KATA PENGANTAR
Segala puji hanya layak ditujukan kepada Allah Tuhan penyeru semua ciptaan alam atas segala berkat, rahmat, taufik, serta hidayah-Nya yang tiada terkira besarnya,
sehingga
kami
dapat
menyelesaikan
makalah
dengan
judul
“MASALAH INFLASI” Makalah ini merupakan salah satu tugas mata kuliah Ekonomi Moneter di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam program studi Akuntansi di UIN Sunan Ampel Surabaya. Selanjutnya kami mengucapkan terima kasih yang sebesarbesarnya kepada Bapak Mohammad Wahed, SE, ME. selaku dosen pengampu mata kuliah Ekonomi Moneter dan kepada segenap pihak yang telah memberikan bimbingan serta arahan selama penulisan makalah ini. Namun, atas keterbatasan penulis baik dalam hal waktu dan informasi yang didapatkan sehingga penulis merasa bahwa makalah ini belumlah sempurna. Oleh karena itu, penulis juga berharap agar para pembaca dapat memberikan feedback kepada penulis berupa komentar atau kritik yang membangun sehingga dapat memperbaiki kualitas penulis dalam menulis dan juga dalam memperdalam pemahaman penulis menyangkut bab yang membahas tentang Masalah Inflasi.
Surabaya,25 Mei 2016
Penyusun
1
DAFTAR ISI Kata Pengantar.................................................................................................. i Daftar Isi.......................................................................................................... ii BAB I PENDAHULUAN 1.1..............................................................................................
Latar
Belakang
.....................................................................................................................1 1.2......................................................................................... Rumusan Masalah .....................................................................................................................2 BAB II PEMBAHASAN 1. 2. 3. 4. 5.
Definisi Inflasi ...........................................................................................3 Jenis-jenis Inflasi ........................................................................................5 Sebab-sebab Terjadinya Inflasi...................................................................8 Dampak Terjadinya Inflasi .......................................................................12 Cara Mengatasi Inflasi .............................................................................14
BAB III PENUTUP 1. Kesimpulan.................................................................................................18 DAFTAR PUSTAKA......................................................................................19
2
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Inflasi dan pengangguran adalah dua masalah ekonomi utama yang dihadapi setiap negara. Kedua masalah ekonomi itu dapat mewujudkan beberapa pengaruh buruk yang bersifat ekonomi, politik, dan sosial. Untuk menghindari berbagai pengaruh buruk yang mungkin timbul, berbagai kebijakan ekonomi perlu dijalankan. Suku bunga merupakan salah satu variabel dalam perekonomian yang senantiasa diamati secara cermat karena dampaknya yang luas. Ia mempengaruhi secara langsung kehidupan masyarakat keseharian dan mempunyai dampak penting terhadap kesehatan perekonomian. Biasanya suku bunga diekspresikan sebagai persentase pertahun yang dibebankan atas uang yang dipinjam. Tingkat bunga pada hakikatnya adalah harga. Seperti halnya harga, suku bunga menjadi titik pusat dari pasar, dalam hal ini pasar uang dan pasar modal. Sebagaimana harga, suku bunga dapat dipandang sebagai sebuah mekanisme untuk mengalokasikan sumber daya dan perekonomian. 1.2 Rumusan Masalah 1. Apa pengertian dari inflasi? 2. Apa saja sebab-sebab timbulnya inflasi? 3. Apa saja jenis-jenis inflasi? 4. Apa dampak inflasi terhadap perekonomian? 5. Bagaimana cara mengatasi inflasi?
1
1.3 Tujuan 1. Mengetahui pengertian dari inflasi 2. Mengetahui sebab-sebab timbulnya inflasi 3. Mengetahui jenis-jenis inflasi 4. Mengetahui dampak inflasi 5. Mengetahui cara mengatasi inflasi
BAB II PEMBAHASAN 1. Definisi inflasi 2
Inflasi adalah kecenderungan meningkatnya harga barang dan jasa secara umum dan terus menerus. Dalam pengertian lain inflasi merupakan presentasi kenaikan harga sejumlah barang dan jasa yang secara umum di konsumsi rumah tangga. Ada barang atau jasa yang harganya naik dan ada barang atau jasa yang harganya turun. Namun ada juga barang atau jasa yang harganya tetap (Ensiklopedia Indikator Sosial Ekonomi Edisi I 2011). Sementara itu, Nopirin (1990:17) mengatakan bahwa inflasi adalah proses kenaikan harga harga umum secara terus menerus, jadi inflasi tidak berarti bahwa harga harga barang dan jasa meningkat dalam presentasi yang sama. Menurut boediono (2001) mengatakan inflasi adalah kenaikan harga barang secara umum dan kenaikannya secara terus menerus. Dan definisi ini sejalan dengan definisi yang dikemukakan oleh suseno dan astiyah (2009:3) inflasi adalah suatu kecenderungan meningkatnya harga harga barang dan jasa secara umum dan terus menerus. Berdasarkan beberapa definisi inflasi tersebut, ada tiga aspek yang perlu mendapat perhatian khusus, yaitu: 1. Kecenderungan kenaikan harga harga Inflasi memiliki makna adanya kecenderungan kenaikan tingkat harga dibandingkan dengan tingkat harga sebelumnya, tingkat harga yang terjadi pada waktu tertentu turun atau naik dibandingkan dengan periode sebelumnya, tetapi tetap dalam kecenderungan yang meningkat. 2. bersifat umum jika kenaikan harga hanya berlaku pada satu komoditidan kenaikan itu tidak akan mendorong naiknya harga harga komoditi lainnya, maka gejala ini tidak dapat disebut sebagai inflasi karena kenaikan harga tersebut tidak bersifat umum. Tetapi jika pemerintah menaikkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM), maka hamper bisa dipastikan bahwa harga harga komodits lainnya akan ikut naik. Artinya, dengan naiknya harga bbm maka tariff angkutan akan naik yang pada gilirannya akan mendorong naiknya biaya produksi yang
3
pada akhirnya akan mendorong kenaikan harga harga barang / jasa lainnya. 3. Berlangsung secara terus menerus kenaikan harga yang bersifat umumbelum bisa dikatakan sebagai gejala inflasi. Jika hanya terjadi sesaat, misalnya hari ini terjadi kenaikan harga dibandingkan hari sebelumnya maka keesokan harinya harga kembali turun pada tingkat semula. Untuk alas an itu maka perhitungan inflasi biasanya dalam rentang waktu satu bulan, triwulan, semester, dan tahunan (Al Arif, 2010:85). Bank sentral (Bank Indonesia) memandang penting terciptanya kestabilan harga, karena inflasi yang tinggi dan tidak stabil memberikan dampak negative kepada kondisi social ekonomi masyarakat, antara lain: 1. Inflasi yang tinggi menyebabkan pendapatan riil masyarakat akan terus turun dan akhirnya semua orang, khususnya orang miskin akan bertambah miskin. 2. Inflasi yang tidak stabil akan menciptakan ketidak pastian (uncertainty) bagi pelaku ekonomi dalam mengambil keputusan. Pengalaman empiris menunjukkan bahwa inflasi yang tidak stabil akan menyulitkan keputusan masyarakat dalam konsumsi, investasi dan produksi yang pada akhirnya akan menurunkan pertumbuhn ekonomi. 3. Tingkat inflasi dan domestic yang tinggi dibandingkan tingkat inflasi di manca Negara (Negara tetangga) akan menyebabkan tingkat bunga riil domestic menjadi tidak kompetitif sehingga dapat memberikan tekana pada nilai rupiah.
2. Jenis jenis inflasi Karakteristik inflasi dapat digambarkan melalui penjelasan mengenai factor factor utama yang menyebabkan inflasi, inflasi dapat disebabkan baik dari sisi permintaan, sisi penawaran maupun ekspektasi. Factor factor tersebut berpengaruh terhadap inflasi baik secara parsial maupun secara bersama sama atau gabungan dari ketiga factor tersebut. 4
1. Inflasi karena tarikan permintaan (demand full inflation) Analisi ilmu ekonomi umumnya menggunakan dua variable yaitu permintaan dan penawaran agregat. Permintaan agregat merupakan jumlah seluruh kebutuhan konsumsi dan investasi dalam suatu perekonomian. Sementara itu, penawaran agregat adalah seluruh potensi yang dimiliki oleh suatu perekonomian untuk menghasilkan suatu barang dan jasa yang diperlukan oleh perekonomian yang bersangkutan.
Pada
tingkat
keseimbangan
ekonomi
besarnya
permintaan dan penawaran agregat tersebut akan sama (suseno dan astiyah,2009:12). 2. Inflasi karena dorongan biaya (cost push inflation) Factor kedua yang menyebabkan inflasi adalah factor penawaran dan kenaikan harga harga yang ditimbulkan dinamakan sebagai cosh push inflation atau supply shock inflation. Inflasi ini disebabkan oleh kenaikan biaya biaya produksi atau biaya pengadaan barang dan jasa akibatnya, produsen harus menaikan harga
supaya mendapat
keuntungan dan kegiatan produksi bisa berlanjut terus dalam jangka panjang. 3. Inflasi karena ekspektasi Selain factor permintaan dan penawaran, inflasi juga dapat disebabkan oleh
ekspektasi
yang
sering
dinamakan
ekspektasi
inflasi
(Gordon,2007). Ekspektasi inflasi sangat berperan dalam pembentukan harga dan upah tenaga kerja. Jika para pelaku ekonomi, baik individu, dunia usaha berfikir bahwa laju inflasi pada periode lalu masih akan terjadi dimasa yang akan datang, maka para pelaku ekonomi akan melakukn antisipasi untuk meminimalkan kerugian yang mungkin timbul. Para pelaku usaha akan memperhitungkan biaya produksi dengan kenaikan tingkat harga seperti pada waktu yang lalu (suseno dan astiyah, 2009). Disamping itu,inflasi juga dapat dikelompokkan menurut jenisnya yang mencakup inflasi secara umum, inflasi berdasarkan asalnya, inflasi
5
berdasarkan cakupan pengaruhnya, inflasi berdasarkan sifat dan inflasi berdasarkan tingkat keparahannya serta inflasi berdasarkan periode. Inflasi secara umum terdiri dari: 1. Inflasi IHK atau inflasi umum adalah inflasi seluruh barang dan jasa yang dimonitor harganya secara periodic. Inflasi IHK merupakan gabungan dari inflasi inti, inflasi harga administrasi dan inflasi gejolak barang. 2. Inflasi inti adalah inflasi barang dan jasa yang perkembangan harganya dipengaruhi oleh perkembangan ekonomi secara umum (factor factor fundamental misalnya, ekspektasi inflas nilai tukar dan keseimbangan permintaan dan penawaran) yang akan berdampak pada perubahan harga harga secara umum yang sifatnya cenderung permanen. 3. Inflasi harga administrasi adalah inflasi yang harganya diatur oleh pemerintah terjadi oleh campur tangan (diatur) pemerintah, misalnya kenaikan angkutan dalam kota dan tarif tol. 4. Inflasi gejolak barang barang adalah inflasi kelompok komoditas (barang dan jasa) yang perkembangan harganya sangat bergejolak. Misalnya, inflasi bahan makanan yang bergejolak terjadi pada kelompok bahan makanan yang dipengaruhi factor factor teknis, misalnya gagal panen, gangguan alam dan kendala transportasi. Inflasi berdasarkan asalnya, terdiri dari: 1. Inflasi yang berasal dari dalam negeri adalah inflasi barang dan jasa secara umum di dalam negeri. 2. Inflasi yang berasal dari manca Negara adalah inflasi barang dan jasa (barang dan jasa yang diimpor)secara umum diluar negeri. Inflasi berdasarkan pengaruhnya, terdiri dari: 1. Inflasi tertutup adalah inflasi yang terdiri hanya berkaitan dengan satu atau beberapa barang tertentu.
6
2. Inflasi terbuka adalah inflasi yang terjadi pada semua barang dan jasa secara umum. Inflasi berdasarkan sifatnya, dapat dibedakan menjadi: 1.
Inflasi merayap adalah inflasi yang rendah dan berjalan lambat dengan presentasi yang relatif kecil serta dalam waktu yang relatif
lama. 2. Inflasi menengah adalah inflasi yang ditandai dengan kenaikan harga yang cukup besar dan sering kali berlangsung dalam periode waktu yang relatif pendek serta mempunyai sifat akselerasi. 3. Inflasi tinggi adalah inflasi yang paling parah yang ditandai dengan kenaikan harga mencapai 5 atau 6 kali, pada saat ini nilai uang merosot tajam. Inflasi berdasarkan tingkat keparahannya: 1. 2. 3. 4.
Inflasi ringan adalah inflasi yang besarna <10% pertahun. Inflasi sedabg adalah inflasi yang besarnya antara 10%-30% pertahun Inflasi berat adalah inflasi yang besarnya antara 30%-100% pertahun Inflasi hipper adalah inflasi yang besarnya >100% pertahun.
Inflasi berdasarkan periode, terbagi menjadi tiga, antara lain: 1. Inflasi tahunan yaitu mengukur IHK periode bulan ini terhadap IHK di periode bulan yang sama di tahun sebelumnya, misalnya inflasi pada desember 2011 terhadap inflasi pada desember 2010. 2. Inflasi bulanan, mengukur IHK bulan ini terhadap IHK bulan sebelumnya, misalnya IHK bulan desember 2011 terhadap IHK bulan November 2011. 3. Inflasi calendar, mengukur IHK bulan ini terhadap IHK awal tahun, misalnya inflasi dari bulan januari hingga desember 2011. 3. Sebab-Sebab Timbulnya Inflasi Apabila ditelaah lebih lanjut, terdapat beberapa faktor utama yang menjadi penyebab timbulnya inflasi di Indonesia, yaitu: 1. Jumlah uang beredar
7
Menurut sudut pandang kaum moneteris jumlah uang beredar adalah factor utama penyebab timbulnya inflasi di Indonesia. Sejak tahun 1976 presentase uang kartal yang beredar (48,7%) lebih kecil dari pada presentase jumlah uang giral yang beredar (51,3%). Sehingga, mengindikasikan bahwa telah terjadi proses modernisasi di sektor moneter Indonesia. Juga, mengindikasikan bahwa semakin sulitnya proses pengendalian jumlah uang beredar di Indonesia, dan semakin meluasnya monetisasi dalam kegiatan perekonomian subsistence, akibatnya memberikan kecenderungan meningkatnya laju inflasi. Menurut data yang dihimpun dalam Laporan Bank Dunia, menunjukan laju pertumbuhan rata-rata jumlah uang beredar di Indonesia pada periode tahun 1980-1992 relatif tinggi jika dibandingkan dengan negara-negara ASEAN lainnya. Dan, tingkat inflasi Indonesia juga relatif tinggi dibandingkan dengan negara-negara ASEAN lainnya (kecuali Filipina). Kenaikkan jumlah uang beredar di Indonesia pada tahun 1970an sampai awal tahun 1980-an lebih disebabkan oleh pertumbuhan kredit likuiditas dan defisit anggaran belanja pemerintah. Pertumbuhan ini dapat merupakan efek langsung dari kebijaksanaan Bank Indonesia dalam sector keuangan (terutama dalam hal penurunan reserve requirement). 2. Defisit Anggaran Belanja Pemerintah Seperti halnya yang umum terjadi pada negara berkembang, anggaran belanja pemerintah Indonesia pun sebenarnya mengalami defisit, meskipun Indonesia menganut prinsip anggaran berimbang. Defisitnya anggaran belanja ini banyak kali disebabkan oleh hal-hal yang menyangkut ketegaran struktural ekonomi Indonesia, yang acapkali menimbulkan kesenjangan antara kemauan dan kemampuan untuk membangun. Selama pemerintahan Orde Lama defisit anggaran belanja dibiayai dari dalam negeri dengan pencetakan uang baru, mengingat orientasi kebijaksanaan pembangunan ekonomi yang inward looking policy, sehingga menyebabkan tekanan inflasi yang hebat. Tetapi sejak era Orde
8
Baru, deficit anggaran belanja ini ditutup dengan pinjaman luar negeri yang relatif aman terhadap inflasi. Dalam era pemerintahan Orde Baru, kebutuhan terhadap percepatan pertumbuhan ekonomi sejak Pembangunan Jangka Panjang I, menyebabkan kebutuhan dana untuk melakukan pembangunan sangat besar.
Dengan
mengingat
bahwa
potensi
memobilisasi
dana
pembangunan dari masyarakat (baik dari sektor tabungan masyarakat maupun pendapatan pajak) di dalam negeri pada saat itu yang sangat terbatas (belum berkembang), juga kemampuan sector swasta yang terbatas dalam melakukan pembangunan, menyebabkan pemerintah harus berperan sebagai motor pembangunan. Hal ini menyebabkan pengeluaran APBN menjadi lebih besar daripada penerimaan rutin. Artinya, peran pengeluaran pemerintah dalam investasi
tidak
dapat
diimbangi
dengan
penerimaan,
sehingga
menimbulkan kesenjangan antara pengeluaran dan penerimaan negara, atau dapat dikatakan telah terjadi defisit struktural dalam keuangan negara. Pada saat terjadinya oil booming, era tahun 1970-an, pendapatan pemerintah di sektor migas meningkat pesat, sehingga jumlah uang primer pun semakin meningkat. Hal ini menyebabkan kemampuan pemerintah untuk berekspansi investasi di dalam negeri semakin meningkat. Dengan kondisi tingkat pertumbuhan produksi domestik yang relatif lebih lambat, akibat kapasitas produksi nasional yang masih berada dalam keadaan under-employment, peningkatan permintaan (investasi) pemerintah menyebabkan terjadi realokasi sumberdaya dari masyarakat ke pemerintah, seperti yang terkonsep dalam analisis Keynes tentang inflasi. Hal inilah yang menyebabkan timbulnya tekanan inflasi. 3. Faktor-faktor dalam Penawaran Agregat dan Luar Negeri Kelambanan penyesuaian dari faktor-faktor penawaran agregat terhadap peningkatan permintaan agregat ini lebih banyak disebabkan oleh adanya hambatan-hambatan struktural (structural bottleneck) yang ada di Indonesia. Harga bahan pangan merupakan salah satu penyumbang terbesar terhadap tingkat inflasi di Indonesia. Hal ini antara lain 9
disebabkan oleh ketegaran structural yang terjadi di sektor pertanian sehingga
menyebabkan
inelastisnya
penawaran
bahan
pangan.
Ketergantungan perekonomian Indonesia yang besar terhadap sector pertanian, yang tercermin oleh peranan nilai tambahnya yang relatif besar dan daya serap tenaga kerjanya yang sedemikian tinggi serta beban penduduk yang cukup tinggi, mengakibatkan harga bahan pangan meningkat pesat. Umumnya, laju penawaran bahan pangan tidak dapat mengimbangi laju permintaannya, sehingga sering terjadi excess demand yang selanjutnya dapat memunculkan inflationary gap. Timbulnya excess demand ini disebabkan oleh percepatan pertambahan penduduk yang membutuhkan bahan pangan tidak dapat diimbangi dengan pertambahan output pertanian, khususnya pangan. Di sisi lain, kelambanan produksi bahan pangan disebabkan oleh berbagai hal, diantaranya adalah tingkat modernisasi teknologi dan metode pertanian yang kurang maksimal; adanya faktor-faktor eksternal dalam pertanian seperti, perubahan iklim dan bencana alam; perpindahan tenaga kerja pertanian ke sektor non pertanian akibat industrialisasi; juga semakin sempitnya luas lahan yang digunakan untuk pertanian, yang disebabkan semakin banyaknya lahan pertanian yang beralih fungsi sebagai lokasi perumahan; industri; dan pengembangan kota. Menurut hasil study empiris yang dilakukan oleh Sri Mulyani Indrawati (1996), adalah: Pertama, imported inflation ini terjadi akibat tingginya derajat ketergantungan sektor riil di Indonesia terhadap barangbarang impor, baik capital goods; intermediated good; maupun row material. Transmisi imported inflation di Indonesia ini terjadi melalui dua hal, yaitu depresiasi rupiah terhadap mata uang asing dan perubahan harga barang impor di negara asalnya. Bila suatu ketika terjadi depresiasi rupiah yang cukup tajam terhadap mata uang asing, maka akan menyebabkan bertambah beratnya beban biaya yang harus ditanggung oleh produsen, baik itu untuk pembayaran bahan baku dan barang perantara ataupun beban hutang luar negeri akibat ekspansi usaha yang telah dilakukan. Hal ini menyebabkan harga jual output di dalam negeri 10
(khususnya untuk industri subtitusi impor) akan meningkat tajam, sehingga potensial meningkatkan derajat inflasi di dalam negeri. Tetapi, untuk industri yang bersifat promosi ekspor, depresiasi tersebut tidak akan membawa dampak buruk yang signifikan. Berkaitan dengan posisi hutang luar negeri Indonesia, pada periode tahun 1990- an, telah membengkak dengan tingkat debt service ratio yang semakin tinggi, yaitu lebih dari 40 %, dan presentase tingkat hutang yang bersifat komersial telah melampaui hutang non komersial. Menyebabkan, timbulnya hal yang sangat membahayakan ketahanan ekonomi nasional, terutama pada sektor finansial, apabila terjadi fluktuasi
(memburuknya)
nilai
tukar
(kurs),
disamping
dapat
mengakibatkan tekanan inflasi yang berat, khususnya imported inflation. Kedua, administrated goods adalah barang-barang yang harganya diatur dan ditetapkan oleh pemerintah. Meskipun pengaruhnya secara langsung sangat kecil dalam mempengaruhi tingkat inflasi, tetapi secara situasional dan tidak langsung pengaruhnya dapat menjadi signifikan. Contoh, apabila terjadi kenaikan BBM, maka bukan saja harga BBM yang naik, harga barang atau tarif jasa yang terkait dengan BBM juga akan ikut dinaikan oleh masyarakat. Akibatnya, dapat memperberat tekanan inflasi. Ketiga, output gap adalah perbedaan antara actual output (output yang diproduksi) dengan potential output (output yang seharusnya dapat diproduksi dalam keadaan full employment). Adanya kesenjangan (gap) ini terjadi karena faktor-faktor produksi yang dipakai dalam proses produksi belum maksimal dan atau efisien. Keempat, interest rate juga merupakan faktor penting yang menyumbang angka inflasi di Indonesia. Memang pada awalnya merupakan hal yang cukup membingungkan dalam menentukan manakah yang menjadi independent variable atau dependent, antara inflasi dan suku bunga. Tetapi, bila ditilik dari sisi biaya produksi dan investasi (sisi penawaran), maka jelaslah bahwa suku bunga dapat dikatagorikan dalam
11
komponen biaya-biaya tersebut. Dengan relatif tingginya tingkat suku bunga perbankan di Indonesia, menyebabkan biaya produksi dan investasi di Indonesia, yang dibiayai melalui kredit perbankan, akan tinggi juga. Jadi, apabila tingkat suku bunga meningkat, maka biaya produksi akan meningkat, selanjutnya akan meningkatkan pula harga output di pasar, akibatnya terjadi tekanan inflasi. Akhirnya, relasi antara tingkat suku bunga dan inflasi ini bisa menjadi interest rate-price spiral. 4. Dampak Inflasi Dalam Perekonomian 1) Dampak inflasi terhadap hasil produksi (output) Ada dua dampak inflasi terhadap hasil produksi (output), yaitu: a) Hasil produksi meningkat Terjadi jika kenaikan harga barang-barang lebih cepat daripada kenaikan gaji atau upah sehingga keuntungan pengusaha lebih meningkat.
Peningkatan
keuntungan,
mendorong
pengusaha
memproduksi lebih banyak sehingga hasil produksi pun meningkat. b) Hasil produksi menurun Terjadi jika inflasi sudah terlalu tinggi (hiperinflasi). Dalam hiperinflasi masyarakat tidak suka memiliki uang tunai, karena nilai riilnya yang semakin merosot. Karena tidak memegang uang tunai, pertukaran cenderung dilakukan dengan cara barter. Hal ini membuat produsen tidak bersemangat memproduksi sebab hasil produksi akan kurang laku, dan akibat selanjutnya hasil produksi pun turun. 2) Dampak inflasi terhadap bentuk penanaman modal Pada masa inflasi, para pemilik modal (uang) lebih suka menanamkan modalnya dalam bentuk pembelian harta-harta tetap seperti tanah dan rumah serta benda-benda berharga lain seperti emas dan mutiara. Mengapa demikian? Karena pada masa inflasi, nilai barang akan terus naik (semakin mahal), sedangkan nilai uang akan semakin turun. Oleh karena itu, pada masa inflasi para pemilik modal menyelamatkan uang mereka dengan cara membeli harta-harta tetap dan benda-benda berharga. 3) Dampak inflasi terhadap perdagangan internasional
12
Jika di dalam negeri terjadi inflasi, harga barang-barang produksi dalam negeri akan lebih mahal dibandingkan produksi luar negeri sehingga barangbarang produksi dalam negeri kalah bersaing dengan produksi luar negeri. Akibatnya, nilai ekspor akan lebih kecil daripada nilai impor sehingga neraca perdagangan kita mengalami defisit, dan defisit ini bisa menghabiskan cadangan devisa negara. 4) Dampak inflasi terhadap efisiensi Inflasi bisa berdampak pada efisiensi produksi. Bagaimana caranya? Pertama-tama, inflasi mengakibatkan perubahan pada daya beli masyarakat. Bagi masyarakat yang dirugikan oleh inflasi (seperti pegawai yang berpendapatan tetap), inflasi telah menurunkan daya beli. Bagi masyarakat yang diuntungkan oleh inflasi (seperti pedagang yang persentase pendapatannya naik melebihi persentase inflasi), inflasi telah menaikkan daya beli. Adanya daya beli yang turun dan naik, membuat produsen sulit meramalkan struktur permintaan. Ketidakpastian struktur permintaan yang harus dipenuhi bisa mengakibatkan inefisiensi (pemborosan) dalam proses produksi. 5) Dampak inflasi terhadap penghitungan harga pokok Inflasi bisa menyulitkan para produsen dalam menghitung harga pokok produksi. Sebab, persentase kenaikan inflasi sering tidak teratur. Akibatnya, penghitungan harga pokok menjadi tidak tepat (terlalu kecil atau terlalu besar). Penghitungan harga pokok yang tidak tepat pada akhirnya menyulitkan produsen dalam menetapkan harga jual produk. 5. Cara Mengatasi Inflasi 1) Kebijakan Fiskal Kebijakan fiskal adalah kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah untuk mempengaruhi penerimaan dan pengeluaran anggaran pemerintah. Kebijakan fiskal yang dapat digunakan untung mengatasi dan mengendalikan inflasi yang semakin tinggi adalah sebagai berikut: a. Menghemat Pengeluaran Pemerintah (goverment expenditure) Salah satu kebijakan dengan penghematan pengeluaran pemerintah ini akan dapat mempengaruhi tingkat inflasi yang terjadi. Dengan
13
mengurangi pengeluaran pemerintah akan dapat meminimalisir permintaan barang dan jasa dalam negeri yang pada akhirnya akan dapat menurunkan harga barang secara umum. b. Meningkatkan Tarif Pajak Rumah Tangga dan Perusahaan Untuk mengendalikan atau menekan laju inflasi yang terus meningkat, pemerintah dapat mengeluarkan kebijkan peningkatan tarif pajak pada tingkat rumah tangga dan perusahaan. Hal tersebut akan meminimalisir tingkat konsumsi. Tingkat konsumsi yang semakin berkurang sedikit akan mengurangi permintaan barang dan jasa yang kemudian akan berakibat pada harga barang secara umum akan menurun. 2) Kebijakan Moneter Kebijakan moneter
adalah
kebijakan
yang
dikeluarkan
oleh
pemerintar untuk mempengaruhi jumlah uang yang beredar dan daya beli uang. Kebijakan moneter yang dapat digunakan untung mengatasi atau mengendalikan inflasi yang semakin tinggi adalah sebagai berikut : a. Pengurangan Jumlah Uang yang Beredar Pengurangan jumlah uang yang beredar hanya dapat dilakukan oleh bank sentral yaitu bank indonesia. Hal tersebut dikarenakan bank indonesia memiliki otoritas penuh terhadap keuangan yang beredar dalam negara. Pengurangan jumlah uang yang beredar dalam negeri dilakukan hingga mencapai titik optimum. Artinya Jumlah uang yang beredar seimbang ataus setara dengan jumlah uang atau jasa yang tersedia. Keseimbangan tersebut akan dapat mengendalikan laju inflasi. b. Penetapan Persediaan Kas Oleh Bank Sentral Bank sentar (bank indonesia) memiliki otoritas penuh terhadap keuangan yang beredar dalam negara. Bank sentral berhak menetapkan persediaan jumlah uang yang beredar dengan cara menetapkan uang kas pada bak non-sentral (bank umum). Penetapan jumlah persediaan uang yang beredar dilakukan dengan cara memberikan instrumen kepada bank umum terkait
14
dengan jumlah batasan uang yang di sirkulasikan kepada masyarakat. Hal tersebut akan memperlambat bahkan akan dapat mengendalikan laju inflasi. c. Menerapkan Kebijakan Politik Diskonto Politik diskonto adalah kebijakan yang di publikasikan oleh bank sentral sebagai pemegang otoritas utama akan beredarnya uang untuk menambah atau mengurangi jumlah uang yang beradar. Politik diskonto diterapkan dengan cara menaikkan atau menurunkan suku bunga bank. Dengan adanya kenaikan suku bunga bank akan dapat mengurangi suku bunga yang beredar sehingga akan laju pertumbuhan inflasi dapat ditekan. d. Menerapkan Kebijakan Operasi Pasar Terbuka Kebijakan ini digunakan oleh pemerintah
untuk
mengendalikan uang yang beredar dengan cara membeli atau menjual surat-surat yang berharga yang dimiliki oleh pemerintah seperti surat utang negara yang biasa disebut dengan SUT. Dalam mengendalikan uang yang beredar pemerintah akan menjual surat berharga tersebut jika pemerintah bertujuan untuk mengurangi jumlah uang yang beredar. Sebailiknya, Jika pemerintah bertujuan untuk menambah jumlah uang yang beredar, maka pemerintah akan membeli surat berharga pemerintah tersebut. 3) Kebijakan Lainnya Dalam mengatasi atau mengendalikan laju inflasi yang terjadi, tidak hanya kebijakan moneter dan kebijakan fiskal yang dapat digunakan oleh pemerintah, tapi juga terdapat kebijakankebijakan yang selain dari kebijakan fiskal dan moneter yang dapat digunakan. Berikut adalah kebijakan lainnya yang dapat digunakan : a. Peningkatan Jumlah Barang di Pasar Kebijakan ini dilakukan oleh pemerintah dengan tujuan untuk mengendalikan laju inflasi. Kebijakan ini dilakukan dengan cara meningkatkan jumlah barang yang dibutuhkan oleh masyarakat di pasar. Dalam menambah jumlah barang di
15
pasar diperlukan campur tangan pemerintah dalam produksi suatu barang. Misalnya pemerintah memberikan subsidi terhadap
produsen
sehingga
produsen
tersebut
dapat
memenuhi target barang yang dibutuhkan oleh pasar. Namun, Terdapat langkah lain yang dapat dilakukan oleh pemerintah yaitu dengan cara menurunkan bea cukai barang impor. b. Penetapan Harga Maksimum (Beberapa Jenis Barang) Dengan adanya penetapan harga maksimum beberapa jenis barang
khususnya
yang
berpengaruh
terhadap
tinggi
rendahnya laju inflasi akan dapat mengendalikan para spekulan ekonomi yang mempermainkan harga barang di pasar. dengan penetapan harga maksimum tersebut akan dengan mudah untuk mengendalikan inflasi.
BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan 1. Inflasi adalah kecendruangan meningkatnya harga barang dan jasa secara umum dan terus menerus 2. Jenis-Jenis Inflasi Demand Pull Inflation Cost Push Inflation Bottle neck inflasi 16
3. Indeks harga Konsumen (IHK) merupakan persentase yang digunakan untuk menganalisis tingkat/ laju inflasi. IHK juga merupakan indikator yang digunakan pemerintah untuk mengukur inflasi di Indonesia. 4. Pertumbuhan uang dan inflasi menjadi salah satu isu penting dalam literatur kebijakan moneter dan fiskal di dunia 5. Ada beberapa hal yang harus diwaspadai dalam menaikkan dan menurunkan suku bunga yang semuanya harus berpihak pada kesejahteraan rakyat dalam negeri sebagai prioritas utama
DAFTAR PUSTAKA
Atmaja, Adwin. 1999. INFLASI DI INDONESIA: SUMBER-SUMBER PENYEBAB DAN PENGENDALIANNYA, Jurnal Akuntansi dan Keuangan Vol. 1, No. 1, Mei 1999, Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Kristen Petra. Nasir, M. 2014. Ekonomi Moneter dan Kebanksentralan. Jakarta. Mitra Wacana Media http://ekonomisku.blogspot.co.id/2015/04/dampak-inflasi.html
17
(Diakses: Pada hari Rabu 25 Mei 206) http://www.tipepedia.com/2016/01/cara-mengatasi-inflasi.html (Diakses: Pada hari Rabu 25 Mei 206)
18