MAKALAH AKUSTIK KELAUTAN ECHOSOUNDER
OLEH: RAGIL AYU PAWITRASARI
26020115120021 26020115120021
HAFIDA SALMA
26020115120022 260201151200 22
NOVITA THEA P.L
26020115120024 26020115120024
FEBRIANA NILAMIA S
26020115120048 26020115120048
ISTIQOMAH
26020115120049
DEPARTEMEN ILMU KELAUTAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS DIPONEGORO 2017
ECHOSOUNDER
A. Definisi Akustik kelautan merupakan teori yang membahas tentang gelombang
suara dan perambatannya dalam suatu medium air laut. Akustik kelautan merupakan satu bidang kelautan yang mendeteksi target di kolom perairan dan dasar perairan dengan menggunakan suara sebagai mediannya. Teknologi akustik ini terdiri dari pengukuran, analisis, dan interpretasi karakteristik signal refieksi atau scattering dari objek yang dikenai (misalnya dasar laut, ikan dan plankton) (Manik, 2006). Echosounder Adalah Suatu alat navigasi elektronik dengan menggunakan system gema yang dipasang pada dasar kapal yang berfungsi untuk mengukur kedalaman perairan, mengetahui bentuk dasar suatu perairan dan untuk mendeteksi gerombolan ikan dibagian bawah kapal secara vertical. B. Bagian-bagian Echosounder
1. Time Base Time base berfungsi sebagai penanda pulsa listrik untuk mengaktifkan pemancaran pulsa yang dipancarkan oleh transmitter melalui transducer . Suatu perintah dari time base akan memberikan saat kapan pembentuk pulsa bekerja pada unit transmitter dan receiver. 2. Transmitter Transmitter pada echosounder berfungsi untuk menyalurkan pulsa listrik yang dipicu oleh time base ke bagian transducer. Selain itu, transmitter juga berfungsi sebagai penguat sinyal listrik yang akan diubah oleh transducer menjadi energi suara. 3. Transducer Fungsi utama dari transducer adalah mengubah energi listrik menjadi energi suara ketika suara akan dipancarkan ke medium dan mengubah energi suara
menjadi
energi
listrik
ketika echo diterima
dari
suatu
target.
Sehingga transducer memiliki peran ganda. Selain itu, transducer pun juga harus diposisikan di bawah permukaan air agar tidak terjadi bias antara udara dan air.
4. Receiver Receiver berfungsi
menerima
pulsa
dari
objek
dan disalurkan
pada display atau recorder sebagai pencatat hasil echo. Sinyal listrik lemah yang dihasilkan oleh transducer setelah echo diterima harus diperkuat beberapa ribu kali sebelum disalurkan ke recorder. Sehingga fungsi receiver hampir serupa dengan fungsi transmitter. 5. Display Display berfungsi untuk menampilkan data dan hasil dari penerimaan gelombang dari transducer. Gambar yang nampak pada display bukan berupa gambar yang bisa langsung dibaca, akan tetapi hanya berupa grafik dengan warna yang berbeda-beda yang menunjukkan selang waktu antara pemancaran gelombang
dan
penerimaan.
Sehingga
informasi
pada display perlu
diinterpretasikan kembali. C. Prinsi Kerja Echosouder
Echosounder atau perum gema yang pertama kali dikembangkan di Jerman tahun 1920. Alat ini dapat dipakai untuk menghasilkan profil kedalamanyang kontinyu sepanjang jalur perum dengan ketelitian yang cukup baik. Menurut Kautsar et.al. (2013), Echosounder menggunakan prinsip pengukuran jarak dengan memanfaatkan gelombang akustik yang dipancarkan dari transducer . Transducer adalah bagian dari alat perum gema yang mengubah energi listrik menjadi mekanik (untuk membangkitkan gelombang suara) dan sebaliknya. Gelombang akustik tersebut merambat pada medium air dengan cepat rambat yang relatif diketahui atau dapat diprediksi hingga menyentuh dasar perairan dan dapat dipantulkan kembali ke transducer . Echosounder menghitung selang waktu sejak gelombang dipancarkan dan diterima kembali (∆t), sehingga jarak dasar perairan relatif terhadap transducer adalah :
depth =
vΔt
Dengan: depth = kedalaman hasil ukuran v = kecepatan gelombang akustik pada medium air.
Hasil pengukuran kedalaman akan direkam dan ditampilkan secara digital. Tampilannya adalah profil kedalaman perairan sepanjang jalur survei kapal (lajur perum). Jika pada titik-titik tertentu ditandai saat pengukurannya dan pengukuran untuk penentuan posisi dilakukan secara kontinyu dengan saat yang tercatat, maka hasil pencatatan waktu tersebut dapat digunakan untuk merekonstruksi posisi kapal saat melakukan pengukuran kedalaman dilakukan.
Gambar 1. Ilustrasi Pengukuran Kedalaman Laut Metode Akustik D. Jenis- Jenis Echosounder
Menurut Kautsar et.al. (2013), Echosounder menggunakan prinsip akustik untuk merekam kedalaman dasar laut. Terdapat dua tipe echosounder, yaitu Echosounder Multi Beam dan Echosounder Single Beam. Echosounder Hi-Target HD 370 merupakan jenis Single Beam. 1. Multi-Bean Echosounder Multi-Beam Echosounder merupakan alat untuk menentukan kedalaman air dengan cakupan area dasar laut yang luas. Prinsip operasi alat ini secara umum adalah berdasar pada pancaran pulsa yang dipancarkan secara langsung ke arah dasar laut dan setelah itu energi akustik dipantulkan kembali dari dasar laut (sea bad), beberapa pancaran suara (beam) secara elektronis terbentuk menggunakan teknik pemrosesan sinyal sehingga diketahui sudut beam. Multi beam echosounder dapat menghasilkan data batimetri dengan resolusi tinggi (0,1 m akurasi vertikal dan kurang dari 1 m akurasi horizontalnya). Multibeam Echosounder memiliki prinsip yang sama dengan single beam, namun jumlah beam yang dipancarkan lebih dari satu pancaran. Pola pancarannya melebar dan melintang terhadap badan kapal. Jika kapal bergerak maju, hasil sapuan
multibeam tersebut menghasilkan suatu luasan yang menggambarkan permukaan dasar laut 2. Single-Beam Echosounder Single-beam echosounder merupakan alat ukur kedalaman air yang menggunakan pancaran tunggal sebagai pengirim dan pengiriman sinyal gelombang suara. Komponen dari single-beam terdiri dari transciever (transducer atau receiver) terpasang pada lambung kapal. Sistem ini mengukur kedalaman air secara langsung darikapal penyelidikan. Transciever mengirimkan pulsa akustik dengan frekuensi tinggi yang terkandung dalam beam (gelombang suara) menyusuri bagian bawah kolom air. Energi akustik memantulkan sampai dasar laut dari kapal dan diterima kembali oleh tranciever. Transciever terdiri dari sebuah transmiter yang mempunyai fungsi sebagai pengontrol panjang gelombang pulsa yang dipancarkan dan menyediakan tenaga elektris untuk besar frekuensi yang diberikan. E. Kelebihan dari Echosounder
1. Dimanfaatkan untuk survei batimetri, yaitu survei yang dimaksudkan untuk mendapatkan data kedalaman dan topografi dasar laut, termasuk lokasi dan luasan obyek-obyek yang mungkin membahayakan. 2. Dapat mengukur kedalaman laut yang disertai dengan pemetaan dasar laut. 3. Disamping itu digunakan nelayan untuk mengetahui gerombolan ikan. serta dapat mengukur suhu air pada kedalaman tertentu. 4. Penggunaan teknologi ini sangat membantu dalam pencarian sumber daya ikan yang baru, sehingga akan mempercapat pengambilan keputusan atau kebijakan, terutama untuk menetapkan daerah penangkapan ikan agar potensi ikan dapat dipertahankan. F. Kelemahan dari Echosounder Metode akustik menggunakan alat Multibeam Echosounder memiliki kelebihan
yaitu sangat cocok untuk diaplikasikan untuk daerah yang luas serta memiliki kedalaman yang cukup dalam karena mempunyai resolusi yang tinggi. Tetapi di sisi lain juga mempunyai kelemahan, yaitu besarnya biaya yang dibutuhkan 2
dalam pelaksanaannya, dimana untuk pelaksanaan pemetaan batimetri harus dibawa dengan wahana berupa kapal yang memiliki spesifikasi khusus dan ukurannya cukup besar. Oleh sebab itu maka penggunaan alat Multibeam Echosounder untuk pemetaan batimetri seperti danau, waduk dan sungai dinilai kurang efektif. Echosounder memiliki kelemahan yaitu jika semakin dalam laut,gambar yang dihasilkan semakin tidak jelas. Echosounder tidak dapat mendeteksi ikan hanya dapat digunakan bagi yang sudah berpengalaman. Sehingga echosounder bisanya digunakan
untuk
kapal-kapal
perang,
kapalpenumpangdankapalbarang.
Kebanyakan echosounder menggunakan kertas khusus dan baterai yang mahal. Harus
menghabiskan
waktu
yang
diperlukan
untuk
membersihkan
dan
memperbaikinya hingga bias bekerja. Jika rusak, akan memerlukan tukang khusus, seperti tukang perbaikan radio transistor, untuk memperbaikinya.
DAFTAR PUSTAKA
Catherinna, Maharanni, P. Subarjo Dan A. Satriadi. 2015.Pemetaan Batimetri Perairan Anyer, Banten Menggunakan
Multibeam Echosounder System
(MBES). Semarang: Universitas Diponegoro Kautsar, Muhammad Al, Bandi Sasmito, S.T., M.T., Ir. Hani’ah 2013. Aplikasi Echosounder Hi-Target Hd 370 Untuk Pemeruman Di Perairan Dangkal. Semarang: Universitas Diponegoro. Manik, Henry M. 2006. Pengukuran Akustik Scattering Strength Dasar Laut Dan Identifikasi Habitat Ikan Dengan Echosounder. Bogor: Insttut eknologi Bogor. Nugraha, I Made Dwiva Satya, Yuwono. 2014. Studi Aplikasi Multibeam Echosounder Dan Side Scan Sonar Untuk MendeteksiFree Span Pada Saluran Pipa Bawah Laut. Surabaya. Institud Teknologi Surabaya Tim Asisten Akustik Kelautan. 2015. Buku Panduan Praktikum Akustik Kelautan. Malang; Universitas Brawijaya