BAB I PENDAHULUAN
A. Lata Latarr Bela Belaka kang ng Melih Melihat at kond kondisi isi anak-a anak-anak nak yang yang sang sangat at memp mempri rihat hatin inka kan n dan dan permasalahan permasalahan anak yang sangat dramatis dan memilukan, memilukan, karena dialami oleh manusia yang kemampuan fisik, mental dan sosialnya masih terbatas untuk merespon berbagai resiko dan bahaya yang dihadapinya. Dalam klaster anak membutuhkan perlindungan khusus, sepanjang tahun 2011, KomNas Anak telah mencatat 2.508 kasus kekerasan terhadap anak. Angka ini meningkat jika dibandingkan dengan tahun 2010 yakni 2.413 2.413 kasus. 1.020 1.020 atau setara setara 62,7 62,7 persen persen dari jumlah jumlah angka tersebut tersebut adalah adalah kasus kasus kekeras kekerasan an seksual seksual yang yang dilaku dilakukan kan dalam dalam bentuk bentuk sodomi sodomi,, perkosaan, perkosaan, pencabulan pencabulan serta incest, incest, dan selebihnya selebihnya adalah kekerasan kekerasan fisik dan psikis (www.komnaspa.or.id). Tingg Tingginy inyaa angka angka pengadu pengaduan an kekeras kekerasan an terhada terhadap p anak tersebu tersebut, t, menunj menunjukk ukkan an tanda tanda bahwa bahwa lingkun lingkunga gan n anak yang yang seharusn seharusnya ya menjadi menjadi benteng benteng perlindungan perlindungan anak, saat ini justru menjadi menjadi pelaku utamanya. utamanya. Keluarga atau orang tua yang oleh UU Perlindungan Anak adalah salah satu pilar penanggung penanggung jawab perlindungan perlindungan anak ternyata telah gagal bahkan menjadi pihak yang menakutkan bagi anak. Ironisn Ironisnya, ya, kasus-k kasus-kasus asus kekeras kekerasan an terhadap terhadap anak tersebu tersebutt terjadi terjadi justru di lingkungan lingkungan terdekat terdekat anak, yakni rumah tangga, sekolah, sekolah, lembaga lembaga pendidikan pendidikan dan lingkungan lingkungan sosial anak. Sedangkan pelakunya pelakunya adalah orang yang seharusnya melindungi anak, seperti orang tua, paman, guru, bapak/ibu angkat, maupun ayah/ibu tiri.
1
Menur enuru ut
keter eteran ang gan
Seto eto
Mulya ulyadi di
sela selaku ku
Ketu etua
Komisi misi
Perlindungan Anak, kekerasan seksual pada anak seringkali meninggalkan bekas traumatis traumatis yang sulit dihilangkan. dihilangkan. Data Data dan informasi informasi Komisi Komisi Nasional Nasional Perlindungan Anak (Komnas PA) yang menyebutkan bahwa sebanyak 69 persen dari dari kasus kekerasan kekerasan seksual seksual anak dilakuka dilakukan n oleh orang orang yang dikenal dikenal baik oleh korban. korban. Sebanyak Sebanyak 17,2 persen diantara kasus yang terjadi dilakuk dilakukan an oleh oleh orang orang tua korban korban (incest) (incest).. Pada Pada tahun tahun 1999, 1999, misalny misalnya, a, tercatat 289 kasus kekerasan seksual terhadap anak, 129 kasus dilakukan oleh ayah korban dan 160 kasus dilakukan oleh guru si anak. “Perkosaan juga bisa terjadi antar keluarga, keluarga, dalam bentuk incest. Itu bisa terjadi, mungkin oleh ayah, saudara sepupu atau paman, mungkin juga kakek, atau orangorang-oran orang g terdeka terdekatt seperti seperti tetangg tetangga. a. Karena Karena peluang peluangnya nya sangat sangat tinggi tinggi (Seto
Mulyadi,
“Kekerasan
http http:// :///w /www ww.s .sina inarha rhara rapa pan. n.co. co.id id,,
diak diakse ses, s,
Seksual tangg tanggal al
Pada 4
Juli Juli
Anak,” 2009 2009,ja ,jam m
21.00WIB). Standa Standarr internas internasion ional al juga juga mendefi mendefinisik nisikan an sexual sexual abuse abuse sebaga sebagaii suatu bentuk kekerasan. Deklarasi tentang Penghapusan Kekerasan terhadap Perempuan (The Declaration on the Elimination of Violence against Women (1993) misalnya, mendefi nisikan kekerasan terhadap perempuan meliputi, namun tidak terbatas pada “kekerasan fi sik, seksual dan psikologis yang terjadi dalam keluarga, termasuk pemukulan, [dan] penyalahgunaan anak perempuan perempuan dalam dalam rumah rumah tangga. tangga. Walaupun Walaupun data data mengenai mengenai sexual abuse abuse sexual sexual abuse anak sering tidak tersedia atau sulit didapatkan, didapatkan, WHO anak sering tidak tersedia atau sulit didapatkan, WHO menaksir bahwa 20 persen dari perempuan dan 5-10 persen laki-laki “ mengalami mengalami kekerasan seksual ketika masih berusia anakanak (World Health Organization, World report on violence and health, op.cit., p. 64). 64) . Di Amerika Serikat, sekitar 44% korban perkosaan berusia di bawah 18 18 tahun, dan dan sekitar 15 15 persen berusia berusia di bawah bawah 12 tahun. tahun. Dalam 93 93 persen dari kasus-kasus kasus-kasus kekerasan kekerasan seksual terhadap terhadap anak yang dilaporkan, 2
pelakunya pelakunya kenal dengan korban: 34 persen adalah anggota anggota keluarga dan 59 persen adalah adalah teman (Rape, Incest & Abuse National Network citing Sexual Assault of Young Young Children Children as Reported Reported to Law Enforcement. Enforcement. Bureau of Justice Statisti Statistics, cs, U.S. U.S. Departm Department ent of Justice, Justice, 2000) 2000).. Kekerasan Kekerasan seksual (sexual (sexual abuse) abuse) terhada terhadap p anak anak laki-lak laki-lakii satu dari sedikit sedikit jenis jenis kekera kekerasan san terhadap anak yang lebih besar kemungkinannya terjadi di luar rumah di banding banding dengan dengan di di dalam rumah. rumah. Di Indonesia belum tersedia data kekerasan terhadap anak secara uptoda uptodate, te, data yang diguna digunakan kan saat ini masih masih data Susenas Susenas 2006, 2006, data tersebu tersebutt menunj menunjuk ukkan kan bahwa bahwa secara secara nasiona nasionall selama selama tahun tahun 2006 2006 telah telah terjadi sekitar 2,81 juta tindak kekerasan dan sekitar 2,29 juta anak pernah menjadi korbannya. Jumlah tersebut apabila dibandingkan dengan jumlah anak menunjukkan besarnya angka korban kekerasan terhadap anak pada tahun tahun 2006 2006 mencapa mencapaii 3 persen, persen, yang berarti berarti setiap setiap 1000 1000 anak anak terdapa terdapatt sekitar 30 anak berpeluang menjadi korban tindak kekerasan. Di perdesaan lebih tinggi dibandingkan perkotaan yakni 3,2 berbanding 2,8 persen. Di kalangan anak-anak, angka korban kekerasan lebih tinggi pada anak lakilaki laki diband dibanding ingkan kan perempu perempuan, an, yaitu yaitu 3,1 berband berbanding ing 2,9 persen. persen. Hal ini kemungkinan terkait dengan perilaku “bandel” yang pada umumnya lebih tinggi di kalangan anak laki-laki daripada perempuan.
Angka Korban Kekerasan Terhadap Anak [%]
Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Total
Perkotaan
Perdesaan
Total
3.01 2.60 2.81
3.24 3.08 3.16
3.14 2.88 3.02
3
Jenis kekerasan yang dialami anak memiliki pola yang sama, baik diperkotaan diperkotaan maupun perdesaan. Jenis tindak kekerasan paling tinggi adalah penganiayaan penganiayaan,, diikuti penghinaan penghinaan (kekerasan (kekerasan psikis), kemudian kemudian jenis kekerasan lainnya, penelantaran, dan pelecehan seksual. Data tentang jenis kekerasan terhadap anak tergambar dalam tabel berikut.
Anak Korban Kekerasan Menurut Jenis Kekerasan Jenis Kekerasan Penganiayaan Penghinaan Pelecehan Seksual Penelantaraan Lainnya
Perkotaan 48,0 38,7 4,4 11,0 18,4
Perdesaan 57,3 35,5 3,6 9,9 13,1
Dari tabel di atas dapat pula dikatakan bahwa sekitar satu dari lima anak anak korba korban n keke kekeras rasan an pern pernah ah meng mengala alami mi keke kekeras rasan an peng pengani aniay ayaa aan. n. Kekerasan penganiayaan lebih tinggi di pedesaan daripada di perkotaan, yaitu yaitu 57,3 persen persen berb berband andin ing g 48,0 48,0 perse persen. n.
Sebal Sebalik ikny nyaa jenis jenis tinda tindak k
kekerasan katagori lainnya lebih tinggi di perkotaan dibanding perdesaan. Seda Sedang ngka kan n
tind tindak ak
keke kekera rasa san n
peng penghi hina naan an,,
pele pelece ceha han n
seks seksua uall
dan dan
penelantaran penelantaran relatif relatif sama antara antara daerah daerah perkotaan perkotaan dengan dengan perdesaan. perdesaan. Sedangkan Sedangkan data tentang pelaku pelaku tindak kekerasan kekerasan dapat tergambar tergambar dalam dalam tabel berikut.
Tindak Kekerasan terhadap Anak menurut Pelaku [%]
4
Pelaku Orang tua Famili Tetangga Atasan/majikan Rekan kerja Guru Lainnya sumber : Komnas PA
Perkotaan 56.5 4.1 8.0 0.8 0.9 2.8 26.8
Perdesaan 64.6 3.6 5.8 0.1 0.7 3.1 21.9
Total 61.4 3.8 6.7 0.4 0.8 3.0 23.9
Dari data di atas telrihat bahwa pelaku tindak kekerasan terhadap anak paling banyak adalah orang tua (61,4%). Di wilayah perdesaan angka ini mencapai 64,6 persen. Ini artinya dan hampir dua dan tiga kasus tindak kekera kekerasan san terhada terhadap p anak anak di perdesa perdesaan an dilakuk dilakukan an oleh oleh orang orang tua. Pelaku Pelaku terbanyak berikutnya adalah pelaku lainnya yaitu mencapai 23,9 persen, kemudian diikuti tetangga (6,7 persen), (www.komnaspa.or.id). Berdasarkan Berdasarkan catatan pendampinga pendampingan n yang dilakukan dilakukan WCC Cahaya Peremp Perempuan uan,, sepanja sepanjang ng tahun tahun 2009 2009 hingg hinggaa Juni Juni 2010 2010 tercatat tercatat 41 kasus, kasus, dian dianta tara rany nya: a:
Ince Incest st
(bac (baca: a:
hubu hubung ngan an
seks seksua uall
seda sedara rah) h),,
perk perkos osaa aan, n,
pencabulan pencabulan dan pelecehan pelecehan seksual terhadap anak perempuan. perempuan. Sementara Sementara data yang terekspose di media dalam kurun waktu tersebut terdapat 155 kasus. Artinya, hanya 21% korban yang didampingi oleh WCC CP. Dan yang lebih memprihatin adalah korban incest, dimana ada keluarga yang terpecah terpecah karena karena kasus kasus tersebu tersebutt bahkan bahkan beberap beberapaa koban koban dijauhk dijauhkan an dari dari keluarga. Data Kekerasan Seksual Anak berdasarkan Jenis kasus dan Usia korban Jan-Des 2009 dan Jan-Juni 2010
Jenis Kasus Incest
Tahun/Sumber Data WCC CP Media 2009 2010 2009 2010 2 5 4 10
Jumlah
21 5
Perkosaan Pencabulan Pelecehan seksual Jumlah
17 4 1 24
9 2 1 17
47 43 0 94
32 18 1 61
105 67 3 196
B. Rumu Rumusa san n Masa Masala lah h Berdasarkan Berdasarkan latar belakang belakang di atas maka penulis mengangkat mengangkat permasalahan permasalahan sebagai berikut : Bagaimana Upaya dan Peran Bidan dalam menangani kasus Incest? C. Tujua Tujuan n Penu Penulis lisan an Adapun tujuan dalam melakukan penulisan ini adalah: Untuk mengetahui Upaya Pemerintah dan peran bidan dalam menghadapi tindak pidana incest.
6
BAB II TINJAUAN TEORI
A. Peng Pengert ertian ian Ince Incest st Incest berasal dari kata bahasa latin Cestus Yang berarti murni. Jadi incestus berarti tidak murni. Incest adalah hubungan badan atau hubungan seksual seksual yang yang terjadi terjadi antara antara dua orang orang yang yang mempun mempunyai yai ikatan ikatan pertalia pertalian n darah darah atau atau istila istilah h gene genetin tinya ya In Bree Breedi ding ng.. Ince Incest st menu menunju njukk kkan an pada pada 7
hubu hubung ngan an seksu seksual al antara antara pria pria dan dan wanit wanitaa yang yang masih masih bersa bersaud udara ara atau atau berkerabatan, berkerabatan, antara ayah dan putrinya, putrinya, antara kakek dan cucunya, cucunya, antara ibu dengan anak lelakinya. Dalam hal ini hubungan seksual sendiri ada yang bersifat sukarela sukarela dan dan ada yang yang bersifat bersifat paksaan. paksaan. Istilah incest juga dianggap suatu hubungan melalui jalur pernikahan antara sesama anggota keluarga/pernikahan sedarah dimana secara hokum atau adat istiadat itu dilarang. Incest sejak dulu memang di anggap suatu hal yang tidak patut untuk dilakukan dalam kehidupan masyarakat dunia pada umumnya. umumnya. Bahkan Bahkan di berbagai berbagai Negara, larangan larangan incest sudah ditetapkan ditetapkan secara hukum tertulis. Incest juga dapat terjadi dalam hubungan seksual yang dilakukan oleh orang-orang yang tidak memiliki hubungan darah sama sekali, namun laranga larangan n tersebut tersebut disebab disebabkan kan oleh oleh adanya adanya hubung hubungan an perkawin perkawinan an yang meng mengik ikat at antara antara sepasa sepasang ng suam suamii istri. istri. Ikata Ikatan n perka perkawi wina nan n itulah itulah yang yang menjadikan menjadikan hubungan hubungan antara keluarga keluarga masing-masing masing-masing pasangan menjadi menjadi hubungan keluarga seperti pada hubungan darah keluarga kandung. Seorang kake kakek k tidak tidak dapa dapatt melak melakuk ukan an hubu hubung ngan an seksu seksual al deng dengan an cucu cucu tirin tirinya, ya, seorang ayah tidak dapat melakukan hubungan seksual dengan anak tirinya, seorang ibu tidak dapat melakukan hubungan seksual dengan anak tirinya, demikia demikian n juga juga antara antara saudara saudara tiri. (Suryati (Suryati Romaul Romauli, i, S.ST, S.ST, dkk dalam “Kesehatan Reproduksi buat Mahasiswi Kebidanan”, 2011:03) Ince Incest st atau atau inses inses dalam dalam kamu kamuss besar besar bahas bahasaa Indon Indones esia ia adalah adalah hubungan seksual antar orang-orang yang bersaudara dekat yang dianggap melanggar adat, hokum dan agama. (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2005). Sedangkan incest menurut Kartini Kartono adalah hubungan seks di antara pria dan wanita di dalam atau luar ikatan perkawinan, dimana mereka terkait terkait dalam dalam hubung hubungan an kekerab kekerabatan atan atau keturu keturunan nan yang yang sangat sangat dekat dekat sekali. Incest banyakterjadi di kalangan rakyat dari tingkat social-ekonomi 8
yang yang sanga sangatt rend rendah. ah.(K (Kar artin tinii Karto Kartono no dalam dalam “Psiko “Psikolo logi gi abno abnorm rmal al dan dan Abnormalitas Seksualitas”, 1989)
B. Jenis Jenis-je -jenis nis Incest Incest Incest terbagi menjadi dua jenis (Zaenul, M.A dalam “Penikahan “Penikahan Sedarah”, 2010:04), yaitu: 1.
Incest Incest yang yang bersi bersifat fat sukar sukarela ela (tanpa (tanpa paksa paksaan) an) Hubungan seksual yang dilakukan terjadi karena unsur suka sama suka.
2. Ince Incest st yang yang bers bersifa ifatt paksa paksaan an Hubungan seksual dilakukan karena unsur keterpaksaan, misalkan pada anak perempuan diancam akan dibunuh oleh ayahnya karena tidak mau melayani melayani nafsu seksual. Incest seperti ini pada masyarakat masyarakat lebih dikenal dengan perkosaan Incest.
C. Faktor-Faktor Penyebab Incest
Penyebab terjadinya incest (Suryati Romauli, S.ST, dkk dalam “Kesehatan Reproduksi buat Mahasiswi Kebidanan”, 2011:03), yaitu : 1. Faktor Faktor Interna Internal, l, yang yang terdiri terdiri dari : a. Biologis Biologis : dorongan dorongan seksual seksual yang yang terlalu besar besar dan ketidak mampuan mampuan pelaku mengendalika mengendalikan n nafsu seksnya. seksnya. b. Psikologis Psikologis : Pelaku memiliki memiliki kepribadian kepribadian menyimpang, menyimpang, seperti mind minder er,, tidak tidak percay percayaa diri, diri, kuran kurang g perg pergau aulan lan atau atau cend cender erun ung g
9
menutu menutup p diri dari dari pergau pergaulan, lan, menarik menarik diri diri dari pergau pergaulan lan social social dengan masyarakat dan sebagainya. 2. Faktor Faktor Extern External, al, yang yang terd terdiri iri dari dari : a. Ekonomi keluarga : masyarakat dengan tingkat ekonomi rendah atau
memp mempun unya yaii
kete keterb rbat atas asan an
pend pendap apat atan an
untu untuk k
berm bermai ain n
dilu diluar ar
lingkun lingkungan gan mereka mereka sehingg sehinggaa mempen mempengar garuhi uhi cara pandan pandang g dan mempersempit lingkup pergaulan mereka. b. Tingkat Tingkat pendidikan pendidikan dan pengetahuan pengetahuan yang rendah sehingga sehingga pola pikir juga juga terbatas. terbatas. c. Tingka Tingkatt pemaha pemahaman man agama agama serta serta penetapa penetapan n akidah akidah serta serta norma norma
agama yang tidak mereka ketahui atau tidak dipahami. Selain faktor-faktor yang tersebut di atas, terdapat juga : a. Faktor Faktor Usia Usia : pikiran pikiran anak-ana anak-anak k terbatas terbatas dan memil memiliki iki ketaku ketakutan tan b. Jenis Kelamin Kelamin : perempuan dan dan laki-laki kedudukan kedudukannya nya tidak setara, laki-laki lebih berkuasa. c. berm bermai ain n lama lama-l -lam amaa dala dalam m satu satu kama kamarr sehi sehing ngga ga lama lama kela kelama maan an napsu biologis mereka akan terangsang. d. kurang kurangnya nya penget pengetahua ahuan n tentan tentang g seks. seks. e. Budaya patriarkhi, maksudnya laki-laki memiliki rasa kepemilikan
terha terhada dap p anak anak dan dan kelu keluarg argany anyaa hingg hinggaa dia dia berha berhak k melak melakuk ukan an apapun, apalagi misalnya dia merasa sebagai satu-satunya pencari nafkah keluarga,tentu saja ini bias gender dan masuk dalam akar budaya budaya patriarkhi. patriarkhi.
D. Pelak Pelaku u dan dan Korb Korban an
10
Pela Pelaku ku dan dan korb korban an dala dalam m ince incest st (Dwi (Dwi Marya aryant nti, i, S.Si S.SiT, T, dkk dkk dala dalam m “Kesehatan Reproduksi Teori dan Praktikum”, 2009:12), yaitu : 1. Orang Orang yang yang lebih lebih ber berku kuasa asa 2. Orang Orang-or -orang ang yang yang leb lebih ih lema lemah h
E. Dampak yang Terjadi
Beber Beberapa apa damp dampak ak yang yang terja terjadi di yang yang diseb disebab abkan kan oleh oleh inces incestt (Sury (Suryat atii Roma Romaul uli, i, S.ST S.ST,, dkk dkk dalam dalam “Keseh “Kesehata atan n Repro Reprodu duks ksii buat buat Mahas Mahasisw iswii Kebidanan”, 2011:03), yaitu : 1. Damp Dampak ak Psik Psikol olog ogis is Incest dapat menimbulkan tekanan psikologis. a. Masalah konstruksi konstruksi social tentang keluarga, keluarga, misalnya misalnya masyarakat masyarakat
mengenal mengenal ayah dan anak sebagai satu kesatuan keluarga. Tetapi jika terj terjad adii
kasu kasuss
ince incest st
dima dimana na
ayah ayah
tela telah h
meng mengha hami mili li
anak anak
perempuannya perempuannya,, maka bila lahir anak dari anak perempuan perempuan tersebut maka status ayahnya itu menjadi ganda, ayah sekaligus kakek. b. Kasus pemerkosaan incest, misalnya perkosaan ayah terhadap anak
perempuannya perempuannya,, anak laki-laki kepada ibunya. ibunya. Dalam hal ini mungk mungkin in terjadi terjadi didasar didasarkan kan kelaina kelainan n anak anak yang terlalu terlalu mencint mencintai ai ibun ibunya ya,, dalam dalam ilmu ilmu psiko psikolog logis is dise disebu butt deng dengan an istila istilah h Oedi Oedipas pas Comp Comple leks ks,, yait yaitu u anak anak sang sangat at memu memuji ji ibun ibunya ya sehi sehing ngga ga anak anak menganggap ibu sebagai perempuan yang lain dan bukan sebagai ibunya. 2. Damp Dampak ak Ter Terha hada dap p Fisi Fisik k 11
Dari Dari segi segi medi mediss tida tidak k seti setiap ap pern pernik ikah ahan an ince incest st akan akan mela melahi hirk rkan an keturunan yang memiliki kelainan atau gangguan kesehatan. Apabila terjadi kelahiran, anak perempuan lebih rentan dan berpeluang besar terhadap penyakit genetic yang diturunkan oleh orang tuanya. Incest memiliki alasan besar yang patut dipertimbangkan dari kesehatan medis. Banyak penyakit genetic yang berpeluang muncul lebih besar . Contoh: a) Skizoprenia: Skizoprenia: Kromoso Kromosom m yang yang mengalami mengalami gangguan gangguan kesehatan kesehatan jiwa. b) Leukodistro Leukodistrophine phine atau kelainan kelainan pada bagian syaraf yang disebut disebut milin,ada bagian dari jaringan penunjang pada otak yang mengalami gangg anggua uan n
yang yang meny menyeb ebab abka kan n
pros proses es
pemb pemben entu tuka kan n
enzi enzim m
terganggu. c) Idiot: keterlambatan keterlambatan mental mental serta perkembanga perkembangan n otak yang lemah. d) Keca Kecata tata tan n kela kelahi hira ran n dapa dapatt munc muncul ul akib akibat at kete ketega gang ngan an saat saat ibu ibu mengandung dan adanya rasa penolakan secara emosional dari ibu, e) Hemofilia:
penyakit
sel
darah
merah
yang
pecah
yang
mengakibatkan anak harus terus menerus mendapatkan transfuse.
F. Upaya Upaya Penang Penanggu gulang langan an Masalah Masalah 1. Pence ncegahan ahan Ada beberapa factor yang dapat mencegah terjadinya incest (Suryati Romaul Romauli, i, S.ST, S.ST, dkk dalam dalam “Kesehat “Kesehatan an Reprod Reproduks uksii buat buat Mahasis Mahasiswi wi Kebidanan”, 2011:03), yaitu : a)
Ikut se sertakan instansi resmi ya yang
menangani
masalah
perlindungan perlindungan terhadap anak sedini mungkin mungkin untuk untuk menangkal menangkal tekanan yang dialami sang korban. 12
b)
Evaluasi Evaluasi anggota anggota keluarga keluarga itu untuk penyakit penyakit psikiatrik
primer yang yang memerluka memerlukan n terapi .evaluasi .evaluasi juga pada pada saudara saudara kandung kandung untuk memungkinkan perlakuan salah atau penganiayaan. c)
Terapi keluarga juga dapat digunakan untuk menyusun
kembali keluarga yang pecah. d)
Ajarkan sang ana anak dengan jelas dan mudah bahwa alat
kelam kelamin in merek merekaa adal adalah ah milik milik mere mereka ka send sendiri iri dan dan tidak tidak bole boleh h disentuh orang lain termaksud anggota keluarganya. e)
Memberikan seks sejak dini.
Kita harus memberi memberi tahu masalah ini dengan lebih professional dan tidak bias tiba-tiba kita memberitahukan kelainan-kelainan tersebut sebab kita seharusnya juga bias menerangkan hal yang lain,karena itu adalah bagian lain dari penerangan penerangan kesehatan reproduksi reproduksi dimana hak semua semua orang orang untuk mendap mendapat at informasi informasi
seluas-lu seluas-luasny asnyaa dan
benar. f)
Mem Memberi berika kan n pend pendid idik ikan an dan dan pe penget ngetah ahu uan ten tenta tang ng ag agama. ama.
g)
Meng Mengis isii wakt waktu u luan luang g deng dengan an halhal-ha hall yang yang berm berman anfa faat at..
2. Penan Penangg ggul ulang angan an Masal Masalah ah Ada beberapa cara menanggulangi masalah incest yang dilakukan oleh bidan (Suryati Romauli, Romauli, S.ST, S.ST, dkk dalam “Kesehatan “Kesehatan Reproduksi Reproduksi buat Mahasiswi Kebidanan”, 2011:03), yaitu : a) periksalah periksalah pasien untuk luka lecet dan trauma lain dan periksa juga
penyakit penyakit kelamin. kelamin. b) Psikoterapi Psikoterapi individual individual untuk menghadapi menghadapi sang korban, korban, upaya ini dapat juga sebagai alur untuk ventilasi amarahnya. c) Terapi Terapi kelompo kelompok k untuk meban mebantu tu korban korban yang telah telah melepaskan melepaskan diri diri dari prilaku incest dan dapat membahas masalah itu secara terbuka dalam kelompok. 13
BAB III PEMBAHASAN Upaya Pemerintah dan Peran Bidan dalam Kasus Incest terhadap Anak 14
Bidan menurut IBI adalah seorang perempuan yang telah mengikuti dan menyelesaikan menyelesaikan pendidikan pendidikan yang telah diakui pemerintah, dan lulus ujian sesuai dengan persyaratan yang berlaku dan diberi izin secara sah untuk melaksanakan praktik. Dalam melaksanakan melaksanakan pelayanan pelayanan kesehatan kesehatan dan kebidanan kebidanan di masyarakat, masyarakat, bidan diberi wewenang oleh pemerintah pemerintah sesuai dengan dengan wilayah wilayah pelayanan pelayanan yang diberikan. Wewenang Wewenang tersebut tersebut berdasarkan berdasarkan keputusan keputusan menteri menteri kesehatan republik Indonesia nomor 900/menkes/SK/VII/2002 tentang registrasi dan praktik bidan. Peranan bidan dalam masyarakat sebagai tenaga terlatih pada Sistem Kese Kesehat hatan an Nasio Nasional nal adala adalah h memb member erii pelay pelayan anan an seba sebaga gaii tenag tenagaa terla terlatih tih,, meningkatkan meningkatkan pengetahuan pengetahuan kesehatan kesehatan masyarakat, masyarakat, meningkatka meningkatkan n penerimaan penerimaan gerak gerakan an kelu keluarg argaa beren berencan cana, a, memb member erii pend pendidi idikan kan “duku “dukun n beran beranak ak”, ”, dan dan meningkatkan system rujukan. Usaha-usaha yang rasional untuk mengendalikan atau menanggulangi kejahatan kejahatan seksual sudah barang tentu tidak hanya dengan menggunakan menggunakan sarana Hukum, tetapi dapat juga menggunakan sarana yang non hokum. 1. Upaya Hukum/ Upaya Penal
Penang Penanggul gulang angan an secara secara penal penal yaitu yaitu penang penanggul gulang angan an setelah setelah terjadin terjadinya ya kejahatan atau menjelang terjadinya kejahatan, dengan tujuan agar kejahatan itu tidak tidak terul terulang ang kemb kembali ali.. Pena Penang nggu gula lang ngan an secar secaraa penal penal dala dalam m suat suatu u kebi kebija jaka kan n
krim krimin inal al
meru merupa paka kan n
pena penang nggu gula lang ngan an
keja kejaha hata tan n
deng dengan an
memberikan memberikan sanksi pidana pidana bagi para pelakunya pelakunya sehingga sehingga menjadi menjadi contoh agar orang lain tidak melakukan kejahatan. (Nawawi, 1980). 2. Upaya non Penal
Penang Penanggul gulang angan an secara secara non penal penal maksud maksudnya nya adalah adalah penang penanggu gulang langan an deng engan
tida tidak k
mengg nggunaka nakan n
sank sanksi si
huku hukum, m,
yang yang
bera berart rtii
bahw bahwaa
penanggulang penanggulangan an ini adalah penanggulang penanggulangan an kejahatan kejahatan yang lebih bersifat preventif. preventif. Usaha-usaha Usaha-usaha non penal bisa berupa penyantunan penyantunan dan pendidikan pendidikan sosia sosiall dalam dalam rangk rangkaa meng mengem emba bang ngka kan n tang tanggu gung ng jawab jawab sosial sosial warg wargaa masyarakat, masyarakat, penggarapan penggarapan kesehatan jiwa masyarakat melalui melalui pendidikan pendidikan moral, agama, dan sebagainya, peningkatan usaha dan kesejahteraan anak 15
remaja, remaja, kegiatan kegiatan patroli patroli dan pengawa pengawasan san
lainnya lainnya secara secara kontiny kontinyu u oleh
polisi dan dan aparat aparat keamanan keamanan lainnya lainnya dan dan sebagainya. sebagainya. 3. Upaya paya Pre Prev venti entif f Penanggulangan kejahatan perkosaan terhadap anak di bawah umur dapat dapat dilakuk dilakukan an dengan dengan cara yang yang bersifat bersifat prevent preventif if maksud maksudnya nya adalah adalah upay upayaa pena penang nggu gulan langa gan n yang yang lebi lebih h ditit dititikb ikber eratk atkan an pada pada pence pencega gahan han kejahatan kejahatan yang bertujuan bertujuan agar kejahatan itu tidak sampai terjadi. Kejahatan dapat dikurangi dengan melenyapkan faktor-faktor penyebab kejahatan itu sebab bagaimanapun kejahatan tidak akan pernah habis. Dalam hal ini usaha pencegahan pencegahan kejahatan kejahatan tersebut lebih diutamakan diutamakan,, karena biar bagaimanapu bagaimanapun n usaha pencegahan jelas lebih baik dan lebih ekonomis daripada tindakan represif. Disamping itu usaha pencegahan dapat mempererat kerukunan dan meningkatkan rasa tanggung jawab terhadap sesama anggota masyarakat. Dalam usaha pencegahan kriminalitas, kata pencegahan dapat berarti antara lain mengadakan mengadakan usaha perubahan yang positif, dalam hal perkosaan khususn khususnya ya perkosaa perkosaan n terhada terhadap p anak anak dibawa dibawah h umur, umur, seperti seperti member memberikan ikan perlindungan perlindungan terhadap anak karena anak merupakan merupakan orang yang paling mudah dibujuk dan selain itu anak belum dapat memberontak seperti yang dilakuk dilakukan an oleh oleh orang-o orang-orang rang dewasa. dewasa. Penang Penanggul gulang angan an secara secara non penal penal keja kejaha hata tan n perk perkos osaa aan n terh terhad adap ap anak anak di bawa bawah h umur umur adal adalah ah deng dengan an menin meningk gkatk atkan an kesad kesadara aran n huku hukum m bagi bagi anggo anggota ta kelu keluarg argaa untu untuk k lebih lebih memahami kepentingan anak di masa depan. 4. Upay Upayaa Refo Reform rmat atif if Upaya reformatif adalah segala cara pembaharuan atau perbaikan kepada semua orang yang telah melakukan perbuatan jahat yang melanggar undang-und undang-undang. ang. Upaya ini bertujuan bertujuan untuk mengurangi mengurangi jumlah residivis atau kejahatan ulangan. Upaya ini dapat dilakukan dengan berbagai cara yang kesemuanya adalah menuju kepada kesembuhan, sehingga si pelaku kejahatan dapat menjadi manusia yang baik kembali. Upaya reformatif ini dilakukan setelah adanya upaya-upaya yang lain serta upaya ini bertujuan menge mengemba mbalika likan n atau memperb memperbaiki aiki jiwa jiwa si penjaha penjahatt kembal kembali, i, yang yang mana mana 16
untuk kejahatan pemerkosaan terhadap anak di bawah umur dapat dilakukan dengan metode reformatif dinamik (dalam hal ini metode klasik dan metode moralis moralisasi) asi) serta serta metode metode profesio profesional nal service. service. Melalu Melaluii metode metode reformat reformatif if dinamik, metode yang memperlihatkan cara bagaimana mengubah penjahat dari dari kelaku kelakuann annya ya yang yang tidak tidak baik, baik, terdapa terdapatt metode metode klasik klasik dengan dengan jalan jalan memberikan hukuman yang berat. Selain usaha pemerintah di atas dalam mencegah dan menanulangi masal masalah ah ince incest st di Indon Indones esia. ia. Bida Bidan n juga juga dapa dapatt berpe berperan ran aktif aktif untu untuk k mencegah mencegah dan menanggulangi menanggulangi masalah incest tersebut, adapun peran bidan yaitu : 1. Bida Bidan n beke bekerj rjas asam amaa deng dengan an inst instan ansi si peme pemeri rint ntah ah deng dengan an memb member erii pendidikan, pendidikan, adapun adapun bentuk bentuk pendidikan pendidikan tersebut yaitu: yaitu: a. perkembangan perkembangan manusia manusia (anatomi (anatomi dan fisiolog fisiologii system reprodu reproduksi) ksi) b. hubung hubungan an antara antara manusi manusiaa (baik (baik dengan dengan keluarg keluarga, a, teman teman sejawat sejawat,,
pacaran dengan dengan pernikahan) pernikahan) c. kemampuan kemampuan personal personal (nilai, pengambilan pengambilan keputusan, keputusan, komunikasi komunikasi
dan negosiasi) d. perilaku seksual (kontrase (kontrasepsi, psi, IMS, IMS, dan pencegaha pencegahan n HIV/AIDS HIV/AIDS serta
aborsi maupun kejahatan atau pelecehan seksual) e. budaya budaya dan social (peran (peran gender, gender, agama agama dan seksualitas). seksualitas). 2. Bidan Bidan dapat dapat mengad mengadakan akan kegiatan kegiatan positif positif untuk untuk masyara masyarakat kat (diberi (diberi
kesib kesibuk ukan an), ), dima dimana na bida bidan n beke bekerja rjasam samaa deng dengan an masy masyara araka katt dalam dalam meni mening ngka katk tkan an
kegi kegiata atan-k n-keg egiat iatan an
kema kemasya syarak rakata atan n
sehin sehingg ggaa
dapat dapat
menghindari terjainya tindakan incest, karena dengan adanya kegiatan maka pikiran negatif dapat dihindari. 3. Memak Memaksim simalk alkan an maje majelis lis taql taqlim. im. 4. Bida Bidan n memb member erika ikan n peng pengara araha han n kepad kepadaa kelu keluarg argaa agar agar dipe diperlu rluka kann nnya ya komu komuni nika kasi si anta antarr kelu keluar arga ga dan dan anak anak-a -ana nak k mere mereka ka agar agar adan adanya ya kete keterbu rbuka kaan an antar antar anak anak dan dan orang orang tua(k tua(kel elua uarg rga) a) sehin sehingg ggaa dapat dapat menhindari terjadinya incest
17
5. Bida Bidan n dapat dapat menso mensosia sialis lisasi asikan kan kepad kepadaa masy masyara araka katt tenta tentan n damp dampak ak-dampak akibat incest atau dapat mensosialisasikan tentang pendidikan kesehatan reproduksi. 6. Bida Bidan n dan dan masy masyara araka katt haru haruss bersa bersamama-sa sama ma menin meningk gkat atkan kan iman dan dan takwa kepada Allah SWT
BAB IV PENUTUP
A. Kesim esimpu pula lan n Salah satu praktek kekerasan seksual anak terhadap anak di bawah umur umur yang yang dinilai dinilai menyim menyimpan pang g adalah adalah bentuk bentuk kekeras kekerasan an seksual seksual.. Jelas Jelas praktek tersebut tersebut bertentangan bertentangan dengan nilai-nilai agama serta melanggar melanggar 18
hukum yang berlaku dan membuat masyarakat termotivasi untuk membasmi praktek seks seks yang kini telah banyak banyak dilakukan dilakukan di kota-kota kota-kota maupun maupun di desa. Disini Disini sangat sangat penting penting peran peran aktif aktif masyarak masyarakat, at, individ individu, u, dan pemeri pemerintah ntah untuk menanggulangi praktek kekerasan seksual terhadap anak di bawah umur umur dan penjua penjualan lan anak serta untuk untuk tujuan tujuan prostitu prostitusi si dan pornog pornografi rafi.. Sebenar Sebenarnya nya ditinjau ditinjau dari faktor faktor penyeb penyebab ab terjadin terjadinya ya praktek praktek kekeras kekerasan an seksusal adalah faktor kejiwaan pada pelaku. Hal-hal yang demikian perlu dicermati dan diwaspadai terhadap pelaku kejahatan.
DAFTAR PUSTAKA
Arrasyid, Chainur. 1980. Psykologi Kriminil. Medan: FH USU. Bawengan, Gerson W. 1977. Pengantar Psychologi Kriminil. Jakarta: Pradnya Paramita. Kartono, Kartini. 1981. Psychologi Wanita, gadis Remaja, dan dan Wanita Dewasa. Bandung: Alumni.
19
Muladi dan Barda Nawawi Arief, Arief, 1998. Teori-Teori Kebijakan Hukum Pidana. Bandung: Alumni. Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2005. Saherodji, H. Hari. 1980. Pokok- Pokok Kriminologi. Jakarta: Aksara Baru. Romauli, Suryati dkk. 2011. Kesehatan Reprduksi untuk Mahasiswi Kebidanan. Yogjakarta:Nuha Medika. Pusmaika, Pusmaika, Ranha dkk. 2010. Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta:Trans Info Media http://www.lbh-apik.or.od/, diakses tanggal 7 Januari 2008. http://www.tempointeraktif.com/, diakses tanggal 7 Januari 2008. http://www.komnaspa.or.id
20