MAKALAH MANAJEMEN RISIKO DAN ASURANSI PENANGGULANGAN PENANGGULANGAN DAN PENANGANAN RISIKO
Dosen Pengajar : SARJONO, SE, MM
Oleh : Lisa Azhalia Putri (023001708002) Nur Suciana Eka Desiani (023001708004) (023001708004) Siti Afifah Dianira (02300170801 ( 023001708011) 1) Grace Shinshia N Sianturi Sia nturi (023001708039) Muhammad Anri Praharsyah (023001708056) (023001708056)
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS TRISAKTI JAKARTA 2018
BAB I PENDAHULUAN
Dalam dunia yang semakin berkembang ini, sudah pastinya kita sudah sering kali mendengar kata resiko dalam kehidupan kehidupan sehari-hari kita. Resiko Resiko merupakan merupakan bagian dari kehidupan kehidupan kerja individual maupun organisasi. Berbagai macam resiko, seperti resiko kebakaran, tertabrak kendaraan lain di jalan, resiko terkena banjir di musim hujan dan sebagainya, sebagainya, dapat menyebabkan menyebabkan kita menanggung menanggung kerugian jika resiko - resiko tersebut tidak kita antisipasi dari dari awal.
Resiko dikaitkan dikaitkan dengan
kemungkinan kejadian atau keadaan yang dapat mengancam pencapaian tujuan dan sasaran organisasi. Sebagaimana kita pahami dan sepakati bersama bahwa tujuan perusahaan adalah membangun membangun dan memperluas memperluas keuntungan kompetitif organisasi. Resiko berhubungan dengan ketidakpastian ini terjadi karena kurang atau tidak tersedianya cukup informasi tentang apa yang akan terjadi. menguntungkan
atau
merugikan.
Sesuatu yang tidak pasti (uncertain) dapat berakibat
Menurut
Wideman,
ketidakpastian ketidakpast ian
yang
menimbulkan
kemungkinan menguntungkan menguntungkan dikenal dengan istilah peluang (opportunity), sedangkan ketidakpastian yang menimbulkan menimbulkan akibat yang merugikan merugikan disebut dengan istilah risiko (risk). Dalam beberapa beberapa tahun terakhir, manajemen resiko menjadi trend utama baik dalam perbincangan, praktik, maupun pelatihan kerja. Hal ini secara konkret menunjukkan pentingnya manajemen resiko dalam bisnis pada masa kini. Oleh sebab itu resiko sangat perlu diolah karena resiko mengandung biaya yang tidak sedikit. Bayangkan suatu kejadian di mana suatu perusahaan sepatu yang mengalami kebakaran. Kerugian langsung dari peristiwa tersebut adalah kerugian finansial akibat asset yang terbakar (misalnya gedung, material, material, sepatu setengah setengah jadi, maupun sepatu sepatu yang siap untuk dijual). Namun juga dilihat dilihat kerugian tidak langsungnya, seperti tidak bisa beroperasinya perusahaan selama beberapa bulan sehingga menghentikan arus kas.
Akibat lainnya adalah macetnya pembayaran hutang kepada
supplier dan kreditor karena terhentinya arus kas yang akhirnya akan menurunkan kredibilitas dan hubungan baik perusahaan dengan partner bisnis tersebut.
Resiko dapat dikurangi dan bahkan bahkan dihilangkan melalui melalui manajemen resiko. resiko. Peran dari manajemen manajemen resiko diharapkan dapat mengantisipasi terjadinya resiko yang sangat berlebihan yang dapat membuat membuat perusahaan gulung tikar, oleh sebab itu kita perlu melakukan ha-hal yang lebih terarah, salah satunya dengan mengukur dimensi resiko yang akan terjadi pada diri sendiri pada khususnya dan pada perusahaan pada umunya. umunya.
BAB II TINJAUAN TEORITIS
PENANGGULANGAN RISIKO
Pada pokoknya manajer melakukan penanggulangan penanggulangan risiko yang terjadi di perusahaannya perusahaannya dengan dua pendekatan yaitu yaitu Penanganan Penanganan Risiko (risk (risk control ) dan Pembiayaan Risiko (risk (risk financing ). ). Penanganan Risiko (risk (risk control ) adalah suatu tindakan untuk menyelamatkan perusahaan dari kerugian. Ada beberapa hal yang dilakukan dalam penanganan risiko yaitu: 1. Menghindarinya 2. Mengendalikan 3. Memisahkan 4. Melakukan Melakukan kombinasi atau pooling atau pooling 5. Memindahkan
MENGHINDARI
Salah satu cara mengendalikan suatu risiko murni adalah menghindari harta, orang, atau kegiatan dari exposure terhadap risiko dengan jalan: 1. Menolak memiliki, menerima atau melaksanakan kegiatan itu walaupun hanya untuk sementara. 2. Menyerahkan kembali risiko yang terlanjur diterima, atau segera menghentikan kegiatan begitu kemudian diketahui mengandung risiko. Jadi menghindari risiko berarti menghilangkan menghilangkan risiko itu. Karakteristik Dasarnya Beberapa karakteristik penghindaran risiko yang seharusnya diperhatikan: 1. Boleh jadi tidak ada kemungkinan menghindari risiko, makin luas risiko yang dihadapi, maka makin besar ketidamungkinan menghindarinya, misalnya kalau ingin menghindari semua risiko tanggung jawab, maka semua kegiatan perlu dihentikan.
2. Faedah atau laba potensial yang bakal diterima dari sebab pemilikan suatu harta, memperkerjakan pegawai tertentu, atau bertanggung jawab atas suatu kegiatan, akan hilang, jika dilaksanakan pengendalian risiko. 3. Makin sempit risiko yang dihadapi, maka akan semakin besar kemungkinan akan tercipta risiko yang baru, misalnya menghindari risiko pengangkutan dengan kapal dan menukarnya dengan pengankutan darat, akan timbul risiko yang berhubungan dengan
pengangkutan
mengimplementasikan
darat. keputusan
Implementasi
dan
penghindaran
Evaluasi
risiko,
maka
hasilnya harus
Untuk
diadakan
penetapan semua harta, personil, atau kegiatan yang menghadapi risiko yang ingin dihindarkan tersebut. Dengan dukungan pihak manajemen puncak, maka manajer risiko seharusnya menganjurkan policy dan prosedur tertentu yang harus diikuti oleh semua bagian perusahaan dan pegawai. Penghindaran risiko dikatakan berhasil jika tidak ada terjadi kerugian yang disebabkan risiko yang ingin dhindarkan itu. Sesungguhnya metode itu tidak diimplementasikan sebagaimana mestinya, jika ternyata larangan larangan yang telah diinstruksikan itu ternyata dilanggar walau kebetulan tidak terjadi kerugian.
MENGENDALIKAN KERUGIAN ( LOSS CONTR OL )
Pengendalian kerugian bertujuan untuk: 1. Memperkecil peluang (chance) untuk terjadinya kerugian 2. Mengurangi keparahan jika kerugian itu memang terjadi Kedua tindakan itu dapat dicapai dengan berbagai cara, antara lain: 1. Melakukan tindakan pencegahan kerugian dan pengurangan kerugian Klasifikasi ini telah dipergunakan juga sebagai kriteria untuk membedakan antara minimization dan salvage. Tindakan pencegahan kerugian (berdasarkan definisi) semuanya dilaksanakan sebelum kejadian. 2. Program pengendalian kerugian menurut sebab kejadian Ada dua macam pendekatan dalam program ini, yaitu:
a.
Pendekatan engineering Pendekatan engineering menekankan kepada sebab-sebab yang bersifat fisikal dan mekanikal misalnya memperbaiki kael listrik yang tidak memenuhi syarat, pembuangan limbah yang tidak memenuhi ketentuan, konstruksi bangunan dan bahan dengan kualitas buruk dan sebagainya.
b. Pendekatan hubungan kemanusiaan (human relation) Pendekatan human relation menekankan sebab-sebab kecelakaan yang berasal dari faktor manusia, seperti kelengahan, suka menghadang bahaya, sengaja tidak memakai alat pengaman yang diharuskan, dan lain-lain faktor psikologis. 3. Pengendalian menurut lokasi Tindakan pengendalian risiko dapat pula diklasifikasikan menurut lokasi daripada kondisi yang direncanakan untuk dikendalikan. Dr. Haddon menegaskan bahwa kemungkinan dan keparahan kerugian dari kecelakaan lalu-lintas tergantung atas kondisi-kondisi dalam: a.
Orang yang mempergunakan jalan
b. Kendaraan c.
Lingkungan umum jalan raya yang melingkupi faktor-faktor seperti: desain, pemeliharaan, keadaan lalu lintas, dan rambu-rambu.
4. Pengendalian menurut timing Pendekatan ini mempertanyakan apakah metode itu dipakai : a.
Sebelum terjadinya peril
b. Selama terjadinya peril c.
Sesudah terjadinya peril
ANALISIS KERUGIAN DAN ANALISIS HAZARD
Pengendalian risiko dilakukan dengan identifikasi dan analisis terhadap: 1.Kerugian-kerugian yang telah terjadi. 2.Hazard yang menyebabkan sutau kerugian atau yang mungkin menyebabkannya di masa mendatang.
Agar langkah tersebut dapat berhasil dengan baik, maka diperlukan adanya: 1. Suatu sistem pelaporan yang komprehensif 2. inspeksi secara berkala. Untuk bisa mendapatkan informasi yang memadai atas kerugian, maka Manajer Risiko perlu membangun suatu: 1. Jaringan pemberi informasi 2. Formulir untuk melaporkan kerugian Analisis Kerugian
• Supervisor Lini : Pemberi informasi yang utama adalah para supervisor lini yang bertanggung jawab terhadap operasi dimana peril itu terjadi. Karena merekalah yang dapat menyediakan informasi rinci mengenai peril yang telah terjadi dan dengan mengisi formulir pelaporan dengan sempurna mereka akan lebih waspada terhadap apa yang menyebabkan terjadinya peril dan tentang pentingnya mengendalikan sebeb-sebab tersebut. Informasi dari laporan supervisor lini mempunyai berbagai manfaat, antara lain: 1) Menilai kinerja pada manajer lini. 2) Mengevaluasi operasi perusahaan, sehingga dapat menetapkan operasi mana yang perlu dibetulkan. 3) Mengidentifikasi hazard yang berkaitan dengan peril 4) Menyediakan informasi yang dapat dipergunakan untuk memotivasi manajer dan karyawan agar menaruh perhatian besar terhadap pengendalian kerugian. • Data Statistik : Informasi dapat pula diperoleh dari data-data statistik untuk mendapatkan: 1) Perbandingan antara pengalaman perusahaan sendiri dengan perusahaan lain atau perusahaan secara umum.
2) Pengetahuan tentang karakteristik setiap peril, sifat peril, sifat dan luasnya kerugian bulanhari-jam terjadinya peril, karyawan/supervisor yang tersangkut, hazard atau peristiwa yang melatar belakangi peril. Catatan-catatan mengenai peril seharusnya dapat mengikhtisarkan karakteristikkarakteristik tersebut, terutama untuk selama periode yang paling akhir dan juga dapat menggambarkan bagaimana karakteristik itu berubah sepanjang waktu. Perhatian terutama harus ditujukan kepada karakteristik yang kemunculannya melebihi frekuensi normal. Analisis Hazard
Analisias hazard harus tidak dibatasi hanya pada hazard yang telah mengakibatkan terjadinya peril diperusahaan saja. Perlu pula menyelidiki hazard yang mungkin akan muncul, hazard dari pengalaman perusahaan lain atau pengalaman dari perusahaan asuransi. Alat-alat yang dapat digunakan dalam menemukan hazard melalui inspeksi antara lain: 1.Checklist 2.Fault tree analysis Dalam uapaya pencegahan terhadap segala risiko harus selalu ditinjau pula dari sudut manfaat dan biayanya, artinya upaya yang digunakan harus economical feasible. Oleh karena itu, perlu pula dilakukan analisis terhadap: 1.
Kerugian yang timbul karena peril Kerugian yang timbul karena peril sering diperhitungkan/ dialokasikan lebih rendah
dari jumlah yang mungkin terjadi. Hal ini terjadi karena adanya kerugian-kerugian lain yang tersembunyi, yang tidak terlihat secara langsung pada saat terjadinya peril( umumnya dikategorikan kerugian tidak langsung). Kerugian-kerugian tersebut antara lain: a) Kerugian karena hilangnya waktu kerja dari karyawan yang cedera karena terjadinya peril b) Kerugian karena hilangnya waktu kerja bagi karyawan lain, yang menolong karyawan yang terkena peril c) Kerugian dari waktu yang terpakai supervisor untuk menyiapkan laporan peril dan melatih karyawan lain untuk mengganti karywan yang terkena peril
d) Kerugian yang disebabkan rusaknya mesin, peralatan harta yang lain, tidak langsung diakibatkan oleh peril. Contoh, mesin rusak, karena gardu listrik terkena peril e) Kerugian berkenaan dengan pembayaran penuh upah/gaji karyawan yang telah pulih dari cederanya, tetapi kemampuannya menurun f)
Kerugian karena hilangnya waktu produksi, terutama selama rehabilitas terhadap mesin/peralatan yang terkena peril
2.
Biaya pengendalian risiko
Biaya pengadaan, pemasangan, dan perawatan peralatan pengendalian risiko dapat dibagi dalam tiga kategori : a) Pengeluaran modal/ investasi dan depresiasi untuk alat pencegah peril, seperti masker, pemadam kebakaran, dan sebagainya b) Biaya-biaya yang harus dikeluarkan untuk regu pemadam kebakaran, konsultan, dan sebagainya c) Biaya untuk menjalankan program pencegahan, seperti upah karyawan pelaksana pencegahan, inspeksi, perawatan preventif, dan sebagainya Besarnya kemungkinan kerugian dan biaya pengendalian itu yang biasanya digunakan untuk membandingkan manfaat dari pengendalian risiko dengan biaya yang harus dikeluarkan untuk pengendalian tersebut. Pekerjaan ini menghadapi dua persoalan : 1. Karena manfaatnya biasanya tidak pasti, maka manfaat tersebut harus dikalikan dengan probabilitas diraihnya manfaat 2. Baik manfaat maupun biaya dapat disebarkan pada biaya untuk beberapa tahun, maka dalam menghitung harus membandingkan antara present value dan expected cost. Usaha pengendalian risiko apakah bermanfaat atau tidak dapat dievaluasi dengan menetapkan: 1. Apakah kerugian akibat terjadinya peril dapat di kurangi dengan adanya upaya pengendalian 2. Apakah kebijakan keselamatan (safety policy dan prosedur yang dianjurkan oleh Manajer Risiko dijalankan
3. Mengukur peubahan-perubahan dalam kerugian dan biaya untuk pencegahan, misalnya premi asuransi, biaya-biaya karena peril, frekuensi peril, keparahan kerugian, yang harus dianalisis secara keseluruhan berdasarkan departemen dan berdasarkan exposure.
PEMISAHAN
Yang dimaksud dengan pemisahan disini ialah menyebabkan harta yang menghadapi risiko yang sama, menggantikan penempatan dalam satu lokasi. Misalnya jika banyak mempunyai truk, maka tindakan pemisahan dilakukan dengan menempatkannya dalam beberapa pool yang berlainan, menempatkan barang persediaan tidak dalam satu gudang saja, tapi dipisahkan dalam dua atau lebih. Maksud pemisahan ini adalah mengurangi jumlah kerugian untuk satu peristiwa. Dengan menambah banyaknya independent exposure unit maka probabilitas kerugian-harapan diperkecil. Jadi, memperbaiki kemampuan perusahaan untuk meramalkan kerugian yang akan dialami.
KOMBINASI ATAU POOLI NG
Kombinasi atau pooling menambah banyaknya exposure unit dalam batas kendali perusahaan yang bersangkutan, dengan tujuan agar kerugian yang akan dialami lebih dapat diramalkan, sehingga risiko dikurangi. Salah satu cara perusahaan mengkombinasikan risiko adalah dengan perkembangan internal. Misalnya, perusahaan angkutan memperbanyak jumlah truknya ; satu perusahaan merger dengan perusahaan lain ; perusahaan asuransi mengkombinasikan risiko murni dengan jalan menanggung risiko sejumlah besar orang atau perusahaan.
PEMINDAHAN RISIKO
Pemindahan risiko dapat dilakukan dengan cara-cara : 1. Harta milik atau kegiatan yang menghadapi risiko dapat dipindahkan kepada pihak lain, baik dinyatakan dengan tegas, maupun berikut dengan transaksi atau kontrak. Contoh:
Perusahaan yang menjual salah satu gedungnya, dengan sendirinya telah memindahkan risiko yang berhubungan dengan pemilikan gedung itu kepada pemilik baru. Ada perusahaan yang menyerahkan sebagian kegiatan perusahaan kepada kontraktor, dengan tujuan untuk memindahkan segala risiko yang berhubungan dengan pekerjaan itu. 2. Risiko itu sendiri yang dipindahkan Contoh: Dalam perjanjian sewa menyewa rumah, biasanya pemilik rumah memindahkan risiko kerusakan kepada penyewa, biasanya berupa kerusakan karena kelalaian penyewa. 3. Suatu risk financing transfer menciptakan suatu loss exposure untuk transferee. Pembatalan perjanjian itu oleh transferee dapat dipandang sebagai cara ketiga dalam risk control transfer . Dengan pembatalan itu, transferee tidak bertanggung jawab secara hukum untuk kerugian yang semula ia setujui, untuk dibayar. PEMBIAYAAN RISIKO
Penaggulangan risiko dapat pula dilakukan dengan menyediakan/ mengeluarkan dana yang berhubungan dengan cara-cara pengadaan dana untuk menaggulangi kerugian. Cara-cara yang dapat digunakan yaitu: 1. Memindahkan risiko dengan pembiayaan ( risk financing transfer) 2. Menangani sendiri risiko yang dihadapi, dengan meretensi.
RISK FINANCING TRANSFER
Pemindahan risiko melalui risk financing berarti transferoro/penaggung harus mencari dana eksternal untuk membayar kerugian yang diderita oleh tertanggung, yang benar-benar terjadi, karena oleh peril yang dipindahkan. Pemindahan ini dapat dilakukan dengan cara-cara: 1. Transfer risiko kepada perusahaan asuransi (mengasuransikan). 2. Transfer risiko kepada perusahaan yang bukan perusahaan asuransi (noninsurance transfer). Insurance Transfer
Insurance Transfer merupakan pemindahan resiko kepada perusahaan asuransi. Asuransi adalah salah satu cara dalam menghadapi risiko, dengan mentransfer risiko ke perusahaan asuransi,
dengan membayar premi yang jauh lebih kecil atau minim bila dibandingkan dengan resiko kerugian financial bila terjadi musibah. Asuransi adalah satu pilar utama dalam merencanakan keuangan masa depan. Terdapat tiga aliran pemikiran mengenai asuransi. Aliran pertama memandang asuransi merupakan hubungan tetanggung dengan penanggung sebagai alat pemindah risiko. Aliran kedua mengabaikan hubungan ini dan memandang asuransi sebagai teknik atau mekanisme penaggungan. Sedangkan aliran ketiga menggabungkan kedua aliran sebelumnya. Asuransi meratakan beban kerugian dengan memakai dana-dana yang disumbangkan oleh para anggota kelompok untuk pembayarannya. Jadi, asuransi dapat dikatakan alat pemerataan kerugian. Untuk mengurangi beban ekonomi para anggota kelompok, penaggung juga ikut serta dalam kegiatan pencegahan kerugian. Akan tetapi tujuan pokok asuransi bukanlah pemerataan atau pencegahan kerugian, melainkan mengurangi uncertainty (ketidakpastian) yang disebabkan oleh kesadaran kemungkinan terjadinya kerugian. Non Insurance Transfer
Kebanyakan pemindahan resiko kepada pihak non-asuransi dilakukan melalui kontrakkontrak bisnis biasa dan melalui kontrak khusus untuk pemindahan resiko. Isi kontrak berkenaan dengan pemindahan tanggungjawab keuangan atas harta, kerugian atas net income, kerugian personil dan tanggung gugat kepada pihak ketiga. Pemindahan ini dapat dibedakan berdasarkan tanggungjawab yang dipindahkan. Pada keadaan yang ekstrim, transfer hanya memindahkan tanggung jawab keuangan saja untuk tindakan yang tidak disengaja oleh pihak transfree. Pada keadaan ekstrim yang lain pihak tramsfree akan menerima ganti rugi berkenaan dengan yang disebutkan dalam kontrak, tidak memperhatikan apa penyebab kerugian itu sendiri. Non-insurance mempunyai beberapa keterbatasan yang harus diperhatikan oleh manjer resiko, antara lain sebagai berikut: 1. Kontrak itu tidak mungkin hanya memindahkan sebagian resiko daripada resiko yang menurut pendapat manajer telah dipindahtangankan kepada pihak lain. Oleh karena itu manajer harus mempelajari isi kontrak dengan seksama. 2. Bahasa yang tertulis didalamnya adalah bahasa hukum yang sangat sukar dipahami oleh orang yang tidak ahli hukum sehingga menyebabkan salah tafsir atau salah mengerti.
3. Surat kontrak dapat dibatalkan oleh pengadilan, jika isi kontrak bertentangan dengan undangundang peraturan pemerintah, kebijaksanaan pemerintah atau tidak wajar bagi transfree. Contoh Non-Insurance Risk Financing Transfer
1. Melaui leasing, lessor dapat memindahkan kepada penyewa tanggung jawab keuangan untuk kerusakan harta atau kecelakaan badan bagi pihak ketiga. Sebelum ditandatangaini, perjanjian tanggung jawab seperti itu berada pada pihak lesson. 2. Melalui perjanjian leasing, lesse juga dapat menggeser kerugian potensialnya kepada lessor, tergantung bagaimana perjanjian itu dibuat. 3. Pemindahan resiko juga terjadi pada kontrak pembangunan suatu bangunan, dimana dalam kontrak disebutkan adanya pembayaran premi resiko. 4. Neutralization merupakan proses menyeimbangkan kans kerugian atas kans keuntungan. Contoh yang paling populer dalam dunia perdagangan adalah hedging. RISK RETENTION (Menaggung Sendiri Resiko/ Meretensi)
Meretensi artinya perusahaan menangung sendiri risiko finansial dari suatu peril dan ini adalah bentuk penanggulangan risiko yang paling banyak/umum. Sumber dananya diusahakan sendiri oleh perusahaan yang bersangkutan. Penaggulangan semacam ini dapat bersifat pasif atau tidak direncanakan (unplanned terention) dapat pula bersifat sktif atau rirencanakan ( unplanned retention) Retensi bersifat aktif bila Manajer Risiko telah mempertimbangkan metode-metode lain untuk menangani risiko dan kemudian memutuskan secara sadar untuk tidak memindahkan kerugian potensial tersebut, sehingga bila terjadi peril kerugiannya akan diperhitungkan sebagai biaya tidak terduga. Alasan Perusahaan Melakukan Retention
Suatu perusahaan yang menanggung sendiri resiko, dapat digolongkan kedalam salah satu kategori sebagai berikut: a)
Keharusan karena perusahaan tidak punya pilihan lain
Keharusan (default) menaggung sendiri resiko disebabkan perusahaan tidak mungkin memindahkan suatu resiko. Misalnya, resiko tanggung jawab untuk tindakan kriminal, atau keusangan harta. Belum ada perusahaan asuransi yang bersedia untuk menangani kedua resiko tersebut.
b)
Berdasarkan pertimbangan biaya, dimana memindahkan risiko biayanya lebih mahal (loss
allowance/premi asuransi, loading/ biaya pemindahan, profit margin dibandingkan dengan kemungkinan besarnya kerugian). c)
Kerugian harapan
Jika perusahaan percaya bahwa kerugian harapan yang dihitungnya lebih rendah dari perkiraan pihak asuransi, maka perusahaan dalam jangka panjang dapat menghemat pengeluaran sebesar selisih kedua perhitungan itu. Bahkan, jika kerugian harapan sama dengan perhitungan pihak asuransi, maka pilihan yang tepat masih pada retention. d)
Opportunity cost
Opportunity cost menyangkut timing pembayaran premi dibandingkan dengan pengeluaran untuk kerugian. Disini juga Manajer risiko berpendapat bahwa penggunaan dana untuk kepentingan investasi akan legih menguntungkan daripada untuk membayar premi. e)
Kualitas pertanggungan
kualitas pelayanan dari penanggung dianggap kurang memuaskan, dibandinngkan dengan bila risiko tersebut ditangani sendiri. Hal-hal yang Mendorong Penggunaan Retensi
Hal-hal yang mendorong Manajer risiko menggunakan retensi dalam Penanggulangan risiko antara lain: 1. Jika biayanya lebih rendah dibandingkan dengan yang akan dibebankan oleh perusahaan asuransi 2. Jika expected lossnya lebih rendah daripada yang diperkirakan perusahaan asuransi 3. Jika unit yang menghadapi risiko yang sama banyak jumlah, sehingga risikonya lehih rendah dan probabilitasnya dapat diperhitungkan dengan lebih akurat 4. Tujuan manajemen risiko menrima varisasi yang besar dalam kerugiaan tahunan 5. Jika pepmbiayaan untuk memindahkan kerugiann membengkak selama jangka waktu yang cukup panjang, sehingga menghasilkan opportunity cost yang lebih besar 6. Adanya peluang yang kuat untuk melalukan investasi, singga memperbesar oppurtunity cost
Kelemahan tindakan retention ada kemungkinan bahwa :
Ada beberapa hal yang menyebabkan penggunaan retensi kurang menarik untuk menangani risiko, antara lain: 1. Biaya yang lebih besar daripada biaya yang dibebankan pihak asuransi 2.
Kerugian harapan lebih besar dari pada kerugian yang diperkirakan perusahan asuransi
3. Ekspor unit sedikit, kemungkinan resiko tinggi dan perusahaan sukar untuk meramalkan probabilitas kemungkinan kerugian secara cermat 4. Ketidakmampuan keuangan menopang maximum possible loses atau maximum probable loses dalam short run 5. Tujuan manajemen resiko yang ditekankan kepada ketenangan pikiran dan variasi laba tahunan yang kecil 6. Pembayaran kerugian dan expense membengkak selama jangka waktu yang pendek 7. Peluang investasi terbatas serta tingkat pengembalian yang rendah 8. Lebih menguntungkan jasa perusahaan asuransi 9. Peraturan perpajakan dapat pula menyebabkan retention menjadi kurang menarik. Penyediaan Dana Untuk Retensi
Penyediaan dana untuk program retention dapat dilakukan dengan salah satu cara dari caracara berikut : a) Tanpa penyediaan dana sebelumnya Resiko yang ditanggung perusahaan pada suatu waktu dapat menimbulkan kerugian. Dengan cara seperti ini, maka kerugian perusahaan akan ditutup dengan dana yang kebetulan tersedia atau dibebankan pada pendapatan ditahun yang bersangkutan. Pendekatan semacam ini mengandung bahaya jika kerugian sedemikian besar, sehingga tidak dapat ditutup oleh laba pada tahun yang bersangkutan. Dalam keadaan seperti ini, perusahaan terpaksa mencari dana yang mungkin diperoleh dengan biaya mahal atau dengan menjual murah aset perusahaan untuk menutup kerugian yang dihadapi. b) Membentuk dana dan cadangan
Dengan cara ini, dana untuk menutup resiko dapat diperoleh dari dana cadangan yang setiap tahun dikredit dengan laba yang disisihkan. Banyaknya dana yang disisihkan itu adalah sejumlah kerugian yang diperkirakan pertahun. Ada perusahaan yang membentuk cadangan umum saja, ada pula yang membentuk cadangan khusus. Misalnya, cadangan piutang tak tertagih, cadangan biaya pengobatan, cadangan biaya kecelakaan kerja dan sebagainya. Beberapa kelemahan dengan cara ini adalah sebagai berikut :
Cadangan adalah pemindah bukuan secara accounting yang setiap hari belum tentu tersedia uang tunai sebanyak yang tercatat dalam rekening cadangan yang bersangkutan, sehingga perusahaan akan mengalami kesulitan memperoleh uang tunai untuk menutupi resiko.
Penaksiran expected loss jarang sekali tepat. Berkaitan dengan pajak, belum tentu cara seperti ini diizinkan oleh pemerintah, karena kan mengurangi pendapatan kena pajak.
c) Self insurance Untuk mengatasi kelemahan pengelolaan dana seperti yang disebutkan diatas, perusahaan yang memisahkan pengelolaan dana cadangan itu dari pengelolaan dana perusahaan. Self-insurance adalah bagian dalam organisasi suatu perusahaan yang berwenang mengelola dana yang dicadangkan. Self insurance dapat menginvestasikan dana cadangan perusahaan dalam kegiatan yang produktif, selama dana tersebut belum terpakai dengan catatan dana tersebut dapat ditarik sewaktu-waktu jika perusahaan menderita kerugian karena suatu peristiwa secara tiba-tiba. d) Captive insurer Ada perusahaan yang mengorganisasikan sebuah perusahaan asuransi yang sebagian besar nasabahnya adalah orang perusahaan itu sendiri. Asuransi seperti itu disebut captive insurer. Keuntungan yang mendorong perusahaan mendirikan captive insurer karena captive insurer dapat membeli perlindungan dari perusahaan re-asuransi yang lebih flexible dan tidak begitu banyak pembatasan, sedangkan self insurer tidak dapat memperoleh perlindungan dari re-asuransi. Oleh karena itu, perusahaan melalui captive insurer-nya dapat membeli perlindungan untuk resiko yang luar biasa atau untuk resiko yang tidak sanggup ditanggung oleh perusahaan asuransi biasa.
PENANGANAN RISIKO BAB 18 – MEMBUAT PETA RISIKO
Dalam menangani risiko, ada perbedaan penanganan antar kejadian. Itu sebabnya perlu untuk diketahui mana kejadian yang sangat berisiko dan mana kejadian yang tidak terlalu berisiko. Kejadian mana yang lebih berisiko tergantung pada dua hal yaitu: 1. kemungkinan terjadinya kejadian tersebut, dan 2. besarnya akibat yang diderita. Semakin besar kemungkinan terjadinya suatu kejadian, maka kejadian tersebut semakin berisiko. Demikian halnya dengan akibat yang ditimbulkan, semakin besar akibat kerugian yang terjadi, maka semakin berisiko pula kejadian tersebut. Dengan menghubungkan kemungkinan dan akibat dapat diketuhui status dari risiko. Status risiko menunjukkan kejadian-kejadian yang berisiko, status yang besar menunjuklkan risiko yang besar, begitu pula sebaliknya.
Contoh Soal : Sebuah perusahaaan mengukur kemungkinan terjadinya sekali kebakaran adala 3% sedangkan akibat yang ditimbulkan sekiranya terbajar adalah Rp. 150.000.000. Selain itu ada kemungkinan produk yang dihasilkan di luar standard kualitas sebesar 12% dengan perkiraan kerugian sebesar Rp. 50.000.000 karena ditolak pelanggan. Manakah yang lebih berisiko?
3% .150.000.0004.500.000 ℎ 12% .50.000.0006.000.000 Dari hasil perhitungan tersebut dapat diketahui bahwa produksi barang dengan kualitas rendah lebih berisiko daripada kebakaran. Perlu diingat nilai 4.500.000 dan 6.000.000 bukan menunjukkan besaran rupiah, melaikan hanya status risikonya saja.
Kejadian-kejadian yang merugikan (berisiko) yang telah teridentifikasi, perlulah diketahui posisinya dalam peta risiko. Peta risiko adalah suatu grafik yang menggambarkan kedudukan risiko di antasa dua sumbu dimana sumbu vertikal menggambarkan kemungkinan dan sumbu horizontal menggambarkan akibat.
Kemungkinan (%)
Sangat tinggi
Tinggi
Medium
Rendah
Akibat (Rp)
0 Rendah
Medium
Tinggi
Sangat tinggi
Dengan menggunakan contoh risiko kebakaran di atas dimana kemungkinannya 3% dan akibatnya Rp 150 juta; dan produksi dengan kualitas rendah dimana kemungkinannya 12% dan akibatnya Rp 50 juta.
B
(kualitas rendah)
10%
A
(kebakaran)
0 Rp 100 jt
Akibat (Rp)
BAB 19 – MENCEGAH TIMBULNYA RISIKO
Berikut beberapa macam strategi yang dapat dilakukan dalam menangani risiko: 1. Menghindar Strategi menghindar dilakukan apabila: a. Risiko yang dihadapi terlalu besar yaitu kemungkinan terjadinya besar dan akibat yang ditimbulkan juga besar. b. Risiko yang dihadapi tidak dapat dikendalikan oleh manajemen dan tidak dapat ditangani dengan strategi-strategi penanganan risiko yang lain Ada situasi-situasi dimana menghindar sulit dilakukan misalnya dalam hal: a. Menghindar dari suatu risiko namun menghadapi risiko yang lain yang mungkin lebih besar b. Risiko tersebut memberikan upah yang sulit untuk ditolak. Jika sangat sulit atau tidak mungkin untuk menghindari risiko maka risiko tersebut terpaksa harus dihadapi dan diterima. Ada beberapa strategi yang dapat dilakukan yaitu: a. Mencegah timbulnya risiko (strategi pencegahan), b. Mengurangi kerugian akibat risiko (strategi pengurangan kerugian), c. Mengalihkan risiko ke pihak lain (strategi pengalihan), dan d. Mendanai risiko (strategi pendanaan). Strategi pencegahan adalah strategi untuk membuat kemungkinan terjadinya risiko sekecil-kecilnya. Jadi sasarannya adalah bagaimana agar kemungkinan atau probabilitas terjadinya suatu kejadian yang merugikan (risiko) itu dapat dibuat sekecil-kecilnya. Untuk menghilangkan sama sekali risiko itu tidak mungkin dan yang
mungkin dilakukan adalah membuat kemungkinan terjadnya risiko itu sekecilkecilnya.
X
Y
X
Y
Strategi Menghindar Mencegah Mengurangi kerugian Mengalihkan Mendanai
Keterangan Tidak mengambil risiko Mencegah timbulnya risiko untuk meminimalkan kemungkinan terjadinya Mengurangi kerugian akibat risiko untuk meminimalkan akibatnya Mengalihkan risiko ke pihak lain Mendanai risiko sekiranya terjadi
Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mencegah timbulnya risiko dengan memperkecil kemungkinan terjadinya, cara-cara yang dapat dilakukan antara lain: 1. Memperbaiki sistem dan prosedur, 2. Memperbaiki fasilitas, 3. Memperbaiki sumber daya manusia, dan 4. Membuat/memperbaiki aturan-aturan dan kebijakan. Strategi Memperbaiki sistem dan prosedur Memperbaiki fasilitas Memperbaiki sumber daya manusia Membuat/memperbaiki aturan-aturan dan kebijakan
Contoh Sistem pengeluaran uang, sistem penerimaan barang Memasang smoke detector Pelatihan, magang, coaching Kebijakan insentif, kebijakan promosi, dll
BAB 21 - MENGURANGI KERUGIAN AKIBAT RESIKO
Dalam hal untuk mengurangi kemungkinan terjadinya resiko, dapat dilakukan strategi pencegahan resiko. Selain mengurangi kemungkinan terjadinya resiko, yang dapat dilakukan lagi adalah mengurangi akibat dari resiko. Strategi yang dilakukan untuk mengurangi akibat dari resiko ini dikenal dengan “Strategi Pengurangan Kerugian”. Apabila suatu kejadian yang merugikan telah terjadi, diusahakan agar kerugian yang diderita akibat kejadian tersebut sekecil-kecilnya. Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengurangi kerugian akibat suatu kejadian yang sekiranya kejadian tersebut terjadi. Strategi pengurangan kerugian ini dapat dilakukan dengan caracara berikut : 1. Menyebar Menyebar adalah suatu cara atau teknik menempatkan sumber daya yang dimiliki perusahaan pada beberapa tempat. Tujuannya ialah mengurangi kerugian yang timbul sekiranya suatu kejadian yang merugikan terjadi disuatu tempat. Strategi pengurangan kerugian dengan cara menyebar ini pun memiliki beberapa isitilah,yaitu a.
Diversifikasi Tindakan yang dilakukan dengan menyebarkan operasi bisnis keberbagai bidang. Contohnya ialah :
Diversifikasi produk Yaitu perusahaan memproduksi berbagai macam produk, baik itu saling berhubungan atau sama sekali berbeda. Tujuannya ialah selain untuk meningkatkan resiko, juga untuk meminimalkan resiko sekiranya salah satu produk atau jasa yang dihasilkan tidak laku, produk atau jasa lainnya diharapkann bisa laku.
Diversifikasi Geografis Yaitu perushaan memasuki lokasi baru dengan cara membuka pabrik atau kantor penjualan. Hal ini dilakukan karena tidak diketahui pasti tempat mana yang akan memberikan keuntungan dan tempat mana yang tidak.
b. Portfolio Yaitu menyebarkan investasi pada beberapa bentuk investasi atau dalam berbagai macam surat berharga. Tujuannya ialah mengurangi resiko kerugian sekiranya salah satu surat berharga tidak memberikan keuntungan seperti yang dihatapkan c.
Back Up Yaitu membuat sistem cadangan sekiranya sistem utama tidak berfungsi.
2. Bergabung Bergabung adalah strategi yang dilakukan untuk megurangi kerugian dengan cara menyatukan beberapa sumber daya. Bergabung dilakukan pada umumnya untuk menghadapi persaingan atau untuk menghadapi ancaman. Dengan bergabung, diharapkan memeperkecil resiko kegagalan. Beberapa perusahaan melakukan merger, joint venture, alliance, atau cartel yang merupakan usaha-usaha bergabung yang dimaksudkan untuk memperkuat posisi perusahaan dalam menghadapi persaingan atau untuk memperoleh sinergi. 3. Memperbaiki Fasilitas Fisik Apabila suatu kejadian yang merugikan perusahaan telah terjadi, makan salah satu startegi yang dapat dilakukan untuk mengurangi kerugian ialah memperbaiki fasilitas fisik. Contohnya iala untuk mengurangi kerugian akibat kebakaran, perusahaan menyediakan alatalat pemdam kebakaran sehingga jika terjadi kebakaran, api dapat segera dipadamkan dan kerugian dapat diminimalkan. 4. Mengembangkan Sumber Daya Manusia (SDM) Merupakan proses persiapan individu individu untuk memikul tangggung jawab yang di dalam organisasi yang umumnya berkaitan dengan peningkatan kemampuan intelektual atau emosional yang diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan yang lebih baik. Salah satu cara pengembangan SDM ialah dengan memberikan pelatihan kepadan karyawan untuk meningkatkan keahlian, pengetahuan, pengalaman, atau pembahasan sikap seorang individu.
BAB 21 - PERTIMBANGAN DALAM MENCEGAH DAN MENGURANGI KERUGIAN
Dalam menangani resiko baik dengan membuat pencegahan atau pengurangan kerugian, selalu akan ada biaya. Memperbaiaki sistem dan prosedur, memperbaiki fasilitas, mengembangkan sumber daya manusia itu membutuhkan biaya yang kadang-kadang tidak sedikit. Pencegahan resiko dan pengurangan kerugian akibat resiko hanya efektif digunakan apabila biaya yang dikeluarkan lebih kecil dari manfaat yang diterima. Semakin besar usaha yang dilakukan manajemen untk mengelola resiko, akan semakin besar pula biaya yang dikeluarakan untuk mengelola resiko tersebut, namun akan semakin kecil kerugian yang ditimbulkan. Usaha-usaha pencegahan dan usaha-usaha pengurangan rsiko hanya dilakukan selama biaya pengelolaan resiko lebih kecil dari kerugian resiko. Pada saat biaya pengelolaan resiko lebih besar dari kerugian resiko, penangnana resiko tidak lagi efisien. Strategi pencegahan atau pengurangan resiko juga perlu mempertimbangkan apakah kejadian yang akan
terjadi
tersebut
dapat
dikendalikan
(controllable)
atau
tidak
dapat
dikendalikan
(uncontrolloable). Kejadian yang dapat dikendalikan adalah kejadian-kejadian yang bisa dicegah dan bisa dikurangi kerugiannya. Jika tidak dapat dicegah dan tidak dapat dikurangi kerugiannya, kejadiankejadian tersebut dikatakan tidak dapat dikendalikan. Pada umumnya kejadian-kejadian yang disebabkan oleh faktor alam tidak dapat dikendalikan. Sedangkan kejadian-kejadian yang disebabkan oleh manusia dan teknologi pada umumnya dapat dikendalikan.
BAB 22 – MENGALIHKAN RISIKO MELALUI ASURANSI DAN H E D G I N G
Risiko-risiko yang berada pada setiap kwadran dari peta risiko pada umumnya dapat dikelompokkan ke dalam risiko-risiko yang dapat dikendalikan (controllable) dan risikorisiko yang tidak dapat dikendalikan (uncontrollable). Hanya risiko-risiko yang dapat dikendalikan saja yang bisa ditangani dengan caracara pencegahan atau pengurangan kerugian. Sedangkan risiko-risiko yang tidak dapat dikendalikan dialihkan ke pihak lain. Namun, walaupun risiko-risiko yang dapat dikendalikan telah ditangani dengan cara-cara pencegahan atau pengurangan kerugian, selama masih memungkinkan terjadinya kejadian yang merugikan dan akibat yang ditimbulkan masih besar, sebaiknya risiko-risiko tersebut dialihkan pula ke pihak lain. Hal ini dilakukan selama manfaat yang diterima lebih besar dari biaya yang dikeluarkan, atau selama kerugian risiko lebih besar dari biaya pengelolaan resiko. Jika ternyata risiko tidak dapat dialihkan ke pihak lain dan perusahaan tidak sanggup menanggung kerugian yang diakibatkan oleh risiko tersebut maka cara yang terbaik adalah menghindar. Jangan menghadapi risiko yang tidak dapat dikendalikan dan status risikonya
besar. Kalau terpaksa harus dihadapi maka itu akan menjadi tanggung jawab perusahaan (dalam hal ini pemilik perusahaan) dan itu dianggap sebagai risiko bisnis . Risiko-risiko dapat dialihkan ke pihak lain sehingga pihak lain yang menanggung akibatnya. Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengalihkan risiko ke pihak lain diantaranya: -
Asuransi
-
Hedging
-
Leasing
-
Factoring, dan
-
Outsourcing
Mengalihkan risiko melalui asuransi
SDM yang dimiliki perusahaan dapat diasuransikan. Dengan mengasuransikan SDM yang dimiliki, sekiranya terjadi kejadian yang merugikan pada SDM tersebut, pihak pemberi asuransi yang akan menanggung kerugiannya. Besarnya tanggungan kerugian dan besarnya premi yang dibayarkan tergantung kesepakatan antara perusahaan dan pihak asuransi. Asuransi memperoleh dana dari para pemegang polis (pelanggannya) yang dikumpulkan dan diinvestasikan. Hasil investasi tersebut kemudian digunakan untuk: -
membayar kerugian yang terjadi
-
membiayai operasional perusahaan asuransi itu sendiri, dan
-
memperoleh laba
Risiko yang dialihkan ke asuransi kemudian dapat diminmalkan oleh pihak asuransi dengan cara diversifikasi. Diversifikasi dilakukan dengan menanggung berbagai macam risikodan dari berbagai tempat. Dengan diversifikasi ini membuat pihak asuransi “tidak menaruh semua telur didalam satu keranjang” sehingga risiko yang ditanggung pihak asuransi menjadi kecil. Sekiranya pihak asuransi tidak dapat mendiversifikasikan tanggungan-tanggungan kerugiannya maka dia dapat mereasuransikan. Perusahaan asuransi memiliki
suatu sistem reasuransi (Reinsurance) dimana mereka
bersepakat untuk mengumpulkan dana (dalam bentuk premi) yang dapat digunakan untuk menanggung kerugian dalam jumlah besar yang bisa saja dialami oleh salah satu atau beberapa dari mereka.
Mengalihkan risiko melalui Hedging
Sebenarnya penangan risiko melalui Hedging ini khusus diperuntukkan bagi risikorisiko keuangan yaitu risiko-risiko yang disebabkan oleh perubahan harga, perubahan nilai tukar, dan perubahan tingkat bunga. Walaupun demikian, ada baiknya mengetahui konsep tentang hedging yang dalam prosesnya bisa saja menimbulkan risiko operasional. Misalnya dalam proses hedging melibatkan manusia dan teknologi sehingga kejadian-kejadian yang merugikan yang bisa ditimbulkan oleh manusia dan teknologi dalam proses hedging itu masuk pada risiko operasional. Hedging adalah suatu proses membeli dan menjual barang dagangan di dua pasar yang berbeda. Kerugian yang diderita di pasar yang satu dapat ditutupi oleh keuntungan yang diperoleh di pasar yang lainnya. Misalnya seseorang yang bertaruh dengan menjagokan club sepakbola A. Dia bisa menderita kerugian sekiranya club A kalah. Agar dia tidak rugi, yang dapat dia lakukan adalah dengan mengadakan dua transaksi. Pertama, bertaruh dengan X untuk menjagokan club A, dan kedua bertaruh dengan Y untuk menjagokan club B. jadi club mana saja yang menang atau kalah, dia tidak akan rugi. Kerugian yang diderita karena kekalahan di club yang satu akan ditutupi oleh keuntungan yang diperoleh dari kemenangan club yang lain. Itu berarti dia tidak akan memperoleh keuntungan juga. Transaksi hedging tidak semudah transaksi sepakbola diatas. Misalnya, seorang pedagang tahu memesan 10.000 potong tahu ke pabrik tahu untuk diambil bulan depan dan 10.000 potong tahu lagi untuk diambil dua bulan kedepan dengan harga yang sudah disepakati saat ini. Pabrik tahu harus membeli kacang kedelai sebagai bahan baku utama tahu. Pabrik tahu tidak bisa membeli sekaligus kacang kedelai untuk dua pesanan tersebut dengan alasan tidak memiliki gudang untuk menyimpan. Pabrik kedelai akan membeli kebutuhan kedelai untuk 10.000 potong tahu pertama bulan depan dan yang
kedua dua bulan depan dimana dia langsung membuat tahu dan menyerahkannya kepada pedangan yang memesan. Untuk membuat 10.000 potong tahu misalnya dibutuhkan 6000kg kacang kedelai. Dalam contoh ini, pabrik tahu menghadapi risiko perubahan harga. Bagaimana jika bulan depan dan dua bulan depan harga kacang kedelai berubah? Jika harga kacang kedelai lebih murah, pabrik tahu akan memperoleh keuntungan. Tapi jika harga kedelai lebih mahal? Akan menderita kerugian. Pabrik tahu ini bisa menghilangkan risiko perubahan harga dengan melakukan hedging. Dia dapat melakukan transaksi di dua tempat yaitu di spot market dan di future market. Pada umumnya, pasar yang orang banyak ketahui adalah spot market. Dimana transaksi beli dan bayar dilakukan secara bersamaan. Future market adalah pasar dimana harga ditentukan saat ini namun transaksi dilakukan di waktu yang akan datang. Membeli tahu goreng adalah transaksi spot market, tetapi membeli tiket pesawat terbang yang harganya ditentukan saat ini namun penerbangannya dilakukan di waktu yang akan datang merupakan transaksi future market. Hedging untuk pabrik tahu diatas dapat dilakukan dengan cara mengadakan transaksi di future market sebagai berikut: -
pabrik tahu meminta broker untuk membeli 12.000 kg kacang kedelai dua bulan di depan dengan harga yang telah ditentukan (future contract)
-
pabrik tahu akan memberikan 1% komisi kepada broker. Selain itu, pabrik tahu harus mendepositkan sejumlah uang kas kepada broker yang dikenal dengan sitilah margin. Margin ini diperlukan sebagai jaminan untuk mengadakan transaksi.
-
Bulan depan, pada saat pabrik tahu membutuhkan 6000 kg kacang kedelai, dia akan membeli di spot market. Dalam eaktu yang bersamaan, dia meminta broker untuk
menjual 6000 kg kacang kedelai di future market. Dalam hal ini pembelian kacang kedelai di spot market di hedge dengan penjualan di future market pada waktu yang bersamaan. Tidak peduli apakah harga kacang kedelai akan naik atau akan turun, pabrik tahu tidak akan menderita kerugian sebab pada saat yang bersamaan terjadi transaksi pembelian dan penjualan dengan jumlah yang sama. -
Hal yang sama dilakukan untuk pemesanan dua bulan kemudian
Asumsi yang digunakan disini adalah bahwa pergerakan harga di spot market sama dengan di future market. Sebenarnya tidak ada kondisi hedging yang sempurna. Sebab walaupun pergerakan harga di spot dan future market sama yaitu jika harga naik di spot market harga juga akan naik di future market dan sebaliknya, namun tidak lazim bagi mereka untuk bergerak dengan jumlah yang sama. Jika transaksi jual-beli ini terjadi pada dua atau lebih negara berbeda yang menggunakan mata uang yang berbeda, akan menghadapi bukan saja risiko perubahan harga barang dagangan tetapi juga perubahan nilai tukar mata uang. Untuk itu, perlu juga dilakukan hedging untuk nilai tukar.
BAB 23 – MENGALIHKAN RISIKO MELALUI LEASING
Leasing adalah suatu cara dimana barang dapat digunakan dengan membayar sejumlah uang setiap suatu periode tertentu tanpa memilikinya. Barang tetap menjadi milik pemberi leasing (lessor). Jika terjadi sesuatu pada barang tersebut, itu adalah tanggung jawab lessor dan bukan penerima leasing (lessee). Karena tanggung jawab kerusakan, kehilangan, dan pemeliharaan pada umumnya ada pada lessor, maka risiko-risiko ini menjadi tanggung jawab lessor. Dalam hal ini, lessee telah mengalihkan risiko kepada pihak lessor. Selain leasing dapat digunakan sebagai salah satu cara mengalihkan risiko, leasing juga memberikan mafaat lain diantaranya: -
Tidak membutuhkan dana yang besar untuk memperoleh asset. Ass et dapat digunakan dengan cara menyewa atau lease. Dengan demikian, ada cukup dana yang dapat digunakan untuk modal kerja dan maksud-maksud lain.
-
Oleh karena setiap periode tertentu lessee harus membayar sejumlah uang kepada lessor (biaya sewa) maka lessee memperoleh manfaat berupa pengurangan beban pajak akibat biaya tersebut.
-
Asset dapat juga diperoleh misalnya dengan cara meminjam uang di bank. Melalui uang pinjaman tersebut kemudia di belikan asset. Dengan adanya leasing, perusahaan tidak perlu meminjam uang di bank sehingga hutang perusahaan kepada bank tidak ada. Sekiranya sewaktu-waktu ada hal yang mendesak dimana perusahaan harus meminjam uang, bank dapat memberikan pinjaman karena belum mimiliki pinjaman.
-
Mengurangi biaya operasional dan pemeliharaan. Pada umumnya lessor yang menanggung biaya pembelian, biaya asuransi, dan juga biaya pemeliharaan.
-
Pada barang-barang yang mudah usang, leasing memberikan manfaat yang signifikan. Lessee atau penyewa tidak perlu memiliki barang tersebut, cukup disewa saja oleh karena dalam waktu yang tidak lama barang tersebut sudah usang.
Ada beberapa bentuk leasing: 1. Direct leasing 2. Sale and leaseback, dan 3. Leverage leasing Direct leasing adalah suatu cara dimana pemilik barang (lessor) menyewakan barangnya
kepada pihak lain dalam hal ini penyewa (lessee). Sale and Leaseback adalah suatu cara dimana pemilik barang menjual barang nya kepada
lessor yang kemudian menyewakan kembali barang tersebut kepada yang menjualnya dengan biaya sewa tertentu dalam jangka waktu tertentu. Leverage leasing adalah suatu cara dimana lessor meminjam uang dari kreditur untuk
membeli barang yang akan di lease atau disewakan. Barang tersebut beserta pendapatan sewanya kemudian digunakan sebagai jaminan. Misalnya kejadian berupa pencurian kendaraan. Walaupun kemungkinan kendaraan dicuri telah dikurangi dengan cara memasang alarm atau memasang kunci pada stir masih saja ada kemungkinan kecurian. Risiko pada situasi seperti inidapat diminimalkan dengan cara mengalihkan risiko kepada pihak lain, misalnya dengan asuransi atau leasing. Hal ini dilakukan selama manfaat yang diterima dari pengurangan risiko lebih besar dari biaya yang dikeluarkan dalam mengelola risiko tersebut. Leasing akan menjadi alternatif yang lebih menarik lagi apabila memiliki Net Advantage of Leasing (NAL). Dikatakan memiliki NAL apabila NAL > 0. Selama NAL lebih besar dari nol, leasing menjadi alternatif yang lebih menarik dibandingkan membeli.
Rumus:
− 1 (∑= 1+ {∑= 1+ +∑− 1+}+ 1+ ) Dimana: C
= harga barang
= biaya sewa pada waktu t (biasanya pembayaran cicilan pertama dilakukan lebih dulu yaitu setelah lease disetujui)
= biaya modal = penyusutan (sekiranya barang dimiliki akan ada penyusutan) = tingkat pajak = nilai residual dari barang tersebut (harga jual barang setelah masa sewa).
Persamaan NAL diatas sebenarnya menunjukkan perbedaan biaya antara membeli dan meyewa (lease). Selama biaya yang dikeluarkan untuk membeli barang tersebut lebih besar dari biaya yang dikeluarkan untuk menyewa (lease) maka lebih menguntungkan menyewa. Persamaan NAL menunjukkan bahwa: NAL = Harga barang – [(pembayaran sewa pertama, present value dari pembayaran sewa kedua, ketiga, dst) – (present value dari penghematan pajak karena penyusutan senadainya dimiliki) + (present value nilai residual seandainya dimiliki)]. Dalam memutuskan apakah lebih menguntungkan membeli atau leasing, gunakan alur sebagai berikut: Jika akan membeli aktiva atau barang, pertama-tama yang perlu diketahui adalah apakah barang tersebut memberikan nilai net present value (NPV) yang positif. NPV yang positif
adalah apabila present value (PV) dari pendapatan atau cash flow (CF), yang diperoleh dengan menggunakan batang tersebut melebihi harga barangnya (C). dengan kata lain; NPV = PV – C Dimana:
∑= 1+ Jika NPV positif yaitu sama dengan atau lebih besar dari nol kemudian diperiksa apakah NAL nya juga positif. Jika NAL positif dan NPV positif, maka lebih menguntungkan lease daripada membeli. Namun, jika NPV positif tapi NAL negatif, maka lebih menguntungkan membeli. Jika NPV negatif maka investasi ditolak, namun walaupun NPV Negatif selama NAL ditambah NPV lebih besar atau sama dengan nol, investasi bisa diterima dengan cara lease, jika tidak sebaiknya investasi ditolak.
Hitung NPV
Ya
Tidak NPV ≥ 0 ?
Hitung NAL
Hitung NAL
NAL > 0 ?
NAL > 0 ?
Ya
Lease
Tidak
Beli
Ya
Tidak
NAL + NPV ≥ 0 ? Ya
Lease
Tidak
Tolak
Tolak
BAB 24 - MENGALIHKAN RISIKO MELALUI F A C TOR I N G DAN OUTSOURCI NG
1. Factoring Cara pengalihan risiko, dimana sebuah perusahaan (A) yang memiliki piutang, lalu menjual piutangnya kepada pihak lain/perusahaan B. Dengan mengalihkan piutang ke pihak lain (B), perusahaan A tidak lagi menanggung risiko piutang tak tertagih. Factoring dibagi dua : a. Notifications Basis Perusahaan A yang memiliki piutang memberitahukan kepada pelanggan
C bahwa
piutangnya telah dialihkan kepada factor B (pembeli piutang). Dalam hal ini, pelanggan C langsung membayar utang kepada factor B. Contoh: Kartu kredit (Visa atau Mastercard) Kartu kredit merupakan factor-nya , mereka yang membeli piutang tersebut. Biasanya, factor membebankan komisi 0,25%-1,5%. Namun, untuk kartu kredit komisi bisa mencapai 5% dari nilai piutang
Factoring dengan Notification Basis
Keterangan: 1.
Pelanggan (pengecer atau industri), mengirim pesanan barang kepada perusahaan.
2.
Berdasarkan pesanan barang, perusahaan mengusulkan kepada factor .
3. Factor (biasanya lembaga keuangan contoh: bank) akan mempertimbangkan usulan tersebut. 4.
Jika usulan disetujui oleh pihak factor , factor akan memberikan uang tunai kepada perusahaan.
5.
Perusahaan mengirim barang kepada pelanggan disertai dengan pemberitahuan.
6.
Pelanggan membayar piutangnya kepada factor .
b. Non notification Basis Perusahaan (A) yang memiliki piutang tidak memberitahukan kepada pelanggan (C) yang berhutang bahwa utangnya sudah dijual kepada factor (B). Dengan demikian, pelanggan (C) tetap membayar utangnya kepada perusahaan (A) kemudian setelah menerima pembayaran baru kemudian memberikan kepada factor (B).
2. Outsourcing Memberikan pekerjaan untuk dilakukan oleh pihak lain dimana perusahaan (pemberi outsourcing ) membeli barang atau jasa yang dihasilkan. Manfaat yang diperoleh dengan memberikan pekerjaan dilakukan oleh pihak lain (outsourcing) sebagai berikut: a.
Tidak menanggung risiko gagal dalam pekerjaan
b. Hasil yang diterima bisa lebih baik karena dilakukan oleh orang atau perusahaan yang lebih ahli dibidangnya c.
Menghemat biaya produksi, pemyimpanan, dan pemeliharaan karena tidak memproduksi barang tersebut.
Factoring atau outsourcing dilakukan apabila manfaat yang diterima lebih besar dari biaya yang dikeluarkan, atau kerugian risiko l ebih besar dari biaya pengelolaan risiko.
BAB 25 - MENDANAI RISIKO
Dalam
beberapa
hal,
perusahaan
menanggung
sendiri
pembiayaan
risikonya.
Perusahaan
mempersiapkan dana untuk berjaga-jaga jika terjadi kejadian yang merugikan sehingga perusahaan memiliki dana untuk membiayai kerugian tersebut dengan demikian operasional perusahaan daoat terus berjalan. Berikut ini alasan mengapa perusahaan harus menyediakan pembiayaan terhadap risikonya: 1. Status risiko sangat kecil Kemungkinan jika risiko sangat kecil maka konsekuensinya juga kecil maka penanganan risiko dengan menggunakan pembiayaan sendiri. 2. Biaya pengelolaan risiko lebih besar dari kerugian risiko. Perusahaan akan menderita kerugian jika berusaha untuk menangani risiko karena kerugiannya lebih kecil dari biaya yang dikeluarkan untuk menangani risiko. Contoh: Risiko kehilangan alat tulis kantor (pulpen), apabila perusahaan membuat strategi penanganan kehilangan alat tulis kantor yang canggih akan lebih mahal dari pada harga pulpen yang hilang. 3. Biaya mengalihkan risiko ke pihak lain sudah lebih mahal daripada menanggung sendiri risiko tersebut. Contoh: Asuransi kendaraan mobil tapi karena mobil t ersebut jarang digunakan maka risiko kerusakan mobil lebih kecil dibandingkan dengan membayar premi asuransi tiap bulannya. Cara untuk mendanai risiko operasional sebagai berikut: 1. Menggunakan kas kecil Jika kemungkinan terjadinya sangat kecil dan akibat yang ditimbulkan juga sangat kecil. Pada umumnya perusahaan mempunyai kas kecil yang dipergunakan untuk kejadian-kejadian yang tak terduga, misalnya pensil atau pulpen yang hilang.
Namun, jika kerugiaannya melebihi kas kecil, risiko tersebut menjadi tanggung jawab pemilik dan dananya diambil dari laba yang seharusnya diberikam kepada pemilik. 2. Menyediakan dana cadangan Dana cadangan untuk kejadian-kejadian merugikan (risiko) tertentu yang sudah diantisipasi sebelumnya. Misalnya, menyediakan dana cadangan untuk piutang tak tertagih, dana cadangan untuk pengobatan karyawan dan dana cadangan untuk membiayai kecelakaan kerja. 3. Melakukan self-insurance Perusahaan membuat satu unit atau bagian khusus didalam organisasi yang menangani asuransi. Jika terjadi kejadian-kejadian yang merugikan, unit ini yang akan menanggung kerugian tersebut. Untuk menjamin kelangsungan unit ini, perusahaan secara rutin menyetor sejumlah dana. Dana ini yang kemudian diinvestasikan dan pendapatan yang diperoleh dari i nvestasi tersebut yang kemudian digunakan untuk mendanai kejadian yang merugikan Kelemahan self-insurance : a.
Tidak dapat memperoleh manfaat dari diversifikasi risiko karena hanya satu pelanggan yaitu perusahaan itu sendiri.
b. Jika terjadi kerugian, perusahaan tidak mempunyai sumber lain yang dapat menutupi kerugian tersebut. c.
Tidak mendapatkan fasilitas reinsurance.
4. Membuat captive insurer Captive insurer ini dibuat untuk mengatasi self-insurance. Captive insurer adalah membuat perusahaan asuransi dimana memungkinkan untuk mendapatkan nasabah dari pihak lain selain perusahaan yang merupakan nasabah yang terbesar. Dengan cara ini, terjadi diversifikasi risiko dan perusahaan asuransi tersebut dapat memperoleh fasilitas reinsurance.
BAB III IMPLEMENTASI KASUS
Kasus Oreo Mengandung Melamin terhadap Stakeholder
Berikut identifikasi isu yang material pada perusahaan tersebut berdasarkan risiko perusahaan untuk masing-masing pemangku kepentingan: 1. Stakeholder primer merupakan pihak yang tidak ikut berpartisipasi secara berkelanjutan, organisasi tidak dapat bertahan. a.
Pelanggan (anak dan orangtua)
b. Pemasok c.
Pemegang saham
d. Kreditor e.
Karyawan perusahaan
2. Stakeholder sekunder merupakan pihak yang mempengaruhi atau dipengaruhi oleh perusahaan, tetapi mereka tidak terlibat dalam transaksi dengan perusahaan dan tidak begitu berarti untuk kelangsungan hidup perusahaan. a.
Pemerintah
b. Media massa c.
Lembaga masyarakat (YLKI)
Cara Perusahaan Mengembalikan Citra Baik Perusahaan
Biasanya dalam sebuah iklan ada yang banyak menggunakan kartun atau musik. Bobot iklannya tidak terpusat pada sebuah penjelasan mengenai produk tersebut. Tapi iklan Oreo ini berbeda, bisa dilihat perbedaannya pada iklan-iklan Oreo sebelumnya yang menceritakan aktifitas anak-anak dalam menikmati Oreo, ada yang dijilat, kemudian dicelupkan kedalam susu, baru kemudian dimakan. Di dalam iklan ini Oreo memilih Ferdi Hasan sebagai brand ambassador dalam iklannya. Ferdi Hasan dapat mewakili kesan orangtua yang sayang keluarga terutama anak-anaknya, dan selama ini ia juga
diaggap sosok yang smart , friendly dan jauh dari gosip-gosip negatif yang banyak menimpa kalangan artis. Pada iklan Oreo versi terbarunya ini, jalan cerita iklan justru dititik beratkan pada penjelasan Ferdi Hasan tentang bagaimana awalnya dia ragu, kemudian mendatangi pabrik pembuatan Oreo, sampai kemudian yakin bahwa produk Oreo yang ada di Indonesia adalah produk yang di produksi di dalam negeri, bukan dari Cina. Sepertinya Oreo ingin menggiring persepsi masyarakat bahwa Oreo yang ada di Indonesia, bukan berasal dari Cina, tapi diproduksi dari dalam negeri, tidak mengandung melamin, dan aman untuk dikonsumsi. Cukup menarik karena terlihat sekali Oreo berusaha keras membersihkan image produknya yang sempat tercoreng. Dalam marketing komunikasi itu ada beberapa pertimbangan yang digunakan untuk melakukan sebuah komunikasi pemasaran, dan menurut pendapat saya beberapa hal tersebut sudah dijalankan Oreo dengan cukup baik, diantaranya : 1. Mengidentifikasi audiens sasarannya Produk Oreo banyak dikonsumsi oleh anak-anak, namun kebanyakan yang menentukan pembelian suatu produk yang baik untuk anak-anak adalah orang tua. Apalagi rata-rata anak-anak tidak paham dengan kasus melamin yang terkandung dalam susu, sehingga untuk membersihkan image produknya yang sempat tercemar, harus menggiring persepsi orang tua bahwa produk Oreo yang ada di Indonesia itu sehat. 2. Menentukan tujuan komunikasi Iklan Oreo yang menampilkan Ferdi Hasan ini, tujuannya sangat jelas ingin menyampaikan kepada audiens terutama orang tua, bahwa Oreo tetap aman untuk dikonsumsi dan tidak perlu khawatir, karena Ferdi Hasan sendiri ikut memeriksa pabrik pembuatan Oreo dan memastikan kebersihan produk Oreo di Indonesia. 3. Merancang pesan Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, bahwa iklan Oreo dulunya sangat kental dengan nuansa yang menggambarkan cara enak makan Oreo. Tapi pada iklan kali ini, cara enak tersebut diletakkan di bagian akhir iklan. Isi iklan dari awal lebih dititikberatkan pada pesan bahwa Oreo yang ada di
Indonesia itu tetap aman untuk dikonsumsi. Iklan ini memang tidak ditujukan untuk anak-anak yang belum mengerti, karena audiens sasaran dari iklan Oreo versi ini adalah orang tua.