MAKALAH PEMANFAATAN BATUBARA “HIDROGENASI COAL”
Disusun Oleh: Kelompok 3 Kelas 5 KC
Nama: 1. Ahmad Abu Bakar 2. Berlianita Putri Irani 3. Doddy Herryanto
(0615 3040 2176) (0615 3040 0996) (0615 3040 2177)
Dosen Pengampu : Ir. Fadarina.,M.T Fadarina.,M.T
POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA JURUSAN TEKNIK KIMIA 2018
1
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Penggunaan bahan bakar minyak (BBM) sampai saat ini masih sangat dominan dalam pemenuhan energi di Indonesia. Berdasarkan jenisnya BBM yang paling banyak dikonsumsi adalah minyak premium, solar dan minyak tanah. Cadangan sumber daya energi di Indonesia saat ini sudah semakin terbatas. Sebagai gambaran, Indonesia saat ini hanya memiliki 4.300 juta ton cadangan minyak atau hanya sekitar 0,36% dari total cadangan minyak dunia tahun 2006 sebesar 1.208.200 juta ton. Dengan tingkat produksi sebesar 390 juta ton per tahun, produksi minyak bumi di Indonesia diperkirakan hanya dapat bertahan dalam 11 tahun ke depan. Kelangkaan dan mahalnya harga BBM terutama minyak solar berimbas pada seluruh lapisan masyarakat. Akibatnya semua sektor usaha industri dan perdagangan harus mengimbangi pula dengan kenaikan harga jual barang. Kesulitan BBM yang terus berlarut dapat pula menghambat iklim investasi di suatu daerah, dimana perkembangan industri dan perdagangan sangat erat keterkaitannya dengan ketersediaan BBM. Sebagai alternatif untuk menggantikan energi minyak bumi, saat ini telah dikembangkan teknologi pencairan batubara sebagai bahan bakar yang hampir setara dengan output minyak bumi. Pengembangan produksi bahan bakar sintetis berbasis batu bara pertama kali dilakukan di Jerman tahun 1900-an dengan menggunakan proses sintesis Fischer-Tropsch yang dikembangkan Franz Fisher dan Hans Tropsch. Pada 1930, disamping menggunakan metode proses sintesis Fischer-Tropsch, mulai dikembangkan pula proses Bergius untuk memproduksi bahan
bakar
sintesis.
Sementara
itu,
Jepang
juga
melakukan
inisiatif
2
pengembangan teknologi pencairan batubara melalui proyek Sunshine tahun 1974 sebagai pengembangan alternatif energi pengganti minyak bumi.
1.2. Rumusan Masalah
Dengan mengacu pada latar belakang di atas, maka kami membuat rumusan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana penjelasan mengenai pencairan batubara? 2. Bagaimana penjelasan mengenai pencairan batubara secara langsung ( Direct Liquation Process)? 3. Bagaimana proses pencairan batubara dengan produk hidrogen coal? 4. Bagaimana kelebihan dan kekurangan pencairan batubara dengan produk hidrogen coal?
1.3. Tujuan
1. Mampu menjelaskan mengenai pencairan batubara. 2. Mampu menjelaskan mengenai pencairan batubara secara langsung (Direct Liquation Process).
3. Mampu menjelaskan mengenai proses pencairan batubara dengan produk hidrogen coal. 4. Mampu mengetahui kelebihan dan kekurangan dari pencairan batubara dengan produk hidrogen coal.
3
1.4. Manfaat
Dalam pembuatan makalah Pencairan Batubara dengan Produk Hidrogen Coal ini, penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca
guna
menambah
pengetahuan
dalam
memenuhi
bahan
pembelajaran semester 5 Jurusan DIII Teknik Kimia Politeknik Negri Sriwijaya khususnya pada mata kuliah Pemanfaatan Batubara.
4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Pencairan Batubara
Pencairan batubara (Coal Liquefaction) adalah proses mengubah wujud batubara dari padat menjadi cair. Proses pencairan batubara dapat dilakukan dengan dua metode yaitu metode langsung dan metode tidak langsung. Pada proses tidak langsung batubara difragmentasi menjadi CO, CO2, H2, dan CH4 yang kemudian direkombinasikan menghasilkan produk cair, prosesnya melalui gasifikasi dan kondensasi. Pada proses langsung batubara cair diproduksi dengan melarutkan dalam suatu pelarut organik lalu dilanjutkan dengan proses hidrogenasi pada suhu dan tekanan tinggi. Proses pencairan batubara secara langsung dapat dilakukan melalui pirolisis, ekstraksi pelarut dan hidrogenasi katalitik. Pencairan batubara adalah proses yang digunakan untuk mengubah batubara, bahan bakar padat, menjadi pengganti bahan bakar cair seperti diesel dan bensin. Pencairan batubara secara historis telah digunakan di negara-negara tanpa keamanan pasokan minyak mentah, seperti Jerman dan Afrika Selatan. Teknologi yang digunakan dalam pencairan batubara sudah cukup lama, dan pertama kali diimplementasikan di abad ke-19 untuk penerangan dalam ruangan. Pencairan batubara dapat digunakan di masa depan guna menghasilkan minyak untuk transportasi dan pemanasan, mengantisipasi pasokan minyak mentah yang mungkin terganggu. Pencairan batubara umumnya lebih mahal daripada memproduksi bahan bakar dari minyak mentah, tetapi dapat menjadi ekonomis jika minyak mentah langka atau tidak tersedia. Batubara cair digunakan selama Perang Dunia II oleh tentara Jerman, yang memiliki pasokan besar batubara tetapi sedikit pasokan minyak bumi, untuk menjalankan tank dan mesin perang lainnya. Kemudian, selama era apartheid di Afrika Selatan, pencairan batubara membantu untuk
5
mengganti kelangkaan minyak mentah akibat sanksi embargo. Dalam kasus terjadi gangguan besar dalam pasokan minyak mentah, unit pencairan batubara dapat diterapkan dengan cukup cepat, karena kesederhanaan teknologi dan ketersediaan batubara mentah yang tinggi. Pencairan batubara ( Likuifaksi Batubara) adalah suatu teknologi proses yang mengubah batubara dan menghasilkan bahan bakar cair sintetis. Batubara yang berupa padatan diubah menjadi bentuk cair dengan cara mereaksikannya dengan hidrogen pada temperatur dan tekanan tinggi. Proses likuifaksi batubara secara umum diklasifikasikan menjadi Indirect Liquefaction Process dan Direct Liquefaction Process.
2.2. Pengertian Direct Liquefaction Process
Salah satu metode utama konversi langsung dari batubara ke cairan dengan proses hidrogenasi adalah proses Bergius , dikembangkan oleh Friedrich Bergius pada tahun 1913. Dalam proses ini , batubara kering dicampur dengan minyak berat daur ulang dari proses. Katalis biasanya ditambahkan ke dalam campuran. Reaksi terjadi pada antara 400 ° C ( 752 ° F ) sampai 500 ° C ( 932 ° F ) dan 20 sampai 70 MPa tekanan hidrogen.
Friedrich Bergius
6
Proses ini dilakukan dengan cara menghaluskan ukuran butir batubara, kemudian Slurry dibuat dengan cara mencampur batubara ini dengan pelarut. Slurry dimasukkan ke dalam reaktor bertekanan tinggi bersama-sama dengan hidrogen dengan menggunakan pompa. Slurry kemudian diberi tekanan 100-300 atm di dalam sebuah reaktor kemudian dipanaskan hingga suhu mencapai 400480° C. Proses Direct yang sering dilakukan secara komersil, yaitu : 1. Solvent Extraction Proses ini merupakan proses pencampuran batubara dengan solvent yang mampu mentransfer hidrogen dari solven batubara pada suhu di atas 500o C dan tekanan di atas 5000 psi. Ada tiga konfigurasi yang dapat dilakukan pada proses ini yaitu: a. Ekstraksi tanpa adanya hidrogen dengan solvent hasil recycle yang telah dihidrogenasi pada proses yang terpisah. b. Ekstraksi dengan adanya hidrogen dengan solvent hasil recycle yang telah dihidrogenasi. c. Ekstraksi dengan adanya hidrogen dengan solvent hasil recycle tanpa adanya hidrogenasi.
2. Catalytic Liquefaction Process Ada beberapa proses yang sering digunakan pada pencairan batubara dengan katalis ini, antara lain : a. Synthoil Process Proses ini merupakan proses hydrosulfurisasi dimana pecahan batubara yang sebagian dipanaskan dicampur dengan process oil yang membentuk
slurry.
Slurry
kemudian
dicampur
dengan
hidrogen
dan setelah preheating dimasukkan ke reaktor jenis fixed bed untuk menghasilkan produk cair yang memiliki kandungan sulfur rendah.
7
b. Gulf CCL (Catalytic Coal Liquid) Process Pada proses ini batubara yang telah dijadikan slurry dengan solvent hasil recycle dimasukkan bersama dengan hidrogen ke reaktor fixed bed berkatalis pada suhu 4800 C dan tekanan 2000 psi. Produk dimasukkan
ke flash drum untuk mengambil gas dari cairan kemudian dipisahkan menjadi sythetic crude oil , padatan, dan recycle solvent . Padatan dimasak kembali untuk menghasilkan produk cair yang lebih banyak.
c. Liquid Phase Zinc Chloride Process Pada proses ini batubara diubah menjadi gasoline dengan catalytic hidrocracking . Prosesnya yaitu, pecahan batubara yang telah dikeringkan
dibuat menjadi slurry dengan proses derived recycle oil . Kemudian slurry tersebut dimasukkan ke reaktor hydrocracking dengan suhu 355-5500 C dan tekanan 1500-3000 psi. Produk cair dipisahkan dengan distilasi dan katalisator yang tersisa dimasukkan ke reaktor fluidized bed untuk direcovery. Zinc Chloride dipisahkan sebagai uap kemudian dikondensasi dan dikembalikan lagi ke reaktor bersama dengan katalis baru ( fresh catalyst ).
2.3. Proses Pembentukan Hidrogen Coal
Proses pembentukan ini diperlukan proses hidroliquefaksi, dimana proses hidroliquefaksi disebut juga sebagai proses hidrogenasi katalitik atau proses pencairan batubara dengan hidrogenasi batubara dalam larutan donor hidrogen dengan bantuan katalistis oksida besi pada tekanan antara 35-275 atmosfir dan temperature sekitar 375-4500 C. Tekanan dan temperatur tinggi digunakan untuk memecahkan batubara menjadi fragmen-fragmen reaktif yang disebut radikal bebas (hidayat, 1995). Agar menghasilkan konversi cair yang cukup tinggi diperlukan stabilisasi terhadap radikal bebas, sekaligus mencegah terjadinya polimerisasi menjadi produk tak larut dan tak reaktif. Menurut berkowist, N. transformasi batubara
8
menjadi minyak sintetis merupakan proses hidrogenasi yang melalui tahap-tahap sebagai berikut:
Batubara
Presasfalten
Asfalten
Minyak
Proses hidrogenasi adalah proses reaksi batubara dengan gas hydrogen bertekanan tinggi. Reaksi ini diatur sedemikian rupa (kondisi reaksi, katalisator dan kriteria bahan baku) agar dihasilkan senyawa hidrokarbon sesuai yang diinginkan,
dengan
perkembangannya,
spesifikasi
hidrogenasi
mendekati
batubara
minyak
menjadi
proses
mentah.
Sejalan
alternativ
untuk
mengolah batubara menjadi bahan bakar cair pengganti produk minyak bumi, proses ini dikenal dengan nama Bergius proses, disebut juga proses pencairan batubara (coal liquefaction). Bergius Process merupakan pencairan batubara metode langsung atau dikenal dengan Direct Coal Liquefaction-DCL. DCL adalah proses hydro-craacking dengan bantuan katalisator. Prinsip dasar dari DCL adalah meng-introduksi-an
gas
hydrogen
kedalam
struktur
batubara
agar
rasio
perbandingan antara C/H menjadi kecil sehingga terbentuk senyawa-senyawa hidrokarbon rantai pendek berbentuk cair. Proses ini telah mencapai rasio konversi 70% batubara (berat kering) menjadi sintetik cair. Pada pembentukan hidrogen coal ini, batubara terkonversi menjadi liquid melalui pemutusan ikatan C-C dan C-heteroatom secara termolitik atau hidrolitik (thermolytic and hydrolytic cleavage), sehingga melepaskan molekul-molekul CO2, H2S, NH3, dan H2O. Untuk itu rantai atau cincin aromatik hidrokarbonnya harus dipotong dengan cara dekomposisi panas pada temperatur tinggi (thermal decomposition).
Setelah
dipotong,
masing-masing
potongan
pada
rantai
hidrokarbon tadi akan menjadi bebas dan sangat aktif (free radical). Supaya radikal bebas itu tidak bergabung dengan radikal bebas lainnya (terjadi reaksi repolimerisasi) membentuk material dengan berat molekul tinggi dan insoluble, perlu adanya pengikat atau stabilisator, biasanya berupa gas hidrogen. Hidrogen bisa didapat melalui tiga cara yaitu: transfer hidrogen dari pelarut, reaksi dengan fresh hidrogen, rearrangement terhadap hidrogen yang ada di dalam batubara, dan
9
menggunakan katalis yang dapat menjembatani reaksi antara gas hidrogen dan slurry (batubara dan pelarut). Peranan katalis dalam pencairan batubara adalah untuk memasukkan atom H yang berasal dari dissosiasi katalitik molekul H2 ke dalam batubara atau campuran batubara-pelarut sehingga menaikkan ketersediaan hidrogen aktif. Hidrogen tersebut akan berfungsi untuk menghidrogenasi senyawa aromatis, mempromosikan reaksi pemutusan ikatan dan menstabilkan radikal bebas serta mencegah reaksi repolimerisasi produk-produk terlarut (Mochida et.al.1998). Katalis yang digunakan dalam BCL adalah limonit (FeOOH). Menurut proses Nedol, terdapat dua metode dalam proses pencairan batubara yang menggunakan proses hidrogenasi. Metode-metode tersebut, yaitu : 1. Bituminous Coal Liquefaction Dalam proses Bituminous Coal Liquefaction, Proyek NEDOL berhasil menggabungkan
3
proses,
yaitu:
Solvent
Extraction
Process,
Direct
Hydrogenation Process, dan Solvolysis Process. Spesifikasi proses dari bituminous coal liquefaction adalah sebagai berikut : o
Tidak memerlukan batubara dengan spesifikasi tertentu. Batubara yang digunakan bisa dari low grade sub-bituminous sampai low grade bituminous.
o
Yield Ratio bisa mencapai 54% berat, lebih besar dari medium atau light oil
o
Temperatur standar reaksi adalah 450°C dan Tekanan standar 170 kg/cm2
o
Membutuhkan katalis yang sangat aktif namun tidak mahal
o
Sebagai pemisah antara fasa cair-gas, digunakan sistem distilasi pengurang tekanan.
o
Digunakan pelarut terhidrogenasi yang dapat digunakan kembali untuk mengawasi kualitas pelarut agar dapat meningkatkan Yield Ratio dari batubara cair dan mencegah fenomena “cooking” pada tungku pemanas.
10
Proses dari Bituminous Coal Liquefaction adalah sebagai berikut : a. Slurry dibuat dengan mencampurkan 1 bagian batubara dengan 1.5 bagian pelarut,lalu ditambahkan 3% katalis yang mengandung besi (ferrous catalyst) b. Slurry dipanaskan sampai suhunya mencapai 400°C dalam preheating furnace. c. Reaksi likuifaksi terjadi dalam kolom reaktor berjenis suspension bed foaming pada kondisi standar (Temperatur 450°C, Tekanan 170 kg/cm2) d. Batubara dikonversi menjadi bentuk cair oleh reaksi antara hidrogen dan pelarut. e. Setelah melewati pemisah fase gas-cair, kolom distilasi bertekanan normal, dan kolom distilasi isap, batubara cair dipisahkan menjadi naphta, medium oil, heavy oil, dan residu. f. Distilat medium oil dan heavy oil dipindahkan ke kolom reaksi berjenis fixed bed yang berisi katalis Ni-Mo. Pada kolom reaksi ini, distilat dikonversikan menjadi distilat ringan pada Temperatur 320°C dan Tekanan 100 kg/cm2, dan digunakan kembali dalam reaksi sebagai pelarut (solvent)
Diagram Alir Proses Bituminous Coal Liquefaction
11
2. Brown Coal Liquefaction Teknologi yang mengubah kualitas batubara yang rendah menjadi produk yang berguna secara ekonomis dan dapat menghasilkan bahan bakar berkualitas serta ramah lingkungan. Langkah pertama adalah memisahkan air secara efisien dari batubara yang berkualitas rendah. Langkah kedua melakukan proses pencairan di mana hasil produksi minyak yang dicairkan ditingkatkan dengan menggunakan katalisator, kemudian dilanjutkan dengan proses hidrogenasi di mana heteroatom (campuran sulfur-laden, campuran nitrogen-laden, dan lain lain) pada minyak batubara cair dipisahkan untuk memperoleh bahan bakar bermutu tinggi, kerosin, dan bahan bakar lainnya. Kemudian sisa dari proses tersebut (debu dan unsur sisa produksi lainnya) dikeluarkan. Proses pada Brown Coal Liquefaction, secara umum terdiri atas 3 proses, yaitu:
Coal
Pretreatment
Process,
Slurry
Preheating
Process,
Primary
hydrogenation process dan Secondary hydrogenation process.
Proses dari Brown Coal Liquefaction dapat diuraikan sebagai berikut : a. Pretreatment Process merupakan proses peremukan raw brown coal, pengeringan, dan pembuatan Slurry. Slurry dibuat dengan mencampurkan 1 bagian
batubara
brown
coal
dengan
2.5
bagian
pelarut,
lalu
ditambahkan katalis yang mengandung besi (iron catalyst). Lalu Slurry diproses ke preheating process. b. Primary hydrogenation process dilakukan dengan mengalirkan gas hidrogen pada Temperatur 430-450°C dan tekanan 150-200 kg/cm2 agar dapat terjadi proses likuifaksi. c. Produk yang dihasilkan dikirim ke kolom distilasi dan didistilasi menjadi naphta, light oil dan medium oil.
12
d. Kolom distilasi bawah yang mengandung padatan dialirkan menuju kolom pemisah padatan-cairan pada proses pengeringan pelarut. Distilat cair kemudian dibawa ke proses Secondary hydrogenation dan padatan dibuang. e. Reaktor jenis fixed bed yang diisi katalis Ni-Mo agar proses hidrogenasi dapat terjadi pada temperatur 300-400°C dan tekanan 150-200 kg/cm2. f. Kemudian dilakukan distilasi kembali agar dapat dipisahkan menjadi nephta, light distillate dan medium distillate. g. Setelah proses selesai, dihasilkan 3 barrel batubara cair dari 1 ton batubara brown coal kering
Diagram Alir Proses Brown Coal Liquefaction
13
2.4. Kelebihan dan Kekurangan Produk Hidrogen Coal
Kelebihan Produk Hidrogen Coal : 1. Harga produksi lebih murah 2. Jenis batu bara yang dapat dipergunakan adalah batu bara yang berkalori rendah (low rank coal), yang selama ini kurang diminati pasaran. 3. Dapat dipergunakan sebagai bahan pengganti bahan bakar pesawat jet (jet fuel), mesin diesel (diesel fuel), serta gasoline dan bahan bakar minyak biasa. 4. Teknologi
pengolahannya
lebih
ramah
lingkungan.
Dari
pasca
produksinya tidak ada proses pembakaran, dan tidak dihasilkan gas CO2. Kalaupun menghasilkan limbah (debu dan unsur sisa produksi lainnya), masih dapat dimanfaatkan untuk bahan baku campuran pembuatan aspal. Bahkan sisa gas hidrogen masih laku dijual untuk dimanfaatkan menjadi bahan bakar.
Kekurangan Produk Hidrogen Coal : 1. Keekonomian Harga minyak bumi sangat fluktuatif, sehingga seringkali investor ragu untuk membangun kilang pencairan batubara. Batubara cair akan ekonomis jika harga minyak bumi di atas US $35/bbl. 2. Biaya investasi kilang pencairan batubara komersial, cukup mahal .
14
2.5 Manfaat Likuifaksi Batubara
Likuifaksi batubara memiliki sejumlah manfaat: 1.
Batubara terjangkau dan tersedia di seluruh dunia, memungkinkan
berbagai negara untuk mengakses cadangan batubara dalam negeri -dan pasar internasional- dan mengurangi ketergantungan pada impor minyak, serta meningkatkan keamanan energi. 2.
Batubara Cair dapat digunakan untuk transportasi, memasak, pembangkit
listrik stasioner, dan di industri kimia. 3.
Batubara yang diturunkan adalah bahan bakar bebas sulfur, rendah
partikulat, dan rendah oksida nitrogen. 4.
Bahan bakar cair dari batubara merupakan bahan bakar olahan yang
ultra-bersih, dapat mengurangi risiko kesehatan dari polusi udara dalam ruangan
Sisi Lain Batubara Cair
Dalam penggunaannya, batubara cair sebagai bahan bakar alternatif dinilai dapat: 1.
Meningkatkan dampak negatif dari penambangan batubara
Penyebaran skala besar pabrik batubara cair dapat menyebabkan peningkatan yang signifikan dari penambangan batubara. Penambangan batubara akan memberikan dampak negatif yang berbahaya. Penambangan ini dapat menyebabkan limbah yang beracun dan bersifat asam serta akan mengkontaminasi air tanah. Selain dapat meningkatkan efek berbahaya terhadap lingkungan, peningkatan produksi batubara juga dapat menimbulkan dampak negatif pada orang-orang yang tinggal dan bekerja di sekitar daerah penambangan.
2.
Menimbulkan efek global warming sebesar hampir dua kali lipat per
gallon bahan bakar Produksi batubara cair membutuhkan batubara dan energi dalam jumlah yang besar. Proses ini juga dinilai tidak efisien. Faktanya, 1 ton batubara hanya
15
dapat dikonversi menjadi 2-3 barel bensin. Proses konversi yang tidak efisien, sifat batubara yang kotor, dan kebutuhan energi dalam jumlah yang besar tersebut menyebabkan batubara cair menghasilkan hampir dua kali lipat emisi penyebab global warming dibandingkan dengan bensin biasa. Walaupun karbon yang terlepas selama produksi ditangkap dan disimpan, batubara cair tetap akan melepaskan 4 hingga 8 persen polusi global warming lebih banyak dibandingkan dengan bensin biasa
16
BAB III PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Pencairan batubara (Coal Liquefaction) adalah proses mengubah wujud batubara dari padat menjadi cair. Proses pencairan batubara dapat dilakukan dengan dua metode yaitu metode langsung (Direct Liquefaction Process) dan metode tidak langsung ( Indirect Liquefaction Process). Pada proses tidak langsung
batubara difragmentasi menjadi CO, CO2, H2, dan CH4 yang kemudian direkombinasikan menghasilkan produk cair, prosesnya melalui gasifikasi dan kondensasi. Pada proses langsung batubara cair diproduksi dengan melarutkan dalam suatu pelarut organik lalu dilanjutkan dengan proses hidrogenasi pada suhu dan tekanan tinggi. Proses pencairan batubara secara langsung dapat dilakukan melalui pirolisis, ekstraksi pelarut dan hidrogenasi katalitik. Pada pembentukan hidrogen coal menggunakan proses hidrogenasi, yang dimana termasuk kedalam pencairan batubara secara langsung (Direct Liquefaction Process). Terdapat dua metode pembentukan hidrogen coal, yaitu Bituminous Coal Liquefaction dan Brown Coal Liquefaction.
17
BAB IV PERTANYAAN
PERTANYAAN : 1. Robby Asmedy. Jelaskan mekanisme reaksi yang ada flowsheet? Jawab : Batubara + pelarut + katalis + hidrogen
batubara cair
Dimana batubara yang digunakan itu berupa jenis batubara Subbituminus dan Bituminus, sedangkan pelarutnya berupa sour gas dan untuk katalis yang digunakan berupa katalis Fe (iron) atau Ni (nikel)
2. Ikke Febri Yenika Pada Flowsheet Brown Coal Liquefication, dimana dalam Rektor Slurry terjadi pengontakkan antara Coal slurry dan Gas. Dimanakah aliran gasnya pada reactor tersebut ? Jawab :
Dimana pada flowsheet diatas aliran masuk gas berada pada bagian bawah reactor, sedangkan Coal slurry masuk pada bagian samping dari reactor itu tersebut.
18
3. Annisa Nurul Firda Jelaskan mengapa digunakan 2 rektor tipe Fixed Bed Reaktor pada proses Brown Coal Liquefication ? Jawab : Reactor terdapat 2 buah, karena pada reactor pertama dianggap proses belum berjalan maksimal. Oleh karena itu perlunya di tambahkan reactor kedua untuk meningkatkan efisiensi.
DAFTAR PUSTAKA
- http://harlitalla.blogspot.com/2012/06/pencairan-batubara.html - http://rinririns.blogspot.com/2013/02/coal-to-liquid.html - http://scientificindonesia.wordpress.com/proses-pengolahan-batubara/ - http://dwitaariyanti.blogspot.com/2012/06/liquefaction-process-1-2.html - http://www.iea.org/publications/freepublications/publication/statistics_manual_ indonesian.pdf - http://eprints.unsri.ac.id/139/1/Pages_from_PROSIDING_AVOER_201133.pdf\ - http://bataviase.co.id - http://blogodril.blogspot.com/2010/03/batubara-yang-dicairkan-konversienergi.html - http://scientificindonesia.wordpress.com/proses-pengolahan-batubara/
19