MAKALAH KEPERAWATAN SISTEM INTEGUMEN HEPATITIS
Oleh : NURIL MAULANI NIM : 141.0073 141.0073
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANG TUAH SURABAYA 2017
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Makalah Keperawatan Sistem Integumen dengan tepat waktu. Makalah Keperawatan Sistem integumen disusun untuk melengkapi tugas Mata Kuliah Keperawatan Sistem Integumen. Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada Pembimbing serta pihak yang tidak bisa kami sebutkan satu persatu karena Beliau banyak membantu dalam proses penulisan, penyusunan dan diskusi. Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada makalah ini. Oleh karena itu kami mengundang pembaca untuk memberikan saran serta kritik yang dapat membangun kami. Kritik konstruktif dari pembaca sangat kami harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya. Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita sekalian.
Surabaya, 14 Desember 2017 2017
Penulis
DAFTAR ISI COVER KATA PENGANTAR ................................................................................. i DAFTAR ISI ................................................................................................ ii BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ........................................................................................ 1 1.2 Rumusan Masalah ................................................................................... 3 1.3 Tujuan ..................................................................................................... 3 1.3.1 Tujuan Umum ................................................................................ 3 1.3.2 Tujuan Khusus ............................................................................... 3 1.4 Manfaat ................................................................................................... 3 1.4.1 Bagi Penulis ................................................................................... 3 1.4.2 Bagi Pembaca ................................................................................. 4 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Hepatitis .................................................................................... 5 2.2 Jenis-jenis Hepatitis ................................................................................ 6 2.2.1 Hepatitis A ..................................................................................... 6 2.2.2 Hepatitis B...................................................................................... 6 2.2.3 Hepatitis C...................................................................................... 6 2.2.4 Hepatitis D ..................................................................................... 6 2.2.5 Hepatitis E ...................................................................................... 7 2.3 Penyebab dan Penularan Hepatitits ......................................................... 7 2.3.1 Hepatitis A ..................................................................................... 7 2.3.2 Hepatitis B...................................................................................... 7 2.3.3 Hepatitis D ..................................................................................... 8 2.3.4 Hepatitis E ...................................................................................... 8 2.4 Tanda dan Gejala ................................................................................... 9 2.5 Pencegahan ............................................................................................ 10 2.6 Konse Asuhan Keperawatan Hepatitis .................................................. 11 2.6.1 Pengkajian ............................................................................................ 11 2.6.2 Diagnosa Keperawatan Pada Klien dengan Hepatitis .......................... 14 2.6.3 Intervensi Keperawatan ........................................................................ 14
2.6.4 Evaluasi ................................................................................................ 19 BAB 3 PENUTUP
3.1 Kesimpulan ............................................................................................ 21 3.2 Saran ...................................................................................................... 21 DAFTAR PUSTAKA
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakanag
Hepatitis merupakan inflamasi dan cedera pada hepar, penyakit ini dapat disebabkan oleh infeksi atau oleh toksin termasuk alkohol dan dijumpai pada kanker hati. Hepatitis virus adalah istilah yang digunakan untuk infeksi hepar oleh virus, identifikasi virus penyakit dilakukan terus menerus, tetapi agen virus A, B, C, D, E, F dan G terhitung kira-kira 95% kasus dari hepatitis virus akut (Ester Monica, 2002 : 93). Penyakit hepatitis merupakan urutan pertama dari berbagai penyakit hati diseluruh dunia. Penyakit ini sangat berbahaya bagi kehidupan karena penykit hepatits ataupun gejala sisanya bertanggung jawab atas 1-2 juta kematian setiap tahunnya (Aru, w sudoyo, 2006 : 429). Infeksi virus hepatitis bisa berkembang menjadi sirosis atau pengerasan hati bahkan kanker hati. Masalahnya, sebagian besar infeksi hepatitis tidak menimbulkan gejala dan baru terasa 10-30 tahun kemudian saat infeksi sudah parah. Pada saat itu gejala timbul, antara lain badan terasa panas, mual, muntah, mudah lelah, nyeri diperut kanan atas, setelah beberapa hari air seninya berwarna seperti teh tua, kemudian mata tampak kuning dan akhirnya seluruh kulit tubuh menjadi kuning. Pasien hepatitis biasanya baru sembuh dalam waktu satu bulan. Menurut guru besar hepatologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia yang juga ketua kelompok kerja Hepatitis Departemen Kesehatan, Alli Sulaiman, virus hepatitis menginfeksi sekitar 2 miliar orang didunia. Setiap tahun lebih dari 1.300.000 orang meninggal dunia akibat hepatitis beserta komplikasinya. Prevalensi di Indonesia sekitar 10-15 persen jumlah penduduk atau sekitar 18 juta jiwa. Dari jumlah yang terinfeksi, kurang dari 10 persen yang terdiagnosis dan diobati. Sebanyak 90 persen lain tidak menimbulkan gejala sehingga tidak terdiagnosis. Karena itu, pemeriksaan menjadi penting. Insiden hepatitis yang terus meningkat semakin menjadi masalah kesehatan masyarakat. Penyakit ini menjadi penting karena mudah ditularkan, memiliki morbiditas yang tinggi dan menyebabkan penderitanya absen dari sekolah atau
pekerjaan untuk waktu yang lama. 60-90% dari kasus-kasus hepatitis virus diperkirakan berlangsung tanpa dilaporkan. Keberadaan kasus-kasus subklinis, ketidakberhasilan untuk mengenali kasus-kasus yang ringan dan kesalahan diagnosis diperkirakan turut menjadi penyebab pelaporan yang kurang dari keadaan sebenarnya (Brunner & Sudarth, 2001 : 1169). Pada umumnya klien yang menderita penyakit hepatitis ini mengalami Anoreksia atau penurunan nafsu makan dimana gejala ini diperkirakan terjadi akibat pelepasan toksin oleh hati yang rusak untuk melakukan detoksifikasi produk yang abnormal sehingga klien ini haruslah mendapatkan nutrisi yang cukup agar dapat memproduksi enegi metabolik sehingga klien tidak mudah lelah. Secara khusus terapi nutrisi yang didesain dapat diberikan melalui rute parenteral atau enteral bila penggunaan standar diet melalui rute oral tidak adekuat atau tidak mungkin untuk mencegah/memperbaiki malnutrisi protein-kalori. Nutrisi enteral lebih ditujukan pada pasien yang mempunyai fungsi GI tetapi tidak mampu mengkonsumsi masukan nasogastrik. Nutrisi parenteral dapat dipilih karena status perubahan metabolik atau bila abnormalitas mekanik atau fungsi dari saluran gastrointestinal mencegah pemberian makan enteral. Asam amino,karbohidrat, elemen renik, vitamin dan elektrolit dapat diinfuskan melalui vena sentral atau perifer (Marilyn E. Doengoes, 1999: 758). Pentingnya mengetahui penyebab hepatitis bagi klien adalah apabila ada anggota keluarga menderita penyakit yang sama, supaya anggota keluarga dan klien
siap
menghadapi
resiko
terburuk
dari
penyakit
hepatitis
beserta
komplikasinya sehingga penderita mampu menyiapkan diri dengan pencegahan dan pengobatan yaitu: penyediaan makanan dan air bersih yang aman, sistem pembuangan sampah yang efektif, perhatikan higiene secara umum, mencuci tangan, pemakaian kateter, jarum suntik dan spuit sekali pakai serta selalu menjaga kondisi tubuh dengan sebaik-baiknya. Apabila hal ini tidak dilakukan dengan benar dan teratur berarti keluarga dan penderita harus siap menerima resiko komplikasi lainnya dan bahkan dapat menyebabkan kematian. Dalam memberikan pelayanan kesehatan memerlukan asuhan keperawatan yang tepat, disamping itu juga memerlukan pengetahuan dan keterampilan perawat dalam memberikan asuhan keperawatan, sehingga akibat dan komplikasi
dapat dihindari seperti memberi penjelasan tentang Hepatitis antara lain: penyebab, tanda dan gejala, pengobatan, perawatan, penularan dan akibat yang didapat kalau pengobatan tidak dilakukan.
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana Asuhan Keperawatan pada klien dengan heparatitis?
1.3 Tujuan 1.3.1
Tujuan umum
Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan pada klien dengan hepatitis 1.3.2
Tujuan khusus
1. Definisi hepatitis 2. Jenis-jenis hepatitis 3. Penyebab dan cara penularan hepatitis 4. Tanda dan gejala 5. Pencegahan 6. Konsep Asuhan Keperawatan hepatitis
1.4 Manfaat 1.4.1
Bagi pembaca
Untuk menambah pengetahuan pembaca tentang hepatitis serta dapat mengaplikasikan asuhan keperawatan pada klien dengan hepatitis.
1.4.2
Bagi penulis
Untuk menambah pengetahuan penulis tentang hepatitis dan Asuhan Keperawatan pada klien degan hepatitis serta dapat dijadikan bekal untuk melaksanakan praktik klinik di rumah sakit.
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Hepatitis
Hepatitis adalah inflamasi/radang dan cedera pada hepar karena reaksi hepar terhadap berbagai kondisi terutama virus, obat-obatan dan alcohol (Ester monika, 2002 : 93).
Hepatitis adalah infeksi sistemik yang dominan menyerang hati. Hepatitis virus adalah istilah yang digunakan untuk infeksi hepar oleh virus disertai nekrosis dn inflamasi pada sel-sel hati yang menghasilkan kumpulan perubahan klinis, biokomia serta seluler yang khas (Brunner & Suddarth, 2002 : 1169). Hepatitis adalah suatu proses peradangan pada jaringan hati. Hepatititis dalam bahasa awam sering disebut dengan istilah lever atau sakit kuning. Padahal definisi lever itu sendiri sebenarnya berasal dari bahasa belanda yang berarti organ hati,bukan penyakit hati. Namun banyak asumsi yang berkembang di masyarakat mengartikan lever adalah penyakit radang hati. sedangkan istilah sakit kuning sebenarnya dapat menimbulkan kercunan, karena tidak semua penyakit kuning disebabkan oleh radang hati, teatapi juga karena adanya peradangan pada kantung empedu. Hepatitits adalah suatu proses peradangan difus pada jaringan yang dapat di sebabkan oleh infeksi virus dan oleh reaksi toksik terhadap obat – obatan serta bahan – bahan kimia (Sujono Hadi, 1999). Hepatitis virus merupakan infeksi sistemik oleh virus disertai nekrosis dan klinis, biokimia serta seluler yang khas. (Smeltzer, 2001) Dari beberapa pengertian di atas dapat di simpulkan bahwa hepatitis adalah suatu penyakit peradangan pada jaringan hati yang disebabkan oleh infeksi virus yang menyebabkan sel sel hati mengalami kerusakan sehingga tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya. 2.2 Jenis-jenis Hepatitis 2.2.1. Hepatitis A
Dikenal dengan hepatitis infeksiosa, rute penularan adalah melalui kontaminasi
oral-fekal,
HVA
terdapat
dalam
makanan
dan
air
yang
terkontaminasi. Potensi penularan infeksi hepatitis ini melalui sekret saluran cerna. Umumnya terjadi didaerah kumuh berupa endemik. Masa inkubasi : 2-6 minggu, kemudian menunjukkan gejala klinis. Populasi paling sering terinfeksi adalah anak-anak dan dewasa muda.
2.2.2. Hepatitis B
Penularan virus ini melalui rute trnfusi darah/produk darah, jarum suntik, atau hubungan seks. Golongan yang beresiko tinggi adalah mereka yang sering tranfusi darah, pengguna obat injeksi; pekerja parawatan kesehatan dan keamanan masyrakat yang terpajan terhadap darah; klien dan staf institusi untuk kecatatan perkembangan,
pria
homoseksual,
pria
dan
wanita
dengan
pasangan
heteroseksual, anak kecil yang terinfeksi ibunya, resipien produk darah tertentu dan pasien hemodialisa. Masa inkubasi mulai 6 minggu sampai dengan 6 bulan sampai timbul gejala klinis. 2.2.3. Hepatitis C
Dahulu disebut hepatitis non-A dan non-B, merupakan penyebab tersering infeksi hepatitis yang ditularkan melalui suplai darah komersial. HCV ditularkan dengan cara yang sama seperti HBV, tetapi terutama melalui tranfusi darah. Populasi yang paling sering terinfeksi adalah pengguna obat injeksi , individu yang menerima produk darah, potensial risiko terhadap pekerja perawatan kesehatan dan keamanan masyarakat yang terpajan pada darah. Masa inkubasinya adalah selama 18-180 hari. 2.2.4. Hepatitis D
Virus ini melakukan koinfeksi dengan HBV sehingga infeksi HBV bertambah parah. Infeksi oleh HDV juga dapat timbul belakangan pada individu yang mengedap infeksi kronik HBV jadi dapat menyebabkan infeksi hanya bila individu telah mempunyai HBV, dan darah infeksius melalui infeksi HDV. Populasi yang sering terinfeksi adalah pengguna obat injeksi, hemofili, resipien tranfusi darah multipel (infeksi hanya individu yang telah mempunyai HBV). Masa inkubasinya belum diketahui secara pasti. HDV ini meningkatkan resiko timbulnya hepatitis fulminan, kegagalan hati, dan kematian 2.2.5. Hepatitis E
Virus ini adalah suatu virus RNA yang terutama ditularkan melalui ingeti air yan tercemar. populasi yang paling sering terinfeksi adalah orang yang hidup
pada atau perjalanan pada bagian Asia, Afrika atau Meksiko dimana sanitasi buruk, dan paling sering pada dewasa muda hingga pertengahan. 2.2.6. Kemungkinan hepatitis F dan G
Baru ada sedikit kasus yang dilaporkan tentang hepatitis F. Saat ini para pakar belum sepakat hepatitis F merupakan penyakit hepatitis yang terpisah. Sedangkan hepatitis G gejala serupa hepatitis C, seringkali infeksi bersamaan dengan hepatitis B dan/atau C. Tidak menyebabkan hepatitis fulminan ataupun hepatitis kronik. Penularan melalui transfusi darah jarum suntik. 2.3 Penyebab dan Cara Penularan Hepatitis 2.3.1. Hepatitis A
Hepatitis A pada umumnya dapat di tulari melalui mulut, misalnya melalaui gelas atau sendok bekas yang di pakai penderita hepatitis A. Kadang – kadang dapat juga melalui keringat penderita atau melalui jarum suntik bekas yang di pakai pada penderita pengdapa hepatitis A. 2.3.2. Hepatitis B
Hampir semua jenis virus hepatitis dapat menyerang manusia. Pada ibu hamil bila terserang virus ini dapat menularkan pada bayinya yang ada dalam kandungan atau waktu menyusui bayi itu. Bentuk penularan seperti inilah yang banyak di jumpai pada penyakit hepatitis B. Pada saat ini jenis hepatitis yang paling banyak di pelajari ialah hepatitis B dan telah dapat pula di cegah melalui vaksinasi. Walaupun infeksi virus ini jarang terjadi pada populasi orang dewasa, kelompok tertentu dan orang yang memiliki cara hidup tertentu berisiko tinggi. Kelompok ini mencakup:
− Imigran dari daerah endemis hepatitis b − Pengguna obat IV yang sering bertukar jarum dan alat suntik − Pelaku hubungan seksual dengan banyak orang atau dengan orang yang terinfeksi
− Pria homoseksual yaang secara seksual aktif
− Pasien rumah sakit jiwa − Narapidana pria − Pasien hemodialisis dan penderita hemofilia yang menerima produk tertenu dari plasma
− Kontak serumah denag karier hepatitis − Pekerja sossial di bidang kesehatan, terutama yang banyak kontak dengan darah 2.3.3. Hepatitis C
Penularan hepatitis C dan Delta pada orang dewasa bisa terjadi melalui kontak seksual dan bisa pula melalui makanan dan minuman, suntikan ataupun transfusi darah. Virus hepatitis C juga berbahaya karena sebagian besar penyakit Hepatitis C dapat berkembang menjadi kronis/menahun dan menjadi pengidap yang selanjutnya akan menjadi sumber infeksi bagi orang sekitarnya. 2.3.4. Hepatitis Delta dan hepatitis E
Hepatitis delata dan hepatitis e didduga penularannya melalui mulut, tetapi belum ada penelitian yang lebih mendalam.
2.4 Tanda dan Gejala
Semua hepatitis Virus mempunyai gejala yang hampir sama, sehingga secara klinis hampir tidak mungkin dibedakan satu sama lain. Dokter hanya dapat memperkirakan saja jenis hepatitis apa yang di derita pasiennya dan untuk membedakannya secara pasyi masih diperlukan bantuan melalui pemeriksaan darah penderita.gejala penderita hepatitis virus mula mula badanya terasa panas, mual dan kadang-kadang muntah, setelah beberapa hari air seninya berwarna seperti teh tua, kemudian matanya terlihat kuning, dan akhirnya seluruh kulit tubuh menjadi kuning. Pasien hepatitis virus biasnya dapat sembuh setelah satu bulan. Hampir semua penderita hepatitis A dapat sembuh dengan sempurna,
sedangkan penderita hepatitis C dapat menjadi kronis. Mengenai hepatitis delta dan E belum dapat di ketahui sevara pasti bagaimana perjalanan penyakitnya. Sebagian besar penderita hepatitis B akan sembuh sempurna, tetapi sebagian kecil (kira-kira 10%) akan mengalami kronis (menahun) atau meninggal.penderita hepatitis B yang menahun setelah 20-40 tahun kemudian ada kemungkinan hatinya mengeras(sirosis), dan ada pula yang berubah menjadi kanker hati. Gambaran klinis hepatitis virus dapat berkisar dari asimtomatik sampai penyakit yang mencolok, kegagalan hati, dan kematian. Terdapat tiga stadium pada semua jenis hepatitis yaitu: a. Stadium prodromal, disebut periode praikterus, dimulai setelah periode masa tunas virus selesai dan pasien mulai memperlihatkan tanda-tanda penyakit. Stadium ini disebut praikterus karena ikterus belu muncul. Antibodi terhadap virus biasanya belum dijumpai, stdium ini berlangsung 1-2 minggu dan ditandai oleh:
− Malese umum − Anoreksia − Sakit kepala − Rasa malas − Rasa lelah − Gejala-gejala infeksi saluran nafas atas − Mialgia (nyeri otot) b. Stadium ikterus. Dapat berlangsung 2-3 minggu atau lebih, pada sebagia besar orang stadium ini ditandai oleh timbulnya ikterus, manifestasi lainnya adalah:
− Memburuknya semua gejala yang ada pada stadium prodromal − Pembesaran dan nyeri hati − Splenomegali − Mungkin gatal ( pruritus ) dikulit c. Stadium pemulihan. Biasanya timbul dalam 2-4 bulan, selama periode ini:
− Gejala-gejala mereda termasuk icterus − Nafsu makan pulih
− Apabila tedapat splenomegali, akan segera mengecil 2.5 Pencegahan
Pencegahan terhadap hepatitis virus ini adalah sangat penting karena sampai saat ini belum ada
obat yang dapat membunuh virus, sehingga satu-
satunya jalan untuk mencegah hepatitis virus adalah dengan vaksinasi, tetapi pada saat ini baru ada vaksin hepatitis B saja, karena memang Hepatitis B sajalah yang paling banyak diselidiki
baik mengenai perjalanan penyakitnya maupun
komplikasinya. Saat ini di seluruh dunia terdapat 200 juta orang pengidap hepatitis B yang tidak menampakkan gejala, tetapi merupakan sumber penularan bagi manusia sehat. Agarc tubuh menjadi kebal diperlukan vaksinassi dasar mengenai dasar sebanyak tiga kali vaksinassi hepatitis B. Mengenai jarak waktu pemberian vaksinasi dasar tergantung dari jenis vaksinasi yang dipakai. Ada dua vaksin hepatitis B yaitu vaksin yang dibuat dari darah manusia yang telah kebal Hepatitis B dan vaksin hepatitis yang dibuat dari perekayasaan sel ragi. Vaksin hepatitis yang di buat dari darah manusia kebal hepatitis di suntikkan kepada orang sehat sekali sebulan sebanyak tiga kali, sedangan vaksin hepatitis b yang di rekayasa dari sel ragi diberi kepada penderita sebulan sekali sebanyak dua kali, lalu suntikan ke tiga baru di beri 5 bulan kemudian. Untuk memperkuat kekbalan yang telah ada, perllu diberi vaksinasi penguat. Caranya bermacam-macam ada vaksin yang perlu di ulang setahun kemudian satu kali, lalu 4 tahun kemudian diberi sekali lagi, selanjutnya setiap 5 tahun sekali. Ada pula jenis vaksin yang perlu diberikan hanya setiap 5 tahun sekali saja. Vaksinasi
hepatitis B sebaiknya dilakukan sedini mungkin. Bayi yang
lahir dari ibu yang mengidap penyakit hpatitis B, harus di vaksinasi hepatitis B segera setelah lahir, sedangkan bayi lainnya boleh diberi setelah berumur sebulan. Secara keseluruhan tindakan pencegahan terhadap hepatitis adalah dengan memakai sarung tangan bila berkontak dengan darah /cairan tubuh lainnya, dan
harus hati-hati memasang kembali tutup jarum suntik. Perhatikan cara pembuangan bahan-bahan terkontaminasi dan pembersihan alat-alat
dan
permukaan yang terkontaminasi. Bahan pemeriksaan untuk laboratorium harus diberi label jelas bahwa bahan berasal dari pasien hepatitis. Perlu juga menjelaskan pentingnya mencuci tangan kepada pasie n, keluarga, dan lainnya. 2.6 Konsep Asuhan Keperawatan Pada Pasien Hepatitis 2.6.1 Pengkajian
1. Identitas klien: a. Jenis klelamin: pada penyakit hepatitis B banyak dialami laki-laki dibandingkan perempuan karena terkait dengan beberapa faktor penyebab, pengunaan obat suntikan, homoseksual, heteroseksual dan orang-orang yang terkait hepatitis B (Muttaqin, 2013). b. Lingkungan: pada daerah endemitas tinggi dan sebaliknya pada derah dengan pravelensi rendah penularan secra horizontal telah terjadi oleh penyalah penggunaan obat, penggunaa instrumens yang tidak steril, tusuk jarum dan tindik (Juffri, 2012). c. Umur : infeksi sering terjadi pada usia yang lebih tua, ditularkan secra horizontal pada masa anak dengan kontak erat penggunaan sikat gigi, pisau cukur atau berciuman dan kontak seksual pada dewasa muda. (Juffri, 2012). 2. Riwayat kesehatan : a. Keluhan utama :klien merasakan mual muntah, demam, ikterus pada daerah mata dan kulit, nyeri abdomen kanan atas (Muttaqin, 2013). b. Riwayat penyakit sekarang :diadapatkan keluhan mual muntah,keluhan nyeri pada abdomen dan terjadi kelelahan dalam melakukan aktivitas (Muttaqin, 2013). c. Riwayat penyakit dahulu:anggota keluarga yang juga pernah mengalami penyakit hepatitis B dan khususnya pada ibu yang pernah menderita hepatitis kronik. (Muttaqin, 2013). 3. Pemeriksaan Fisik Pada Klien Dengan hepatitis B Pemeriksaan head toe-toe:
a. Kepala: I: Muka normal,simetris kan dan kiri warna muka ikterikrambut hitam, bentuk tengkorak normal, kulit keepala normal tidak mengalami perdangn ,tumor maupun bekas luka. P: Tidak terdapat massa, pembengkakan, nyeri tekan tidak ada. b. Mata: I: Sklera mata tampakmikterik, konjungtiva merah muda, tidak terdapat ptosis pertumbuhan rambut bulu mata baik, reaksi pupil terhadap cahaya isokor. P: Tidak terdapat massa, tidak terdapat odem, tidak terdapat nyeri tekan. c. Telinga: I: Bentuk normal,warna coklat, tidak terdapat lesi, tidak terdapat odem, tidak terdapat serumen, kotoran maupun perdarahan. P: Tidak terdapat nyeri tekan. d. Hidung: I: Keadaan kulit tidak terdapat lesi, tidak terdapat pembengkakan, lubang hidung simetris. P: Tidak terdapat nyeri tekan pada tulang hidung, pada sinis-sinus hidung tidak mengalami nyeri tekan. e. Mulut: I: Mukosa bibir kering, tidak terdapat lesi, warna lidah pucat tidak terdapat kelainan pada dasar mulut dan palut lidah atau kecacatan. P: Tidak terdapat nyeri tekan pada lidah, tidak adanya massa atau tumor. f. Leher: I: Bentuk leher simetris,warna kulit leher ikterus tidak adanya pembengkakan, tidak terdapat pembesaran tiroid. P: Tidak terdapat nyeri tekan, tidak terdapat pembesran limfe. g. Dada: I: Bentuk dada simetris kanan dan kiri, tidak terdapat odem,tidak terdapat peradangan. P: Tidak terdapat nyeri tekan, tidak terdapat massa, kesimetrisan ekspansi dada normal.
P: Terdapat suara paru sonor pada ics 1-.5. A: Terdapat suara vesikuler. h. Perut: I:Bentuk perut flat, tidak ada lesi, tidak ada odem . A: Terdapat suara bising usus 10-12 kali/menit. P: Terdapat suara timpani. P: Tidak terdapat nyeri tekan, dan tidak terdapat massa. i.
Genetalia: I:Tidak terdapt lesi, tidak terdapat perdangan, pertumbuhan rambut pubis merata, tidak tedapat odem. P: Tidak terdapat nyeri tekan,tidak terdapat massa.
j.
Alat gerak: I: Tidak terdapat atrofi maupun hipertrofi, tidak terdapat kontraktur, tidak terjadi tremor tidak terdapat kelemahan(paralisi). P:Tidak terdapat odem,atau nyeri tekan,tidak terdapat krepitasi. P: Kekuatan otot bisep dan trisep normal.
2.6.2 Diagnosa Keperawatan Pada Klien Dengan Hepatitis B
1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan gangguan absorbsi dan metabolisme pencernaan makanan, kegagalan masukan untuk memenuhi kebutuhan metabolik karena anoreksia, mual dan muntah (Padilla, 2012). 2. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan pembengkakan hepar yang mengalami inflamsi hati dan bendungan vena porna (Padilla, 2012). 3. Hypertermi berhubungan dengan invasi agent dalam sirkulasi darah sekunder terhdapa inflamsi hepar (padill, 2012). 4. Intoleransi Aktvitas berhubungan dengan tidak adekuatnya masukan nutrisi sekunder terhadap hepatitis B, malaise umum, pembatasan aktivitas.(Lusianah, 2010). 5. Resiko tinggi kerusakan intergritas kulit dan jaringan berhubungan dengan priritus sekuder terhadap akumulasi pigmen bilirubin dalam garam empedu (Lusianah, 2010).
6. Risiko tinggi terhadap transmisi infeksi berhubungn dengn sifat menular dari agent virus (Lusianah, 2010). 7. Risiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan intake yang tidak adekuat muntah sekunder terhadap hepatitis B (Lusianah, 2010). 2.6.3 Intervensi keperawatan
1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan gangguan absorbsi dan metabolisme pencernaan makanan, kegagalan masukan untuk memenuhi kebutuhan metabolik karena anoreksia, mual dan muntah (Padilla, 2012). Tujuan menurut (NOC, 2008): Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama …x 24 Jam diharapkan perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh teratasi. Kriteria hasil: a. Klien asupan makanan, cairan, dan zat gizi tercukupi. b. Menunjukkan peningkatan berat badan dan tanda-tanda malnutrsi. c. Mempertahankan massa tubuh dan dan berat badan ndalam batas normal. d. Menunjukkan nilai laboratorim (tranferin,albumon dan elektrolit) dalam bats normal. e. Menunjukkan status gizi cukup ditandai dengan asupan makanan, cairan dan zat gizi seimbang. Intervensi keperawatan menurtut (NIC, 2008): a. Ajarkan dan bantu klien untuk istirahat sebelum makan. Rasional: keletihan berlamjut menurunkan keinginan untuk makan. b. Awasi pemasukan diet/jumlah kalori, tawarkan makan sedikit tapi sering. Rasional: Adanya pembesaran hepar dapat menekan saluran gastrointestinal dan menurunkan kapsitasnya. c. Pertahankan hyegiene mulut yang baik sebelum makan dan sesudah makan. Rasional:
Akumulasi partikel makanan dapat menmbah bau dan rasa tidak sedap yang menurunkan nafsu makan. d. Anjurkan makan sedikit tapi sering. Rasional: untuk mempertahankan asupan nutrisi sehingga kebutuhan nutrisi tercupi. e. Berikan diit tinggi kalori, rendah lemak. Rasional: Glikosa dalam karbohidrat cukup efektif untuk pemenuhan energi, sedangkan lemak sulit untuk diserap/dimetabolisme sehingga akan membebani hepar. f. Kolaborasikan dengan advice dokter dalam pemberian obat antiemetik dan analgesik sebelum makan atau sesuai dengan jadwal yang dianjurkan. Rasionalnya: Pemberian antiemetik dapat menekan mual yang dialami klien dan analgesik
dapat
menekan
nyeri
pada
andomen
sehingga
tidak
menimbulkan mual dan muntah. 2. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungna dengan pembengkakana hepar yang mengalami inflamasi hati dan bendungan vena porta. Tujuan menurut (NOC,2008): Setah dilakukan asuhan keperawatan…x24 jam diharapakan nyeri teratasi. Kriteria hasil: a. Klien akan menyatakan secara verbal pengetahuan tentang cara alternatif pencegahan nyeri. b. Klien melaporkan nyeri yang timbul, lamanya frekensi dan lokasi nyeri. c. klien tidak mengekspresikan nyeri secara verbal atau wajah. d. Klien tampak tenang tidak gelisah. Intervensi keperawatan menurut (NOC,2008): a. Beikan informasi tentang nyeri,seperti penyebab, seberapa lama nyeri akan berakhir. Rasional:
Klien disiapkan untuk mengalami nyeri melalui penjelasan nyeri yang dirasakan ini akan memberi efek klien akan lebih tenang dibanding klien yang mendapakan penjelasan yang kurang. b. Lakukan observasi nyeri yang komperhensif meliputi lokasi, karakteristik, awitan, frekensi, intesitas atau tingkat keparahan nyeri. Rasional: untuk mengetahui tingkat perkembangna klien mengenai nyeri yang dirasakan. c. Berikan massase punggung dan posisi yang nyaman. Rasional : dengan memberikan posisi yang tepat akan memberikan rasa nyaman. Ajarkan teknik nonfamakologi yaitu distraksi, relaksasi, terapi musik, kompres hangat sebelum, setelah nyeri terjadi atau meningkat. Rasional: Teknik distraksi memberikan pengalihan klien mengenai nyeri yang dirasakan sedangakan relaksasi akan mempengaruhi ketenangan klien terhadap nyeri dengan pengambilan nafas dalam. d. Kolaborasikan dengan dokter dalam pemberian analgetik. Rasional: pengobatan secara farmakologi untuk mengurangi nyeri yang dirasakan klien. 3. Hypertemi berhubungan dengan invansi virus agent dalm sirkulasi darah sekunder terhadap inflamasi hepar. Tujuan menurut (NOC, 2008): Setelah dilakukan tindakan keperawtan …x24 jam diharapkan hypertermi teratasi. Kriteria hasil: a. Menunjukkan Suhu tubuh dalam batas normal. b. Nadi dan pernapasan dalam batang normal. c. Perubahan warna kulit tidak ada. d. Suhu kulit dalam rentang yang diharapkan. Intervensi keperawatan Menurut (NIC, 2008): a. Berikan informasi pada klien dan keluarga klien mengenai penyebab timbulnya hipertermi dan tindakan yang akan dilakukan.
Rasional: Keluarga klien dapat mengerti penyenbab hipertemi yang dirasakan, klien dapat koopertaif dalan tindakan keperawatan. b. Pada suhu minimal setiap 2 jam sesuai dengan kebutuhan. Rasional: dapat menegetahu tingkat perkembangan klien. c. Ajarkan klien pentingnya mempertahankan cairan yang adekuat untuk mecegah dehidrasi. Rasional: Dalam kondisi demam terjadi peningkatan evaporasi yang memicu dehidrasi. d. Berikan kompres hangat pada lipatan paha, aksila, dan kening. Rasional: Menghambat pusat simpatis di hipotalamus sehingga terjadi vasodilatsi kulkit dengan merangsang kelenjar keringat untuk mengurangi panas tubuh melalui penguapan. e. Lepaskan pakaian yang berlebihan dan tutupi pasien dengan hanya selembar kain. Rasional: memberikan baju tipis pada klien berfungsi mengurangi panas melalui prose evaporasi. f. Kolaborasikan dengan dokter dalam pemberian antipiretik. Rasional: Pengobatan farmakologi dapat menekan inasi penyebaran virus dan mencegah terjadinya hipertermi. 4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan tidak adekuatnya masukan nutrisi sekunder terhadap hepatitis,malaise umum, pembatasan aktivitas. Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan ….x 24 jam diharapkan intolenrasi aktivitas teratasi. Kriteria hasil menurut (NOC, 2008): a. Klien tidak lelah b. Tidak ada takikardi c. Dapt melakukan aktivitas sehari-hari d. Dapat melakukan perawatan diri
Intervensi keperawatan menurut (NIC, 2008): a. Berikan informasi penyebab keletihan individu. Rasional: Dengan penjelasan penyebab keletihan maka keadaan klien cenderung lebih tenaang. b. Bantu klien untuk mengubah posisi secara berkala, bersandar, duduk dan berdiri. Rasional: Melatih klien untuk setiap aktivitas dan kemandirian klien dan mencegah decubitus. c. Anjurkan klien untuk tirah baring. d. Rasional: tirah baring akan meminimalkan energi yang dikeluarkan sehingga metaolisme dapat digunakan untuk penyembuhan penyakit. e. Observasi bersama tingkat keletihan selam 24 jam meliputi waktu puncak energi, waktu kelelahan, aktivitas yang berhubungan dengan keletihan. Rasional: Keletihan dapat segera dinimalkan dengan mengurangi kegiatan yang dapat menimbulkan. f. Bantu klien individu untuk mengidentivikasi kemampuan-kemampuan dan minat. Rasional: Memungkinkan klien dapat memprioritaskan kegiatan-kegiatan yang sangat penting dan meminimalkan pengeluaran energi untuk kegiatan yang kurang penting 2.6.4 Evaluasi
Evaluasi merupakan tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan yang menandakanseberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana tindakan, dan pelaksanaannya sudah berhasil dicapai. Evaluasi dari kasus diatas:
S: Klien mengatakan masih merasakan mual, namun muntah berkurang
O: Berat badan klien tetap, klien tampak porsi makan dihabiskan hanya setengah, mukosa bibir lembab, klien tampak istirahat sebelum makan A: Tujuan yang tercapai sebagian P: Rencana intervensi yang dilanjutkan,dimodifikasi atau dihentikan sesuai dengan keadaan klien.
BAB 3 PENUTUP 3.1 Kesimpulan
Hepatitis merupakan inflamasi dan cedera pada hepar, penyakit ini dapat disebabkan oleh infeksi atau oleh toksin termasuk alkohol dan dijumpai pada kanker hati. Hepatitis virus adalah istilah yang digunakan untuk infeksi hepar oleh virus, identifikasi virus penyakit dilakukan terus menerus, tetapi agen virus A, B, C, D, E, F dan G terhitung kira-kira 95% kasus dari hepatitis virus akut (Ester Monica, 2002 : 93). Dalam memberikan pelayanan kesehatan memerlukan asuhan keperawatan yang tepat, disamping itu juga memerlukan pengetahuan dan keterampilan perawat dalam memberikan asuhan keperawatan, sehingga akibat dan komplikasi dapat dihindari seperti memberi penjelasan tentang Hepatitis antara lain: penyebab, tanda dan gejala, pengobatan, perawatan, penularan dan akibat yang didapat kalau pengobatan tidak dilakukan. 3.2 Saran
Kami mengaharap dan menghimbau kepada para pembaca apabila ada kesalahan atau kekeliruan baik kata-kata atau penyusunan agar memberikan saran dan kritik yang bisa mengubah penulis kearah yang lebih baik dalam penulisan makalah selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Inayah, Iin. (2004). Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Sistem Pencernaan. Jakarta: Salemba Medika. Inayah, Iin. (2004). Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Sistem Pencernaan. Jakarta: Salemba Medika. Padila. (2013 ). Asuhan Keperawatan Penyakit Dalam. Yogyakarta:Nuha Medika Hidayat A. (2012). Kebutuhan Dasar Manusia Aplikasi Konsep Dan Proses Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika. Wikinson Judith. (2007). Buku Saku Diasagnosis Keperawatan Intervensi NIC dan NOC .Jakarta: EGC.