MAKALAH PJBL – PJBL – LAPORAN LAPORAN KELOMPOK
“SELULITIS” Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah blok Integumen Yang dibimbing oleh Ns. Bintari, S.Kep., M.Kep.
Disusun oleh: PSIK 2014 - REGULER Dhella Eviyanthi
145070201111021
Ni Komang Tri Yasanti
145070201111022
Vera Dwi Anjani
145070201111023
Vindry Mercuryanita Dewi
145070201111001
Ockta Yolandha
145070201111002
Ulfi Nurwidiyanti
145070201111003
Fatika Maulidyah Yuwanto
145070201111004
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG JUNI 2015
1. DEFINISI
Selulitis adalah penyakit infeksi akut disebabkan oleh bakteri Streptococccus Beta hemolyticus yang menginvasi jaringan subkutan (Tucker, 1998:633). Penyakit ini di tandai dengan pasien mengalami demam, malaise, edema, vesikel, dan bula (Djunda, 2007). Selulitis berasosiasi dengan furunkel, karbunkel atau abses yang disebabkan oleh Staphylococcus aureus dan trauma tusuk. Selulitis adalah inflamasi spuratif yang juga melibatkan sebagian jaringan subkutan (mansjoer,2000:82). Selulitis adalah infeksi bakteri yang menyebar kedalam bidang jaringan ( Brunner & Suddarth,2000:496)
2. ETIOLOGI
Penyakit selulitis disebabkan oleh: 1. Infeksi bakteri dan jamur : -
Disebabkan oleh Streptococcus group Adan Staphylococcus Aureus.
-
Pada bayi yang terkena ini disebabkan oleh Streptococcus tipe B
-
Infeksi dari jamur: tetapi infeksi i nfeksi yang disebabkan oleh jamur termasuk jarang
-
Aeromonas hydrophila
-
S. pneumonia (pneumococcus)
2. Penyebab lain : -
Gigitan binatang
-
Kulit kering
-
Eksim
-
Kulit yang terbakar/melepuh
-
Diabetes mellitus
-
Obesitas
-
Pembekuan yang kronis pada kaki
-
Penyalahgunaan obat terlarang
-
Menurunnya daya tahan tubuh
-
Cacar air
-
Malnutrisi
-
Gagal ginjal
3. EPIDEMIOLOGI
Selulitis dapat terjadi di semua usia, tersering pada usia di bawah 3 tahun dan usia dekade keempat dan kelima (2). Insidensi pada laki-laki lebih besar daripada perempuan dalam beberapa studi epidemiologi. Insidensi selulitis ekstremitas masih menduduki peringkat pertama. Terjadi peningkatan resiko selulitis seiring meningkatnya usia, tetapi tidak ada hubungan dengan jenis kelamin (C). 4. KLASIFIKASI
Menurut Berini, et al (1999) selulitis dapat digolongkan menjadi : 1. Selulitis Sirkumskripta serous akut Selulitis yang terbatas pada daerah tertentu yaitu satu atau dua spasia fasial yang tidak jelas batasannya. Infeksi bakteri mengandung serous, konsistensinya sangat lunak dan spongios. Penanamannya berdasarkan ruang anatomi atau spasia yang terlibat . 2. Selulitis Sirkumskripta Supuratif Akut Prosesnya hampir sama dengan selulitis sekumskripta serous akut, hanya infeksi bakteri
tersebut
juga
mengandung
suppurasi
yan
gpurulen.
Penamaan
berdasarkan spasia yang dikenainya. Jika terbentuk eksudat yang purulen, mengidentifikasi
tubuh
bertendensi
membetasi
penyebaran
infeksi
dan
mekanisme resistensi likal tubuh dalam mengontrol infeksi. Peterseon (2002) beranggapan bahwa selulitis dan abses sulit debedakan, karena pada beberapa pasien dengan selulitis mempunyai daerah pembentukan abses. Nama Lain : a. Selulitis Difusi Akut Dibagi lagi menjadi beberapa kelas, yaitu :
Ludwig’s Angina
Selulitis yang berasal dari inframylohyoid
Selulitis Senator’s Difus Peripharingeal
Selulitis Fasialis Difus
Fscitis Necrotozong dengan gambaran atypical lainnya
b. Selulitis Kronis adalah suatu proses infeksi yang berjalan lambat karena terbatasnya virulensi bakteri yang berasal dari fokus gigi. Biasanya terjadi pada pasien
dengan selulitis sirkumskripta yang tidak mendapatkan perawatan yang adekuat atau tanpa drainase Selulitis difus yang sering dijumpai adalah Phlegmone/Angina Ludwig’s merupakan seuatu selulitis yang mengenai spasia siblingual, submental dan submandibular bilateal, kadang-kadang sampai mengenai spasia pharingeal (Berini, Bresco& Gray.1999 Topazania, 2002).
5. PATOFISIOLOGI
Patofisiologi menurut Isselbacher (1999;634) yaitu : Bakteri patogen yang menembus lapisan luar menimbulkan infeksi pada permukaan kulit atau menimbulkan peradangan, penyakit infeksi sering berjangkit pada orang gemuk, rendah gizi, kejemuan atau orang tua pikun dan pada oran gkencing manis yang pengobatannya tidak adekuat Gambaran klinis:
Eritema lokal pada kulit dan sistem vena dan limfatik pada kedua ekstremitas atas dan bawah
Pada pemeriksaan ditemukan kemerahan yang karakteristik hangat, nyeri tekan, demam dan bakterimia
Ulkus kulit yang tidak sering terjadi. Lesi ini dangkal dan berindurasi dan dapat mengalamai superinfeksi. Etiologinya tidak jelas, tetapi mungkin merupakan hasil perubahan peradangan benda asing, nekrosis, dan infeksi derajat rendah. Bakteri Patogen Streptococus piogenens, Streptokokus group A. stapilokokus aureus Menyerang kulit dan jaringan subkutan Meluas kejaringan yang lebih dalam Menyebar secara sistemik Terjadi peradangan akut
Eritema lokal pada kulit Lesi
Kerusakan Integritas Kulit
Oedem, kemerahan Nyeri Tekan
Gangguan rasa nyaman nyeri (Isselbacher, 1999;634)
6. MANIFESTASI KLINIS
Menurut Arif Mansjoer (2001:513), manifestasi klinis merupakan suatu gejalan klinis tentang suatu penyakit yang diderita oleh pasien. Menurut Mansjoer (2000:82) manifestasi klinis selulitis adalah kerusakan kronik pada kulit sistem vena dan limfatik pada kedua ekstrimitas (alat gerak), kelainan kulit berupa infiltrate difus subkutan, eritema local, nyeri yang cepat menyebar dan infiltrative ke jaringan dibawahnya. Bengkak, merah dan hangat nyeri tekan. Supurasi dan lekositosis. Penampakan yang paling umum adalah bagian tubuh yang menderita selulitis berwarna merah, terasa lembut, bengkak, hangat, terasa nyeri, kulit menegang dan mngilap. Gejala tambahan yaitu demam, malaise, nyeri otot, eritema, edema, lymphangitis. Lesi pada awalnya muncul sebagai macula eritematus lalu meluas ke samping dank e bawah kulit dan mengeluarkan secret seropurulen. Gejala pada selulitis memang mirip dengan eresipelas, karena selulitis merupakan diferensial dari eresipelas. Yang membedakan adalah bahwa selulitis sudah menyerang bagian jaringan subkutaneus dan cenderung semakin luas dan dalam, sedangkan eresipelas menyerang bagian superficial kulit. Infeksi paling sering ditemukan: kerusakan kulit akibat cedera ringan, luka terbuka di kulit. Infeksi jamur diantara jari-jari kaki. 1.
Selulitis menyebabkan kemerahan atau peradangan yang terlokalisasi
2.
Kulit tampak merah, bengkak, licin disertai nyeri tekan dan teraba hangat. Ruam kulit muncul secara tiba-tiba dan memiliki batas yang tegas.
3.
Bisa disertai memar dan lepuhan-lepuhan kecil
4.
Gejala lainnya adalah : demam, sakit kepala, nyeri otot, tidak enak badan, malaise, edema, dan lesi.
Gejala awal berupa kemerahan dan nyeri tekan yang terasa di suatu daerah yang kecil di kulit. Kulit yang terinfeksi menjadi panas dan bengkak, dan tampak seperti kulit jeruk yang mengelupas (peau d'orange). Pada kulit yang terinfeksi bisa ditemukan lepuhan kecil berisi cairan (vesikel) atau lepuhan besar berisi cairan (bula), yang bisa pecah. Karena infeksi menyebar ke daerah yang lebih luas, maka kelenjar getah bening di dekatnya bisa membengkak dan teraba lunak. Kelenjar getah bening di lipat paha membesar karena infeksi di tungkai, kelenjar getah bening di ketiak membesar karena infeksi di lengan. Penderita bisa mengalami demam, menggigil, peningkatan denyut
jantung, sakit kepala dan tekanan darah rendah. Kadang-kadang gejala-gejala ini timbul beberapa jam sebelum gejala lainnya muncul di kulit. Tetapi pada beberapa kasus gejala-gejala ini sama sekali tidak ada. Kadang-kadang bisa timbul abses sebagai akibat dari selulitis. Meskipun jarang, bisa terjadi komplikasi serius berupa penyebaran infeksi d bawah kulit yang menyebabkan kematian jaringan (seperti pada gangren streptokokus dan fasitis nekrotisasi) dan penyebaran infeksi melalui aliran darah (bakteremia) ke bagian tubuh lainnya. Jika selulitis kembali menyerang sisi yang sama, maka pembuluh getah bening di dekatnya bisa mengalami kerusakan dan menyebabkan pembengkakan jaringan yang bersifat menetap. 7. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Pemeriksaan Laboratorium 1. Pemeriksaan darah menunjukkan peningkatan jumlah sel darah putih, eosinofildan peningkatan laju sedimentasi eritrosit(Tucker, 1998:663) 2. Pewarnaan gram dan kultur pus atau bahan yang diaspirasi diperlukan, menunjukkan adanya organisme campuran(Issebacher, 1999:634) 3. Rontgen Sinus, Sinus Para nasal(Selulitis Perioribital) 4. Penggunaan MRI juga dapat membantu dalam mendiagnosa infeksi cellulitis yang parah. Mengidentifikasi pyomyositis, necrotozing fascitis dan infeksi selulitis dengan atau tanpa pembentukan abses pada subkutan. 5. BUN LEVEL 6. Creatinin level 7. Pemeriksaan Imaging 8. PENATALAKSANAAN MEDIS
Secara medis, pasien selulitis dengan infeksi parah dapat dirawat inap dirumah sakit dengan memperhatikan insisi dan drainase pada keadaan terbentuk abses. Perhatikan pula posisi dan imobilisasi ekstremitas. Pemberian antibiotik intravena seperti oksasilin atau nafsili dan obat oral juga dapat dilakukan. Namun jika infeksi sangat parah, luas, dan tak kunjung sembuh maka dapat diberikan antibiotik melalui suntikan intramuskular ataupun ke pembuluh darah melalui infus intravena. Beberapa bentuk selulitis parah memerlukan operasi, dan pemeriksaan lainnya seperti :
Pemeriksaan laboratorium (tidak dilaksanakan apabila penderita belum memenuhi beberapa kriteria; seperti area kulit yang terkena kecil, tidak tersasa sakit, tidak ada tanda sistemik seperti demam, dingin, dehidrasi, takipnea, takikardia, hipotensi), dan tidak ada faktor resiko.
CBC (Complete Blood Count) dapat dilakukan untuk menunjukkan kenaikan jumlah leukosit dan rata-rata sedimentasi eritrosit sehingga mengindikasikan adanya infeksi bakteri.
BUN level, Creatinin level, dan Kultur darah (dilaksanakan bila infeksi tergeneralisasi telah diduga, dan mengkultur serta membuat apusan Gram, dilakukan secara terbatas pada daerah penampakan luka namun sangat membantu pada area abses atau terdapat bula) juga dapat dilakukan.
Pemeriksaan Imaging, CT (Computed Tomography) , dan Plain-film Radiography, tidak diperlukan pada kasus yang tidak lengkap (seperti kriteria yang telah disebutkan) serta digunakan saat tata kilinis menyarankan subjucent osteomyelitis.
MRI (Magnetic Resonance Imaging), sangat membantu pada diagnosis infeksi selulitis akut yang parah, mengidentifikasi pyomyositis, necrotizing fascitiis, dan infeksi selulitis dengan atau tanpa pembentukan abses pada subkutaneus.
Monoterapi Flukloksasilin (untuk menutupi infeksi stafilokokus) sering cukup dalam selulitis ringan, tetapi dalam kasus yang lebih moderat atau di mana infeksi streptokokus diduga kemudian biasanya dikombinasikan dengan lisan atau intravena fenoksimetilpenisilin benzilpenisilin, atau ampisilin / amoksisilin (misalnya co-amoxiclav di Inggris). Namun jika hanya infeksi ringan dapat diobati dengan obat oral pada pasien
diluar rumah sakit, dapat juga diberikan analgesik, antipretik dan juga kompres hangat secara rutin. Perawatan selulitis dirumah dapat dilakukan dengan mengistirahatkan area tubuh yang terlibat dengan meninggikan area tubuh tersebut. Ini akan membantu mengurangi pembengkakkan dan meringankan ketidaknyamanan. Gunakan penghilang rasa sakit seperti acetominophen (paracetamol) atau ibuprofen. Hal ini akan mengurangi rasa sakit dan mengurangi demam.
9. FAKTOR RESIKO SELULITIS
a. Usia Semakin tua usia, kefektifan sistem sirkulasi dalam menghantarkan darah berkurang pada bagian tubuh tertentu. Sehingga abrasi kulit potensi mengalami infeksi seperti selulitis pada bagian yang sirkulasi darahnya memprihatinkan. b. Melemahnya sistem immun (Immunodeficiency) Dengan sistem immune yang melemah maka semakin mempermudah terjadinya infeksi. Contoh pada penderita leukemia lymphotik kronis dan infeksi HIV. Penggunaan obat pelemah immun (bagi orang yang baru transplantasi organ) juga mempermudah infeksi. c.
Diabetes mellitus Tidak hanya gula darah meningkat dalam darah namun juga mengurangi
sistem immun tubuh dan menambah resiko terinfeksi. Diabetes mengurangi sirkulasi darah pada ekstremitas bawah dan potensial membuat luka pada kaki dan menjadi jalan masuk bagi bakteri penginfeksi. Karena penyakit ini menimbulkan luka terbuka yang dapat menjadi jalan masuk bakteri penginfeksi. d. Pembengkakan kronis pada lengan dan tungkai (lymphedema) Pembengkakan jaringan membuat kulit terbuka dan menjadi jalan masuk bagi bakteri penginfeksi. e. Infeksi jamur kronis pada telapak atau jari kaki Infeksi jamur kaki juga dapat membuka celah kulit sehinggan menambah resiko bakteri penginfeksi masuk. f.
Penggunaan steroid kronik Contohnya penggunaan corticosteroid.
g.
Penyalahgunaan obat dan alcohol Mengurangi sistem immun sehingga mempermudah bakteri penginfeksi
berkembang. h. Malnutrisi Sedangkan lingkungan tropis, panas, banyak debu dan kotoran, mempermudah timbulnya penyakit ini. Faktor resiko lain terjadinya infeksi ini adalah trauma lokal (robekan kulit), luka terbuka di kulit atau gangguan pada pembuluh balik (vena) maupun pembuluh getah bening, Gigitan dan sengatan serangga, gigitan hewan, atau gigitan manusia.
10. ASUHAN KEPERAWATAN
Asuhan keperawatan merupakan proses atau rangkaian kegiatan pada praktik keperawatan yang diberikan secara langsung kepada klien/pasien di berbagai tatanan pelayanan kesehatan. Dilaksanakan berdasarkan kaidah-kaidah keperawatan sebagai suatu profesi yang berdasarkan ilmu dan kiat keperawatan,bersifat humanistic,dan berdasarkan pada kebutuhan objektif klien untuk mengatasi masalah yang dihadapi klien. Menurut Ali (1997) proses keperawatan adalah metode asuhan keperawatan yang ilmiah,sistematis,dinamis,dan terus- menerus serta berkesinambungan dalam rangka pemecahan masalah kesehatan pasien/klien,di mulai dari pengkajian (pengumpulan data,analisis data,dan penentuan masalah) diagnosis keperawatan, pelaksanaan, dan penilaian tindakan keperawatan. Asuhan keperawatan di berikan dalam upaya memenuhi kebutuhan klien. Menurut A Maslow ada lima kebutuhan dasar manusia yaitu kebutuhan fisiologis meliputi oksigen,cairan,nutrisi, kebutuhan rasa aman dan perlindungan,kebutuhan rasa cinta dan saling memiliki,kebutuhan akan harga diri dan kebutuhan aktualisasi diri. Berdasarkan pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa asuhan keperawatan merupakan seluruh rangkaian proses keperawatan yang diberikan kepada pasien yang berkesinambungan dengan kiat-kiat keperawatan yang di mulai dari pengkajian sampai dengan evaluasi dalam usaha memperbaiki ataupun memelihara derajat kesehatan yang optimal. Tahap-tahap proses keperawatan a. Pengkajian
Pengkajian adalah upaya mengumpulkan data secara lengkap dan sistematis untuk dikaji dan dianalisis sehingga masalah kesehatan dan keperawatan yang di hadapi pasien baik fisik, mental, sosial maupun spiritual dapat ditentukan.tahap ini mencakup tiga kegiatan,yaitu pengumpulan data,analisis data,dan penentuan masalah kesehatan serta keperawatan. 1) Pengumpulan data Tujuan : Diperoleh data dan informasi mengenai masalah kesehatan yang ada pada pasien sehingga dapat ditentukan tindakan yang di ambil untuk mengatasi masalah tersebut yang menyangkut aspek fisik,mental,sosial dan spiritual serta faktor lingkungan yang mempengaruhinya. Data tersebut harus akurat dan mudah di
analisis. Jenis data antara lain Data objektif, yaitu data yang diperoleh melalui suatu pengukuran, pemeriksaan, dan pengamatan, misalnya suhu tubuh, tekanan darah, serta warna kulit. Data subjekyif, yaitu data yang diperoleh dari keluhan yang dirasakan
pasien,
atau
dari
keluarga
pasien/saksi
lain
misalnya,kepala
pusing,nyeri,dan mual. Adapun focus dalam pengumpulan data meliputi : a) Status kesehatan sebelumnya dan sekarang b) Pola koping sebelumnya dan sekarang c) Fungsi status sebelumnya dan sekarang d) Respon terhadap terapi medis dan tindakan keperawatan e) Resiko untuk masalah potensial f) Hal-hal yang menjadi dorongan atau kekuatan klien 2) Analisa data Analisa data adalah kemampuan dalam mengembangkan kemampuan berpikir rasional sesuai dengan latar belakang ilmu pengetahuan. 3) Perumusan masalah Setelah analisa data dilakukan, dapat dirumuskan beberapa masalah kesehatan. Masalah kesehatan tersebut ada yang dapat diintervensi dengan asuhan keperawatan (masalah keperawatan) tetapi ada juga yang tidak dan lebih memerlukan tindakan medis. Selanjutnya disusun diagnosis keperawatan sesuai dengan prioritas. Prioritas masalah ditentukan berdasarkan criteria penting dan segera. Penting mencakup kegawatan dan apabila tidak diatasi akan menimbulkan komplikasi, sedangkan segera mencakup waktu misalnya pada pasien stroke yang tidak sadar maka tindakan harus segera dilakukan untuk mencegah komplikasi yang lebih parah atau kematian. Prioritas masalah juga dapat ditentukan berdasarkan hierarki kebutuhan menurut Maslow, yaitu : Keadaan yang mengancam kehidupan, keadaan
yang
mengancam
kesehatan,
persepsi
tentang
kesehatan
dan
keperawatan.
b. Diagnosa keperawatan
Pengertian Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang menjelaskan respon manusia (status kesehatan atau resiko perubahan pola) dari individu atau kelompok dimana perawat secara akontabilitas
dapat mengidentifikasi dan memberikan intervensi secara pasti untuk menjaga status
kesehatan
menurunkan,
membatasi,
mencegah
dan
merubah
(Carpenito,2000).Perumusan diagnosa keperawatan : 1) Actual : menjelaskan masalah nyata saat ini sesuai dengan data klinik yang ditemukan. 2) Resiko: menjelaskan masalah kesehatan nyata akan terjadi jika tidak di lakukan intervensi. 3) Kemungkinan : menjelaskan bahwa perlu adanya data tambahan untuk memastikan masalah keperawatan kemungkinan. 4) Wellness : keputusan klinik tentang keadaan individu,keluarga,atau masyarakat dalam transisi dari tingkat sejahtera tertentu ketingkat sejahtera yang lebih tinggi. 5) Syndrom : diagnose yang terdiri dar kelompok diagnosa keperawatan actual dan resiko tinggi yang diperkirakan muncul/timbul karena suatu kejadian atau situasi tertentu. c. Rencana keperawatan
Semua tindakan yang dilakukan oleh perawat untuk membantu klien beralih dari status kesehatan saat ini kestatus kesehatan yang diuraikan dalam hasil yang di harapkan (Gordon,1994). Merupakan pedoman tertulis untuk perawatan klien. Rencana perawatan terorganisasi sehingga setiap perawat dapat dengan cepat mengidentifikasi tindakan perawatan yang diberikan. Rencana asuhan keperawatan yang di rumuskan dengan tepat memfasilitasi konyinuitas asuhan perawatan dari satu perawat ke perawat lainnya. Sebagai hasil, semua perawat mempunyai kesempatan untuk memberikan asuhan yang berkualitas tinggi dan konsisten. Rencana asuhan keperawatan tertulis mengatur pertukaran informasi oleh perawat dalam laporan pertukaran dinas. Rencana perawatan tertulis juga mencakup kebutuhan klien jangka panjang(potter,1997) d. Implementasi keperawatan
Merupakan inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang spesifik. Tahap pelaksanaan dimulai dimulai setelah rencana tindakan disusun dan ditujukan pada nursing orders untuk membantu klien mencapai tujuan yang diharapkan. Oleh
karena itu rencana tindakan yang spesifik dilaksanakan untuk memodifikasi faktorfaktor yang mempengaruhi masalah kesehatan klien. Adapun tahap-tahap dalam tindakan keperawatan adalah sebagai berikut : Tahap 1 : persiapan, Tahap awal tindakan keperawatan ini menuntut perawat untuk mengevaluasi yang diindentifikasi pada tahap perencanaan. Tahap 2 : intervensi, Focus tahap pelaksanaan tindakan perawatan adalah kegiatan dan pelaksanaan tindakan dari perencanaan untuk memenuhi kebutuhan fisik dan emosional. Pendekatan tindakan keperawatan meliputi tindakan : independen,dependen,dan interdependen. Tahap 3 : dokumentasi, Pelaksanaan tindakan keperawatan harus diikuti oleh pencatatan yang lengkap dan akurat terhadap suatu kejadian dalam proses keperawatan. e. Evaluasi
Perencanaan evaluasi memuat criteria keberhasilan proses dan keberhasilan tindakan
keperawatan.
Keberhasilan
proses
dapat
dilihat
dengan
jalan
membandingkan antara proses dengan pedoman/rencana proses tersebut. Sedangkan keberhasilan tindakan dapat dilihat dengan membandingkan antara tingkat kemandirian pasien dalam kehidupan sehari-hari dan tingkat kemajuan kesehatan pasien dengan tujuan yang telah di rumuskan sebelumnya.Sasaran evaluasi adalah sebagai berikut : 1) Proses asuhan keperawatan, berdasarkan criteria/ rencana yang telah disusun. 2) Hasil tindakan keperawatan ,berdasarkan criteria keberhasilan yang telah di rumuskan dalam rencana evaluasi. Hasil evaluasi Terdapat 3 kemungkinan hasil evaluasi yaitu : 1) Tujuan tercapai,apabila pasien telah menunjukan perbaikan/kemajuan sesuai dengan criteria yang telah di tetapkan. 2) Tujuan tercapai sebagian,apabila tujuan itu tidak tercapai secara maksimal, sehingga perlu di cari penyebab dan cara mengatasinya. 3) Tujuan
tidak
tercapai,apabila
pasien
tidak
menunjukan
perubahan/kemajuan sama sekali bahkan timbul masalah baru.dalam
hal ini perawat perlu untuk mengkaji secara lebih mendalam apakah terdapat data, analisis, diagnosa, tindakan, dan faktor-faktor lain yang tidak sesuai yang menjadi penyebab tidak tercapainya tujuan. Setelah seorang perawat melakukan seluruh proses keperawatan dari pengkajian sampai dengan evaluasi kepada pasien,seluruh tindakannya harus
di
dokumentasikan
dengan
benar
dalam
dokumentasi
keperawatan. Contoh Penjelasan Asuhan Keperawatan : 1 Konsep Pengkajian
Biodata
Berisikan nama,tempat tangal lahir,jenis kelamin,umur,alamat,suku bangsa, dan penyakit ini dapat menyerang segala usia namun lebih sering menyerang usia lanjut.
Keluhan utama
Pasien merasakan demam,malaise,nyeri sendi dan menggigil.
Riwayat penyakit sekarang
Pasien merasakan badanya demam,malaise,disertai dengan nyeri sendi dan menggigil dan terjadi pada area yang robek pada kulit biasanya terjadi pada ekstrimitas bawah
Riwayat penyakit dahulu
Apakah pasien sebelumnya pernah mengalami sakit seperti ini apakah pasien alkoholisme dan malnutrisi
Riwayat penyakit keluarga
Adakah keluarga yang mengalami sekit yang sama sebelumnya,apakah keluarga ada riwayat penyakit DM, dan malnutrisi
Kebiasaan sehari-hari
Biasanya selulitis ini timbul pada pasien yang higine atau kebersihanya jelek
Pemeriksaan fisik Keadaan umum
: Cukup baik
Kesadaran
: composmetis,lemah,pucat
TTV
: biasanya meningkat karena adanya proses infeksi
Kepala
: rambut bersih tidak ada luka
Mata
: Konjungtiva anemis,skela tidak ikterik
Hidung
: tidak ada polip,hidung bersih
Leher
:tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
Dada
Abdomen
:I
:datar,simetris umumnya tidak ada kelainan
: Pa
: ictus cordis tidak tampak
: Pe
: sonor tidak ada kelainan
:A
: tidak ada whezing ronchi
:I
:supel datar tidak ada distensi abdomen
: Pa
: tidak ada nyeri tekan
: Pe
: tidak ada kelainan atau tympani
:A
: bising usus normal atau tidak ada kelainan
Ekstremitas bawah
:tidak ada kelainan,tidak ada oedem
Ekstremitas atas
: tidak ada kelainan ,tidak ada oedem
Genetalia
: tidak ada kelainan
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan lab -
Pemeriksaan darah, menunjukkan peningkatan jumlah sel darah putih, eosinofil dan peningkatan laju sedimentasi eritrosit (Tucker, 1998:633).
-
Pewarnaan gram dan kultur pus atau bahan yang diaspirasi diperlukan, menunjukkan adanya organisme campuran (Issebacher 1999:634)
-
Rontgen Sinus-sinus para nasal (selulitis perioribital)
2 Diagnosa keperawatan
1) Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan inflamasi jaringan. 2) Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan turgor sirkulasi dan edema. 3) Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi menyebabkan penatalaksanaan perawatan dirumah
3 Rencana keperawatan
a. Gangguaan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan inflamasi jaringan. Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keparawatan selama 2x24 jam diharapkan nyeri
berkurang atau hilang.
Kriteria hasil :
-
pasien menampakkan ketenangan
-
ekspresi muka rileks
-
ketidaknyamanan dalam batas yang dapat ditoleransi.
Intervensi :
-
Kaji intensitas nyeri menggunakan skala / peringkat nyeri
R/ mengetahui berat nyeri yang dialami pasien. -
Jelaskan pada pasien tentang sebab sebab timbulnya nyeri
R/ pemahaman pesien tentang penyebab nyeri yg terjadi akan mengurangi ketegangan pasien. -
Berikan anal gesik jika diperlukan, kaji keefektifan
R/ obat obatan analgesik dapat membantu mengurangi nyeri pasien. -
Ubah posisi sesering mungkin, pertahankan garis tubuh untuk menccegah penekanan dan kelelahan
R/ posisi yang nyaman akan membantu memberikan kesempatan pada otot untuk relaksasi seoptimal mungkin. -
Bantuan dan ajarkan penanganan terhadap nyeri, penggunaan imajinasi, relaksasi dan distraksi
R/ teknik relaksasi dsan distraksi bisa mengurangi rasanyeri yang dirasakan pasien. b. Kerusakan ingritas kulit berhubungan dengan perubahan turgo r Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keparawatan selama 2x24 jam diharapkan
menunjukkan regenerasi jaringan. Kriteria hasil :
-
Lesi mulai pulih dan area bebas dari infeksi lanjut,
-
kulit bersih,
-
kering dan area sekitar bebas dari edema,
-
suhu normal.
Intervensi: Kaji kerusakan, ukuran, kedalaman warna cairan
R/ pengkajian yang tepat terhadap luka dan proses penyembuhan akan membantu dalam menentukan tindakan selanjutnya. -
Pertahankan istirahat di tempat tidur dengan peningkatan ekstremitas dan mobilitasasi
R/ sirkulasi yang lancar bisa mempercepat proses penyembuhan luka..
-
Pertahankan teknik aseptic
R/ dapat mempercepat proses penyembuhan luka. -
Gunakan kompres dan balutan
R/ kompres dan balutan bisa mengurangi kontaminasi dari luar. -
Pantau suhu laporan, laoran dokter jika ada peningkatan
R/ indikasi dini terhadap komlikasi infeksi. c.
Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi Mengenai : penatalaksanaan perawatan di rumah
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keparawatan selama 2x24 jam diharapkan pasien
mengerti tentang perawatan dirumah Kriteria hasil :
-
melaksanakan
perawatan
luka
dengan
benar
menggunakan:
tindakan
kewaspadaan aseptic yang tepat. -
Mengekspresikan pemahaman perkembangan yang diharapkan tanpa infeksi dan jadwal obat.
Intervensi:
-
Demonstasikan perawatan luka dan balutan, ubah prosedur, tekankan pentingnya teknik aseptic
R/ agar keluarga dapat melkukan perawatan secara aseptik di rumah sehingga luka bisa sembuh. -
Dorong melakukan aktivitas untuk mentoleransi penggunaan alat penyokong
R/ peningkatan perilaku yang adiktif pada pasien. -
Jelaskan tanda-tanda dan gejala untuk dilaporkan ke dokter
R/ deteksi dini terhadap kegawatan dan penanganan yang sesuai. -
Tekankan pentingnya diet nutrisi
R/ nutrisi yang adekuat mempercepat proses penyembuhan luka.
4 Implementasi
Pelaksanaan adalah tahap pelaksananan terhadap rencana tindakan keperawatan yang telah ditetapkan untuk perawat bersama pasien. Implementasi dilaksanakan sesuai dengan rencana setelah dilakukan validasi, disamping itu juga dibutuhkan ketrampilan interpersonal, intelektual, teknikal yang dilakukan dengan cermat dan efisien pada situasi yang tepat dengan selalu memperhatikan keamanan fisik dan psikologis. psikologis. Setelah
selesai implementasi, dilakukan dokumentasi yang meliputi intervensi yang sudah dilakukan dan bagaimana respon pasien. 5 Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap terakhir dari proses keperawatan. Kegiatan evaluasi ini adalah membandingkan hasil yang telah dicapai setelah implementasi keperawatan dengan tujuan yang diharapkan dalam perencanaan.Perawat mempunyai tiga alternatif dalam menentukan sejauh mana tujuan tercapai: 1.
Berhasil : prilaku prilaku pasien pasien sesuai pernyatan tujuan dalam waktu waktu atau tanggal yang yang ditetapkan di tujuan.
2.
Tercapai sebagian sebagian : pasien menunujukan prilaku tetapi tetapi tidak sebaik yang ditentukan dalam pernyataan tujuan.
3.
Belum tercapai. : pasien pasien tidak tidak mampu sama sekali menunjukkan prilaku yang diharapakan sesuai dengan pernyataan tujuan.
DAFTAR PUSTAKA
Burns,Tony. 2005. Dermatologi . Jakarta: Airlangga. Graham-Brown, Robin & Burn, Torny. 2005. Dermatologi: Catatan Kuliah. Ed.8. diterjemahkan oleh M. Anies Zakaria. Jakarta: Erlangga. Novriani, Erni. 2008. Laporan Pendahuluan Selulitis. 1 Juni 2012, 11.30. Tarwoko,
Wawan.
2011.
Perawat
Luka
Selulitis.
(online)
http://selulitis.html?m%3D1&ei=g1HZEjYU&lc=id-ID&s=AG8UcularRrKLqq7vu