BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Komunikasi terapeutik merupakan salah satu cara untuk memberikan informasi yang akurat dan membina hubungan saling percaya dengan klien sehingga klien akan merasa puas dengan pelayanan keperawatan yang diterimanya. Pada pasien gawat darurat perlu memperhatikan tehnik-tehnik dan tahapan baku komunikasi terapeutik yang baik dan benar. Komunikasi terapeutik merupakan cara yang efektif untuk mempengaruhi tingkah laku manusia dan bermanfaat dalam melaksanakan pelayanan kesehatan di Rumah Sakit, sehingga komunikasi harus dikembangkan secara terus – menerus ( Kariyo, 1998 ). Hubungan antara perawat dan klien yang terapeutik bisa terwujud dengan adanya interaksi yang terapeutik antar keduanya, interaksi tersebut harus dilakukan sesuai dengan tahapan – tahapan tahapan baku interaksi terapeutik perawat klien, tahapan itu adalah tahap pre orientasi, tahap orientasi, tahap kerja dan tahap terminasi ( Stuart and Sunden.1998 ). Pelayanan kesehatan menggunakan komunikasi yang langsung seperti pelayanan kesehatan, Rumah Sakit merupakan tempat untuk mendapatkan pelayanan baik yang bersifat medik maupun keperawatan. Gawat Darurat adalah keadaan klinis pasien yang membutuhkan tindakan medis segera guna penyelamatan nyawa dan pencegahan kecacatan lebih lanjut (UU no 44 tahun 2009). Gawat darurat adalah Suatu keadaan yang terjadinya mendadak
mengakibatkan
seseorang
atau
banyak
orang
memerlukan
penanganan / pertolongan segera dalam arti pertolongan secara cermat, tepat dan cepat. Apabila tidak mendapatkan pertolongan semacam itu maka korban akan mati atau cacat / kehilangan anggota tubuhnya seumur hidup. Dalam pelaksanaan tindakan denagn klien gawat darurat perawat perlu melakukan komunikasi terapiotik pada klien harus dengan jujur, memberikan gambaran situasi yang sesunguhnya sedang terjadi dengan tidak menambahkn kecemasan dan memberikan suport verbal maupun non verbal . Klien dapat merasakan puas ataupun tidak puas apabila klien sudah mendapatkan
1
pelayanan kesehatan yang diberikan petugas di IGD, baik yang bersifat fisik, kenyamanan dan keamanan serta komunikasi terpeutik yang baik. B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari gawat darurat ? 2. Apa saja konsep dasar keperawtan gawat darurat ? 3. Apa yang dimaksud dengan SPGDT ? 4. Apa tujuan komunikasi pada gawat darurat ? 5. Bagaimana tehknik komunikasi pada gawat darurat ? 6. Apa rinsip-prinsip komunikasi gawat darurat ? C. Tujuan
1. Mahasiswa mengerti pengertian dari gawat darurat. 2. Mahasiswa memahami kosep dasar keperawatan gawat darurat. 3. Mahasiswa memahami tentang SPGDT. 4. Mahasiswa mengerti tujuan dilakukan komunikasi gawat darurat. 5. Mahasiswa bisa melakukan tehknik komunikasi pada gawat darurat secara benar. 6. Mahasiswa memahami prinsi-prinsip komunikasi gawat darurat.
2
BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Gawat Darurat
Gawat Darurat adalah keadaan klinis pasien yang membutuhkan tindakan medis segera guna penyelamatan nyawa dan pencegahan kecacatan lebih lanjut (UU no 44 tahun 2009). Gawat darurat adalah Suatu keadaan yang terjadinya mendadak
mengakibatkan
seseorang
atau
banyak
orang
memerlukan
penanganan / pertolongan segera dalam arti pertolongan secara cermat, tepat dan cepat. Apabila tidak mendapatkan pertolongan semacam itu maka korban akan mati atau cacat / kehilangan anggota tubuhnya seumur hidup. B. Kosep dasar keperawatan gawat darurat
1. Klien Gawat Darurat Pasien yang tiba-tiba berada dalam keadaan gawat atau akan menjadi gawat dan terancam nyawanya atau anggota badannya (akan menjadi cacat) bila tidak mendapat pertolongan secepatnya Mis:Sumbatan Jalan Napas ata u distress nafas, Luka Tusuk dada/perut dengan shock dan sesak, hipotensi / shock. 2. Pasien Gawat Darurat Pasien yang tiba-tiba dalam keadaan gawat atau akan menjadi gawat dan terancam nyawanya dan atau anggota badannya (akan menjadi cacat) bila tidak mendapatkan pertolongan secepatnya. Bisanya di lambangkan dengan label merah. Misalnya AMI (Acut Miocart Infac). 3. Pasien Gawat Tidak Darurat Pasien berada dalam keadaan gawat tetapi tidak memerlukan tindakan darurat. Bisanya di lambangkan dengan label Biru. Misalnya pasien dengan Ca stadium akhir. 4. Pasien Darurat Tidak Gawat Pasien akibat musibah yang datang tiba-tiba, tetapi tidak mengancam nyawa dan anggota badannya. Bisanya di lambangkan dengan label kuning. Misalnya : pasien Vulnus Lateratum tanpa pendarahan.
3
5. Pasien Tidak Gawat Tidak Darurat Pasien yang tidak mengalami kegawatan dan kedaruratan. Bisanya di lambangkan dengan label hijau. Misalnya : pasien batuk, pilek. 6. Pasien Meninggal Label hitam ( Pasien sudah meninggal, merupakan prioritas terakhir. Adapun petugas triage di lakukan oleh dokter atau perawat senior yang berpengalaman dan petugas triage juga bertanggung jawab dalam operasi,pengawasan penerimaan pasien dan daerah ruang tunggu. Selain dari penjelasan di atas di butuhkan pemahaman dampak atau psikologis pada saat keadaan gawat darurat. Aspek Psikologis Pada Situasi Gawat Darurat yaitu: 1. Cemas Cemas sering dialami oleh hampir semua manusia. Perasaan tersebut ditandai oleh rasa ketakutan yang difius, tidak menyenangkan, seringkali disertai oleh gejala otonomik, seperti nyeri kepala, berkeringat, palpitasi, gelisah, dan sebagainya. Kumpulan gejala tertentu yang ditemui selama kecemasan cenderung bervaniasi, pada setiap orang tidak sama. 2. Histeris Dalam penggunaan sehari-hari nya histeria menjelaskan ekses emosi yang tidak terkendali. Orang yang "histeris" sering kehilangan kontrol diri karena ketakutan yang luar biasa karena suatu kejadian ata u suatu kondisi. 3. Mudah marah Hal ini terjadi apabila seseorang dalam kondisi gelisah dan tidak tahu apa yang harus diperbuat. C. SPGDT (sistem penanggulangan gawat darurat terpadu)
SPGDT (sistem penanggulangan gawat darurat terpadu) adalah suatu sistem pelayanan penderita gawat darurat yang terdiri dari unsur pelayanan pra rumah sakit,pelayanan di rumah sakit dan pelayanan antar rumah sakit. Pelayanan berpedoman pada respon cepat yang menekankan time saving is life saving. yang melibatkan pelayanan oleh masyarakat awam umum, awam
4
khusus, petugas medis, pelayanan ambulan gawat darurat dan sistem komunikasi. 1. Fase pra rumah sakit Fase pelayanan pra rumah sakit adalah pelayanan kepada penderita gawat darurat yang melibatkat masyarakat atau orang awam dan petugas kesehatan. Pada umunya yang pertma yang menemukan pendrita gawat darurat di tempat musibah adalah masyarakat ynag dikenl oleh orang awam. Oleh karena bermanfaat bila orang awam diberi dan dilatih pengetahuan dan keterampilan penanggulanganan gawat darurat. Komunikasi ynag dilkukan pada fase pra rumah sakit yaitu dengan meyakin warga bahwa seorang perawat, mengecek kesadaran korban dengan menmanggil nama korban, menghubungi organisasi gawat darurat terdekat untuk pertolongan lanjut ke rumah sakit. Contoh : di jalan terjadi kecelakaan kemudian penderita gawat darurat ditolong masyarakat yang telah mendapatkan pelatihan untuk gawat darurat, warga tadi menolong penderita gawat darurat mengamankan korban di tempat yang lebih aman, melakukan pertolongan di tempat kejadian seperti menolong menghentikan pendarahan, kemudian melaporkan korban ke organisasi pelayanan kegwatdaruratan terdekat, pengangkutan untuk pertolongan lanjut dari tempat kejadian ke rumah sakit. 2. Fase pelayanan rumah sakit Fase pelayanan rumah sakit adalah fase pelayanan yang melibatkan tenagan kesehatn yang dilakukan di dalam rumh sakit seperti pertolonga di unit gawat darurat. Komunikasi yang dilakukan pada tahap ini sama dengan komunikasi terapeutik, tetapi dalam hal ini tindakan yang cepat dan tepat lebih utama dilakuka kepada korban. Contoh : ada korban kecelakaan yang menglami pendarahan masuk ke UGD, perawat menayakan identitas klien kemudian melakukan pemasangan infus untuk menganti cairan yang keluar, dengan menjelaskan tujuan pemasangan infus dengan sigkat dan jelas.
5
3. Pelayanan antar rumah sakit ( rujukan ) Fase pelayanan antar rumah sakit ( rujukan ) adalah fase pelayanan yang melibatkan petugas kesehatan dengan petugas kesehatan rumah sakit lain atau rumah sakit satu dengan rumah sakit yang lain sebagai rujukan. Tindakan ini dilakukan apabila korban membutuhkan penanganan lebih lanjut tetapi rumah sakit yang pertama tidak bisa memberi pertolonan sehinga dirujuk ke rumah sakit lain yang bisa menanggani krban sebut. Contoh : korban kecelakaan parah di bawa ke salah satu rumah sakit tetap dirumhsakit tersebut tidak terdapat peralatan yng harus digunakan segera untuk pertolongan, kemudian rumahsakit tersebut menghubungi rumah sakit lain yang lebih cepat menganani , setelah itu pasien di kirim ke rumah sakit yang telah di hubungi tadi. D. Tujuan komunikasi pada gawat darurat
Fungsi komunikasi terapeutik adalah untuk mendorong dan menganjurkan kerjasama antar perawat dan klien melalui hubungan perawat dan klien. Perawat berusaha mengungkap perasaan, mengidentifikasi dan mengkaji masalah serta mengevaluasi tindakan yang dilakukan dalam perawatan (Purwanto, 1994). Tujuan komunikasi terapeutik pada klien gawat darurat menciptakan kepercayaan antara perawat dengan klien yang mengalami kondidi kritis atau gawat darurat dalam melakakan tindakan, sehingga klien cepat tertolong dan tidak terjadi hal yang fatal. E. Tehknik komunikasi pada gawat darurat
1. Mendengarkan Perawat
harus
berusaha
untuk
mendengarkan
informasi
yang
disampaikan oleh klien dengan penuh empati dan perhatian. Ini dapat ditunjukkan dengan memandang kearah klien selama berbicara, menjaga kontak pandang yang menunjukkan keingintahuan, dan menganggukkan kepala pada saat berbicara tentang hal yang dirasakan penting atau memerlukan ummpan balik. Teknik dimaksudkan untuk memberikan rasa
6
aman kepada klien dalam mengungkapkan perasaan dan menjaga kestabilan emosi klien. 2. Menunjukkan penerimaan Menerima bukan berarti menyetujui, melainkan bersedia untuk mendengarkan orang lain tanpa menunjukkan sikap ragu atau penolakan. Dalam hal ini sebaiknya perawat tidak menunjukkan ekspresi wajah yang menunjukkan ketidaksetujuan atau penolakan. Selama klien berbicara sebaiknya perawat tidak menyela atau membantah. Untuk menunjukkan sikap penerimaan sebaiknya
perawat menganggukkan kepala dalam
merespon pembicaraan klien. 3. Mengulang Pernyataan Klien Dengan mengulang pernyataan klien, perawat memberikan umpan balik sehingga klien mengetahui bahwa pesannya mendapat respond an berharap komunikasi dapat berlanjut. Mengulang pokok pikiran klien menunjukkan indikasi bahwa perawat mengikuti pembicaraan klien. 4. Klarifikasi Apabila
terjadi
kesalahpahaman,
perawta
perlu
mengehentikan
pembicaraan untuk meminta penjelasan dengan menyamakan pengertian. Ini berkaitan dengan pentingnya informasi dalam memberikan pelayanan keperawatan. Klarifikasi diperlukan untuk memperoleh kejelasan dan kesamaan ide, perasaan, dan persepsi 5. Menyampaikan Hasil Pengamatan Perawat perlu menyampaikan hasil pengamatan terhadap klien untuk mengetahui bahwa pesan dapat tersampaikan dengan baik. Perawat menjelaskan kesan yang didapat dari isyarat nonverbal yang dilakukan oleh klien. Dengan demikian akan menjadikan klien berkomunikasi dengan lebih baik dan terfokus pada permasalahan yang sedang dibicarakan F. Prinsip komunikasi gawat darurat
Ciptakan lingkungan terapeutik dengan menunjukan prilaku dan sikap: 1. Caring ( sikap pengasuhan yang ditnjukan peduli dan selalu ingin memberikan bantuan)
7
2. Acceptance (menerima pasien apa adanya) 3. Respect (hormatati keyakinan pasien apa adanya) 4. Empaty (merasakan perasaan pasien) 5. Trust (memberi kepercayaan) 6. Integrity (berpegang pd prinsip profesional yang kokoh) 7. Identifikasikan bantuan yang diperlukan 8. Terapkan teknik komunikasi: terfokus, bertanya, dan validasi 9. Bahasa yang mudah dimengerti 10. Pastikan hubungan profesional dimengerti oleh pasien/keluarga 11. Motivasi dan hargai pendapat & respon klien 12. Hindari: menyalahkan, memojokkan, dan memberikan sebutan yang negatif.
8
BAB III PENUTUP A. Kesimpulan
Komunikasi yang dilakukan kepada pasien yang dalam kondisi gawat darurat yaitu dengan komunikasi seperti komunikasi terapiotik lain, tetapi dalam hal ini yang lebih di utamakan dalam mengatasi gawat darurat adalah tindakan yang akan diberikan kepada pasien harus lebih cepat dan tepat. B. Saran
Meskipun yang lebih diutamakan tindakan gawat darurat, perawat harus tetap melakukan komunikasi pada pasien, maupun keluarga pasien yang ada.
9
DAFRAT PUSTAKA
Indah ferdi.2014.SPGDT(sistem penangulangan gawat darurat).[online]. http://indah-fedri.blogspot.com/2014/02/spgdt-sistem-penanggulangangawat.html. Thamiiaaa. 2013. KONSEP DASAR KEPERAWATAN GAWAT DARURAT. [online]. http://thamiiaaa.blogspot.com/2013/03/konsepdasar-keperawatan-gawat2.html. Sulfa Oktafiani, 2013 Keperawatan Gawat Darurat [online] http://sulfaoktafiani.blogspot.com/.
10