anda harus berlatih dalam situasi yang persis sama-dalam kursi yang sama-di mana anda akan diuji. Jika anda belajar sesuatu di kamar, tidak ada jaminan pengetahuan yang diperoleh disitu akan ditransfer ke kelas. Saran Guthrie adalah selalu mempraktikkan perilaku yang persis sama yang akan diminta kita lakukan nanti, selain itu, kita harus melatihnya dalam kondisi yang persis sama dengan kondisi ketika nanti kita diuji. Gagasan mengenai pemahaman, wawasan dan pemikiran hanya sedikit, atau tidak ada maknanya bagi Guthrie. Satu-satunya hukum belajar adalah hukum kontiguitas, yang menyatakan bahwa ketika dua kejadian terjadi bersamaan, keduanya akan dipelajari.
11
BAB III Penutup
Simpulan Hukum belajar yang dikemukakan oleh Guthrie adalah hukum kontiguitas (law of contiguity). Gutrie menganggap, penguatan mengubah kondisi yang menstimulasi, dan karenanya mencegah terjadinya nonlearning. Hukuman berhasil mengubah perilaku yang tidak diinginkan karena hukuman menimbulkan perilaku yang tidak kompitabel dengan perilaku yang dihukum. Hukuman akan gagal jika perilaku yang disebabkan oleh hukuman selaras dengan perilaku yang dihukum. Seperti halnya Thorndike, Guthrie menyarankan proses pendidikan dimulai dengan menyatakan tujuan, yakni menyatakan respons apa yang harus dibuat untuk stimuli. Dia menyarankan lingkungan belajar yang akan memunculkan respons yang diinginkan bersama dengan adanya stimuli yang akan diletakkan padanya. Jadi motivasi dianggap tidak terlalu penting, yang diperlukan adalah siswa mesti merespons dengan tepat dalam kehadiran stimuli tertentu.
12
Daftar Pustaka
Hergenhanh, B. R.,Olson, Matthew H..(2008). Theories of Learning . Media Grafika: Jakarta.
13