2
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pada dasarnya karet bisa berasal dari alam yaitu dari getah pohon karet (atau dikenal dengan istilah latex), maupun produksi manusia (sintetis). Saat pohon karet dilukai, maka getah yang dihasilkan akan jauh lebih banyak. Sumber utama getah karet adalah pohon karet Para Hevea Brasiliensis (Euphorbiaceae). Saat ini Asia menjadi sumber karet alami. Awal mulanya karet hanya hidup di Amerika Selatan, namun sekarang sudah berhasil dikembangkan di Asia Tenggara. Kehadiran karet di Asia Tenggara berkat jasa dari Henry Wickham. saat ini, negara-negara Asia menghasilkan 93% produksi karet alam, yang terbesar adalah Thailand, diikuti oleh Indonesia, dan Malaysia. Karet telah digunakan sejak lama untuk berbagai macam keperluan antara lain bola karet, penghapus pensil, baju tahan air, dan lain-lain.
Pemerintah Amerika mendorong penelitian dan produksi untuk menghasilkan karet sintetik untuk memenuhi kebutuhan yang mendesak. Usaha besar ini membuahkan hasil dalam waktu singkat dan terus berkembang sesudah berakhirnya perang dunia kedua, 1/3 karet yang dikonsumsi dunia adalah karet sintetik. Karet sintetik cukup mendominasi industri karet, tetapi pemakaian karet alam pun masih sangat penting saat ini antara lain industri militer dan otomotif.
Pada tahun 1983, hampir 4 juta ton karet alam dikonsumsi oleh dunia, tetapi karet sintetik yang digunakan sudah melebihi 8 juta ton.
Pengembangan perkebunan karet memberikan peranan penting bagi perekonomian nasional, yaitu sebagai sumber devisa, sumber bahan baku industri, sumber pendapatan dan kesejahteraan masyarakat serta sebagai pengembangan pusat-pusat pertumbuhan perekonomian di daerah dan sekaligus berperan dalam pelestarian fungsi lingkungan hidup. Guna mendukung keberhasilan pengembangan karet, perlu disusun Teknis Budidaya Tanaman Karet digunakan sebagai acuan bagi pihak-pihak yang terkait pengolahan komoditi tersebut.
Karet yang merupakan salah satu komoditi perkebunan penting, baik sebagai sumber pendapatan, kesempatan kerja dan devisa, pendorong pertumbuhan ekonomi sentra-sentra baru di wilayah sekitar perkebunan karet maupun pelestarian lingkungan dan sumberdaya hayati. Namun sebagai negara dengan luas areal terbesar dan produksi kedua terbesar dunia, Indonesia masih menghadapi beberapa kendala, yaitu rendahnya produktivitas, terutama karet rakyat yang merupakan mayoritas (91%) areal karet nasional dan ragam produk olahan yang masih terbatas, yang didominasi oleh karet remah (crumb rubber). Rendahnya produktivitas kebun karet rakyat disebabkan oleh banyaknya areal tua, rusak dan tidak produktif, penggunaan bibit bukan klon unggul serta kondisi kebun yang menyerupai hutan. Oleh karena itu perlu upaya percepatan peremajaan karet rakyat dan pengembangan industri hilir.
Kondisi agribisnis karet saat ini menunjukkan bahwa karet dikelola oleh rakyat, perkebunan negara dan perkebunan swasta. Pertumbuhan karet rakyat masih positif walaupun lambat yaitu 1,58%/tahun, sedangkan areal perkebunan negara dan swasta samasama menurun 0,15%/th. Oleh karena itu, tumpuan pengembangan karet akan lebih banyak pada perkebunan rakyat. Namun luas areal kebun rakyat yang tua, rusak dan tidak produktif mencapai sekitar 400 ribu hektar yang memerlukan peremajaan. Persoalannya adalah bahwa belum ada sumber dana yang tersedia untuk peremajaan. Di tingkat hilir, jumlah pabrik pengolahan karet sudah cukup, namun selama lima tahun mendatang diperkirakan akan diperlukan investasi baru dalam industri pengolahan, baik untuk menghasilkan crumb rubber maupun produk-produk karet lainnya karena produksi bahan baku karet akan meningkat. Kayu karet sebenarnya mempunyai potensi untuk dimanfaatkan sebagai bahan pembuatan furniture tetapi belum optimal, sehingga diperlukan upaya pemanfaatan lebih lanjut.
Tujuan
Menambah pengetahuan khususnya tentan tanaman karet
Sebagai bahan tambahan pelajaran bagi siswa-siswi
BAB II
PEMBAHASAN
Tanaman Karet (Hevea brasiliensis)
Karet merupakan komoditi ekspor yang mampu memberikan kontribusi di dalam upaya peningkatan devisa Indonesia. Ekspor Karet Indonesia selama 20 tahun terakhir terus menunjukkan adanya peningkatan dari 1.0 juta ton pada tahun 1985 menjadi 1.3 juta ton pada tahun 1995 dan 1.9 juta ton pada tahun 2004. Pendapatan devisa dari komoditi ini pada tahun 2004 mencapai US$ 2.25 milyar, yang merupakan 5% dari pendapatan devisa non-migas.
Sejumlah lokasi di Indonesia memiliki keadaan lahan yang cocok untuk pertanaman karet, sebagian besar berada di wilayah Sumatera dan Kalimantan. Luas area perkebunan karet tahun 2005 tercatat mencapai lebih dari 3.2 juta ha yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Diantaranya 85% merupakan perkebunan karet milik rakyat, dan hanya 7% perkebunan besar negara serta 8% perkebunan besar milik swasta. Produksi karet secara nasional pada tahun 2005 mencapai angka sekitar 2.2 juta ton. Jumlah ini masih akan bisa ditingkatkan lagi dengan memberdayakan lahan-lahan pertanian milik petani dan lahan kosong/tidak produktif yang sesuai untuk perkebunan karet.
Dengan memperhatikan adanya peningkatan permintaan dunia terhadap komoditi karet ini dimasa yang akan datang, maka upaya untuk meningkatakan pendapatan petani melalui perluasan tanaman karet dan peremajaaan kebun bisa merupakan langkah yang efektif untuk dilaksanakan. Guna mendukung hal ini, perlu diadakan bantuan yang bisa memberikan modal bagi petani atau perkebun swasta untuk membiayai pembangunan kebun karet dan pemeliharaan tanaman secara intensif.
Klasifikasi dan Morfologi
Klasifikasi
Menurut Setiawan dan Andoko (2005), klasifikasi tanaman karet (Hevea brasiliensis) adalah sebagai berikut :
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Euphorbiales
Family : Euphorbiaceae
Genus : Hevea
Spesies : Brasiliensis
Nama ilmiah : Hevea brasiliensis Muell Arg.
Genus Hevea terdiri dari berbagai species, yang keseluruhannya berasal dari lembah sungei Amazon. Beberapa diantara species tersebut mempunyai morfologi dan sitologi yang berbeda. Beberapa species Hevea yang telah dikenal adalah sebagai berikut :
H. brasiliensis
H. benthamiana
H. camargoana
H. spruceana
H. guianensis
H. collina
H. pauciflora
H. rigidifolia
H. nitida
H. confusa
H. microphylla
Dari sejumlah species Hevea tersebut, hanya H. brasiliensis yang mempunyai nilai ekonomi tanaman komersial, karena species ini banyak menghasilkan lateks dan kualitasnya lateksnya cukup baik. Species-species lain yang hanya digunakan sebagai sumber plasma nutfah dalam program pemuliaan, antara lain :
H. benthamiana digunakan sebagai sumber genetik untuk ketahanan terhadap penyakit rapuh daun Mycrocyclus ulei
H. spruceana dan H. pauciflora untuk mendapat kejaguran tanaman
Morfologi
Akar
Biji karet berkeping dua dengan sistem perakaran tunggang.
Akar yang paling aktif menyerap air dan unsur hara adalah bulu akar yang berada pada kedalaman 0-60 cm dan jarak 1-2,5 m dari pangkal pohon.
Batang
Berbatang lurus dan bercabang. Lilit batang tanaman muda berkisar 6-45 cm; tanaman remaja sampai dengan tua (TM) lebih besar dari 45 cm.
Kecepatan tumbuh rata-rata 7-9 cm per tahun.
Daun
Daun karet berselang-seling, tangkai daunnya panjang dan terdiri dari 3 anak daun yang licin berkilat. Petiola tipis, hijau, berpanjang 3,5-30 cm. Helaian anak daun bertangkai pendek dan berbentuk lonjong-oblong atau oblong-obovate, pangkal sempit dan tegang, ujung runcing, sisi atas daun hijau tua dan sisi bawah agak cerah, panjangnya 5-35 cm dan lebar 2,5-12,5 cm (Sianturi, 2001).
Tahap perkembangan daun :
Tunas baru
ukuran sempurna
Daun muda ukuran sempurna
Daun tua (warna hijau mengkilap)
Jumlah helai daun per tangkai tiga buah.
Daun mengalami gugur sekali setiap tahun.
Bunga
Bunga tumbuh setelah tanaman mengalami gugur daun.
Bunga terdiri atas putik dan tepung sari (bunga berumah satu).
Buah
Buah terbentuk delapan bulan setelah gugur daun
Buah dianggap matang dan siap menjadi benih ditandai dengan jatuh secara alami
Biji dianggap baik sebagai benih bila :
Diperoleh dari kebun yang telah teruji kemurnian klonnya
Tanaman induk minimal berumur sepuluh tahun
Apabila dipecah maka daging biji tampak berwarna putih atau putih kekuning-kuningan segar (tidak mengkerut/layu).
Apabila diuji keletingan dengan cara dijatuhkan pada ketinggian 70-100 cm dari permukaan lantai, maka biji karet akan melenting kearah luar.
Biji memantul dengan ketinggian lebih dari 50% terhadap jarak penjatuhan.
Warna kulit luar mengkilap dengan mosaik utuh atau sempurna.
Bila dikecambahkan: sudah tumbuh pada kondisi stadia bintang menjelang stadia pancing pada hari ke-21 (untuk biji dari kebun sendiri), dan pada hari ke-31 (untuk biji kiriman dari tempat lain).
Tanaman karet (Hevea brasiliensis) merupakan pohon yang tumbuh tinggi dan berbatang cukup besar. Tinggi pohon dewasa mencapai 15 – 25 m. Batang tanaman biasanya tumbuh lurus dan memiliki percabangan yang tinggi di atas. Di beberapa kebun karet ada kecondongan arah tumbuh tanamannya agak miring ke arah utara. Batang tanaman ini mengandung getah yang dikenal dengan nama lateks (Dewi, 2008).
Sesuai dengan habitat aslinya di Amerika Selatan, terutama di Brazil yang beriklim tropis, maka karet juga cocok ditanam di daerah-daerah tropis lainnya. Daerah tropis yang baik ditanami karet mencakup luasan antara 15o Lintang Utara sampai 10o Lintang Selatan. Walaupun daerah itu panas, sebaiknya tetap menyimpan kelembapan yang cukup. Suhu harian yang diinginkan tanaman karet rata – rata 25 – 30o C. Apabila dalam jangka waktu panjang suhu harian rata-rata kurang dari 20o C, maka tanaman karet tidak cocok di tanam di daerah tersebut. Pada daerah yang suhunya terlalu tinggi, pertumbuhan tanaman karet tidak optimal (Setiawan, 2000).
Tanaman karet dapat tumbuh dengan baik pada ketinggian antara 1-600 m dari permukaan laut. Curah hujan yang cukup tinggi antara 2000-2500 mm setahun. Akan lebih baik lagi apabila curah hujan itu merata sepanjang tahun (Nazarrudin dan Paimin, 2006).
Manfaat
Umumnya karet digunakan sebagai lateks. Sumber bahan baku industri karet berasal dari perkebunan karet baik Perkebunan Rakyat (PR), Perkebunan Negara maupunPerkebunan Swasta. Pada perkebunan besar negara maupun swasta, bahan baku yangdihasilkan (lateks) biasanya langsung diolah di pabrik sendiri atau dikirim ke pabrik yangseinduk, sedangkan untuk prosesor yang tidak memiliki kebun harus berusaha untuk mendapatkan bahan baku dari perkebunan karet rakyat, baik melalui pembelian langsungataupun melalui lelang yang diadakan pada waktu-waktu tertentu. Prinsip pengolahan jeniskaretini adalah mengubahlatekskebun menjadi lembaran-lembaran sit melalui proses penyaringan, pengenceran, pembekuan, penggilingan serta pengasapan.
Selainitu, terdapat proses pembuatan karet sintetis. Produk yang biasa di hasilkan karet antara lain aneka ban kendaraan (dari sepedah,motor, mobil, traktor, hingga pesawat terbang), sepatu karet, sabuk, penggerak mesin besar dan mesin kecil, pipa karet, kabel, isolator dan bahan – bahan pembungkus logam. Alat – alat rumah tngga dan kantor seperti kursi, lem, perekat barang, selang air, kasur busa serta peralatan menulis, juga menggunakan karet sebagai bahan pembuatnya.
Tekhnik Budidaya
Syarat Tumbuh Tanaman Karet
Pada dasarnya tanaman karet memerlukan persyaratan terhadap kondisi iklim untuk menunjang pertumbuhan dan keadaan tanah sebagai media
tumbuhnya.
Iklim
Daerah yang cocok untuk tanaman karet adalah pada zone antara 150 LS
dan 150 LU. Diluar itu pertumbuhan tanaman karet agak terhambat
sehingga memulai produksinya juga terlambat.
Curah hujan
Tanaman karet memerlukan curah hujan optimal antara 2.500 mm
sampai 4.000 mm/tahun,dengan hari hujan berkisar antara 100 sd. 150
HH/tahun. Namun demikian, jika sering hujan pada pagi hari, produksi akan berkurang.
Tinggi tempat
Pada dasarnya tanaman karet tumbuh optimal pada dataran rendah dengan ketinggian 200 m dari permukaan laut. Ketinggian > 600 m dari permukaan laut tidak cocok untuk tumbuh tanaman karet. Suhu optimal diperlukan berkisar antara 250C sampai 350C.
Angin
Kecepatan angin yang terlalu kencang pada umumnya kurang baik
untuk penanaman karet
Tanah
Lahan kering untuk pertumbuhan tanaman karet pada umumnya lebih mempersyaratkan sifat fisik tanah dibandingkan dengan sifat kimianya. Hal ini disebabkan perlakuan kimia tanah agar sesuai dengan syarat tumbuh tanaman karet dapat dilaksanakan dengan lebih mudah dibandingkan dengan perbaikan sifat fisiknya.
Berbagai jenis tanah dapat sesuai dengan syarat tumbuh tanaman karet
baik tanah vulkanis muda dan tua, bahkan pada tanah gambut < 2 m.
Tanah vulkanis mempunyai sifat fisika yang cukup baik terutama struktur,
tekstur, sulum, kedalaman air tanah, aerasi dan drainasenya, tetapi sifat
kimianya secara umum kurang baik karena kandungan haranya rendah.
Tanah alluvial biasanya cukup subur, tetapi sifat fisikanya terutama
drainase dan aerasenya kurang baik. Reaksi tanah berkisar antara pH 3,
0 - pH 8,0 tetapi tidak sesuai pada pH < 3,0 dan > pH 8,0. Sifat-sifat
tanah yang cocok untuk tanaman karet pada umumnya antara lain :
Sulum tanah sampai 100 cm, tidak terdapat batu-batuan dan
lapisan cadas
Aerase dan drainase cukup
Tekstur tanah remah, poreus dan dapat menahan air
Struktur terdiri dari 35% liat dan 30% pasir
Tanah bergambut tidak lebih dari 20 cm
Kandungan hara NPK cukup dan tidak kekurangan unsur hara
mikro
Reaksi tanah dengan pH 4,5 - pH 6,5
Kemiringan tanah < 16% dan
Permukaan air tanah < 100 cm.
Klon-klon Karet Rekomendasi
Harga karet alam yang membaik saat ini harus dijadikan momentum yang mampu mendorong percepatan pembenahan dan peremajaan karet yang kurang produktif dengan menggunakan klon-klon unggul dan perbaikan teknologi budidaya lainnya.
Pemerintah telah menetapkan sasaran pengembangan produksi karet alam Indonesia sebesar 3 - 4 juta ton/tahun pada tahun 2025. Sasaran produksi tersebut hanya dapat dicapai apabila minimal 85% areal kebun karet (rakyat) yang saat ini kurang produktif berhasil diremajakan dengan menggunakan klon karet unggul.
Bahan Tanam
Hal yang paling penting dalam penanaman karet adalah bibit/bahan
tanam, dalam hal ini bahan tanam yang baik adalah yang berasal dari tanaman
karet okulasi. Persiapan bahan tanam dilakuka paling tidak 1,5 tahun sebelum
penanaman. Dalam hal bahan tanam ada tiga komponen yang perlu disiapkan,
yaitu: batang bawah (root stoct), entres/batang atas (budwood), dan okulasi
(grafting) pada penyiapan bahan tanam.
Persiapan batang bawah merupakan suatu kegiatan untuk memperoleh
bahan tanam yang mempunyai perakaran kuat dan daya serap hara yang baik.
Untuk mencapai kondisi tersebut, diperlukan pembangunan pembibitan batang
bawah yang memenuhi syarat teknis yang mencakup persiapan tanah
pembibitan, penanganan benih, perkecambahan, penanaman kecambah, serta
usaha pemeliharaan tanaman di pembibitan
Untuk mendapatkan bahan tanam hasil okulasi yang baik diperlukan
entres yang baik, Pada dasarnya mata okulasi dapat diambil dari dua sumber,
yaitu berupa entres cabang dari kebun produksi atau entres dari kebun entres.
Dari dua macam sumber mata okulasi ini sebaiknya dipilih entres dari kebun
entres murni, karena entres cabang akan menghasilkan tanaman yang
pertumbuhannya tidak seragam dan keberhasilan okulasinya rendah.
Okulasi merupakan salah satu cara perbanyakan tanaman yang dilakukan
dengan menempelkan mata entres dari satu tanaman ke tanaman sejenis
dengan tujuan mendapatkan sifat yang unggul. Dari hasil okulasi akan diperoleh bahan tanam karet unggul berupa stum mata tidur, stum mini, bibit dalam polibeg, atau stum tinggi. Untuk tanaman karet, mata entres ini yang merupakan bagian atas dari tanaman dan dicirikan oleh klon yang digunakan sebagai batang atasnya.
Penanaman bibit tanaman karet harus tepat waktu untuk menghindari
tingginya angka kematian di lapang. Waktu tanam yang sesuai adalah pada
musim hujan. Selain itu perlu disiapkan tenaga kerja untuk kegiatan-kegiatan
untuk pembuatan lubang tanam, pembongkaran, pengangkutan, dan penanaman bibit. Bibit yang sudah dibongkar sebaiknya segera ditanam dan tenggang waktu yang diperbolehkan paling lambat satu malam setelah pembongkaran.
Persiapan Tanam dan Penanaman
Dalam pelaksanaan penanaman tanaman karet diperlukan berbagai
langkah yang dilakukan secara sistematis mulai dari pembukaan lahan sampai
dengan penanaman.
Pemeliharaan Tanaman
Pemeliharaan yang umum dilakukan pada perkebunan tanaman karet
meliputi pengendalian gulma, pemupukan dan pemberantasan penyakit
tanaman.
Program pemupukan
Selain pupuk dasar yang telah diberikan pada saat penanaman, program
pemupukan secara berkelanjutan pada tanaman karet harus dilakukan dengan
dosis yang seimbang dua kali pemberian dalam setahun. Jadwal pemupukan
pada semeseter I yakni pada Januari/Februari dan pada semester II yaitu
Juli/Agustus. Seminggu sebelum pemupukan, gawangan lebih dahulu digaru
dan piringan tanaman dibersihkan. Pemberian SP-36 biasanya dilakukan dua
minggu lebih dahulu dari Urea dan KCl.
Pengendalian Hama tanaman
HAMA RAYAP
Serangan rayap pada berbagai spesies tanaman seringkali menyebabkan terjadinya penurunan hasil bahkan menyebabkan kematian tanaman, sehingga menimbulkan kerugian ekonomis yang sangat besar. Rayap dapat menyebabkan kerusakan fisik secara langsung dan seringkali mempengaruhi struktur perakaran tanaman. Akibat lainnya adalah terganggunya proses pengambilan hara dan suplai air pada tanaman serta menurunnya ketahanan tanaman inang terhadap serangan faktor lainnya seperti penyakit dan hama lainnya. Rayap yang menyerang pertanaman karet adalah dari kelompok Microtermes inopiratus, Coptotermes congfignathus. Rayap adalah serangga yang masing-masing mempunyai fungsi dalam satu koloni. Misalnya golongan ratu dan jantan untuk perkembangbiakan sedangkan golongan tentara yang jumlahnya sangat banyak untuk mencari makanan. Rayap umumnya menimbulkan kerusakan pada tanaman karet dengan cara menggerek batang dari ujung daun sampai ke akar dan memakan akar. Pada areal perkebunan karet yang terserang jamur akar putih biasanya diiringi dengan rayap sehingga mempercepat kematian tanaman.. Pengendalian Pengendalian hama rayap dilakukan dengan beberapa cara yaitu:
Mencegah rayap memperoleh jalan masuk ke dalam tanaman inang
Mengurangi jumlah rayap yang berada di lokasi tanaman
Membuat tanaman itu sendiri memiliki ketahanan terhadap serangan rayap
Tindakan pengendalian rayap tersebut dikelompokkan dalam dua kelompok besar yaitu melalui tehnik pengendalian kimiawi (Chemical Control) dan tehnik pengendalian non kimiawi (Non Chemical Control). Dalam mengendalikan serangan hama rayap kita perlu melakukan analisa agroekosistem, supaya pengendalian rayap yang kita lakukan tepat guna dan tepat sasaran, sehingga sebisa mungkin diupayakan pengendalikan kimia digunakan sebagai cara terakhir.
Berikut ini cara-cara pengendalian hama rayap
Pengendalian Non Kimiawi
Sanitasi areal perkebunan
Membersihkan tunggul-tunggul tanaman sisa pembukaan lahan baru
Memperbaiki drainase untuk menjaga kelembaban tanah
Mengurangi jumlah bahan-bahan yang dapat menjadi sumber makanan rayap
Pembongkaran sarang untuk memudahkan musuh alami masuk ke dalam sarang
Pengendalian Hayati
Nuclear Polyhodrosis Viruses (NPV) ii. Cendawan Metarrhizium spp
Panen dan Pascapanen
panen
Produksi lateks dari tanaman karet disamping ditentukan oleh keadaan tanah dan pertumbuhan tanaman, klon unggul, juga dipengaruhi oleh teknik dan manajemen penyadapan. Apabila ketiga kriteria tersebut dapat terpenuhi, maka diharapkan tanaman karet pada umur 5 - 6 tahun telah memenuhi kriteria matang sadap. Kriteria matang sadap antara lain apabila keliling lilit batang pada ketinggian 130 cm dari permukaan tanah telah mencapai minimum 45 cm. Jika 60% dari populasi tanaman telah memenuhi kriteria tersebut, maka areal pertanaman sudah siap dipanen.
Tinggi bukaan sadap
Tinggi bukaan sadap, baik dengan sistem sadapan ke bawah (Down ward tapping system, DTS) maupun sistem sadap ke atas (Upward tapping system, UTS) adalah 130 cm diukur dari permukaan tanah.
Waktu bukaan sadap
Waktu bukaan sadap adalah 2 kali setahun yaitu, pada (a) permulaan musim hujan (Juni) dan (b) permulaan masa intensifikasi sadapan (bulan Oktober).
Kemiringan irisan sadap
Secara umum, permulaan sadapan dimulai dengan sudut kemiringan irisan sadapan sebesar 400 dari garis horizontal
Pasca Panen
Lateks yang dihasilkan, kualitasnya sangat dipengaruhi oleh penanganan lateks mulai dari penyadapan sampai dengan pengolahan. Mutu Bahan Olah Karet dapat dilihat melalui DRC (Dry Rubber Contain) atau KKK (Kadar karet kering). Semakin tinggi nilai DRC maka kualitas Bahan Olah Karet akan semakin baik pula.
Untuk memperoleh bahan olah yang berkualitas ada beberapa hal yang harus diperhatikan yaitu :
Bahan pembeku yang digunakan harus dalam dosis yang tepat.
Tidak ditambah bahan-bahan non karet dalam pembekuan
Tempat penyimpanan harus teduh dan ternaungi
Tidak boleh direndam.
Tempat pengumpulan harus terdapat sirkulasi udara yang baik.
Jenis Bahan Olah Karet yang dikenal adalah :
Lateks kebun
Lateks kebun adalah getah yang diperoleh dari pohon karet (Hevea brasiliensis M.) melalui pelukaan kulit, berupa cairan berwarna putih dan berbau segar.
Lump adalah gumpalan karet di dalammangko sadap atau penampung lain yang diproses dengan cara penggumpalan dengan asam semut atau bahan penggumpal lain atau penggumpalan alami.
Slab
Slab adalah gumpalan yang berasal dari lateks kebun yang sengaja digumpalkan dengan asam semut atau bahan penggumpal lain atau dari lump mangkok segar yang derekatkan dengan atau tanpa lateks.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan uraian didepan dapat disimpulkan bahwa bertanam karet dalam membudidayakannya sangat menguntungkan. Walaupun pekerjaannya cukup sulit, yaitu memerlukan keuletan kerajinan dan kesabaran.
Bercocok tanam karet memang tidak terlalu sulit tetapi kita memerlukan ketelitian dan kesabaran. Kita harus teliti dalam memilih tanah, cara dan persiapan yang diperlukan sebelum memulai bertanam karet. Kita harus memilih tanah dengan pertimbangan diantara bentuk dan macam tanah yang akan dipakai. Kita juga harus mempertimbangkan keuntungan dan kerugian jika kita memilih tanah yang akan digunakan. Kita harus ulet dan rajin dalam hal menyediakan jarak tanam pemupukan dan pemeliharaan tanaman karet. Kita harus memilih bibit yang akan dipergunakan.
Saran
Negara Indonesia sebagai salah satu penghasil karet di dunia perlu membudidayakan tanaman karet, sehingga dapat tetap menjadi komoditas ekspor utama Indonesia. Oleh karena itu, perlu dilakukan peremajaan terhadap tanaman karet.
DAFTAR PUSTAKA
http://uthyyshining-fullmoon.blogspot.com/2011/12/makalah-budidaya-tanaman-karet.html
http://mizanorganik.blogspot.com/2012/05/makalah-perkebunan-karet.html
http://rekiandrean.blogspot.com/2013/06/makalah-pembibitan.html