MAKALAH KKPMT ANATOMI FISIOLOGI DAN PATOLOGI SISTEM INDRA PENGLIHATAN DAN PENCIUMAN
Di Susun Oleh : Turrohmah hM 1. Afida Turrohma
G41151247 / C
2. Risma Priyastika Agustina
G41151871 / D
3. Bella Apriyani
G41151879 / D
4. Eni Rahayu
G41151891 / D
5. Nury Kamilya Intani
G41151915 / D
6. M Suudin Haris
G41151953 / D
7. Resta Dwi Yuliani
G41152016 / D
8. Nur Azija Niladevi
G41152053 / D
POLITEKNIK NEGERI JEMBER Jalan Mastrip Jember, Kotak Pos 164, Jember 68101, Telp. (0331) 333533, Fax. (0331) 333531, website: http://www.polije.ac.id, http://www.polije.ac.id, Jawa Jawa Timu
KATA PENGANTAR
Dengan segala kerendahan hati, puji dan syukur kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan karuniaNya, sehingga mendapat petunjuk dan kesabaran dalam menyelesaikan tugas makalah ini. Tidak lupa shalawat dan salam semoga Allah SWT curahkan selalu kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW yang telah membawa kita dari alam kegelapan menuju alam yang diridhoiNya. Makalah ini berisi sedikit pengetahuan tentang kesehatan melalui pembahasan sistem pengindraan(Indra Penglihatan dan indra penciuman) yang nantinya diharapkan
dapat menambah pengetahuan pembaca tentang Ilmu Ilmu Kesehatan.
Selama pembuatan makalah ini, telah banyak arahan dan petunjuk yang didapat dari dosen pengajar mata kuliah KKPMT. Namun dalam penulisan makalah ini, mungkin jauh dari apa yang dinamakan sempurna karena masih dalam tahap belajar. Oleh sebab itu, dengan senang hati atas saran dan kritiknya untuk disusun selanjutnya. Demikianlah makalah sederhana ini disusun, mudah-mudahan bermanfaat bagi kita semua.
Penyusun
Jember 25 Februari 2017
i
KATA PENGANTAR
Dengan segala kerendahan hati, puji dan syukur kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan karuniaNya, sehingga mendapat petunjuk dan kesabaran dalam menyelesaikan tugas makalah ini. Tidak lupa shalawat dan salam semoga Allah SWT curahkan selalu kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW yang telah membawa kita dari alam kegelapan menuju alam yang diridhoiNya. Makalah ini berisi sedikit pengetahuan tentang kesehatan melalui pembahasan sistem pengindraan(Indra Penglihatan dan indra penciuman) yang nantinya diharapkan
dapat menambah pengetahuan pembaca tentang Ilmu Ilmu Kesehatan.
Selama pembuatan makalah ini, telah banyak arahan dan petunjuk yang didapat dari dosen pengajar mata kuliah KKPMT. Namun dalam penulisan makalah ini, mungkin jauh dari apa yang dinamakan sempurna karena masih dalam tahap belajar. Oleh sebab itu, dengan senang hati atas saran dan kritiknya untuk disusun selanjutnya. Demikianlah makalah sederhana ini disusun, mudah-mudahan bermanfaat bagi kita semua.
Penyusun
Jember 25 Februari 2017
i
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL
Kata Pengantar ............................................................ ..................................................................... ......... .................i Daftar Isi..................... Isi............................................ .............................................. ................................... ............ ............... ii BAB I PENDAHULUAN ......................... ............................................... ........................... ..... ................1 1.1 Latar Belakang .................................................. ............................................................... ............. ................1 1.2 Rumusan Masalah ................................................. .......................................................... ......... ................2 1.3 Tujuan ...................... ............................................. ............................................. ............................... ......... ................2 1.3 Manfaat .................... ........................................... ............................................. ............................... ......... ................2 BAB II PEMBAHASAN ................................................ ..................................................... ..... ................3 2.1 Anatomi system penglihatan ............................. .......................................... ............. ................3 2.2 Fisiologi system penglihatan ...................... .......................................... .................... ................ 7 2.3 Patologi system penglihatan ...................... .......................................... .................... .............. 10 2.4 Anatomi system penciuman ...................................... ........................................... ..... ..............22 2.5 Fisiologi system penciuman ................... .......................................... ......................... ..............26 2.6 Patologi system penciuman .................... ........................................... ......................... ..............28 BAB IV PENUTUP .................................................... ............................................................. ......... ..............34 DAFTAR PUSTAKA .................... .......................................... ...................................... ................ ..............34
ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Tubuh kita tersusun atas berbagai macam reseptor untuk mengetahui bermacam-macam rangsangan dari luar tubuh kita. Alat indera adalah organ yang berfungsi untuk
menerima jenis rangsangan tertentu. Semua
organisme memiliki resptor sebagai alat penerima informasi. Informasi tersebut dapat bersaal dari dirinya sendiri atau dari luar. Alat indera yang kita kenal ada lima macam yaitu indera penglihat (mata), pendengar (telinga), peraba (kulit), pembau (hidung) dan pengecap (lidah). Pada setiap alat indera terdapat saraf. Saraf ini akan menerima rangsangan yang akan diterima oleh otak. Saat rangsangan diterima otak dengan baik, maka kita dapat melihat, mendengar, membauu, mengecap dan meraba. Organ indera adalah hal-hal tertentu yang dapat menrima stimulus dari lingkungan maupun dari dalam badan sendiri untuk diteruskan sebagai impuls saraf melalui serabut saraf ke pusat susunan saraf. Setiap organ indera menerima stimulus tertentu, kesan yang sesuai sebagai sistem organ indera hanya mampu menerima stimulus, diklasifikasikan menjadi 2 yaitu; organ indera umum seperti reseptor raba terbesar di seluruh tubuh dan organ indera khusus seperti puting pengecap yang penyebarannya terdapat pada lidah.
1
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1
Jelaskan tentang Anatomi , fisiologi dari sistem indra penglihatan ?
1.2.2
Jelaskan tentang Anatomi , fisiologi dari sistem indra penciuman ?
1.2.3
Jelaskan tentang patologi dari sistem penglihatan ?
1.2.4
Jelaskan tentang patologi dari sistem penciuman ?
1.3 Tujuan
1.3.1
Untuk mengetahui anatomi , fisiologi dari sistem indra penglihatan dan system indra penciuman.
1.3.2
Untuk mengetahui patologi dari sistem penglihatan dan sistem penciuman.
1.4 Manfaat
1.4.1
Untuk mengetahui dan memahami tentang anatomi , fisiologi dari sistem indra penglihatan dan system penciuman.
1.4.2
Untuk mengetahui dan memahami tentang patologi s ystem penglihatan dan system penciuman.
1
BAB II PEMBAHASAN 2.1 ANATOMI SISTEM INDRA PENGLIHATAN Anatomi Penglihatan
Menurut ilmu anatomi mata manusia terbagi menjadi dua bagian yaitu: Bagian luar dan bagian dalam. I.
Bagian Mata Luar
A. Alis Mata(Supersilium) Alis yaitu rambut-rambut halus yang terdapat diatas mata. B. Bulu mata Bulu mata yaitu rambut-rambut halus yang terdapat ditepi kelopak mata.
2
C. Kelopak mata(palpebra) Kelopak mata merupakan 2 buah lipatan atas dan bawah kulit yang terletak di depan bulbus okuli.
II.
Bagian Mata Dalam A. Konjungtiva
Merupakan Permukaan dalam kelopak mata disebut konjungtiva palpebra, merupakan lapisan mukosa. Bagian yang membelok dan kemudian melekat pada bola mata disebut konjungtiva bulbi. Pada konjungtiva ini banyak sekali kelenjar-kelenjar limfe dan pembuluh darah.
1. Konjungtiva tarsal yang menututpi tarsus, konjungtiva tarsal sukar di gerakkan dari tasus 2. Konjungtiva bulbi menututpi sklera dan mudah di gerakkan dari sklera di bawahnya. 3. Konjungtiva fornises atau forniks konjungtiva yang merupakan tempat peralihan konjungtiva tarsal dengan konjungtiva bulbi. Konjungtiva bulbi dan forniks berhubungan dengan sangat longgar dengan jaringan di bawahnya sehingga bola mata mudah bergerak (Ilyas, 2010)
B. Sklera Sklera merupakan selaput jaringan ikat yang kuat dan berada pada lapisan terluar mata yang berwarna putih. Sebagian besar sklera dibangun oleh jaringan fibrosa yang elastis. Bagian depan sklera tertutup oleh kantong konjungtiva.
C. Otot-otot Otot-otot yang melekat pada mata :
3
1. Muskulus levator palpebralis superior inferior. 2. Muskulus orbikularis okuli otot lingkar mata. 3. Muskulus rektus okuli inferior (otot disekitar mata) 4. Muskulus rektus okuli medial (otot disekitar mata) 5. Muskulus obliques okuli inferior 6. Muskulus obliques okuli superior.
D. Kornea
Kornea merupakan selaput yang tembus cahaya, melalui kornea kita dapat melihat membran pupil dan iris. Penampang kornea lebih tebal dari sklera, terdiri dari :
1. Epitel
a. Tebalnya 50 µm, terdiri atas 5 lapis sel epitel tidak bertanduk yang saling tumpang tindih; satu lapis sel basal, sel polygonal dan sel gepeng. b. Pada sel basal sering terlihat mitosis sel. c. Sel basal menghasilkan membran basal yang melekat erat kepadanya. Bila terjadi gangguan akan mengakibatkan erosi rekuren. d. Epitel berasal dari ektoderm permukaan.
2. Membran Bowman
a. Terletak di bawah membran basal epitel kornea yang merupakan kolagen yang tersusun tidak teratur seperti stroma dan berasal dari bagian depan stroma. b. Lapis ini tidak mempunyai daya regenerasi.
3. Stroma
4
Terdiri atas lamel yang merupakan susunan kolagen yang sejajar satu dengan lainnya, pada permukaan terlihat anyaman yang teratur sedang di bagian perifer serat kolagen ini bercabang.
4. Membran descement
a. Merupakan membran aseluler dan merupakan batas belakang stroma kornea dihasilkan sel endotel dan merupakan membran basalnya. b. Bersifat sangat elastik dan berkembang seumur hidup, mempunyai tebal 40 µm.
5. Endotel a. Berasal dari mesotelium, berlapis satu, bentuk heksagonal, besar
20-40
µm.
Endotel
melekat
pada
membran
descement melalui hemidesmosom dan zonula okluden. b. Kornea dipersarafi oleh banyak saraf sensoris terutama berasal dari saraf siliar longus, saraf nasosiliar, saraf ke V saraf siliar longus berjalan suprakoroid, masuk kedalam stroma kornea, menembus membran Bowman melepaskan selubung Schwannya (Ilyas, 2010).
E. Koroid Koroid adalah lapisan yang dibangun oleh jaringan ikat yang memiliki banyak pembuluh darah dan sejumlah sel pigmen. Letaknya disebelah dalam sklera. Dibagian depan mata, lapisan koroid memisahkan diri dari sklera membentuk iris yang tengahnya berlubang. F. Iris(Pupil)
5
Iris merupakan diafragma yang terletak diantara kornea dan mata. Pada iris terdapat dua perangkat otot polos yang tersusun sirkuler dan radial. Ketika mata berakomodasi untuk melihat benda yang dekat atau cahaya yang terang otot sirkuler berakomodasi sehingga pupil mengecil, begitu pula sebaiknya. G. Lensa
Lensa berada tepat dibelakang iris dan tergantung pada ligamen suspensori. Bentuk lensa dapat berubah-ubah, diatur oleh otot siliaris ruang yang terletak diantara lensa mata dan retina disebut ruang viretus, berisi cairan yang lebih kental(humor viterus), yang bersama dengan humor akueus berperandalam memelihara bentuk bola mata.
H. Retina Retina merupakan lapisan bagian dalam yang sangat halus dan sangat sensitif terhadap cahaya. Pada retina terdapat reseptor(fotoreseptor). Fotoreseptor berhubungan dengan badan sel-sel saraf yang serabutnya membentuk urat saraf optik yang memanjang sampai ke otot. Bagian lapisan retina yang dilewati berkas urat saraf yang menuju ke otot tidak memiliki reseptor dan tidak peka terhadap sinar. Apabila sinar mencapai bagian ini kita tidak dapat mengenali cahaya. Oleh karena itu, daerah ini disebut bintik buta. Pada bagian retina, terdapat sel batang berjumlah sekitar 125 juta buah dalam setiap mata. Sel batang sangat peka terhadap intensitas cahaya rendah, tetapi tidak mampu membedakan warna. Oleh karena itu kita mampu melihat dimalam hari tetapi yang terlihat hanya warna hitam dan putih saja. Bayangan yang dihasilkan dari sel ini tidak tajam. Sel kerucut jumlahnya sekitar 5 juta pada setiap mata. Sel kerucut sangat peka terhadap intensitas cahaya tinggi sehingga berperan untuk penglihatan siang hari dan untuk membedakan warna.
6
I. Vitreous Humor (Humor Bening) Badan bening ini terletak dibelakang lensa. Bentuknya berupa zat transparan seperti jeli(agar-agar) yang jernih. Zat ini mengisi pada mata dan membuat bola mata membulat.
J. Aqueous Humor (Humor Berair) Aquaeous humor atau cairan berair terdapat dibalik kornea. Strukturnya sama dengan cairan sel, mengandung nutrisi bagi kornea dan dapat melakukan difusi gas dengan udara luar melalui kornea.
2.2 Fisiologi Mata
Fisiologi adalah ilmu yang mempelajari faal, fungsi atau pekerjaan dari tiap jaringan tubuh atau bagian dari alat tersebut. Tujuan ilmu fisiologi untuk menjelaskan factor-faktor fisika dan kimia yang bertanggung jawab terhadap asal usul perkembangan dan kemajuan kehidupan virus/bakteri yang paling sederhana sampai yang paling rumit dan mempunyai karakteristik fungsional tersendiri. Fisiologi manusia berhubungan dengan sifat spesifik dan mekanis tubuh manusia yang membuat manusia sebagai mahluk hidup yang bias mengindra, merasa, dan mengerti segala sesuatu selama dalam rangkaian kehidupan.
7
A. Bagian Luar
1) Bulu Mata Bulu mata berfungsi untuk melindungi mata dari bendabenda asing. 2) Alis Mata Alis mata berfungsi mencegah masuknya air atau keringat dari dahi ke mata 3) Kelopak Mata Kelopak mata berfungsi pelindung mata sewaktu-waktu kalau ada gangguan pada mata(menutup dan membuka mata) 4)
Kelenjar Air Mata Berfungsi untuk menghasilkan air mata yang bertugas untuk menjaga mata agar tetap lembab (tidak kekeringan).
B. Bagian Dalam
1) Konjungtiva Konjungtiva berfungsi melindungi kornea dari gesekan, memberikan perlindungan pada sklera dan memberi pelumasan pada bola mata. 2) Sklera Skelera berfungsi melindungi bola mata dari kerusakan mekanis dan menjadi tempat melakatnya otot mata. 3)
Kornea Berfungsi sebagai pelindung mata gar tetap bening dan bersih, kornea ini dibasahi oleh air mata yang berasal dari kelenjar air mata.
4) Koroid Memberi nutrisi ke retina dan badan kaca, dan mencegah refleksi internal cahaya. 5) Iris terdapat di belakang kornea dan berpigmen. Pigmen ini menentukan warna pada mata seseorang. Iris juga mengatur jumlah cahaya yang masuk ke mata dan dikendalikan oleh saraf otonom. 6)
Pupil berfungsi sebagai tempat untuk mengatur banyak sedikitnya cahaya yangmasuk kedalam mata. Pupil juga Lubang di dalam Iris yang dilalui berkas cahaya. Pupil merupakan tempat lewatnya cahaya menuju retina.
7) Lensa berfungsi memfokuskan pandangan dengan mengubah bentuk lensa. Lensa berperan penting pada pembiasan cahaya.
8
8) Retina berfungsi untuk menerima cahaya, mengubahnya menjadi impuls saraf dan menghantarkan impuls ke saraf optik(II). 9) Aqueous humor(humor berair) berfungsi menjaga bentuk kantong depan bola mata. 10) Vitreous humor(humor bening) berfungsi menyokong lensa dan menolong dalam menjaga bentuk bola mata. 11) Bintik Kuning Fungsi bintik kuning yang terdapat di reti na pada mata adalah untuk menerima cahaya dan meneruskan ke otak. 12) Saraf Optik Saraf optik memiliki fungsi untuk meneruskan sebuah rangsang cahaya hingga ke otak. Semua informasi yang akan dibawa oleh saraf nantinya diproses di otak. Dan Dengan demikian kita bisa melihat suatu benda.
C. Otot Mata
a) Muskulus orbikularis okuli otot lingkar mata, fungsinya untuk menutup mata. b) Muskulus orbikularis okuli otot lingkar mata, fungsinya untuk menutup mata. c) Muskulus rektus okuli inferior(otot disekitar mata), fungsinya untuk menutup mata. d) Muskulus rektus okuli medial(otot disekitar mata), fungsinya menggerakkan mata dalam(bolamata). e) Muskulus obliques okuli inferior, fungsinya menggerakkan bola mata ke bawah dan kedalam. f) Muskulus obliques okuli superior, fungsinya memutar mata ke atas ke bawah dan keluar.
9
2.3 PATOLOGI SISTEM PENGLIHATAN 1. H50.2 VERTIKAL STRABISMUS ( MATA JULING )
a) DEFINISI
Strabismus atau juling berarti suatu kelainan posisi bola mata dan bisa terjadi pada arah atau jarak penglihatan tertentu saja, misalnya kelainan posisi untuk penglihatan jarak jauh saja atau kearah atas saja, atau terjadi pada semua arah dan jarak penglihatan.Kata strabismus pada saat ini sering digunakan dalam pengertian suatu cabang ilmu penyakit mata yang nempelajari kelainan penglihatan binokular yang disebabkan oleh tidak adanya satu atau lebih persaratan tersebut tersebut di atas. Nama lain yang lebih
tepat
untuk
strabismus
adalah
“VISUAL
SENSORIMOTOR
ANOMALIES”. Vertikal strabismus adalah dimana sumbu visual dari mata menyipitkan mata menyimpang dalam bidang vertical . Contohnya : 1) Hipotropia : adalah suatu penyimpangan sumbu penglihatan yang nyata dimana salah satu sumbu penglihatan menuju titik fiksasi sedangkan sumbu penglihatan yang lainnya menyimpang pada bidang vertikal ke arah inferior /bawah (Ketika satu mata memandang lurus ke depan maka mata sebelahnya dapat saja memandangke bawah) .
10
2) Hypertropia : suatu penyimpangan sumbu penglihatan yang nyata dimana salah satu sumbu penglihatan menuju titik fiksasi sedangkan sumbu penglihatan yang lainnya menyimpang pada bidang vertikal ke arah superior /atas ( Ketika satu mata memandang lurus ke depan maka mata sebelahnya dapat saja memandangke atas) .
b) PENYEBAB Herediter ( Keturunan
Kelainan refraksi/ kaca mata
Kelainan dalam otak
Lumpuh sebagian saraf yang mesarafi otot-otot luar bola mata Penyakit sistemis Kelainan otot-otot luar bola mata Kelainan- kelainan didalam bola mata
c) TANDA DAN GEJALA
a. Gerak mata terbatas, pada daerah dimana otot yang lumpuh bekerja. b. Deviasi Kalau mata digerakkan kearah lapangan dimana otot yang lumpuh bekerja, mata yang sehat akan menjurus kearah ini dengan baik, sedangkan mata yang sakit tertinggal. Deviasi ini akan tampak lebih jelas, bila kedua mata digerakkan kearah dimana otot yang lumpuh bekerja. Tetapi bila mata digerakkan kearah dimana otot yang lumpuh ini tidak berpengaruh, deviasinya tak tampak. c.
Mata melihat lurus kedepan, esotropia mata kanan nyata. Mata melihat kekiri tak tampak esotropia. Mata melihat kekanan esotropia nyata sekali.
d. Parese m.rektus lateral mata kanan Mata kiri fiksasi (mata sehat) mata kanan ditutup (mata sakit) deviasi mata kanan=deviasi mata primer Mata kiri yang sehat ditutup, mata kanan yang sakit fiksasi, deviasi mata kiri = deviasi sekunder, yang lebih besar dari pada deviasi primer.
11
e. Diplopia terjadi pada lapangan kerja otot yang lumpuh dan menjadi lebih nyata bila mata digerakkan kearah ini. f. Ocular torticollis (head tilting).Penderita biasanya memutar kearah kerja dari otot yang lumpuh. Kedudukan kepala yang miring, menolong diagnosa strabismus paralitikus. Dengan memiringkan kepalanya, diplopianya terasa berkurang. g. Proyeksi yang salah. Mata yang lumpuh tidak melihat obyek pada lokalisasi yang benar. Bila mata yang sehat ditutup, penderita disuruh menunjukkan suatu obyek yang ada didepannya dengan tepat, maka jarinya akan menunjukkan daerah disamping obyek tersebut yang sesuai dengan daerah lapangan kekuatan otot yang lumpuh. Hal ini disebabkan, rangsangan yang nyata lebih besar dibutuhkan oleh otot yang lumpuh, untuk mengerjakan pekerjaan itu dan hal ini menyebabkan tanggapan yang salah pada penderita. h. Vertigomual-mual, disebabkanolehdiplopia dan proyeksi yang salah. Keadaan ini dapat diredakan dengan menutup mata yang sakit.
d) PENATALAKSANAAN
Kaca
Mata : Jika strabismus disebabkan oleh kelainan refraksi,
menggunakan
kaca
mata
untuk
menormalkan
penglihatan
dapat
memperbaiki posisi mata. Oklusi : tujuannya adalah menyamakan visus kedua mata yang ditutup
ialah mata yang baik. Oklusi ini dapat dikombinasikan dengan Orthoptica untuk mengembagkan fungsi binokuler Penutup Mata : Jika anak menderita strabismus dengan ambliopia, dokter
akan merekomendasikan untuk melatih mata yang lemah dengan cara menutup mata yang normal dengan plester mata khusus (eye patch). Penggunaan plester mata harus dilakukan sedini mungkin dan mengikuti petunjuk dokter. Sesudah berusia 8 tahun biasanya dianggap terlambat karena penglihatan yang terbaik berkembang sebelum usia 8 tahun. Anak
12
akan memerlukan kunjungan ke dokter spesialis mata secara berkala untuk mengetahui apakah penglihatan binokuler-nya sudah terbentuk seutuhnya. Penutup mata tidak meluruskan mata secara kosmetik. Operasi : Operasi otot yang mengontrol pergerakan mata sering dilakukan
agar mata kelihatan lurus. Kadang-kadang sebelum tindakan operasi, anak diberi kaca mata atau penutup mata untuk mendapatkan penglihatan yang terbaik. Anak akan memerlukan kunjungan ke dokter spesialis mata sesudah operasi untuk mengetahui perkembangan dan melanjutkan perawatan. Kadangkala untuk mendapatkan hasil yang lebih sempurna diperlukan lebih dari satu kali tindakan operasi.
13
2. H53.5 ACHROMATOPSIA
a) DEFINISI
Achromatopsia adalah buta warna total yang sangat jarang di mana warna dari semua spektrum terlihat hanya sebagai warna putih, abu-abu dan hitam. Buta warna merujuk pada ketidakmampuan mata untuk membedakan warna. Buta warna yang dalam istilah kedokteran dikenal sebagai Dyschromatopsia mengacu pada kemampuan untuk melihat beberapa warna. Sedangkan
Achromatopsia,
yang
jarang
terjadi,
mengacu
pada
ketidakmampuan mata untuk melihat warna sama sekali.
b) PENYEBAB
Sebagian besar buta warna adalah sebuah cacat genetik yang muncul ketika seseorang lahir.
c) TANDA DAN GEJALA
1. Tidak dapat membedakan warna 2. Hanya bisa melihat warna abu-abu. 3. Memiliki jarak pandang yang pendek. 4. Sensitif terhadap cahaya
14
5. Gerakan mata cepat.
d) PENATALAKSANAAN /PENGOBATAN
Tidak ada pengobatan khusus untuk buta warna. Peralatan dan teknik adaptif dapat digunakan untuk memberikan isyarat kepada orang yang buta warna. Mengenakan kacamata lensa gelap kadang-kadang dapat membantu penderita Achromatopsia.
3. H54.0 BLINDNESS
a) DEFINISI
Blindness/Kebutaan adalah ketidakmampuan untuk melihat. Penyebab utama kebutaan kronis termasuk katarak, glaukoma, yang berkaitan dengan usia degenerasi makula, kekeruhan kornea, retinopati diabetes, trachoma, dan kondisi mata pada anak-anak (misalnya disebabkan oleh kekurangan vitamin A). kebutaan terkait usia meningkat di seluruh dunia, seperti kebutaan akibat diabetes yang tidak terkontrol. Di sisi lain, kebutaan yang disebabkan oleh infeksi menurun, sebagai akibat dari tindakan kesehatan masyarakat. Tiga perempat dari semua kebutaan dapat dicegah atau diobati.
15
Buta adalah ketidakmampuan seseorang untuk melihat apa pun, bahkan cahaya. Mata buta bisa disebabkan oleh faktor genetik alias diturunkan dari orang tua kepada anak, kecelakaan, atau penyakit. b) ETIOLOGI
Di negara-negara dunia ketiga seperti Indonesia, penyebab utama mata buta adalah infeksi, katarak, glaukoma, cidera, dan ketidakmampuan untuk membeli kacamata. Selain itu, pasien penyakit diabetes juga rentan menjadi tuna netra. Berikut adalah beberapa kondisi yang bisa menyebabkan mata buta.
Kekurangan Vitamin A
Kekurangan vitamin A pada tubuh akan membuat banyaknya timbul gejala penyakit. Diri kita butuh asupan vitamin setiap hari sehingga jangan sampai makan makanan yang tidak banyak gizi menjadi kebiasaan. Tanda-tanda kekurangan vitamin A pada tubuh sangatlah banyak. Hal paling sering ditemui pada orang yang kekurangan vitamin A adalah dideritanya penyakit mata atau kelainan pada mata. Misalnya saja, rabun senja, katarak, dan daya pandang menurun.
Kelainan refraksi yang tidak terkoreksi
Rabun jauh, rabun dekat, dan mata silindris yang tidak terkoreksi dapat menyebabkan kebutaan, padahal sebetulnya sangat mudah untuk dicegah. Salah satu yang menjadi perhatian ialah rabun jauh. Kondisi ini dapat berkembang pesat pada masa kanak-kanak, dan lebih berisiko pada anak yang membaca lebih dari dua buku dalam seminggu dan hanya menghabiskan sedikit waktu bermain di luar ruangan.
Katarak
Katarak adalah penyakit di mana lensa mata menjadi keruh hingga membuat penglihatan menjadi tidak jelas. Katarak kebanyakan disebabkan oleh proses
16
penuaan, namun terkadang ada pula anak-anak yang terlahir dengan katarak. Selain itu, katarak juga mungkin terjadi akibat pascacidera mata, peradangan, dan beberapa penyakit mata lainnya. Sampai saat ini, belum ada cara ampuh yang terbukti dapat mencegah katarak terjadi. Namun, mengurangi merokok dan
paparan
terhadap
sinar
ultraviolet
diduga
mampu
menunda
perkembangan katarak. Penyakit katarak yang belum terlalu parah dapat diatasi dengan meminum obat atau memakai kacamata. Jika keterbatasan penglihatan sudah semakin parah hingga mengganggu kehidupan sehari-hari, barulah dilakukan operasi katarak. c) PENGOBATAN
Selama tahap awal, pasien dianjurkan untuk menggunakan kacamata korektif atau lensa kontak. Namun, tahap lanjutan katarak dapat diobati dengan operasi pengangkatan lensa , dan menggantinya dengan yang buatan.
Glaukoma
Glaukoma adalah penyakit yang berhubungan dengan peningkatan tekanan di dalam bola mata, yang menyebabkan kerusakan saraf optik mata dan akan memburuk seiring berjalannya waktu. Glaukoma cenderung diturunkan dalam keluarga dan mungkin baru akan muncul ketika seseorang sudah bertambah tua. Penyakit yang bisa menyebabkan mata buta ini memiliki gejala seperti mata merah, melihat lingkaran cahaya di sekitar lampu, nyeri mata, mata terlihat kabur terutama area tepi penglihatan, mual atau muntah, dan penglihatan menyempit ketika melihat jarak jauh. Namun bagi kebanyakan orang, penyakit glaukoma bisa tidak menunjukkan tanda-tanda apa pun. Pencegahan glaukoma tidak diketahui, namun ada met ode pengobatan dan bedah medis efektif yang bisa dilakukan, seperti obat tetes mata, operasi laser, atau operasi mikro.
Pengobatan Glaukoma:
17
Penyakit ini dapat diobati dengan obat tetes mata dan operasi. Diagnosis yang tepat dapat memeriksa kemajuannya, dan mencegah kehilangan penglihatan.
Retinopati Diabetes
Penyakit diabetes mellitus juga bisa membuat mata menjadi buta, jika Anda mengalami komplikasi retinopati diabetik. Tahukah Anda jika gula darah tinggi yang tidak diobati dapat menyebabkan kebutaan? Terlalu tinggi kadar gula darah akan merusak pembuluh darah di lapisan belakang mata, area yang paling sensitif terhadap rangsang cahaya. Akibatnya, retina tidak bisa menerima asupan nutrisi yang dibutuhkan untuk mempertahankan penglihatan. Retinopati diabetik ringan atau sedang tidak memerlukan pengobatan sesegera mungkin. Namun, terkadang dokter bisa menyarankan untuk
dilakukan
pengobatan
dengan
laser
atau
dengan
vitrektomi
(pengangkatan gumpalan darah atau jaringan parut yang berada di badan bola mata (vitreous).
Pengobatan Retinopati Diabetes
Retinopati diabetik dapat diobati dengan pembedahan laser. Namun, hal itu dapat dicegah dengan pemeriksaan mata rutin, dan tetap memantau pada kadar glukosa darah, dengan diet yang tepat dan olahraga.
Trakoma
Trakoma adalah infeksi bakteri Chlamydia trachomatis menular yang bisa memengaruhi kemampuan penglihatan. Infeksi ini menyebar melalui cairan dari mata dan hidung, atau menggunakan barang yang dipakai oleh penderita yang terinfeksi (contohnya sapu tangan, handuk, pakaian). Lalat juga bisa menyebarnya cairan yang mengandung infeksi ini kepada orang lain. Trakoma memiliki gejala seperti iritasi ringan pada mata, keluarnya
18
nanah dan/atau kotoran mata, penglihatan kabur, sakit mata, mata peka terhadap cahaya, dan terasa gatal.
Degenerasi makula
Penyakit ini juga sering disebut degenerasi makula terkait usia, dimana terjadi pada orang di atas usia 60 tahun. Penyakit ini mempengaruhi makula, ujung saraf di retina, yang memainkan peran penting dalam penglihatan. Ada dua bentuk degenerasi makula. Degenerasi makula basah melibatkan pertumbuhan pembuluh darah abnormal di bawah makula, sedangkan degenerasi makula kering melibatkan degenerasi sel-sel fotosensitif dari makula. Gejala yang nampak adalah kesulitan dalam mengenali warna, kesulitan untuk melihat dalam pencahayaan terang, terlihat bintik-bintik pada penglihatan si penderita.
Pengobatan Degenerasi makula :
Kondisi ini diobati dengan penggunaan alat bantu, perawatan laser, terapi vitamin kombinasi, dan terapi foto-dinamis. d) GEJALA
Jalan sering nabrak-nabrak
Sering kesandung
Tetap bisa melihat secara terang tetapi lapang pandangan menjadi sempit sehingga tidak bisa melihat kanan-kiri atau atas-bawah
Penglihatan kabur
Kesulitan untuk melihat dalam cahaya redup
Penglihatan ganda
Warna tampak pudar
Sensitifitas terhadap cahaya terang atau silau
19
Penglihatan yang sempit membuat penderitanya seperti mengenakan kacamata kuda, jika sudah parah bahkan seperti melihat menggunakan teropong.
Penglihatan kabur secara mendadak dan disertai mata merah
Kehilangan lapang pandang ( ada bagian yang gelap pada penglihatan) baik mendadak atau progresif
Nyeri pada mata yang menjalar ke kepala disertai mual dan muntah
e) PENATALAKSANAAN
Kebutaan adalah suatu hal yang tidak dapat diperbaiki secara medis, namun terdapat 2 tipe alat bantu yang memperbaiki penglihatan untuk dapat melakukan pekerjaan yaitu optikal dan nonoptikal. Alat optik, seperti lensa atau gabungan lensa untuk membuat pembesaran seperti :
Lensa kontak, untuk gangguan penglihatan akibat kornea yang ireguler.
Lensa kontak teleskopik, sistem lensa kontak dapat diubah menjadi sistem teleskopik (sistem lensa kontak teleskopik).
Lensa kontak dengan lubang kecil (pinhole), berguna pada ieregular, kekeruhan pada kornea, pupil yang melebar terus (iridiolegia), pupil distrosi, koloboma iris, dan aniridia.
Kacamata pembesar, biasanya kekuatan lensa konveks-konveks atau plano konveks yang berkekuatan +4 -+20.00
Loupe, loupe memakai lensa sferis
Lensa pembesar binocular
Kacamata berlubang kecil, memperbaiki penglihatan pada mata dengan fungsi mecula masih baik.
Pembesaran sistem jauh dengan sistem optik
20
Kacamata teleskopik, bentuk kombinasi lensa konveks dan lensa konkaf yang terpisah akan terjadi penyebaran sinar, sehingga terjadi memperbesar penglihatan.
Sclip on, lensa yang dijepitkan atau clip on merupakan kacamata teleskopik atau pin hole yang dijepit pada kacamata biasa.
Pembesaran melihat dekat dengan sistem nonoptik.
Mendekatkan mata.
Huruf diperbesar .
Sistem Proyeksi.
Closed-circuid televisi (CCTV), memperbayangan pada layar Televisi
Alat penolong lain :
Membaca dan steno dengan huruf Braile.
Teknik nonoptik yang paling sederhana adalah dengan mendekatkan benda yang akan dilihat. Meletakkan dekat sekali (1 meter) pada layar Televisi, tidak akan merusak mata.
Penerangan yang benar adlah perlu pada penglihatan lemah (low vision). Pada keadaan ini sinar dengan intensitas tinggi dengan tangan yang dapat diatur den berguna. Lensa obsertif berguna untuk mengurangi silau.
21
2.4 ANATOMI SISTEM INDRA PENCIUMAN Anatomi Hidung
Hidung merupakan organ penting yang seharusnya mendapat perhatian lebih dari biasanya dan hidung merupakan salah satu organ pelindung tubuh terhadap lingkungan yang tidak menguntungkan. Hidung terdiri atas hidung luar dan hidung dalam. Hidung luar menonjol pada garis tengah diantara pipi dengan bibir atas, struktur hidung luar dapat dibedakan atas tiga bagian yaitu: paling atas kubah tulang yang tak dapat digerakkan, dibawahnya terdapat kubah kartilago yang sedikit dapat digerakkan dan yang paling bawah adalah lobolus hidung yang mudah digerakkan Bagian puncak hidung biasanya disebut apeks. Agak keatas dan belakang dari apeks disebut batang hidung (dorsum nasi), yang berlanjut sampai kepangkal hidung dan menyatu dengan dahi. Yang disebut kolumela membranosa mulai dari apeks, yaitu diposterior bagian tengah pinggir dan terletak sebelah distal dari kartilago septum. Titik pertemuan kolumela dengan bibir atas dikenal sebagai dasar hidung. Disini bagian bibir atas membentuk cekungan dangkal memanjang dari atas kebawah yang disebut filtrum. Sebelah menyebelah kolumela adalah nares anterior atau nostril (Lubang hidung)kanan dan kiri, sebelah latero-superior dibatasi oleh ala nasi dan sebelah inferior oleh dasar hidung Hidung luar dibentuk oleh kerangka tulang dan tulang rawan yang dilapisi oleh kulit, jaringan ikat dan beberapa otot kecil yang berfungsi untuk melebarkan atau menyempitkan lubang hidung. Bahagian hidung dalam terdiri atas struktur yang membentang dari os internum disebelah anterior hingga koana di posterior, yang memisahkan rongga hidung dari nasofaring. Rongga hidung atau kavum nasi berbentuk terowongan dari depan kebelakang, dipisahkan oleh septum nasi dibagian tengahnya menjadi kavum nasi kanan dan kiri. Pintu atau lubang masuk kavum nasi bagian depan disebut nares anterior dan lubang belakang disebut nares posterior (koana)yang menghubungkan kavum nasi dengan nasofaring
22
Bagian dari kavum nasi yang letaknya sesuai ala nasi, tepat dibelakang nares anterior, disebut dengan vestibulum.Vestibulum ini dilapisi oleh kulit yang banyak kelenjar sebasea dan rambut-rambut panjang yang disebut dengan vibrise Tiap kavum nasi mempunyai 4 buah dinding yaitu dinding medial, lateral, inferior dan superior. Dinding medial hidung ialah septum nasi. Septum nasi ini dibentuk oleh tulang dan tulang rawan, dinding lateral terdapat konkha superior, konkha media dan konkha inferior. Yang terbesar dan letaknya paling bawah ialah konkha inferior, kemudian yang lebih kecil adalah konka media, yang lebih kecil lagi konka superior, sedangkan yang terkecil ialah konka suprema dan konka suprema biasanya rudimenter. Konka inferior merupakan tulang tersendiri yang melekat pada os maksil a dan labirin etmoid, sedangkan konka media, superior dan suprema merupakan bagian dari labirin etmoid. Celah antara konka inferior dengan dasar hidung dinamakan meatus inferior, berikutnya celah antara konkha media dan inferior disebut meatus media dan sebelah atas konkha media disebut meatus superior. Meatus medius merupakan salah satu celah yang penting dan merupakan celah yang lebih luas dibandingkan dengan meatus superior. Disini terdapat muara dari sinus maksilla, sinus frontal dan bahagian anterior sinus etmoid. Dibalik bagian anterior konka media yang letaknya menggantung, pada dinding lateral terdapat celah yang berbentuk bulat sabit yang dikenal sebagai infundibulum. Ada suatu muara atau fisura yang berbentuk bulan sabit menghubungkan meatus medius dengan infundibulum yang dinamakan hiatus semilunaris. Dinding inferior dan medial infundibulum membentuk tonjolan yang berbentuk seperti laci dan dikenal sebagai prosesus unsinatus Di bahagian atap dan lateral dari rongga hidung terdapat sinus yang terdiri atas sinus maksilla, etmoid, frontalis dan sphenoid. Dan sinus maksilla merupakan sinus paranasal terbesar diantara lainnya, yang berbentuk pyramid iregular dengan dasarnya menghadap ke fossa nasalis dan puncaknya kearah apek prosesus zigomatikus os maksilla.
23
Struktur indera pencium
Hidung merupakan indera pembau pada manusia.Hidung merupakan indera khusus yang terletak di dalam rongga hidung.Daerah sensitive pada indera pembau terletak di bagian atas rongga hidung.
Struktur indera pencium terdiri dari : 1. Sel-sel penyokong yang berupa sel-sel epitel. 2. Sel-sel pembau(sel olfaktori) yang berupa sel saraf sebagai reseptor Sel-sel
olfaktori
sangat
peka
terhadap
rangsangan
gas
kimia
(kemoreseptor).
Sel-sel olfaktori memiliki tonjolan ujung dendrit berupa rambut yang terletak pada selaput lendir hidung, sedangkan ujung yang lain berupa tonjolan akson membentuk berkas yang disebut saraf otak I (nervus olfaktori). Saraf ini akan menembus tulang tapis dan masuk ke dalam otak manusia. Sistem Olfactory Manusia dapat membedakan berbagai macam bau bukan karena memiliki banyak reseptor pembau namun kemampuan tersebut ditentukan oleh prinsip prinsip komposisi (component principle), organ pembau hanya memiliki
24
tujuh reseptor namun dapat membedakan lebih dari 600 aroma yang berbeda. Alat pembau biasa juga disebut denganorganon olfaktus, yang dapat menerima stimulus benda-benda kimia sehingga reseptornya disebut pula chemoreceptor . Organon olfaktus terdapat pada hidung bagian atas, yaitu pada concha superior dan membran ini hanya menerima rangsang benda benda yang dapat menguap dan berwujud gas. Bagian-bagiannya adalah : a. Concha superior b. Concha medialis c. Concha inferior d. Septum nasi (sekat hidung)
Reseptor organon olfactory terdapat di bagian atas hidung, menepel pada lapisan jaringan yang diselaputi lendir dan disebut olfactory mucosa. Selaput lendir tersebut berfungsi untuk melembabkan udara. Pada bagian tersebut juga terdapat bulu-bulu hidung yang berfungsi untuk menyaring debu dan kotoran. Reseptor olfaktori hanya mampu berfungsi selama 35 hari. Bila mati, baik karena sebab yang alami, maupun karena kerusakan fisik, maka reseptor tersebut akan digantikan oleh reseptor-reseptor baru yang axonnya akan berkembang ke lapisan olfactory bulbs yang akan dituju, dan bila telah sampai pada lapisan yang dimaksud, mereka akan memulihkan koneksi sinapsis yang terputus. Kemampuan membau makhluk hidup tergantung pada :
a. Susunan rongga hidung. Bentuk concha dan septum nasi tempat reseptor pembau pada masingmasing orang tidak sama. Contohnya pada orang yang berhidung mancung akan lebih luas daripada yang berhidung pesek.
25
b. Variasi fisiologis Contohnya pada wanita, saat sebelum menstruasi atau pada saat hamil muda akan menjadi sangat peka. c. Spesies d. Pada
spesies
tertentu
yang
kemampuan survival nya
tergantung
pada pembauan, akan memiliki indera pembau yang lebih peka contohnya anjing. e. Besarnya konsentrasi dari substansi yang berbau misalnya skatol (bau busuk yang terdapat pada kotoran atau faeces) memiliki konsentrasi yang kuat
karena
memiliki
kemampuan
menguap
yang
tinggi.
Bila
konsentrasinya kuat makabaunya busuk, sebaliknya bila konsentrasinya rendah akan menimbulkan bau yang berbeda(contohnya pada bunga yang mengandung skatol dalam konsentrasi rendah maka baunyaakan harum).
2.5 FISIOLOGI SISTEM INDRA PEMCIUMAN
Fisiologi pernafasan bagian atas yaitu:
26
A. Rongga Hidung.
Rongga hidung terdiri atas : a. Vestibulum yang dilapisi oleh sel submukosa sebagai proteksi. b. Struktur konka yang berfungsi sebagai proteksi terhadap udara luar karena strukturnya yang berlapis. c. Sel silia yang berperan untuk melemparkan benda asing ke luar dalam usaha untuk membersihkan jalan napas. Bagian internal hidung adalah rongga berlorong yang dipisahkan menjadi rongga hidung kanan dan kiri oleh pembagi vertikal yang sempit, yang disebut septum.
B. Faring Fungsi utama faring adalah sebagai saluran alat pencernaaan yang membawa makanan dari rongga mulut hingga ke esophagus.Hubungan faring dengan rongga hidung dan laring ini membuat faring menjadi cukup penting dalam produksi suara, serta memungkinkan manusia untuk bernafas menggunakan mulut. C. Laring Fungsi
utama
laring
adalah
untuk
memungkinkan
terjadinya
vokalisasi.Laring jugamelindungi jalan napas bawah dari benda asing dan memudahkan batuk. Laring seringdisebut sebagai kotak suara dan terdiri atas:
a. Epiglotis : daun katup kartilago yang dapat menutup saat proses menelan. b. Glotis : memungkinkan terjadinya vokalisasi c. Kartilago Thyroid
27
2.6 PATOLOGI SISTEM PENCIUMAN 1. Atrophic rhinitis (J31.0)
a) DEFINISI
Atrophic rhinitis atau ozena adalah peradangan kronis dari mukosa hidung, yang ditandai dengan atrofi selaput lendir, serta berada di ujung saraf nya. Rhinitis atrofi adalah dua jenis - primer dan sekunder atrofi rhinitis. Mikroorganisme berkembang biak di rhinitis atrofi, memancarkan bau busuk dari hidung, yang tidak merasa sakit, sebagai pusat bertanggung jawab atas persepsi bau atrophies. Pasien biasanya mengeluh hidung tersumbat, meskipun fakta bahwa rongga hidung kosong, yang mungkin disebabkan sebagai akibat dari hilangnya sensitivitas karena saraf atrofi di hidung, sehingga pasien tidak merasakan aliran udara yang dihirup. b) ETIOLOGI
Penyebab paling umum dari rhinitis atrofi kronis adalah:
Kehancuran luas mukosa hidung dan turbinat dengan operasi hidung;
sinusitis kronis
kekurangan gizi
Ketidakseimbangan endokrin
infeksi granulomatosa, seperti kusta, sifilis, TBC dan lain-lain.
28
Faktor utama yang berkontribusi terhadap rhinitis atrofi kronis meliputi:
Atrophic rhinitis cenderung dimulai pada pubertas;
Kaukasia dan ras Mongoloid lebih rentan terhadap penyakit dibandingkan penduduk asli Afrika ekuatorial;
Kekurangan vitamin A, D, atau besi;
Infeksi Kokobasil, mucosus Bacillus, kokobasil foetidus ozaenae, basil Diptheroid, Klebsiella ozaenae.
Infeksi autoimun;
Penyakit genetika
c) Manifestasi Klinis
Gejala yang paling umum dari rhinitis atrofi adalah:
Hidung tersumbat;
Perdarahan pada hidung;
Anosmia;
Kekeringan rongga hidung;
Depresi psikologis;
Kerak hitam atau kuning dalam rongga hidung.
Patologis rhinitis atrofi telah dibagi menjadi dua je nis:
Tipe I: ditandai dengan adanya endarteritis dan periarteritis dari arteriol terminal. Ini
dapat
disebabkan
oleh
infeksi
kronis.
Pasien-pasien
ini
mendapatkan keuntungan dari efek vasodilator dari Terapi estrogen.
Tipe II: ditandai dengan vasodilatasi dari kapiler, pasien-pasien ini dapat memperburuk dengan estrogen terapi. Sel-sel endotel yang melapisi pembuluh kapiler melebar telah dibuktikan mengandung lebih sitoplasma dibandingkan kapiler normal dan mereka juga menunjukkan reaksi positif untuk alkaline fosfatase menunjukkan 29
adanya resorpsi tulang aktif. Ini juga telah menunjukkan bahwa mayoritas pasien dengan rhinitis atrofi milik tipe I kategori.
d) PEMERIKSAAN PENUNJANG
CT scan: 1. mucoperiosteal penebalan sinus paranasal 2. Hilangnya definisi kompleks osteomeatal karena resorpsi bula ethmoidal dan uncinate proses 3. sinus maksilaris Hypoplastic 4. Pembesaran rongga hidung dengan erosi dinding lateral hidung
Fitur histopatologi: 1. Metaplasia dari bersilia hidung epitel kolumnar menjadi epitel skuamosa. 2. Ada penurunan jumlah dan ukuran kelenjar alveolar senyawa 3. kapiler membesar juga terlihat
e) PELAKSANAAN
Belum ada yang baku penatalaksanaan ditujukan untuk menghilangkan etiologi, selain gejalanya. Dapat dilakukan secara konservatif atau operatif. Secara konservatif dapat diberikan:
1. Antibiotik berspektrum luas atau sesuai uji resistensi kuman sampai gejala hilang. 2. Obat cuci hidung agar bersih dari krusta dan bau busuk hilang dengan larutan Betadine satu sendok makan dalam 100 cc air hanga
30
2. Chronic Pansinusitis J32.4 a) DEFINISI
Pansinusitis adalah suatu peradangan atau inflamasi semua sinus paranasal. Apabila yang terkena lebih dari satu sinus maka disebut multisinusitis. Dan apabila infeksi terjadi selama beberapa bulan sampai beberapa tahun maka disebut pansinusitis kronik. b) ETIOLOGI
Virus bakteri
dan jamur.
Selain itu dapat juga disebabkan oleh rinitis akut dan infeksi faring.
c) Manifestasi Klinis
Sakit kepala
Ingus kental berwarna kuning dan hijau dan kadang berbau
Hidung tersumbat
Pembengkakan wajah
Sakit gigi
Batuk
Sakit telinga
Sakit tenggorokan
Merasa lelah
Halitosis
3) Rhinoscleroma (A48.8)
a) DEFINISI
Rinoskleroma adalah penyakit menahun granulomatosa yang bersifat progresif, mengenai saluran pernapasan (traktus respiratorius) bagian atas terutama hidung. Penyakit ini ditandai dengan penyempitan rongga hidung 31
sampai penyumbatan oleh suatu jaringan granulomatosa yang keras serta dapat meluas ke nasofaring, orofaring, subglotis, trakea dan bronkus. b) Etiologi
Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Klebsiella rhinoscleromatis — Subspesies dari bakteri Klebsiella pneumoniae, bakteri ini masuk dalam kategori Gram-negatif berbentuk bungkus, nonmotile, bacillus berbentuk batang, anggota dari Enterobacteriaceae. Terkadang disebut "Frisch bacillus" diambil dari nama Anton von Frisch orang yang pertama kali mengidentifikasi bakteri tersebut. c) Manifestasi Klinis
Gejala tergantung pada area, perluasan dan lamanya penyakit. Di hidung dapat dibedakan menjadi tiga stadium: Stadium I (Kataralis, Atrofi, Eksudasi)
Ditemukan pada usia sekolah. Gambaran penyakit pada stadium ini tidak khas, sering seperti rinitis biasa. Dimulai dengan cairan hidung encer, sakit kepala, sumbatan hidung yang berkepanjangan, kemudian diikuti cairan mukopurulen berbau busuk; dapat terjadi gangguan penciuman. Stadium II (Granulomatous, Infiltratif, Noduler)
Ditandai dengan hilangnya gejala rinitis. Terjadi pertumbuhan yang disebut nodular submucous infiltration di mukosa hidung yang tampak sebagai tuberkel di permukaan hidung. Lama-lama tuberkel ini bergabung menjadi satu massa noduler yang sangat besar, mudah berdarah, kemerahan, tertutup mukosa dengan konsistensi padat seperti tulang rawan. Kemudian terjadi invasi, dapat ke arah posterior (nasofaring) maupun ke depan (nares anterior). Stadium III (Skleromatous, Stenosis, Sikatrik)
32
Massa secara perlahan-lahan menjadi avaskuler dan terjadi fibronisasi yang diikuti oleh adhesi struktur jaringan lunak, kontraksi jaringan yang akhirnya membentuk jaringan parut dan penyempitan jalan nafas. Pada stadium ini sel-sel Mikulicz sulit ditemukan. Proses yang sama dapat terjadi pada mulut, faring, laring, trakea dan bronkus. d) PENATALAKSANAAN
Medikamentosa Antibiotik sangat berguna jika hasil kultur positif, tetapi kurang berharga pada stadium sklerotik. Antibiotik yang dapat digunakan antara lain: Streptomisin
(0,5-1g/hari),
Tetrasiklin
(450mg/hari),
Khloramphenikol,
(1-2g/hari),
Siprofloksasin,
Rifampisin
Klofazimin.
Terapi
antibiotik diberikan selama 4-6 minggu dan dilanjutkan sampai dua kali hasil pemeriksaan kultur negatif. Rolland menggunakan kombinasi Streptomisin dan Tetrasiklin dengan hasil yang memuaskan. Steroid dapat diberikan untuk mencegah sikatrik pada stadium granulomatosa.
Radiasi Terapi radiasi pernah diberikan oleh Massod, tetapi hasilnya belum memuaskan.
Dilatasi Cara dilatasi dapat dicoba untuk melebarkan kavum nasi dan nasofaring terutama bila belum terjadi sumbatan total.
Pembedahan Tindakan ini dilakukan pada jaringan skleroma yang terbatas di dalam rongga hidung, sehingga pengangkatan dapat dikerjakan dengan mudah secara intranasal. Jika terjadi sumbatan jalan nafas (seperti pada skleroma laring) harus dilakukan trakeostomi.
33
BAB IV PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
http://www.who.int/topics/blindness/en/ diakses pada tanggal 23 februari 2017 http://www.alodokter.com/kondisi-yang-bisa-menyebabkan-mata-buta diakses pada tanggal 23 februari 2017 https://health.detik.com/read/2011/05/19/170208/1642732/763/gejala-gejala buta-glaukoma-yang-sering-diabaikan diakses pada tanggal 23 februari 2017 http://bramardianto.com/masalah-mata-yang-bisa-menyebabkankebutaan.html diakses pada tanggal 23 februari 2017 http://www.kompasiana.com/hendiperdana/waspadai-tanda-awal-penyebabutama-kebutaan-glaukoma_550e9619a33311b82dba836b diakses pada tanggal 23 februari 2017 http://wikivitamin.com/akibat-kekurangan-vitamin-a-retinol/
diakses
pada
tanggal 24 februari 2017 https://www.wedaran.com/12527/penyakit-mata-penyebab-kebutaan/ diakses pada tanggal 24 februari 2017 http://www.klikdokter.com/info-sehat/read/2698309/5-penyakit-mata penyebab-kebutaan diakses pada tanggal 24 februari 2017 http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/32435/4/Chapter%20II.pdf diakses pada tanggal 24 februari 2017
34