MAKALAH SISTEM PERKEMIHAN HIDRONEFROSIS
Di susun oleh :
kelompok 6
IIT RETNANING
102150
OKTAVIA EKA
102150
RIZKY IRMA
102150
FATIN AFIZAH
102150
ANJAS ADI P
102150
RINDA DINARTI
102150
PRODI S1 KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA
KEDIRI 2017
KATA PENGANTAR
Puji syukur Alhamdulillahi Robbil’alamin, dengan rahmat dan taufiq dari Allah swt. Penulis dapat menyelesaikan tugas pembuatan makalah dengan judul ”Hidronefrosis” tepat pada waktunya. Shalawat dan salam semoga tetap terlimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW, yang telah membawa ajaran pentingnya pendidikan bagi generasi Islam agar memiliki etika dan moral yang mulia. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas wajib dari mata kuliah Sistem Muskuloskeletal. Selama melaksanakan pembuatan makalah ini, tentu tidak lepas dari bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak, baik langsung maupun tidak langsung. Penulis mengakui bahwa makalah ini belum bias lengkap dan masih banyak sekali terdapat kesalahan serta kekurangan. Oleh karena itu, mungkin makalah ini masih kurang sermpurna. Penulis berharap adanya kritik dan saran yang membangun demi tercapainya kesempurnaan di masa yang akan datang.
Kediri, November 2017
Kelompok 6
DAFTAR ISI
Kata Pengatar
i
Daftar Isi
ii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Rumusan Masalah C. Tujuan BAB II PEMBAHASAN A. Definisi B. Etiologi C. Manifestasi Klinis D. Patofisiologi E. WOC F. Pemeriksaan Penunjang G. Penatalaksanaan H. Komplikasi I. Asuhan Keperawatan BAB III PENUTUP A. Kesimpulan B. Saran DAFTAR PUSTAKA
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Hidronefrosis merupakan penggembungan ginjal akibat tekanan balik terhadap ginjal karena aliran air kemih tersumbat. Dalam keadaan normal, air kemih mengalir dari ginjal dengan tekanan yang sangat rendah. Jika aliran air kemih tersumbat, air kemih akan mengalir kembali ke dalam tabung-tabung kecil di dalam ginjal (tubulus renalis) dan ke dalam daerah pusat pengumpulan air kemih ( pelvis renalis). Hal ini akan menyebabkan ginjal menggembung dan menekan jaringan ginjal yang rapuh. Pada akhinya, tekanan hidronefrosis yang menetap dan berat akan merusak jaringan ginjal sehingga secara perlahan ginjal akan kehilangan fungsinya (Price, 2001). Epidemiologi dari penyakit hidronefrosis yaitu di Semarang terdapat 51,9 dari 10.000 penduduk yang menderita atau mengidap hidronefrosis. Sedangkan di Rumah Sakit dr. Soetomo Surabaya angka kejadiannya yaitu pria : wanita = 5:1, usia yang terkena hidronefrosis rata-rata pada usia 41,5 tahun. Pelebaran pelvis renalis yang berlangsung lama dapat menghalangi kontraksi otot ritmis yang secara normal mengalirkan air kemih ke kandung kemih. Jaringan fibrosa lalu akan menggantikan kedudukan jaringan otot yang normal di dinding ureter sehingga terjadi kerusakan yang menetap. Hidronefrosis banyak terjadi selama kehamilan karena pembesaran rahim menekan ureter. Perubahan hormonal akan memperburuk keadaan ini karena mengurangi kontraksi ureter yang secara normal mengalirkan air kemih ke kandung kemih. Hidronefrosis akan berakhir bila kehamilan berakhir.Oleh sebab itu untuk mengatasi dan untuk mencegah komplikasi yang ditimbulkan dari hidronefrosis pelu dilakukan penatalaksanaan yang spesifik, yaitu untuk mengidentifikasi dan memperbaiki penyebab
obstruksi, untuk menangani infeksi, dan untuk mempertahankan serta melindungi fungsi renal.
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari hedronefrosis? 2. Apa penyebab dari hedronefrosis? 3. Apa saja manifestasi klinis dari hedronefrosis? 4. Bagaimana patofisiologi dari hedronefrosis? 5. Bagaimana WOC dari hedronefrosis? 6. Pemeriksaan penunjang dari hedronefrosis? 7. Bagaimana penatalalaksanaan dari hedronefrosis? 8. Bagaimana komplikasi dari hedronefrosis? 9. Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien hedronefrosis?
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum Agar mahasiswa dapat mengetahui tentang asuhan keperawatan hedronefrosis. 2. Tujuan khusus a) Agar mahasiswa dapat mengetahui tentang hedronefrosis seperti : 1.
Definisi hedronefrosis.
2.
Etiologi hedronefrosis.
3.
Manifestasi klinis hedronefrosis.
4.
Patofisiologi hedronefrosis.
5.
Penatalaksanaan hedronefrosis.
6.
Asuhan keperawatan hedronefrosis.
BAB II PEMBAHASAN A. Definisi
Hidronefrosis adalah dilatasi pelvis ureter yang dihasilkan oleh obstruksi aliran keluar urin oleh batu atau kelainan letak arteria yang menekan ureter sehingga pelvis membesar dan terdapat destruksi progresif jaringan ginjal (Gibson, 2003). Hidronefrosis adalah pembesaran ginjal akibat tekanan balik terhadap ginjal karena aliran air kemih tersumbat. Hidronefrosis adalah obstruksi saluran kemih proksimal terhadap kandung kemih yang mengakibatkan penimbunan cairan bertekanan dalam pelvis ginjal dan ureter serta atrofi pada parenkim ginjal (Price, 2001). Dalam keadaan normal, air kemih mengalir dari ginjal dengan tekanan yang sangat rendah. Jika aliran air kemih tersumbat, air kemih akan mengalir kembali ke dalam tabung-tabung kecil di dalam ginjal (tubulus renalis) dan ke dalam daerah pusat
pengumpulan air kemih
(pelvis renalis). Hal ini akan menyebabkan ginjal menggembung dan menekan jaringan ginjal yang rapuh. Pada akhinya, tekanan hidronefrosis yang menetap dan berat akan merusak jaringan ginjal sehingga secara perlahan ginjal akan kehilangan fungsinya.
B. Etiologi
1.
Hidronefrosis
biasanya
terjadi
akibat
adanya
sumbatan
pada
sambungan ureteropelvik (sambungan antara ureter dan pelvis renalis) yaitu :
a)
Kelainan struktural, misalnya jika masuknya ureter ke dalam pelvis renalis terlalu tinggi.
b)
Lilitan pada sambungan ureteropelvik akibat ginjal bergeser ke bawah.
c)
Batu di dalam pelvis renalis.
d)
Penekanan pada ureter oleh jaringan fibrosa, arteri atau vena yang letaknya abnormal, dan tumor.
2.
Hidronefrosis juga bisa terjadi akibat adanya penyumbatan dibawah sambungan ureteropelvik atau karena arus balik air kemih dari kandung kemih: a)
Batu di dalam ureter.
b)
Tumor di dalam atau di dekat ureter.
c)
Penyempitan ureter akibat cacat bawaan, cedera, infeksi, terapi penyinaran atau pembedahan.
d) Kelainan pada otot atau saraf di kandung kemih atau ureter. e)
Pembentukan jaringan fibrosa di dalam atau di sekeliling ureter akibat
pembedahan,
rontgen
atau
obat-obatan (terutama
metisergid). f)
Ureterokel (penonjolan ujung bawah ureter ke dalam kandung kemih).
g)
Kanker kandung kemih, leher rahim, rahim, prostat atau organ panggul lainnya.
h)
Sumbatan yang menghalangi aliran air kemih dari kandung kemih ke uretra akibat pembesaran prostat, peradangan atau kanker.
i)
Arus balik air kemih dari kandung kemih akibat cacat bawaan atau cedera.
j)
Infeksi saluran kemih yang berat, yang untuk sementara waktu menghalangi kontraksi ureter. Kadang hidronefrosis terjadi selama kehamilan karena pembesaran
rahim menekan ureter. Perubahan hormonal akan memperburuk keadaan
ini karena mengurangi kontraksi ureter yang secara normal mengalirkan air kemih ke kandung kemih. Hidronefrosis akan berakhir bila kehamilan berakhir, meskipun sesudahnya pelvis renalis dan ureter mungkin tetap agak melebar. Pelebaran pelvis renalis yang
berlangsung lama dapat
menghalangi kontraksi otot ritmis yang secara normal mengalirkan air kemih ke kandung kemih. Jaringan fibrosa lalu akan menggantikan kedudukan jaringan otot yang normal di dinding ureter sehingga terjadi kerusakan yang menetap.
C. Manifestasi Klinis
Pasien mungkin asimtomatik jika awitan terjadi secara bertahap. Obstruksiakut dapat menimbulkan rasa sakit dipanggul dan pinggang. Jika terjadiinfeksi maja disuria, menggigil, demam dan nyeri tekan serta piuria akanterjadi. Hematuri dan
piuria mungkin juga ada. Jika kedua ginjal
kenamaka tanda dan gejala gagal ginjal kronik akan muncul, seperti: 1.
Hipertensi (akibat retensi cairan dan natrium).
2.
Gagal jantung kongestif.
3.
Perikarditis (akibat iritasi oleh toksik uremi).
4.
Pruritis (gatal kulit).
5.
Butiran uremik (kristal urea pada kulit).
6.
Anoreksia, mual, muntah, cegukan.
7.
Penurunan konsentrasi, kedutan otot dan kejang.
8.
Amenore, atrofi testikuler (Smeltzer dan Bare, 2002).
D. Patofisiologi
Obstruksi pada aliran normal urin menyebabkan urin mengalir balik, sehingga tekanan di ginjal meningkat. Jika obstruksi terjadi di uretra atau kandung kemih, tekanan balik akan mempengaruhi kedua ginjal, tetapi jika obstruksi terjadi di salah satu ureter akibat adanya batu atau kekakuan maka hanya satu ginjal saja yang rusak. Obstruksi parsial atau
intermiten dapat disebabkan oleh batu renal yang terbentuk di piala ginjal tetapi masuk ke ureter dan menghambatnya. Obstruksi dapat diakibatkan oleh tumor yang menekan ureter atau berkas jaringan parut akibat abses atau inflamasi dekat ureter dan menjepit saluran tersebut. Gangguan dapat sebagai akibat dari bentuk abnormal di pangkal ureter atau posisi ginjal yang salah, yang menyebabkan ureter berpilin atau kaku. Pada pria lansia , penyebab tersering adalah obstruksi uretra pada pintu kandung kemih akibat pembesaran prostat. Hidronefrosis juga dapat terjadi pada kehamilan akibat pembesaran uterus. Adanya akumulasi urin di piala ginjal akan menyebabkan distensi piala dan kaliks ginjal. Pada saat ini atrofi ginjal terjadi. Ketika salah satu ginjal sedang mengalami kerusakan bertahap, maka ginjal yang lain akan membesar secara bertahap (hipertropi kompensatori), akhirnya fungsi renal terganggu (Smeltzer dan Bare, 2002). E. WOC
(Terlampir) F. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan yang dapat dilakukan yaitu : 1. Adanya massa di daerah antara tulang rusuk dan tulang pinggul, terutama jika ginjal sangat membesar. 2. USG, memberikan gambaran ginjal, ureter dan kandung kemih. 3. Urografi intravena, bisa menunjukkan aliran air kemih melalui ginjal. 4. Sistoskopi, bisa melihat kandung kemih secara langsung. 5. Laboratorium Pemeriksaan darah bisa menunjukkan adanya kadar urea karena ginjal tidak mampu membuang limbah metabolik.
G. Penataksanaan
Tujuannya adalah untuk mengaktivasi dan memperbaiki penyebab dari hidronefrosis (obstruksi, infeksi) dan untuk mempertahankan dan
melindungifungsi ginjal.Untuk mengurangi obstruksi urin akan dialihkan melalui tindakan nefrostomi atau tipe disertasi lainnya. Infeksi ditangani dengan agen anti mikrobial karena sisa urin dalam kaliks akan menyebabkan
infeksi
dan
pielonefritis.
Pasien
disiapkan
untuk
pembedahan mengangkat lesi obstrukstif (batu, tumor, obstruksi ureter). Jika salah satu fungsi ginjal rusak parah dan hancur maka nefrektomi (pengangkatan ginjal) dapat dilakukan (Smeltzer dan Bare, 2002) 1. Pengobatan a)
Hidronefrosis akut 1. Jika fungsi ginjal telah menurun, infeksi menetap atau nyeri yang hebat, maka air kemih yang terkumpul diatas penyumbatan segera dikeluarkan (biasanya melalui sebuah jarum yang dimasukkan melalui kulit). 2. Jika terjadi penyumbatan total, infeksi yang serius atau terdapat batu, maka bisa dipasang kateter pada pelvis renalis untuk sementara waktu .
b)
hidronefrosis kronik 1. Diatasi dengan mengobati penyebab dan mengurangi penyumbatan air kemih. 2. Ureter yang menyempit atau abnormal bisa diangkat melalui
pembedahan dan ujung-ujungnya disambungkan
kembali. 3. Dilakukan pembedahan untuk membebaskan ureter dari jaringan fibrosa. Jika sambungan ureter dan kandung kemih tersumbat, maka dilakukan pembedahan untuk melepaskan ureter dan menyambungkannya kembali di sisi kandung kemih yang berbeda. 4. Jika uretra tersumbat, maka pengobatannya meliputi: a. terapi hormonal untuk kanker prostat b. pembedahan
c. pelebaran uretra dengan dilator.
H. Komplikasi
Jika hidronefrosis tetap tidak diobati, peningkatan tekanan di dalam ginjal bisa menurunkan kemampuan ginjal untuk menyaring darah, mengeluarkan produk sampah, dan membuat urin serta mengatur elektrolit dalam
tubuh.
Hidronefrosis
bisa
menyebabkan
infeksi
ginjal
(pyelonephrosis) gagal ginjal, sepsis, dan dalam beberapa kasus, ginjal kehilangan fungsi atau kematian. Fungsi ginjal akan mulai menurun segera dengan timbulnya hidronefrosis tetapi reversibel jika tidak menyelesaikan pembengkakan. Biasanya ginjal sembuh dengan baik bahkan jika ada halangan berlangsung hingga 6 minggu.
I. Asuhan Keperawatan 1.
Pengkajian
a)
Identitas Klien
1.
Nama
2. Umur
: :
3. Jenis kelamin : 4. Agama
:
5. Pendidikan
:
6. Pekerjaan
:
7. Status kawin
:
b)
Riwayat Kesehatan 1.
Riwayat Kesehatan Dahulu Riwayat pasien terdahulu mungkin pernah mengalami penyakit batu ginjal, tumor, pembesaran prostat, ataupun kelainan kongenital.
2.
Riwayat Kesehtan Sekarang Riwayat kesehatan sekarang ialah status kesehatan klien saat ini seperti klien berkemih sedikit tergantung periode penyakit, nyeri saat berkemih, nyeri panggul.
3.
Riwayat Kesehatan Keluarga Keluarga pasien ada yang menderita penyakit polikistik ginjal herediter, diabetes mellitus, serta penyakit ginjal yang lain.
c) Pola Kebutuhan Dasar Manusia 1. Aktivitas dan istirahat Kelelahan, kelemahan, malaise. 2. Integritas ego Faktor stress, perasaan tidak berdaya, menolak cemas, marah. 3. Elimasi Penurunan frekuensi, oliguri, anuri, perubahan warna urin. 4. Makanan/cairan Penurunan berat badan karena malnutrisi, anoreksia, mual, muntah. 5. Nyeri/kenyamanan Nyeri abdomen, nyeri tulang rusuk dan tulang panggul, gelisah, distraksi tergantung derajat keparahan. 6. Interaksi sosial Tidak mampu bekerja, tidak mampu menjalankan peran seperti biasa. 7. Persepsi diri Kurangnya pengetahuan, gangguan body image. 8. Sirkulasi Peningkatan tekanan darah, kulit hangat dan pucat. b) Pemeriksaan Fisik a. Kulit: Warna kulit sawo matang P: turgor cukup
b. Kepala: Mesochepal, rambut hitam, distribusi merata, tidak mudah dicabut. c. Mata: Conjungtiva merah muda, sclera putih, pupil bulat, isokor, reflek cahaya (+/+). d. Telinga: Simetris, serumen (+/+) dalam batas normal. Hidung: simetris, septum di tengah, selaput mucosa basah. Mulut: gigi lengkap, bibir tidak pucat, tidak kering Leher: trachea di tengah, kelenjar lymphoid tidak membesar, kelenjar tiroid tidak membesar, tekanan vena jugularis tidak meningkat. e. Thorax : Jantung: Ictus cordis tidak tampak dan tidak kuat angkat, batas jantung dalam batas normal, S1>S2, regular, tidak ada suara tambahan. Paru-paru: Tidak ada ketinggalan gerak, vokal fremitus kanan = kiri, nyeri tekan tidak ada, sonor seluruh lapangan paru, suara dasar vesikuler seluruh lapang paru, tidak ada suara tambahan. f. Abdomen : I: Perut datar, tidak ada benjolan A: Bising usus biasanya dalam batas normal. P: Timpani seluruh lapang abdomen P: ada nyeri tekan, hepar dan lien tidak teraba, tidak teraba massa. g. Pada pasien dengan hidronefrosis berat, palpasi ginjal dapat teraba. Dengan hidronefrosis bilateral, edema ekstremitas bawah dapat terjadi. Sudut kostovertebral pada satu sisi yang terekena sering lembut. Adanya kembung pada kandung kemih yang teraba jelas menambah bukti bahwa adanya obstruksi saluran kemih.
h. Ekstremitas Superior: tidak ada deformitas, tidak ada oedema, tonus otot cukup. Inferior : deformitas (-), jari tabuh (-), pucat (-), sianois (-), oedema (-), tonus otot cukup. c) Pemeriksaan penunjang a. Laboratorium Urinalisis. Pyura menunjukkan adanya infeksi. Hematuria mikroskopik dapat menunjukkan adanya batu atau tumor. Volume: <400 ml/ hari dalam 24-28jam setelah ginjal rusak. Warna: Kotor, terdapat sedimen kecoklatan yang menunjukkan adanya darah, mioglobin, dan porfirin. b. Hitung
jumlah
sel
darah
lengkap:
leukositosis
mungkin
menunjukkan infeksi akut. c. Kimia
serum: hidronefrosis bilateral dan hidroureter dapat
mengakibatkan peningkatan kadar BUN dan kreatinin. Selain itu, hiperkalemia dapat menjadi kondisi yang mengancam kehidupan. d. Radio diagnostik USG/CR abdomen Ultrasonografi adalah metode yang cepat, murah, dan cukup akurat untuk mendeteksi hidronefrosis dan hidroureter, namun, akurasi dapat bergantung pada pengguna. Ultrasonografi umumnya berfungsi sebagai tes skrining pilihan untuk menetapkan diagnosis dan hidronefrosis. e. IVP Pyelography intravena berguna untuk mengidentifikasi keberadaan
dan
penyebab
hidronefrosis
dan
hidroureter.
Intraluminal merupakan penyebab paling mudah yang dapat diidentifikasi berdasarkan temuan IVP f. Renogram / RPG g. Poto thorax h. ECG
2. Analisa Data Data
Etiologi
Masalah Keperawatan
Jaringan parut ginjal Nyeri akut ureter , batu, tumor,hipertropi -Klien tampak prosial, kelainan meringis kongenital, -pernafansan klien penyempitan uretra , pembesaran uterus cepat pada ibu hamil DO:
-gelisah
sekala
nyeri 8
Obstruksi total sebagian aliran urin
DS: -klien mengatakan
nyeri
di
bagian
pinggang
Jaringan parut ginjal ureter , batu, -urine klien kurang tumor,hipertropi prosial, kelainan dari 400 ml/hari kongenital, dalam 24-28 jam penyempitan uretra , -warna urine klien pembesaran uterus pada ibu hamil kotor (coklat) DO:
DS: -klien mengatakan
urinnya yang keluar sedikit
Obstruksi total sebagian aliran urin
Gangguan eliminasi urin
pola
Intoleransi aktifitas
DO: -klien
tampak
lemah dan lesu -klien tampak pucat DS: -klien mengatakan
badannya letih -klien mengatakan mudah lelah
DO:
Ketidakseimbangan
-nafas klien berbau
nutrisi
amonia
kebutuhan tubuh
DS: - klien merasa mual
dan muntah -klien mengatakan tidak mau makan
kurang
dari
3. Diagnose Keperawatan
a.
Nyeri akut b/d patologis penyakit
b.
Gangguan pola eliminasi urin b/d sedikitnya urin yang keluar
c.
Intoleransi aktifitas b/d penurunan aktivitas
d.
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d anoreksia, mual, muntah
4. Intervensi Keperawatan
Tujuan dan Kriteria
Diagnosa
Intervensi
Hasil 1. Nyeri
akut
b/d NOC :
patologis penyakit
a. Lakukan pengkajian nyeri
Pain level
secara
Pain control
termasuk
KH :
karakteristik, durasi, frk, Mampu
mengontrol nyeri
kulitas,
komprehensif lokasi,
dan
presipitasi
Melaporkan b. Observasi bahwa
nyeri
berkurang
dgn
menggunakan manajemen nyeri Mampu mengenali nyeri
factor
reaksi
nonverbal c. Kaji
kultur
yang
mempengaruhi nyeri d. Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau
Menyatakan rasa
e. Control lingkungan yang
nyamansetelah nyeri
dapat mempengaruhi nyeri
berkurang
f. Kaji tipe dan sumber nyeri g. Berikan analgetik h. Lakukan pengobatan non farmakologik
2. Gangguan
pola NIC
a. Memantau
eliminasi urin b/d
urinary elimination
sedikitnya
urinary continuece
urin
yang keluar
asupan
dan
keluaran b. Memantau tingkat distensi
kriteria hasil:
kandung kemih dengan
intake cairan dalam
palpasi
rentang normal
meransang reflex kandung
kantung
kemih
secara penuh
dan
perkusi
kemih c. Masukan kateter kemih
tdak ada residu urine > 100-200cc balance
cairan
seimbang 3. Intoleransi aktifitas NIC b/d aktivitas
penurunan
1. Energy management
alergiy conservation self care:ADL
a. Obserpasi adanya batasan klien dalam beraktivitas b. kaji adnya faktor yang
kriteria hasil:
Berpartisipasi
menyebabbkan kelelahan
dalam aktivitas fisik c. monitor tanpa
disertai
sumber
peningkatan tekanan
adekuat
darah
nadi
pernafasan
dan d. monitor
nutrisi energi
akan
dan yang
adanya
kelelahan fisik dan emosi secara berlebih 2. Activity terapy
mampu a. bantu
klien
untuk
melakukan aktivitas
mengidentifikasi aktivitas
sehari-hari
yang mampu dilakukan b. bantu
untuk
memilih
aktivitas konsisiten yang sesuai dengan kemamuan fisik dan psikologis c. bantu untuk mendapatkan alat bantuan aktivitas 3. -
kolaborasi dengan
tenaga rehabilitasi medic dalam
merencanakan
program terapi yang tepat 4. Ketidakseimbanga n
nutrisi
dari
kurang Nutritional
1. Nutrition management status:
kebutuhan food and fluid intake
tubuh anoreksia, muntah
NIC
b/d mual,
a. kaji
adanya
alergi
makanan b. kaji kemampuan pasien
KH: adanya peningkatan berat
untuk
mendapatkan
nutrisi yang dibutuhkan c. yakinkan
diet
badan sesuai dengan
dimakan
tujuan
tinggi serat
mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi adanya keinginan untuk makan yakinkan diet yang dimakan klien mengandung tinggi
d. monitor
yang
mengandung
jumlah
nutrisi
dan kandungan kalori 2. Nutrition monitring a. berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi b. kalaborosi gizi
dengan
ahli
untuk menentukan
serat untuk
jumlah kalori dan nutrisi
mencegah konstipasi
yang dibutuhkan pasien c. BB pasien dalam batas normal d. monitor
adanya
penurunan berat badan e. monitor mual dan muntah 3. -
monitor kalori dan
intake nutrisi
BAB III PENUTUPAN A.
Kesimpulan
Hidronefrosis merupakan obstruksi aliran kemih proksimal terhadap kandung kemih dapat mengakibatkan penimbunan cairan bertekanan dalam pelviks ginjal dan ureter yang dapat mengakibatkan absorbsi hebat pada parenkim ginjal. Apabila obstruksi ini terjadi di ureter atau kandung kemih, tekanan balik akan mempengaruhi kedua ginjal tetapi jika obstruksi terjadi disalah satu ureter akibat adanya batu atau kekakuan maka hanya satu ginjal yang rusak. Oleh karena itu untuk mengatasi hidronefrosis
perlu
berbagai masalah yang ditumbulkan oleh adanya
problem
solving
melalui
proses
keperawatan. Tujuannya dari penatalaksanaan hidronefrosis adalah untuk mengaktivasi dan memperbaiki penyebab dari hidronefrosis (obstruksi, infeksi) dan untuk mempertahankan dan melindungi fungsi ginjal.Untuk mengurangi obstruksi urin akan dialihkan melalui tindakan nefrostomi atau tipe disertasi lainnya. B.
Saran
Pasien harus menghindari penyebab hidronefrosis. Selain itu keluarga juga harus berperan aktif untuk kesembuhan pasien dan
mampu melakaukan perawatan mandiri kepada pasien setelah perawat memgajarkan cara perawatan mandiri dirumah.
DAFTAR PUSTAKA
Doenges, Marilynn E. 2009. Rencana asuhan keperawatan: Pedoman untuk perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien. Jakarta: EGC. Kumar, Vinay, dkk. 2007. Buku Ajar Patologi Robbins, Vol. 2, ed. 7 . Jakarta: EGC. Muttaqin, Arif dan Kumala Sari. 2012. Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Perkemihan. Jakarta: Salemba Medika Price, Sylvia A, 2005, Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit . Alih Bahasa : Peter Anugerah. Edisi 4, Jakarta: EGC Smeltzer, Suzanne C, 2011. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner and Suddarth. Alih Bahasa : Agung Waluyo (et al). Edisi 8 Volume 2. Jakarta: EGC