BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Pada proses hemodialisa, peralatan yang memiliki peran paling penting adalah ginjal buatan atau membran dialyzer . Membran ini berperan menggantikan fungsi ginjal yang tidak bisa bekerja lagi dari seorang pasien. Membran dialyzer ini harus dirancang sedemikian rupa sehingga menyerupai basal membran glomerulus. Membran dialyzer dapat dapat dibuat dari beberapa bahan seperti selulosa, selulosa tersubtitusi, selulo sintetik dan polimer buatan. Bahan-bahan ini ada yang bersifat hidrofilik dan hidrofobik. Koeffisient ultrafiltrasi (Kuf) disebut juga dengan permiabilitas air. Besarnya
permeabilitas
membran
dializer
terhadap
air
bervariasi
tergantung besarnya pori dan ukuran membran. KUf adalah jumlah cairan (ml/jam) yang berpindah melewati membran per mmHg perbedaan tekanan (pressure gradient) atau perbedaan TMP yang melewati membran. Setiap dializer mempunyai karakteristik tersendiri untuk menjamin efektifitas proses eliminasi dan menjaga keselamatan penderita.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dializer? 2. Apa saja manfaat dializer? 3. Apa saja indikasi dializer? 4. Apa saja kontraindikasi dializer? 5. Apa saja jenis-jenis dializer? 6. Apa saja bagian-bagian dializer? 7. Bagaimana prosedur dan cara kerja dializer?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian dializer. 2. Untuk mengetahui manfaat dializer.
1
3. Untuk mengetahui indikasi dializer. 4. Untuk mengetahui kontraindikasi dializer. 5. Untuk mengetahui jenis-jenis dializer. 6. Untuk mengetahui bagian-bagian dializer. 7. Untuk mengetahui prosedur dan cara kerja dializer.
2
BAB II LANDASAN TEORI
A. Pengertian Dializer
Dializer adalah suatu mesin, tempat dimana proses hemodialisis berlangsung sehingga terjadi pertukaran zat-zat dan cairan dalam darah dan dialisat. Dializer atau ginjal buatan (artificial kidney) adalah suatu alat dimana proses dialisis terjadi terdiri dari dua ruang atau kompartemen, yaitu: kompartemen darah, dan kompartemen dialisat. Dializer merupakan tempat masuknya darah yang dipompa dari tubuh untuk dibersihkan dari zat-zat racun melalui proses difusi dan ultrafiltrasi oleh cairan khusus untuk dialisis (dialisat). Berdasarkan pengertian dializer diatas, maka dapat disimpulkan bahwa dializer merupakan alat yang bekerja sebagai ginjal buatan yang berfungsi untuk membersihkan zat-zat cairan dalam darah dan dialisat melalui proses difusi dan ultrafiltrasi oleh cairan khusus untuk dialisis (dialisat).
B. Manfaat Dializer 1. Menggantikan fungsi ginjal dalam fungsi ekskresi, yaitu membuang
sisa-sisa metabolisme dalam tubuh, seperti ureum, kreatinin, dan sisa metabolisme yang lain. 2. Menggantikan fungsi ginjal dalam mengeluarkan cairan tubuh yang
seharusnya dikeluarkan sebagai urin saat ginjal sehat. 3. Meningkatkan kualitas hidup pasien yang menderita penurunan fungsi
ginjal. 4. Menggantikan fungsi ginjal sambil menunggu program pengobatan
yang lain.
3
C. Indikasi Dializer
Pasien dengan penyakit GGA dan GGK yang mengalami beberapa indikasi, seperti: 1. Hyperkalemia Hyperkalemia adalah suatu keadaan dimana konsentrasi kalium darah lebih dari 6 mEq/L. Sebagian besar kalium dalam tubuh (98%) ditemukan dalam sel dan organ. Hanya jumlah kecil beredar dalam aliran darah. Kalium membantu sel-sel saraf dan otot, termasuk fungsi, jantung. Ginjal biasanya mempertahankan tingkat kalium dalam darah, namun jika memiliki penyakit ginjal merupakan penyebab paling umum dari hiperkalemia. 2. Asidosis Dalam keadaan normal, ginjal menyerap asam sisa metabolisme dari darah dan membuangnya ke dalam urin. Pada penderita penyakit ini, bagian dari ginjal yang bernama tubulus renalis tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya, sehingga hanya sedikit asam yang dibuang ke dalam urin. Akibatnya terjadi penimbunan asam dalam darah,
yang
mengakibatkan
terjadinya
asidosis,
yakni
tingkat
keasamannya menjadi di atas ambang normal. 3. Kegagalan terapi konservatif 4. Kadar ureum/kreatinin tinggi dalam darah Peningkatan kadar urea disebut uremia. Azotemia mengacu pada peningkatan semua senyawa nitrogen berberat molekul rendah (urea, kreatinin, asam urat) pada gagal ginjal. Penyebab uremia dibagi menjadi tiga, yaitu penyebab prarenal, renal, dan pascarenal. Uremia prarenal terjadi karena gagalnya mekanisme yang bekerja sebelum filtrasi oleh glomerulus. Mekanisme tersebut meliputi : 1) penurunan aliran darah ke ginjal seperti pada syok, kehilangan darah, dan dehidrasi; 2) peningkatan katabolisme protein seperti pada perdarahan gastrointestinal disertai pencernaan hemoglobin dan penyerapannya sebagai protein dalam
4
makanan, perdarahan ke dalam jaringan lunak atau rongga tubuh, hemolisis, leukemia (pelepasan protein leukosit), cedera fisik berat, luka bakar, demam. Uremia renal terjadi akibat gagal ginjal (penyebab tersering) yang menyebabkan gangguan ekskresi urea. Gagal ginjal akut dapat disebabkan oleh glomerulonefritis, hipertensi maligna, obat atau logam nefrotoksik, nekrosis korteks ginjal. Gagal ginjal kronis disebabkan oleh glomerulonefritis, pielonefritis, diabetes mellitus, arteriosklerosis, amiloidosis, penyakit tubulus ginjal, penyakit kolagen-vaskular. 5. Perikarditis dan konfusi yang berat. Perikarditis adalah peradangan lapisan paling luar jantung baik pada parietal maupun viseral. Sedangkan konfusi adalah suatu keadaan ketika individu mengalami atau beresiko mengalami gangguan kognisi, perhatian, memori dan orientasi dengan sumber yang yang tidak diketahui. 6. Hiperkalsemia dan Hipertensi. Hiperkalsemia (kadar kalsium darah yang tinggi) adalah penyakit dimana penderitanya mengalami keadaan kadar kalsium darahnya melebihi takaran normal ilmu kesehatan. Penyebab penyakit ini karena meningkatnay penyerapan pada saluran pencernaan atau juga dikarenakan asupan kalsium yang berlebihan. Seain itu juga mengkonsumsi
vitamin
D
secara
berlebihan
juga
dapat
mempengaruijumlah kalsium darah dalam tubuh. Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan gangguan gangguan pada sistem peredaran darah yang dapat menyebabkan kenaikan tekanan darah di atas nilai normal, yaitu melebihi 140 / 90 mmHg. 90 mmHg.
5
D. Kontraindikasi Dializer
1. Malignansi stadium lanjut (kecuali multiple myeloma) atau cenderung mengarahan ke keadaan buruk. 2. Penyakit Alzheimer’s, Alzheimer’s, merupakan suatu kondisi kondisi di mana sel-sel saraf di otak mati, sehingga sinyal-sinyal otak sulit ditransmisikan dengan baik. 3. Multi-infarct dementia 4. Sindrom Hepatorenal, merupakan suatu sindrom klinis yang terjadi pada pasien penyakit hati kronik dan kegagalan hati lanjut serta hipertensi portal yang ditandai oleh penurunan fungsi ginjal dan abnormalitas yang nyata dari sirkulasi arteri dan aktifitas sistem vasoactive endogen. Sindrom Hepatorenal bersifat fungsional dan progresif. Sindrom Hepatorenal merupakan suatu gangguan fungsi ginjal pre renal, yaitu disebabkan adanya hipoperfusi ginjal. Pada ginjal
terdapat
vasokonstriksi
yang
menyebabkan
laju
filtrasi
glomerulus rendah, dimana sirkulasi di luar ginjal terdapat vasodilatasi arteriol yang luas yang menyebabkan penurunan resistensi vaskuler sistemik total dan hipotensi. 5. Sirosis hati tingkat lanjut dengan enselopati, sirosis merupakan perusakan jaringan hati normal yang meninggalkan jaringan parut yang tidak berfungsi di sekeliling jaringan hati yang masih berfungsi. 6. Hipotensi, merupakan suatu keadaan dimana tekanan darah lebih rendah dari 90/60 mmHg atau tekanan darah cukup rendah sehingga menyebabkan gejala-gejala seperti pusing dan pingsan. 7. Penyakit terminal, merupakan penyakit pada stadium lanjut, penyakit utama yang tidak dapat disembuhkan bersifat progresif, pengobatan hanya bersifat paliatif (mengurangi gejala dan keluhan, memperbaiki kualitas hidup). 8. Organic brain syndrome, merupakan ketidaknormalan kelainan mental akibat gangguan struktur atau fungsi otak.
6
E. Jenis-jenis Dializer
Adapun pertimbangan
pemilihan teoritis
membran
dializer
(biokompatibilitas
dan
dapat
berdasarkan
fluks),
berdasarkan
pertimbangan klinis(gejala intradialisis, morbiditas dan mortalitas). Secara praktis pemilihan membran dializer berdasarkan Bahan membran sintesis dan tidak sintesis, KoA dializer, Koeffisient Ultrafiltrasi, dializer standard, dializer high efficiency atau high flux, flux , Model Sterilisasi, Desain plat paralel atau hollow-fiber (capillary). 1. Pemilihan dializer berdasarkan pertimbangan pertimbangan teoritis.
a. Biokompatibilitas Secara teori, membran yang mengaktifkan komplemen dan mengakibatkan pelepasan fragmen komplemen tidak disukai, karena pengaktifan komplemen dapat meningkatkan produksi superoksida neutrophil. Secara kronis terpajan terhadap membran pelepasan fragmen komplemen bisa mengganggu kemampuan fagositosis granulosit dan kemampuan leukosit untuk menciptakan superoksida. Pada sisi lain, pada pemakaian ulang, apabila blach (obat pengelantang) tidak dipakai, membran sellulosa yang belum disubstitusikan menjadi terlapis dengan protein darah selama pemakaian pertama, pada pemakaian berikutnya komplemen sangat sangat direduksi. b. Fluks Dahulu membran sintesis cenderung lebih terbuka, yakni memiliki permeabilitas yang lebih tinggi terhadap solut berat molekul besar dan memiliki klearansi molekul yang tinggi, dalam rentang BM 1000. Pada saat sekarang membran sintesis dengan karakteristik fluks rendah, atau membran fluks tinggi yang terbuat dari sellulosa yang belum disubstitusi ataupun dari sellulosa asetat. Penghilangan yang meningkat dari ``molekul tengah`` yang berhubungan dengan pemakaian membran fluks tinggi kadang dapat menguntungkan secara klinis. Beta-2 mikroglobulin adalah molekul lain justru lebih
7
banyak dihilangkan secara efektif oleh banyak membran sintesis dari pada membran selulosa. Akumulasi beta-2 mikroglobulin pada penderita hemodialisis dapat mengakibatkan amyloidosis yang bermanifestasi sebagai sindroma tunnel carpal, arthropathy, arthropathy , dan kista tulang. c. Backfiltrasi (filtrasi-balik) Kemungkinan terdapat kelemahan pada pemakaian membran fluks tinggi, karena sangat tembus terhadap air dan membutuhkan pemakaian mesin dialisis yang mahal dengan sirkuitas kontrol ultrafiltrasi volumetris. Sebagian mesin dialisis ini sulit dibebaskan dari infeksi secara tepat karena kompleksitas jalur cairannya. Jika tidak dibersihkan dengan baik setelah pemakaian, mesin tersebut dapat berhubungan dengan reaksi pirogen selama dialisis. Di banyak pusat dialisis, air yang dipakai untuk membuat larutan dialisis mengandung tingkat bakteri yang tinggi dan pirogen. Dengan membran fluks tinggi akan ada fluks balik yang meningkatkan material pirogen dari larutan dialisis ke darah (karena perbedaan tekanan yang lebih rendah antara darah dan kompartemen dialisat dan pembukaan membran). 2. Pemilihan dializer berdasarkan pertimbangan klinis
a. Gejala-gejala intradialisis Penelitian terkontrol yang baik saat ini, tidak melaporkan perbedaan dalam hal gejala intradialisis
diantara beberapa
membran dalam mengaktifkan komplemen. Kelemahan teori dari filtrasi balik adalah sulitnya untuk mendapatkan secara klinis terjadinya reaksi pirogen karena pemakaian membran dialisis fluks tinggi. Reaksi dializer karena membran, sterilant, larutan dialisis terkontaminasi, ataupun bahan kimia lain dalam sirkuit dialisis dapat menjadi masalah klinis penting.
8
b. Morbiditas dan mortalitas Sejumlah
penelitian
tidak-acak
telah
menunjukkan
bahwa
morbiditas dan mortalitas lebih rendah pada penderita yang didialisis dengan membran sintesis daripada membran sellulosa yang belum disubstitusi. Alasannya belum jelas tetapi dapat disebabkan kejadian infeksi yang lebih rendah pada penderita yang didialisis dengan membran sintesis. 3. Pemilihan dializer secara praktis
a. Bahan membran sintesis dan tidak sintesis Material dari membran terbuat dari: 1) Sellulose
seperti
cuprammonium
cellulose
(cuprophan),
cuprammonium rayon, saponified cellulose ester. 2) Sellulose yang disubstitusi seperti cellulose acetat, dacetat, triacetat. 3) Cellulosynthetic seperti cellosyn atau hemophan. 4) Synthetic seperti polyacrylonitrile (PAN) seperti polysulfone, polycarbonate,
polyamide,
dan
polymethylmethacrylate
(PMMA). b. KoA dialyzer . KoA merupakan koeffisien luas permukaan transfer adalah kemampuan penjernihan dalam ml/menit dari ureum pada kecepatan aliran darah dan kecepatan aliran dialisat tertentu. Luas permukaan membran berkisar 0,8 s/d 2,2 m2 . KoA terdiri dari dialyzer effisiensi rendah terutama untuk penderita berat badan kecil dengan KoA <500, dialyzer effisiensi sedang dengan KoA 500-700, dan dialyzer effisiensi tinggi dengan KoA >700. KoA equivalen
dengan
luas
permukaan
membran,
makin
luas
permukaan membran semakin tinggi klearensi ureum. Nilai KoA dari dialyzer yang yang sering dipakai ada yang telah didaftarkan. Nilai KoA dari dialiser yang belum didaftarkan bisa diperoleh dari lembar rincian dialyzer .
9
c. Koeffisient Ultrafiltrasi (KUf) KUf disebut juga dengan permiabilitas air merupakan spesifikasi dialyzer . Kuf terdiri dari KUf rendah 2,0 , KUf sedang 4,0 dan KUf tinggi dan high flux >10,0. Contoh; KUf 2,0 adalah memerlukan TMP 500 untuk ultrafiltrasi 1000 ml, sedang KUf 8,0 hanya memerlukan TMP 125 ml untuk ultrafiltrasi 1000 ml. Pemilihan dialyzer berdasarkan pada permeabilitas air. Apabila tersedia
kontroler
ultrafiltrasi,
pemakaian
dialyzer dengan
permeabilitas air yang tinggi (Kuf>6,0) akan menjadi pilihan. Apabila tidak tersedia kontroler ultrafiltrasi, maka dialyzer dengan dengan KUf yang lebih rendah menjadi pilihan. Pemakaian dialyzer dengan KUf relatif rendah membutuhkan pemakaian tekanan transmembran
yang
lebih
tinggi
untuk
mempengaruhi
penghilangan jumlah cairan. Keadaan ini meminimalkan pengaruh variasi dalam tekanan transmembran terhadap penghilangan cairan. Sebagai suatu aturan baku, apabila kontroller ultrafiltrasi tidak tersedia, KUf dialiser in vivo (ml/jam/mmHg) akan sekitar 4 kali angka penghilangan cairan yang diharapkan dalam liter/jam. Contoh; jika ingin menghilangkan cairan 0,75 liter/jam, KUf dialyzer in vivo akan vivo akan 4 x 0,75 = 3,0. Tekanan tansmembran yang dibutuhkan kemudian menjadi 750/3 = 250 mmHg. d. Dialyzer standard standard Terdiri dari klearensi ureum <200 ml/menit, kecepatan darah yang dipakai ≤250 ml/menit, low-flux low-flux dengan Kuf <15 ml/mmHg/jam. Contohnya adalah Cuphrophane, Cellulosa asetat dan hemophane. e. Dialyzer high Dialyzer high efficiency atau efficiency atau high flux. flux. Dialyzer high efificiency efificiency adalah dialyzer yang mempunyai luas permukaan membran yang besar. Dialyzer besar. Dialyzer high flux adalah flux adalah dialyzer yang mempunyai pori- pori besar yang dapat melewatkan molekul yang lebih besar, dan mempunyai permiabilitas terhadap air yang tinggi. Dialyzer high-efficiency/high-flux high-efficiency/high-flux terdiri dari terdiri dari
10
klearens ureum >200 ml/menit, kecepatan darah yang dipakai >250 ml/menit,
high-flux high-flux dengan
Kuf
>15
ml/mmHg/jam,
dan
membrannya adalah Polysulfone, Celuloasa triasetat, dan AN-69. f. Desain plat paralel terhadap hollow-fiber (capillary). (capillary). Dengan tersedianya dewasa ini dialiser plat paralel dan hollow fiber, fiber, hanya sedikit alasan untuk memilih satu konfigurasi atas yang lain.
F. Bagian-bagian Dializer
Dializer terjadi terdiri dari 2 ruang /kompartemen, yaitu: kompartemen darah ruangan yang berisi darah dan kompartemen dialisat ruangan yang berisi dialisat. Kedua kompartemen dipisahkan oleh membran semipermiabel. Dialiser mempunyai 4 lubang yaitu dua ujung untuk keluar masuk darah dan dua samping untuk keluar masuk dialisat.
Gambar 1. Bagian luar dializer
Gambar 2. Bagian dalam dializer
11
G. Prosedur dan Cara kerja Dialyzer 1.
Prosedur dializer Dializer merupakan tempat dimana proses hemodialisa terjadi. Sebelum melakukan hemodialisa ada beberapa alat dan bahan yang harus dipersiapkan, yaitu: a. Tempat tidur fungsional b. Timbangan BB c. Pengukur TB d. Stetoskop e. Termometer f. Peralatan EKG g. Set O2 lengkap h. Suction set i.
Meja tindakan
j.
Obat-obatan dan cairan : 1) Obat-obatan hemodialisa : heparin, frotamin, lidocain untuk anestesi. 2) Cairan infuse : NaCl 0,9%, Dex 5% dan Dex 10%. 3) Dialisat 4) Desinfektan : alcohol 70%, Betadin, Sodium hypochlorite 5% 5) Obat-obatan emergency.
Setelah mempersiapkan alat dan bahan, berikut merupakan pedoman pelaksanaan hemodialisa a. Perawatan sebelum hemodialisa 1) Sambungkan selang air dari mesin hemodialisa. 2) Kran air dibuka. 3) Pastikan selang pembuka air dan mesin hemodialisis sudah masuk keluar atau saluran pembuangan. 4) Sambungkan kabel mesin hemodialisis ke stop kontak. 5) Hidupkan mesin.
12
6) Pastikan mesin pada posisi rinse selama 20 menit. 7) Matikan mesin hemodialisis. 8) Masukkan selang dialisat ke dalam jaringan dialisat pekat. 9) Sambungkan slang dialisat dengan konektor yang ada pada mesin hemodialisis. 10) Hidupkan mesin dengan posisi normal (siap). b. Menyiapkan sirkulasi darah. 1) Bukalah alat-alat dialisat dari setnya. 2) Tempatkan dialiser pada holder (tempatnya) dan posisi ‘inset’ (tanda merah) diatas dan posisi ‘outset’ (tanda biru) dibawah. 3) Hubungkan ujung merah dari ABL dengan ujung ‘inset’ dari dialiser. 4) Hubungkan ujung biru dari UBL dengan ujung ‘outset’ adri dialiser dan tempatkan buble tap di holder dengan posisi tengah. 5) Set infuse ke botol NaCl 0,9%-500 cc. 6) Hubungkan set infuse ke slang arteri. 7) Bukalah klem NaCl 0,9%. Isi slang arteri sampai keujung selang lalu klem. 8) Memutarkan letak dialiser dengan posisi ‘inset’ dibawah dan ‘ouset’ diatas, tujuannya agar dialiser bebas dari udara. 9) Tutup klem dari slang untuk tekanan arteri, vena, heparin. 10) Buka klem dari infuse set ABL, UBL. 11) Jalankan pompa darah dengan kecepatan mula-mula 100 ml/mnt, kemudian naikkan secara bertahap sampai 200 ml/mnt. 12) Isi buble tap dengan NaCl 0,9% sampai 3/4 cairan. 13) Memberikan tekanan secara intermitten pada UBL untuk mengalirkan udara dari dalam dialiser, dilakukan sampai dengan dialiser bebas udara (tekanan tidak lebih dari 200 mmHg).
13
14) Melakukan pembilasan dan pencucian dengan NaCl 0,9% sebanyak 500 cc yang terdapat pada botol (kalf). Sisanya ditampung pada gelas ukur. 15) Ganti kalf NaCl 0,9% yang kosong dengan kalf NaCl 0,9% baru. 16) Sambungkan ujung biru UBL dengan ujung merah ABL dengan menggunakan konektor. 17) Menghidupkan pompa darah selama 10 menit. Untuk dialiser baru 15-20 menit, untuk dialiser reuse dengan aliran 200-250 ml/mnt. 18) Mengembalikan posisi dialiser ke posisi semula dimana ‘inset’ diatas dan ‘outset’ dibawah. 19) Menghubungkan sirkulasi darah dengan sirkulasi dialisat selama 5-10 menit siap untuk dihubungkan dengan pasien (soaking). c. Persiapan pasien. 1) Menimbang BB 2) Mengatur posisi pasien 3) Observasi KU 4) Observasi TTV 5) Melakukan kamulasi/fungsi untuk menghubungkan sirkulasi, biasanya mempergunakan salah satu jalan darah/blood akses seperti dibawah ini: a) Dengan interval A-V Shunt/fistula simino b) Dengan eksternal A-V Shunt/schungula. c) Tanpa 1-2 (vena pulmonalis). (vena pulmonalis).
14
Gambar 3. Pemasangan dializer pada mesin dialisis
2.
Cara kerja dializer Electrolyte, zat-zat dan cairan yang tidak berguna dan air melewati membrane semipermeable masuk kedalam aliran cairan dialysate. Melalui difusi, ultrafiltration (UF) dan osmosis, air dan zatzat pembuangan metabolisme akan bertukar dengan darah dan dialysate. Cairan dengan konsentrasi tinggi menyebabkan zat-zat pembuangan seperti urea dan creatinine berdifusi (bergerak dari konsentrasi tinggi ke rendah) melewati membrane dari darah ke dialysate, selanjutnya darah yang telah dibersihkan akan kembali lagi ke pasien.
Gambar 4. Gambaran pemasangan dializer
15
Gambar 5. Cara kerja dializer
Proses yang terjadi pada membran dialyzer ini adalah terjadi pertukaran zat-zat dan cairan dalam darah dan dialisat. Berikut ini adalah penjelasan proses-proses yang terjadi selama pertukaran zat-zat pada membran dialyzer : a.
Proses Difusi
Difusi merupakan proses berpindahnya suatu zat terlarut yang disebabkan karena adanya perbedaan konsentrasi zat-zat terlarut dalam darah dan dialisat. Perpindahan molekul terjadi dari zat yang berkonsentrasi tinggi ke yang berkonsentrasi lebih rendah. Pada hemodialisa pergerakan molekul / zat ini melalui suatu membran semi
permeabel
yang
membatasi
kompartemen
darah
dan
kompartemen dialisat. Proses difusi dipengaruhi oleh: 1) Perbedaan konsentrasi 2) Berat molekul (makin kecil BM suatu zat, makin cepat zat itu keluar) 3) QB (Blood Pump) 4) Luas permukaan membran 5) Temperatur cairan
16
6) Tahanan / resistensi membran 7) Besar dan banyaknya pori pada membran 8) Ketebalan / permeabilitas dari membran Faktor-faktor di atas menentukan klirens dialyzer . Klirens suatu dialyzer adalah kemampuan dialyzer untuk mengeluarkan zat-zat yang harus dibuang dari darah. Jumlah atau banyaknya darah yang dapat dibersihkan dari suatu zat secara komplit oleh suatu dialyzer yang dinyatakan dalam ml/mnt. b.
Proses Ultrafiltrasi
Berpindahnya
zat
pelarut
(air)
melalui
membran
semi
permeabel akibat perbedaan tekanan hidrostatik pada kompartemen darah dan kompartemen dialisat. Tekanan hidrostatik / ultrafiltrasi adalah yang memaksa air keluar dari kompartemen darah ke kompartemen dialisat. Besar tekanan ini ditentukan oleh tekanan positif dalam kompartemen darah (positive pressure) dan tekanan negative dalam kompartemen dialisat (negative pressure) yang disebut TMP (trans membran pressure) dalam mmHg. Driving force yang digunakan pada ultrafiltrasi ini adalah perbedaan tekanan hidrostatik antara darah dan dialyzer. Perpindahan & kecepatan berpindahnya dipengaruhi oleh: 1) TMP 2) Luas permukaan membran 3) Koefisien Ultra Filtrasi (KUf) 4) Qd & Qb 5) Perbedaan tekanan osmotik Proses ultrafiltrasi adalah proses pergeseran zat terlarut dan pelarut
secara
simultan
dari
kompartemen
darah
kedalam
kompartemen dialisat melalui membran semipermiabel. Proses ultrafiltrasi ini terdiri dari ultrafiltrasi hidrostatik dan osmotik. 1) Ultrafiltrasi hidrostatik a) Transmembran pressure (TMP)
17
TMP adalah perbedaan tekanan antara kompartemen darah dan kompartemen dialisat melalui membran. Air dan zat terlarut didalamnya berpindah dari darah ke dialisat melalui membran semipermiabel adalah akibat perbedaan tekanan
hidrostatik
antara
kompertemen
darah
dan
kompartemen dialisat. Kecepatan ultrafiltrasi tergantung pada perbedaan tekanan yang melewati membran. b) Koefisien ultrafiltrasi (KUf) Besarnya permeabilitas membran dialyzer terhadap air bervariasi tergantung besarnya pori dan ukuran membran. KUf adalah jumlah cairan (ml/jam) yang berpindah melewati membran per mmHg perbedaan tekanan (pressure gradient) atau perbedaan TMP yang melewati membran. 2) Ultrafiltrasi osmotic Dimisalkan ada 2 larutan “A” dan “B” di pisahkan di pisahkan oleh membran semipermiabel, bila larutan “B” mengandung lebih banyak jumlah partikel dibanding “A” maka konsentrasi air dilarutan “B” lebih kecil dibanding konsentrasi larutan “A”. Dengan demikian air akan berpindah dari “A” ke “B” melalui membran dan sekaligus akan membawa zat-zat terlarut didalamnya yang berukuran kecil dan permiabel terhadap membran, akhirnya konsentrasi zat terlarut pada kedua bagian menjadi sama. c.
Proses Osmosis
Berpindahnya air karena tenaga kimiawi yang terjadi karena adanya perbedaan tekanan osmotik (osmolalitas) darah dan dialisat. Proses osmosis ini lebih banyak ditemukan pada peritoneal dialysis. Ada 3 tipe dialyzer yang siap pakai, steril dan bersifat disposibel yaitu bentuk hollow-fiber (capillary) dialyzer, parallel flat dialyzer dan coil dialyzer. Setiap dialyzer mempunyai
18
karakteristik tersendiri untuk menjamin efektifitas proses eliminasi dan menjaga keselamatan penderita. Yang banyak beredar dipasaran adalah bentuk hollowfiber dengan dengan membran selulosa. Berikut ini adalah beberapa sifat dari membran dialyzer yang harus diperhatikan, karena akan menentukan proses-proses yang terjadi berjalan dengan semestinya : 1) Luas permukaan dialyzer 2) Ukuran besar pori atau permeabilitas ketipisanya 3) Koefisien ultrafiltrasi 4) Volume dialyzer 5) Kebocoran darah tidak boleh terjadi 6) Dapat di re-use tanpa merubah kemampuan klirens dan ultrafiltrasinya 7) Harga Pada mulanya HD dilakukan dengan menggunakan membran yang mempunyai klirens dan ultrafiltrasi yang rendah yang memerlukan waktu sampai 6 jam untuk mendialisis pasien. Kemajuan biomaterial dialyzer memungkinkan dialysis lebih pendek lagi (4 jam) dalam 3 kali seminggu.
19
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
Dializer merupakan alat yang bekerja sebagai ginjal buatan yang berfungsi untuk membersihkan zat-zat cairan dalam darah dan dialisat melalui proses difusi dan ultrafiltrasi oleh cairan khusus untuk dialisis (dialisat). Dializer terjadi terdiri dari 2 ruang /kompartemen, yaitu: kompartemen darah ruangan yang berisi darah dan kompartemen dialisat ruangan yang berisi dialisat. Kedua kompartemen dipisahkan oleh membran semipermiabel. Dialiser mempunyai 4 lubang yaitu dua ujung untuk keluar masuk darah dan dua samping untuk keluar masuk dialisat.
20
DAFTAR PUSTAKA
http://elektromedik.blogspot.com/2010/06/hemodialisis-cuci-darah.html http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/kimia-smk/kelas_x/pemisahankoloid/ https://hemodialisa.wordpress.com/2010/08/24/19/ http://waton-nuliss.blogspot.co.id/2013/03/hemodialisa.html https://rspwinterna.wordpress.com/2013/08/26/indikasi-medis-hemodialisis/ http://bonifasiatamba.blogspot.co.id/2011/08/hemodialisis.html
21