Makalah Immunologi
“KONSEP HIV/AIDS”
Disusun Oleh : Kelompok 9
A. Nufrfadillah Rezky Nuraevina Madong Ananda Nadila Putri Ernik Jumain Nur Rahma Reni Hardiyanti PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN 2016
1
KATA PENGANTAR Assalamu Alaikum Wr. Wb Puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya, sehingga Makalah kelompok kami dapat terselesaikan. Pokok bahasan makalah ini disesuaikan dengan materi dan kompetensi yang diajarkan pada Pendidikan Tinggi Keperawatan. Makalah ini berisi tentang materi kardiovaskular telah diberikan kepada kelompok kami yaitu mencakup materi Konsep HIV/AIDS. Atas terselesaikannya makalah ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada teman-teman dari kelompok kami yang telah terlibat, baik secara langsung maupun tidak dalam penyusunan makalah ini. Dan semua pihak yang telah mendukung terselesaikannya penyusunan makalah ini. Kami menyadari masih terdapat banyak kekurangan dan kelemahan dalam makalah ini. Kami mengharapkan masukan yang membangun dari pembaca agar makalah ini terus menjadi lebih baik. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi mahasiswa keperawatan. Wassalam Penyusun
Kelompok 9
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................................i DAFTAR ISI..................................................................................................................ii BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................1 A.
Latar Belakang.....................................................................................................1
B.
Rumusan Masalah................................................................................................1
C.
Tujuan...................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN..............................................................................................3 A.
Definisi HIVAIDS.................................................................................................3
B.
Etiologi HIV AIDS................................................................................................3
C.
Patofisiologi Human Immunodeficiency Virus (HIV) / Acquired Imunnodeficiency Syndrome (AIDS)....................................................................4
D.
Manifestasi Klinis.................................................................................................5
E.
Pemeriksaan Penunjang......................................................................................8
F.
Upaya Pelayanan Kesehatan...............................................................................8
G. ASKEP HIV/AIDS..............................................................................................13 BAB III PENUTUP.....................................................................................................27 A. Kesimpulan.............................................................................................................27 DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................28
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tubuh manusia tidak mungkin terhindar dari lingkungan yang mengandung mikroba pathogen disekelilingnya. Mikroba tersebut dapat menimbulkan penyakit infeksi pada manusia. Mikroba patogen yang ada bersifat poligenik dan kompleks. Oleh karena itu respon imun tubuh manusia terhadap berbagai macam mikroba patogen juga berbeda. Umumnya gambaran biologic spesifik mikroba menentukan mekanisme imun mana yang berperan untuk proteksi. Begitu juga respon imun terhadap bakteri khususnya bakteri ekstraseluler atau bakteri intraseluler mempunyai karakteriskik tertentu pula. Seperti yang diketahui , AIDS adalah suatu penyakit yang belum ada obatnya dan belum ada vaksin yang bisa mencegah serangan virus HIV, sehingga penyakit ini merupakan salah satu penyakit yang sangat berbahaya bagi kehidupan manusia baik sekarang maupun waktu yang datang. Selain itu AIDS juga dapat menimbulkan penderitaan, baik dari segi fisik maupun dari segi mental. Mungkin kita sering mendapat informasi melalui media cetak, elektronik, ataupun seminar-seminar, tentang betapa menderitanya seseorang yang mengidap penyakit AIDS. Dari segi fisik, penderitaan itu mungkin, tidak terlihat secara langsung karena gejalanya baru dapat kita lihat setelah beberapa bulan. Tapi dari segi mental, orang yang mengetahui dirinya mengidap penyakit AIDS akan merasakan penderitaan batin yang berkepanjangan. Semua itu menunjukkan bahwa masalah AIDS adalah suatu masalah besar dari kehidupan kita semua. Dengan pertimbanganpertimbangan dan alasan itulah kami sebagai pelajar, sebagai bagian dari anggota masyarakat dan sebagai generasi penerus bangsa, merasa perlu memperhatikan hal tersebut.
B. Rumusan Masalah 1. Apa definisi dari HIV/AIDS? 2. Apa saja etiologi dari HIV/AIDS? 3. Bagaimana patofisiologi HIV/AIDS? 4. Bagaimana Manifestasi Klinis dari HIV/AIDS? 5. Apa saja pemeriksaan penunjang dari HIV/AIDS? 6. Bagaimana upaya pelayanan kesehatan HIV/AIDS? 7. Bagaimana asuhan keperawatan HIV/AIDS? C. Tujuan 1. Untuk mengetahui definisi dari HIV/AIDS 2. Mengetahui etiologi dari HIV/AIDS 3. Memahami patofisiologi HIV/AIDS 4. Mengetahui Manifestasi Klinis dari HIV/AIDS 5. Mengetahui pemeriksaan penunjang dari HIV/AIDS 6. Mengetahui upaya pelayanan kesehatan HIV/AIDS 7. Mengetahui asuhan keperawatan HIV/AIDS
BAB II PEMBAHASAN A. Definisi HIVAIDS HIV adalah singkatan Human Immunodefisiency Virus yaitu virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia sehingga membuat tubuh rentan terhadap berbagai penyakit. Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) adalah suatu penyakit retrovirus yang disebabkan oleh HIV dan ditandai dengan imunosupresi berat yang menimbulkan infeksi oportunistik, neoplasma sekunder dan manifestasi neurologis. HIV telah ditetapkan sebagai agens penyebab acquired Immune Deficiency Syndrom (AIDS). AIDS menurut [ CITATION Pri14 \l 1057 ] adalah suatu kumpulan kondisi klinis tertentu yang merupakan hasil akhir dari infeksi oleh HIV.
Definisi AIDS yang
ditetapkan oleh pusat pengendalian penyakit, telah berubah beberapa waktu sejak gejala pertama ditemukan pada tahun 1981. Secara umum definisi ini menyusun suatu titik dalam kontinum penyimpangan HIV dimana penjamu telah menunjukan secara klinis disfungsi imun. Jumlah besar infeksi oportunistik dan neoplasma merupakan tanda supresi imun berat sejak tahun 1993. Definisi AIDS telah meliputi jumlah CD4 kurang dari 200 sebagai criteria ambang batas. Sel CD4 adalah bagian dari limposit dan satu target sel dari infeksi HIV.
B. Etiologi HIV AIDS Penyebab AIDS adalah sejenis virus yang tergolong Retrovirus yang disebut Human Immunodeficiency Virus (HIV). Virus ini pertama kali diisolasi oleh Montagnier dan kawan-kawan di Prancis pada tahun 1983 dengan nama Lymphadenopathy Associated Virus (LAV), sedangkan Gallo di Amerika Serikat pada tahun 1984 mengisolasi (HIV) III. Kemudian atas kesepakatan internasional pada tahun 1986 nama virus dirubah menjadi HIV. Human Immunodeficiency Virus adalah sejenis Retrovirus RNA. Dalam
bentuknya yang asli merupakan partikel yang inert, tidak dapat berkembang atau melukai sampai ia masuk ke sel target. Sel target virus ini terutama sel Lymfosit T, karena ia mempunyai reseptor untuk virus HIV yang disebut CD4. Didalam sel Lymfosit T, virus dapat berkembang dan seperti retrovirus yang lain, dapat tetap hidup lama dalam sel dengan keadaan inaktif. Walaupun demikian virus dalam tubuh pengidap HIV selalu dianggap infectious yang setiap saat dapat aktif dan dapat ditularkan selama hidup penderita tersebut. [ CITATION Kur07 \l 1057 ] Secara mortologis HIV terdiri atas 2 bagian besar yaitu bagian inti (core) dan bagian selubung (envelop). Bagian inti berbentuk silindris tersusun atas dua untaian RNA (Ribonucleic Acid). Enzim reverce transcriptase dan beberapa jenis protein. Bagian selubung terdiri atas lipid dan glikoprotein (gp 41 dan gp 120). Gp 120 berhubungan dengan reseptor Lymfosit (T4) yang rentan. Karena bagian luar virus (lemak) tidak tahan panas, bahan kimia, maka HIV termasuk virus sensitif terhadap pengaruh lingkungan seperti air mendidih, sinar matahari dan mudah dimatikan dengan berbagai desinfektan seperti eter, aseton, alkohol, jodium hipoklorit dan sebagainya, tetapi relatif resisten terhadap radiasi dan sinar utraviolet. [ CITATION Pri14 \l 1057 ] Virus HIV hidup dalam darah, saliva, semen, air mata dan mudah mati diluar tubuh. HIV dapat juga ditemukan dalam sel monosit, makrotag dan sel glia jaringan otak [ CITATION Kow14 \l 1057 ]
C. Patofisiologi Human Immunodeficiency Virus (HIV) / Acquired Imunnodeficiency Syndrome (AIDS) Dasar utama terinfeksinya HIV adalah berkurangnya jenis Limfosit T helper yang mengandung marker CD4 (Sel T4). Limfosit T4 adalah pusat dan sel utama yang terlibat secara langsung maupun tidak langsung dalam menginduksi fungsi imunologik. Menurun atau menghilangnya sistem imunitas seluler, terjadi karena virus HIV menginfeksi sel yang berperan membentuk antibodi pada sistem kekebalan tersebut, yaitu sel Limfosit T4. Setelah virus HIV mengikatkan diri pada molekul CD4, virus masuk ke
dalam target dan melepaskan bungkusnya kemudian dengan enzim reverse transkriptase virus tersebut merubah bentuk RNA (Ribonucleic Acid) agar dapat bergabung dengan DNA (Deoxyribonucleic Acid) sel target. Selanjutnya sel yang berkembang biak akan mengandung bahan genetik virus. Infeksi HIV dengan demikian menjadi irreversibel dan berlangsung seumur hidup. Pada awal infeksi, virus HIV tidak segera menyebabkan kematian dari sel yang diinfeksinya, tetapi terlebih dahulu mengalami replikasi sehingga ada kesempatan untuk berkembang dalam tubuh penderita tersebut dan lambat laun akan merusak limfosit T4 sampai pada jumlah tertentu. Masa ini disebut dengan masa inkubasi. Masa inkubasi adalah waktu yang diperlukan sejak seseorang terpapar virus HIV sampai menunjukkan gejala AIDS. Pada masa inkubasi, virus HIV tidak dapat terdeteksi dengan pemeriksaan laboratorium kurang lebih 3 bulan sejak tertular virus HIV yang dikenal dengan masa “window period”. Setelah beberapa bulan sampai beberapa tahun akan terlihat gejala klinis pada penderita sebagai dampak dari infeksi HIV tersebut.20 Pada sebagian penderita memperlihatkan gejala tidak khas pada infeksi HIV akut, 3-6 minggu setelah terinfeksi. Gejala yang terjadi adalah demam, nyeri menelan, pembengkakan kelenjar getah bening, ruam, diare, atau batuk. Setelah infeksi akut, dimulailah infeksi HIV asimptomatik (tanpa gejala). Masa tanpa gejala ini umumnya berlangsung selama 8-10 tahun, tetapi ada sekelompok kecil penderita yang memliki perjalanan penyakit amat cepat hanya sekitar 2 tahun dan ada juga yang sangat lambat (non-progressor). Secara bertahap sistem kekebalan tubuh yang terinfeksi oleh virus HIV akan menyebabkan fungsi kekebalan tubuh rusak. Kekebalan tubuh yang rusak akan mengakibatkan daya tahan tubuh berkurang bahkan hilang, sehingga
penderita
oportunistik.
akan
menampakkan
gejala-gejala
akibat
infeksi
D. Manifestasi Klinis Tanda dan gejala klinis yang ditemukan pada penderita AIDS umumnya sulit dibedakan karena bermula dari gejala klinis umum yang didapati pada penderita penyakit lainnya. Secara umum dapat dikemukakan sebagai berikut: 1. Rasa lelah dan lesu 2. Berat badan menurun secara drastis 3. Demam yang sering dan berkeringat waktu malam 4. Mencret dan kurang nafsu makan 5. Bercak-bercak putih di lidah dan di dalam mulut 6. Pembengkakan leher dan lipatan paha 7. Radang paru 8. Kanker kulit Manifestasi klinik utama dari penderita AIDS umumnya meliputi 3 hal yaitu: a. Manifestasi tumor 1. Sarkoma Kaposi Kanker pada semua bagian kulit dan organ tubuh. Penyakit ini sangat jarang menjadi sebab kematian primer. 2. Limfoma ganas Timbul setelah terjadi Sarkoma Kaposi dan menyerang saraf serta dapat bertahan kurang lebih 1 tahun. b. Manifestasi oportunistik 1. Manifestasi pada Paru a) Pneumoni pneumocystis (PCP) Pada umumnya 85% infeksi oportunistik pada AIDS merupakan infeksi paru PCP dengan gejala sesak nafas, batuk kering, sakit bernafas dalam dan demam. b) Cytomegalovirus (CMV) Pada manusia 50% virus ini hidup sebagai komensal pada paru-paru tetapi dapat menyebabkan pneumocystis. CMV merupakan 30% penyebab kematian pada AIDS.
c) Mycobacterium avilum Menimbulkan pneumoni difus, timbul pada stadium akhir dan sulit disembuhkan. d) Mycobacterium tuberculosis Biasanya timbul lebih dini, penyakit cepat menjadi milier dan cepat menyebar ke organ lain di luar paru.
2.
Manifestasi gastrointestinal Tidak ada nafsu makan, diare kronis, penurunan berat badan >10% per bulan.
3.
Manifestasi neurologis Sekitar 10% kasus AIDS menunjukkan manifestasi neurologis yang biasanya timbul pada fase akhir penyakit. Kelainan saraf yang umum adalah ensefalitis, meningitis, demensia, mielopati, neuropati perifer.
WOC HIV /AIDS
E. Pemeriksaan Penunjang Begitu pasien didiagnosa HIV,maka tingkat kerusakan kekebalan tubuh yang dialami perlu ditentukan. limfosit CD4 (ssel T-helper)merupakan salah satu cara untuk mengetahui kuantitas fungsi imunologi pasien. CD4 juga berguna untuk menentukan stadium klinis HIV. Tetapi bila pemeriksaan CD4 tidak bersedia, total hitung limfosit bisa sanggat berguna . WHO mengembangkan kriteria stadium klinis berdasarkan total limfosit. Pasien yang terinnfeksi HIV hamper seluruhnya mengalami gangguan hematologi. Neutropenia (penurunan sel darah putih) bisa disebabkan karena virus itu sendiri atau obat obatan yang digunakan pada pasien HIV. Bila ditemukan anemia ,biasanya anemia normositik dan normokromiik.pasien juga bisa mengalami limfopenik (ditandai dengan penurunan jumlah sel darah putih dalam sirkulasi). [ CITATION Kur07 \l 1057 ] F. Upaya Pelayanan Kesehatan 1. Promotif a) Promosi kesehatan ditujukan untuk meningkatkan pengetahuan yang benar dan komprehesif mengernai pencegahan penularan HIV dan menghilangkan stigma serta diskriminasi. b) Promosi kesehatan diberikan dalam bentuk advokasi, bina suasana, pemberdayaan, kemitraan dan peran serta masyarakat sesuai dengan kondisi social budaya serta didukung kebijakan public. c) Promosi kesehatan dilakukan oleh tenaga kesehatan dan tenaga nonkesehatan terlatih. d) Sasaran promosi kesehatan meliputi kebijakan public, swasta, organisasi kemasyarakatan dan masyarakat. e) Masyarakat diutamakan pada populasi sasaran dan populasi kunci. f) Populasi sasaran merupakan populasi yang menjadi sasaran program. g) Populasi kunci meliputi: 1) Pengguna napza suntik; 2) Wanita pekerja seks langsung maupun tidak langsung; 3) Pelanggan/ pasangan seks;
4) Gay, waria, dan laki pelanggan/ pasangan seks dengan sesame lakilaki; dan 5) Warga binaan lapas rutan. Promosi keehatan dapat dilakukan terintegrasi dengan pelayanan kesehatan maupun program promosi kesehatan lainnya. (1) Promosi kesehatan meliputi: a. Iklan layanan masyarakat; b. Kampanye penggunaan kondom pada setiap hubungan seks beresiko penularan penyakit; c. Promosi kesehatan bagi remaja dan dewasa muda; d. Peningkatan kapasitas dalam promosi pencegahan penyalahgunaan napza dan penularan HIV kepada tenaga kesehatan, tenaga non kesehatan yang terlatih; dan e. Program promosi keehatan lainnya. (2) Promosi kesehatan yang terintegrasi pada pelayanan kesehatan diutamakan pada pelayanan: a. Kesehatan peduli remaja; b. Kesehatan reproduksi dan keluarga berencana; c. Pemeriksaan asuhan antenatal; d. Infeksi menular seksual; e. Rehabilitasi napza; dan tuberculosis. 2. Preventif a. Penceghan ecara umum: 1) Pencegahan penularan HIV/AIDS dapat dicapai secara efektif dengan cara menerapkan pola hidup aman dan tidak beresiko. 2) Pencegahan meliputi upaya: a. Penecegahan penularan HIV melalui hubungan seksual; b. Pencegahan penularan HIV dari ibu ke anaknya; b. Pencegahan HIV melalui hubungan seksual
1) Pencegahan penularan HIV melalui hubungan seksual merupakan berbagai upaya untuk mencegah seseorang terinfeksi HIV dan/atau penyakit IMS lain yang ditularkan melalui hubungan seksual. 2) Pencegahan penularan HIV melalui hubungan seksual dilaksanakan terutama di tempat yang berpotensi terjadinya hubungan seksual beresiko. 3) Pencegahan penularan HIV melalui hubungan seksual dilakukan dengan 4 (empat) kegiatan yang terintegrasi meliputi: a. Peningkatan peran pemangku kepentingan; b. Intervensi perubahan perilaku; c. Manajemen pasokan perbekalan kesehatan pencegahan; dan d. Penatalaksanaan IMS. 4) Peningkatan peran pemangku kepentingan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf a ditujukkan untuk menciptakan tatanan social dilingkungan populasi kunci yang kondusif. 5) Intervensi perubahan perilaku ditujukan untuk member pemahaman dan mengubah perilaku setiap individu dalam kelompok sehingga kerentanan terhadap HIV berkurang. 6) Manajemen pasokan perbekalan keehatan pencegahan ditujukan untuk menjamin tersedianya perbekalan kesehatan pencegahan yang bermutu dan terjangkau. 7) Penatalaksanaan IMS ditujukan untuk menyembuhkan IMS pada individu dengan memutus mata rantai penularan IMS melalui penyediaan pelayanan diagnosis dan pengobatan serta konseling perubahan perilaku. 8) Ketentuan lebih lanjut mengenai pedoman penatalaksanaan IMS diatur dengan peraturan menteri. (1) Pencegahan penularan HIV melalui hubungan seksual dilakukan melalui upaya untuk; a. Tidak melakukan hubungan seksual; b. Setia dengan pasangan;
c. Menggunakan kondom secara konsisten; d. Menghindari penyalahgunaan obat/zat adiktif e. Meningkatkan kemampuan pencegahan melalui edukasi termasuk mengobati IMS sedini mungkin; dan f. Melakukan pencegahan lain, antara lain melalui sirkumsisi. (2) Tidak melakukan hubungan seksual hanya berhubungan seksual dengan pasanagn tetap yang diketahui tidak terinveksi HIV. (3) Menggunakan kondom secara konsisten berarti selalu menggunakan kondom bila terpaksa berhubungan seksual serta hubungan seks dengan pasangan yang telah terinfeksi HIV dan/ atau IMS. c. Pencegahan penularan HIV melalui hubungan non seksual (1) Pencegahan penulran HIV mellaui hubungan non seksual ditunjukan untuk mencegah penularan HIV melaui darah. (2) Pencegahan penularan HIV melalui hubungan non seksual meliputi; a. Uji sering dana pendonor; b. Pencegahan infeksi HIV pada tindakan medis dan non medis yang melukai tubuh; dan c. Pengurangan dampak buruk pada pengguna napza suntik. Uji saring darah pendonor dilakukan sesuai ketentuan peraturan perundangundanagan. Pencegahan infeksi HIV pada tindakan medis dan nonmedis yang melukai tubuh dilakukan dengan penggunaan peralatan steril dan mematuhi standar prosedur operasional serta memperhatikan kewaspadaan umum. (3) Pengurangan dampak buruk pada pengguna napza suntik meliputi: a. Program layanan alat suntik steril dengan konseling perubahan perilaku serta dukunga psikososial; b. Mendorong pengguna napza suntik khususnya pecandu opiate menjalani program terapi rumatan; c. Mendorong pengguna napza suntik untuk melakukan pencegahan penularan seksual; dan d. Layanan konseling dan tes HIV serta pencegahan/ imunisasi hepatitis.
d. Pencegahan penularan HIV dsri ibu ke anaknya Pencegahan penularan HIV dari ibu ke anaknya dilaksanakan melalui 4 kegiatan meliputi: a. Pencgahan penularan HIV pada perempuan usia reproduktif; b. Pencegahan kehamilan yang tidak direncanakan pada perempuan dengan HIV; c. Pencegahan penularan HIV dari ibu hamil dengan HIV ke bayi yang dikandung; d. Pemeberian dukungan psikologis, social, dan perawatan ibu dengan HIV beserta anaknya dan keluarganya.
3. Rehabilitasi a. Rehabilitasi pada kegiatan Penanggulangan HIV dan AIDS dilakukan terhadap setiap pola transmisi penularan HIV pada populasi kunci terutama pekerja seks dan Pengguna Napza Suntik. b. Rehabilitasi pada kegiatan Penanggulangan HIV dan AIDS dilakukan melalui rehabilitasi medis dan sosial. c. Rehabilitasi pada kegiatan Penanggulangan HIV dan AIDS ditujukan untuk mengembalikan kualitas hidup untuk menjadi produktif secara ekonomis dan sosial d. Rehabilitasi pada populasi kunci pekerja seks dilakukan dengan cara pemberdayaan ketrampilan kerja dan efikasi diri yang dapat dilakukan oleh sektor sosial, baik Pemerintah maupun masyarakat. e. Rehabilitasi pada populasi kunci pengguna napza suntik dilakukan dengan cara rawat jalan, rawat inap dan program pasca rawat sesuai ketentuan peraturan perundangundangan. 4. Pengobatan a. Pengobatan HIV bertujuan untuk mengurangi risiko penularan HIV, menghambat perburukan infeksi oportunistik dan meningkatkan kualitas hidup pengidap HIV.
b. Pengobatan HIV harus dilakukan bersamaan dengan penapisan dan terapi infeksi oportunistik, pemberian kondom dan konseling. c. Pengobatan AIDS bertujuan untuk menurunkan sampai tidak terdeteksi jumlah virus (viral load) HIV dalam darah dengan menggunakan kombinasi obat ARV. d. Pengobatan HIV dan AIDS dilakukan dengan cara pengobatan:
terapeutik;
profilaksis; dan
penunjang.
e. Pengobatan terapeutik meliputi pengobatan ARV, pengobatan IMS, dan pengobatan infeksi oportunitis. f. Pengobatan profilaksis meliputi: g. pemberian ARV pasca pajanan; da h. kotrimoksasol untuk terapi dan profilaksis. i. Pengobatan penunjang meliputi pengobatan suportif, adjuvant dan perbaikan gizi. G. ASKEP HIV/AIDS 1. Pengkajian a. Riwayat Kesehatan 1) Riwayat Kesehatan Dahulu : Pasien memiliki riwayat melakukan hubungan seksual dengan pasangan yang positif mengidap HIV/AIDS, pasangan seksual multiple, aktivitas seksual yang tidak terlindung, seks anal, homoseksual,
penggunaan
kondom
yang
tidak
konsisten,
menggunakan pil pencegah kehamilan (meningkatkan kerentanan terhadap virus pada wanita yang terpajan karena peningkatan kekeringan/friabilitas vagina),
pemakai obat-obatan IV dengan
jarum suntik yang bergantian, riwayat menjalani transfusi darah berulang, dan mengidap penyakit defesiensi imun. 2) Riwayat Kesehatan Sekarang:
Pasien mengatakan mudah lelah, berkurangnya toleransi terhadap aktivitas biasanya, sulit tidur, merasa tidak berdaya, putus asa, tidak berguna, rasa bersalah, kehilangan kontrol diri, depresi, nyeri panggul, rasa terbakar saat miksi, diare intermitten, terusmenerus yang disertai/tanpa kram abdominal, tidak nafsu makan, mual/muntah, rasa sakit/tidak nyaman pada bagian oral, nyeri retrosternal saat menelan, pusing, sakit kepala, tidak mampu mengingat
sesuatu,
konsentrasi
menurun,
tidak
merasakan
perubahan posisi/getaran, kekuatan otot menurun, ketajaman penglihatan menurun, kesemutan pada ekstremitas, nyeri, sakit, dan rasa terbakar pada kaki, nyeri dada pleuritis, nafas pendek, sering batuk berulang, sering demam berulang, berkeringat malam, takut mengungkapkan pada orang lain dan takut ditolak lingkungan, merasa kesepian/isolasi, menurunnya libido dan terlalu sakit untuk melakukan hubungan seksual. 3) Riwayat Kesehatan Keluarga : Riwayat HIV/AIDS pada keluarga, kehamilan keluarga dengan HIV/AIDS, keluarga pengguna obat-obatan terlarang. b. Pengkajian Pemeriksaan Fisik 1) Aktivitas / istirahat Gejala: Mudah lelah, berkurangnya toleransi terhadap aktivitas biasanya, progresi kelelahan / malaise, Perubahan pola tidur Tanda: Kelemahan otot, menurunnya massa otot Respon fisiologis terhadap aktivitas seperti perubahan dalam TD, frekuensi jantung, pernapasan 2) Sirkulasi Gejala: Proses penyembuhan luka yang lambat (bila anemia); perdarahan lama pada cedera (jarang terjadi) Tanda: Takikardia, perubahan TD postural, Menurunnya volume nadi perifer, Pucat atau sianosis: perpanjangan kapiler 3) Integritas ego
Gejala: Faktor stres yang berhubungan dengan kehilangan, mis: dukungan keluarga, hubungan dengan orang lain. Penghasilan, gaya hidup tertentu dan stres spiritual. Mengkuatirkan penampilan: alopesia, lesi cacat dan menurunnya BB, merasa tidak berdaya, putus asa, tidak berguna, rasa bersalah kehilangan kontrol diri dan depresi. Tanda: Mengingkari, cemas, defresi, takut, menarik diri perilaku marah, postur tubuh mengelak, menangis, dan kontak mata kurang gagal menepati janji atau banyak janji untuk periksa dengan gejala yang sama 4) Eliminasi Gejala: Diare yang intermitten, terus menerus, sering dengan atau tanpa disertai kram abdominal, Nyeri panggul, rasa terbakar saat miksi Tanda: Feces dengan atau tanpa disertai mukus dan marah, Diare pekat yang sering Nyeri tekan abdominal, Lesi atau abses rectal, personal, Perubahan dalam jumlah, warna dan karakteristik urin 5) Makanan / cairan Gejala: Anoreksia, perubahan dalam kemampuan mengenali makanan / mual / muntah disfagia, nyeri retrostenal saat menelan Penurunan berat bada: perawakan kurus, menurunnya lemak subkutan / massa otot, turgor kulit buruk, Lesi pada rongga mulut, adanya selaputnya putih dan perubahan warna. Kesehatan gigi / gusi yang buruk, adanya gigi yang tanggal.Edema (umum, dependen) 6) Higiene Gejala: Tidak dapat menyelesaikan aktivitas Tanda: Memperlihatkan penampila yang kurang rapi, Kekurangan dalam banyak atau perawatan diri, aktivitas perawatan diri 7) Neurosensori Gejala: Pusing, pening / sakit kepala, perubahan status mental. Kehilangan ketajaman atau kemampuan diri untuk mengatasi
masalah, tidak mampu mengingat dan konsentrasi menurun, Kerusakan sensasi atau indera posisi dan getaran kelemahan otot, tremor dan perubahan ketajaman penglihatan, kebas, kesemutan pada ekstremitas (kaki tampak menunjukkan perubahan paling awal) Tanda:Perubahan status mental dan rentang antara kacau mental sampai dimensia, lupa, konsentrasi buruk, tingkat kesadaran menurun, apatis, retardasi psikomotor / respon melambat, ide paranoid, ansietas yang berkembang bebas, harapan yang tidak realistis timbul refleksi tidak normal, menurunnya kekuatan otot dan gaya berjalan ataksia tremor pada motorik kasar / halus, menurunnya motoric.Vocalis: hemi paresis; kejang, hemoragi retina dan eksudat 8) Nyeri / kenyamanan Gejala: Nyeri umum atau local, sakit, rasa terbakar pada kaki, sakit kepala (keterlibatan ssp), nyeri dada pleuritis Tanda:Pembengkakan pada sendi, nyeri pada kelenjar, nyeri tekan penurunan rentang gerak, perubahan gaya berjalan / pincang, gerak otot melindungi bagian yang sakit 9) Pernapasan Gejala: isksering, menetap napas pendek yang progresif batuk (sedang sampai parah), produktif / non produktif sputum (tanda awal dari adanya PCP mungkin batuk spasmodic saat napas dalam), bendungan atau sesak dada Tanda: takipnea, distres pernapasan, perubahan pada bunyi napas / bunyi napas adventisius. Sputum: kuning (pada pneumonia yang menghasilkan sputum) 10) Keamanan Gejala: riwayat jatuh, terbakar, pingsan, luka yang lambat proses penyembuhannya Riwayat menjalani transfusi darah yang sering atau berulang (mis: hemofilia, operasi vaskuler mayor, insiden traumatis). Riwayat
penyakit defisiensi imun, yakni kanker tahap lanjut. Riwayat / berulangnya infeksi dengan PHS. Demam berulang; suhu rendah, peningkatan suhu intermitten / memuncak; berkeringat malam Tanda: perubahan integritas kulit: terpotong, ruam mis: ekzema, eksantem, psoriasis, perubahan warna / ukuran mola; mudah terjadi memar yang tidak dapat dijelaskan sebabnya rektum, luka-luka perianal atau abses, timbulnya nodul-nodul, pelebaran kelenjar limfe pada 2 area tubuh atau lebih (mis: leher, ketiak, paha) menurunnya kekuatan umum, tekanan otot, perubahan pada gaya berjalan 11) Seksualitas Gejala: riwayat perilaku beresiko tinggi yakni mengadakan hubungan seksual dengan pasangan yang positif HIV, pasangan seksual multipel, aktivitas seksual yang tidak terlindung dan seks anal, menurunnya libido, terlalu sakit untuk melakukan hubungan seks, penggunaan kondom yang tidak konsisten, menggunakan pil pencegah kehamilan (meningkatkan kerentanan terhadap virus pada wanita yang diperkirakan dapat karena peningkatan kekurangan (pribilitas vagina) Tanda: kehamilan atau resiko terhadap hamil 12) Genetalia: Manifestasi kulit (mis: herpes, kulit); rabas 13) Interaksi sosial Gejala: masalah yang ditimbulkan oleh diagnosis, mis: kehilangan kerabat / orang terdekat, teman, pendukung, rasa takut untuk mengungkapkannya pada orang lain, takut akan penolakan / kehilangan pendapatan isolasi, kesepian, teman dekat ataupun pasangan seksual yang meninggal akibat AIDS, mempertanyakan kemampuan untuk tetap mandiri, tidak mampu membuat rencana Tanda: perubahan pada interaksi keluarga / orang terdekat, aktivitas yang tidak terorganisasi, perubahan penyusunan tujuan 14) Penyuluhan / pembelajaran
Gejala: kegagalan untuk mengikuti perawatan, melanjutkan perilaku beresiko tinggi (mis: seksual ataupun penggunaan obatobatan IV) penggunaan / penyalahgunaan obat-obatan IV, saat ini merokok, penyalahgunaan alkohol 15) Pertimbangan rencana pemulangan: Memerlukan bantuan keuangan, obat-obatan / tindakan, perawatan kulit / luka, peralatan / bahan; trasportasi, belanja makanan dan persiapan perawatan diri, prosedur keperawatan teknis, tugas perawatan / pemeliharaan rumah, perawatan anak, perubahan fasilitas hidup. 2. Diagnosa Masalah keperawatan yang sering muncul pada HIV/AIDS [ CITATION Nur15 \l 1057 ]: a. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan adanya secret yang mengental. b. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan nafsu makan menurun. c. Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan faktor :Penurunan responimun , kerusakan kulit. d. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan cara-cara mencegah penularan HIV dan perawatan mandiri. e. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan keadaan mudah letih, kelemahan, malnutrisi, gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit. 3. Intervensi No Diagnosa 1 Bersihan jalan
Noc a. Respiratory status :
nafas tidak efektif berhubungan dengan adanya secret yang
b.
Nic 1. Pastikan kebutuhan
Ventilation
oral / trachealsuctioning.
Respiratory status :
2.
Berikan O2
Airway patency
3.
Anjurkan pasien
c. Aspiration Control
untuk istirahat dan
mengental
kriteria hasil :
napas dalam
a. Mendemonstrasika
4.
b. batuk efektif dan
untuk
c. suara nafas yang
memaksimalkanVentilasi
bersih,tidak ada
5.
sianosis dan dyspneu
dengan batuk atau suction
d. Menunjukkan
6.
jalan nafas yang paten e.
f.
Posisikan pasien
Keluarkan sekret Auskultasi suara
nafas, catat adanya suara tambahan
Mampu mengidentifik
7.
asikan dan mencegah
hemodinamik
faktor yang penyebab.
8.
Saturasi O2 dalam
g. batas normal
Monitor status Berikan pelembab
udara Kassa basah NaCl Lembab 9.
Atur intake untuk
cairan mengoptimalkan keseimb angan. 10. Monitor respirasi dan status O2 11. Pertahankan hidrasi yang adekuat untuk mengencerkan 2
Gangguan
Nutritional status:
pemenuhan nutrisi
Adequacy of nutrient
kurang dari
Nutritional Status :
kebutuhan berhubungan
b.
food and Fluid Intake Weight Control
dengan nafsu makan menurun
sekret 1. Kaji adanya alergi makanan 2. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan pasien
Kriteria hasil
3. Yakinkan diet yang
a. Albumin serum
dimakan
b. Pre albumin serum
mengandung tinggi serat
c. Hematokrit
untuk mencegah
d. Hemoglobin
konstipasi
e. Total iron binding
4. Monitor adanya
f.
penurunan BB dan
capacity
g. Jumlah limfosit
gula darah 5. Monitor turgor kulit 6. Monitor mual dan muntah 7. Monitor pucat, kemerahan, dan kekeringan jaringan konjungtiva 8. Monitor intake nuntrisi 9. Informasikan pada klien dan keluarga tentang manfaat
3
Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan faktor
NOC : a. b.
Infection control c. Risk control
:Penurunan responimun ,
Immune Status Knowledge :
Kriteria Hasil : a.
kerusakan kulit
Klien bebas dari tanda dan gejala
b.
infeksi Mendeskripsikan proses penularan penyakit, factor yang
nutrisi NIC : Infection Control (Kontrol infeksi) 1 Bersihkan lingkungan setelah dipakai pasien lain 2 Pertahankan teknik isolasi 3 Batasi pengunjung bila perlu 4 Instruksikan pada pengunjung untuk mencuci tangan saat
mempengaruhi
berkunjung dan setelah
penularan serta
berkunjung
penatalaksanaannya, c. Menunjukkan kemampuan untuk
antimikrobia untuk cuci
mencegah timbulnya
tangan 6 Cuci tangan setiap
infeksi d. Jumlah leukosit e.
meninggalkan pasien 5 Gunakan sabun
sebelum dan sesudah
dalam batas normal Menunjukkan
tindakan kperawtan 7 Pertahankan
perilaku hidup sehat
lingkungan aseptik selama pemasangan alat 8 Tingktkan intake nutrisi Infection Protection
4
(proteksi terhadap infeksi) 1 Monitor tanda dan
Defisiensi pengetahuan
gejala infeksi sistemik
berhubungan
dan lokal 2 Monitor hitung
dengan cara-cara mencegah
granulosit, WBC 3 Monitor kerentanan
penularan HIV dan
terhadap infeksi 4 Batasi pengunjung 5 Pertahankan teknik
perawatan mandiri.
NOC : Knowledge : disease
isolasi k/p 6 Berikan perawatan
process
kuliat pada area epidema 7 Inspeksi kulit dan
Knowledge : health
membran mukosa
behavior
terhadap kemerahan,
Kriteria hasil :
panas, drainase 8 Ispeksi kondisi luka /
Pasien dan keluarga menyatakan
insisi bedah 9 Dorong masukkan
pemahaman tentang penyakit, kondisi, 5
program pengobatan.
cairan 11 Dorong istirahat 12 Instruksikan pasien
Pasien dan keluarga
untuk minum antibiotik
mampu melaksanakan
sesuai resep 13 Ajarkan cara
prognosis, dan
D. Intoleransi aktivitas berhubunga n dengan keadaan mudah letih, kelemahan, malnutrisi,
nutrisi yang cukup 10 Dorong masukan
prosedur yang dijelaskan secara benar. Pasien dan keluarga mampu menjelaskan kembali apa yang dijelaskan perawat/tim kesehatan lainnya.
menghindari infeksi 14 Laporkan kecurigaan infeksi NIC : Teaching : disease process 1. Berikan penilaian tentang tingkat pengetahuan
gangguan
pasien tentang
keseimbang
proses penyakit
an cairan
yang spesifik.
dan
2. Jelaskan
elektrolit.
patofisiologi dari penyakit dan bagaimana hal ini NOC : Energy conservation Aktivity tolerance Self care : ADLs Kriteria hasil : Berpartisipasi dalam aktivitas fisik tanpa disertai peningkatan TD, Nadi, dan RR.
berhubungan dengan anatomi dan fisiologi, dengan cara yang tepat. 3. Gambarkan tanda dan gejala yang biasa muncul pada penyakit,
Mampu melakukan
dengan cara yang
aktivitas sehari-hari
tepat.
(ADLs) secara
4. Gambarkan
mandiri
proses penyakit,
TTV normal
dengan cara yang
Energy psikomotor
tepat.
Level kelemahan
5. Identifikasi
Mampu berpindah :
kemungkinan
dengan atau tanpa
penyebab, dengan
bantuan alat
cara yang tepat.
Status
6.
Sediakan
kardiopulmunari
informasi pada
adekuat
pasien tentang
Sirkulasi status baik
kondisi, dengan
Status respirasi :
cara yang tepat.
pertukaran gas dan ventilasi adekuat.
7. Diskusikan perubahan gaya hidup yang mungkin diperlukan untuk mencegah komplikasi di masa yang akan datang dan atau proses pengontrolan penyakit. 8. Diskusikan pilihan terapi atau penanganan. 9. Instruksikan
pasien mengenai tanda dan gejala untuk melaporkan pada `pemberi perawatan kesehatan, dengan cara yang tepat NOC : Activity therapy 1. Kalaborasikan dengan tenaga rehabilitasi medik dalam merencanakan program terapi yang tepat. 2. Bantu pasien untuk mengidentifikasi aktivitas yang mampu dilakukan. 3. Bantu untuk memilih aktivitas konsisten yang sesuai dengan kemampuan fisik, psikologi dan social 4. Bantu untuk
mengidentifikasi dan mendapatkan sumber yang diperlukan untuk aktivitas yang diinginkan. 5. Bantu untuk mendapatkan alat bantuan aktivitas seperti kursi roda, krek. 6. Bantu untuk mengidentifikasi aktivitas yang disukai. 7. Bantu klien untuk membuat daftar latihan diwaktu luang. 8. Bantu pasien dan keluarga untuk mengidentifikasi kekurangan dalam beraktifitas. 9. Sediakan penguatan positif bagi yang aktif beraktivitas. 10. Bantu pasien untuk mengembangkan
motivasi diri dan penguatan. 11. Monitor respon fisik, emoi, social, dan spiritual.
BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Kesimpulannya adalah bahwa kita harus waspada terhadap virus HIV/AIDS. Makalah di atas juga menjelaskan pengertian, sejarah, cara penularan , gejala-gejal dan pencegahannya. Adapun kesimpulan yang dapat penulis simpulkan mengenai makalah ini adalah: 1. HIV (Human Immuno–Devesiensi) adalah virus yang hanya hidup dalam tubuh manusia, yang dapat merusak daya kekebalan tubuh manusia. AIDS (Acguired Immuno–Deviensi Syndromer) adalah kumpulan gejala menurunnya gejala kekebalan tubuh terhadap serangan penyakit dari luar. 2. Tanda dan Gejala Penyakit AIDS seseorang yang terkena virus HIV pada awal permulaan umumnya tidak memberikan tanda dan gejala yang khas, penderita hanya mengalami demam selama 3 sampai 6 minggu tergantung daya tahan tubuh saat mendapat kontak virus HIV tersebut. 3. Hingga saat ini penyakit AIDS tidak ada obatnya termasuk serum maupun vaksin yang dapat menyembuhkan manusia dari Virus HIV penyebab penyakit
AIDS
yang
ada
hanyalah
pencegahannya
saja.
DAFTAR PUSTAKA
Kowalak, P. J., Welsh, W., & Mayer, B. (2014). Buku Ajar Patofisiologi . Jakarta: EGC. Kurniawan, N., & M, N. (2007). Asuhan keperawatan pada pasien infeksi HIV/AIDS. Jakarta: Salemba Medika. Nurarif, A. H., & Kusuma, H. (2015). Aplikasi NANDA & NIC-NOC. Yogyakarta: Mediaction. Price, S. A., & Wilson, L. M. (2014). Patofisiologi Konsep Klinis Proses - Proses Penyakit. Jakarta: EGC.