Makalah Asuhan persalinan “Cara Menyusui yang Benar dan Masalah dalam Pembarian ASI ”
-
Dosen pengampuh : - Rosida Hi. Saraha, S.ST - Sulima H. Gay, S. ST, M. Kes Sitti Hubaya Matjino, S.ST, M. Kes
Oleh : Kelompok 9 dan 10 Nama : - Rusmini Hi. Abu - Darmawati Sero Sero - Rafika Rauf - Rabiatul Adawiya Pinang - Novita Alwan
-
Siti Nuriska Yusuf Aksari Djamrud Masni F. Adam Saona Hadi
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN TERNATE D-III KEBIDANAN 2016-2017
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum warrahmatullahi wabbarokattu
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT., Tuhan Semesta Alam yang telah memberikan kami rahmat dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menjalankan aktivitas sebagaimana biasanya. Taklupa salawat serta salam kita junjungkan kepada baginda nabi tercinta yakni, nabi Muhammad SAW., beserta keluarga, sahabat dan pengikutnya yang telah memperjuangkan memperjuangkan agama yang di ridahi Allah SWT., yakni agama Islam. Terima kasih kepada dosen mata kuliah ASUHAN KEBIDANA NIFAS DAN MENYUSUI (ASKEB 3) yani ibu Rosida Hi. Saraha, Saraha, S.ST, ibu Sulima H. Gay, S. ST, M. Kes dan ibu ibu Sitti Hubaya Matjino, Matjino, S.ST, M. Kes, yang telah memberikan kami tugas kelompok yang berjudul “Cara Menyusui yang
Benar dan Masalah dalam Pembarian ASI”. Dengan tugas ini kami bisa memperoleh tambahan ilmu. Makalah ini dibuat dibuat dalam rangka memperdalam memperdalam pemahaman masalah masalah transplantasi yang sangat diperlukan dalam suatu harapan mendapatkan mendapatkan keamanan dalam membantu kita untuk selalu memantau keadaan anak balita dan pemberi imunisasi campak untuk menghindari terjadinya penyakit campak di dalam masyarakat dan sekaligus melakukan apa yang menjadi tugas mahasiswa yang mengikuti mengikuti mata kuliah ini. ini. Dalam proses pendalaman pendalaman materi ini, tentunya kami akan berharap mendapatkan bimbingan, arahan, koreksi dan saran, untuk itu kamimengucapkan rasa terima kasih yang sedalam-dalamnya yang dapat kami sampaikan. Maklah ini di susun sesuai dengan kemampuan tim, insya Allah makah ini dapat di terima dengan baik, dan dapat bermanfaat bagi yang membutuhkan.
Wassalamualaikum warrahmatullahi wabbarokattu
Ternate, 04 Oktober 2016
Kelompok 9 dan 10
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................. ........................................................................................... ............................................................. ................................................... .................... 1 DAFTAR ISI ............................................................. ............................................................................................ .............................................................. ............................................................. ................................... ..... 2 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar belakang ........................................................... .......................................................................................... ............................................................. ............................................. ............... 3 2. Rumusan masalah ......................................................... ........................................................................................ ............................................................. ........................................ .......... 3 3. Tujuan ............................................................. ........................................................................................... ............................................................. ............................................................. ..............................3 BAB II TINJAUAN TEORI 1. Pengertian ASI ............................................................ ........................................................................................... ............................................................. ............................................. ............... 4 2. Cara Menyusui yang Benar ............................................................ ........................................................................................... ................................................... .................... 4 3. Masalah Menyusui Pada Ibu .......................................................... ......................................................................................... ................................................... .................... 8 4. Masalah Menyusui Pada Bayi ............................................................. ........................................................................................... .......................................... ............ 14 5. Ibu Menyusui dengan Penyakit .......................................................... ........................................................................................ .......................................... ............ 17 BAB III PENUTUP 1. Kesimpulan ............................................................. ........................................................................................... ............................................................. ................................................ ................. 19 2. Saran ......................................................... ........................................................................................ .............................................................. ............................................................. .................................. 19 DAFTAR PUSTAKA .............................................................. ............................................................................................ ............................................................. ................................................ ................. 20
2
BAB I PENDAHULUAN
1.
Latar Belakang Pada pemberian ASI sering terdapat masalah, baik pada teknik pemberian ibu dan anatomi payudara ibu, serta kemampuan anak untuk menghisap dan anatomi orofaringeal anak. Seringkali ketidakcukupan jumlah susu sering dinilai sebagai suatu masalah, sehingga terjadi pemberhentian pemberian ASI. Seringkali juga wanita mengeluh karena luka pada puting susu, dimana hal ini terjadi karena posisi dan perlekatan anak yang salah ketika menyusui. Dalam keadaan normal, wanita secara fisiologis mampu untuk memproduksi susu yang cukup.Kurangnya pengertian dan pengetahuan ibu tentang manfaat ASI dan menyusui menyebabkan ibu – ibu mudah terpengaruh dan beralih kepada susu botol (susu formula). Kesehatan/status gizi bayi/anak serta serta kelangsungan hidupnya akan lebih l ebih baik pada ibu- ibu yang berpendidikan rendah. Hal ini karena seorang ibu yang berpendidikan tinggi akan memiliki pengetahuan yang luas serta kemampuan untuk menerima informasi lebih tinggi. Menyusui merupakan aktivitas yang sangat penting baik bagi ibu maupun bayinya. Dalam proses menyusui terjadi hubungan yang erat dan dekat antara ibu dan anak. Tentunya kaum ibu ingin dapat melaksanakan aktivitas menyusui dengan nyaman dan lancar. Namun demikian, terkadang ada hal-hal yang mengganggu kenyamanan dalam menyusui. Masalahmasalah yang sering dialami oleh ibu sehubungan dengan menyusui dan bagaimana mengatasinya akan dipaparkan pada pembahasan kali ini.
2.
3.
RUMUSAN MASALAH 1.
Apakah masalah-masalah yang terjadi pada ibu saat pembererian ASI?
2.
Apakah masalah yang terjadi pada bayi saat pemberian ASI?
TUJUAN 1.
Memberikan pengetahuan tentang masalah menyusui pada ibu.
2.
Memberikan pengetahuan tentang masalah menyusui pada bayi.
3
BAB II TINJAUAN TEORI
1.
Pengertian ASI Air Susu Ibu (ASI) adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein, laktosa dan garamgaram anorganik yang sekresi oleh kelenjar mamae ibu, yang berguna sebagai makanan bagi bayinya. ASI eksklusif adalah pemberian ASI tanpa makanan dan minuman tambahan lain pada bayi berumur nol sampai enam bulan. Bahkan air putih tidak diberikan dalam tahap ASI eksklusif ini. ASI dalam jumlah cukup merupakan makanan terbaik pada bayi dan dapat memenuhi kebutuhan gizi bayi selama 6 bulan pertama. ASI merupakan makanan alamiah yang pertama dan utama bagi bayi sehingga dapat mencapai tumbuh kembang yang optimal. Pada tahun 2001 World Health Organization / Organisasi Kesehatan Dunia menyatakan bahwa ASI eksklusif selama enam bulan pertama hidup bayi adalah yang terbaik. Dengan demikian, ketentuan sebelumnya (bahwa ASI eksklusif itu cukup empat bulan) sudah tidak berlaku lagi.
2.
Cara Menyusui yang Benar Teknik Menyusui Yang Benar adalah cara memberikan ASI kepada bayi dengan perlekatan dan posisi ibu dan bayi dengan benar (Perinasia, 1994). a.
Posisi Badan Ibu dan Badan Bayi (DepKes RI, 2005) 1)
Ibu duduk atau berbaring dengan santai
2)
Pegang bayi pada belakang bahunya, tidak pada dasar kepala.
4
3)
Rapatkan dada bayi dengan dada ibu atau bagian bawah payudara.
4)
Tempelkan dagu bayi pada payudara ibu
5)
Dengan posisi seperti ini telinga bayi akan berada dalam satu garis dengan leher dan lengan bayi.
6)
Jauhkan hidung bayi dari payudara ibu dengan cara menekan pantat bayi dengan lengan ibu.
b.
Posisi Mulut Bayi dan Putting Susu Ibu (DepKes RI, 2005) 1)
Payudara dipegang dengan ibu jari diatas jari yang lain menopang dibawah (bentuk C) atau dengan menjepit payudara dengan jari telunjuk dan jari tengah (bentuk gunting), dibelakang areola (kalang payudara)
2)
Bayi diberi rangsangan agar membuka mulut (rooting reflek) dengan cara menyentuh puting susu, menyentuh sisi mulut puting susu.
3)
Tunggu samapi bayi bereaksi dengan membuka mulutnya lebar dan lidah ke bawah
4)
Dengan cepat dekatkan bayi ke payudara ibu dengan cara menekan bahu belakang bayi bukan bagian belakang kepala.
5)
Posisikan puting susu diatas bibir atas bayi dan berhadapan- hadapan dengan hidung bayi.
6)
Kemudian masukkan puting susu ibu menelusuri langit- langit mulut bayi.
5
7)
Usahakan sebagian aerola (kalang payudara) masuk ke mulut bayi, sehingga puting susu berada diantarapertemuan langit- langit yang keras (palatum durum) dan langitlangit lunak (palatum molle).
8)
Lidah bayi akan menekan dinding bawah payudara dengan gerakan memerah sehingga ASI akan keluar dari sinus lactiferous yang terletak dibawah kalang payudara.
9)
Setelah bayi menyusu atau menghisap payudara dengan baik, payudara tidak perlu dipegang atau disangga lagi.
10) Beberapa ibu sering meletakkan jarinya pada payudara dengan hidung bayi dengan maksud untuk memudahkan bayi bernafas. Hal itu tidak perlu karena hidung bayi telah dijauhkan dari payudara dengan cara menekan pantat bayi dengan lengan ibu 11) Dianjurkan tangan ibu yang bebas dipergunakan untuk mengelus- elus bayi 12) Cara Menyendawakan Bayi a)
Letakkan bayi tegak lurus bersandar pada bahu ibu dan perlahan-lahan diusap punggung belakang sampai bersendawa.
b)
Kalau bayi tertidur, baringkan miring ke kanan atau tengkurap. Udara akan keluar dengan sendirinya.
c.
Langkah – langkah Menyusui Yang Benar (DinKes, 2009) 1)
Ibu mencucui tangan sebelum menyusui bayinya
2)
Ibu duduk dengan santai dan nyaman, posisi punggung tegak sejajar punggung kursi dan kaki diberi alas sehingga tidak menggantung
3)
Mengeluarkan sedikit ASI dan mengoleskan pada puting susu dan aerola sekitarnya
4)
Bayi dipegang dengan satu lengan, kepala terletak pada lengkung siku ibu dan bokong bayi terletak pada lengan
5)
Ibu menempelkan perut bayi pada perut ibu dengan meletakkan satu tangan bayi dibelakang ibu dan yang satu didepan, kepala bayi menghadap ke payudara 6
6)
Ibu memposisikan bayi dengan telinga dan lengan pada garis lurus
7)
Ibu memegang payudara dengan ibu jari diatas dan jari yang lain menopang dibawah serta tidak menekan puting susu atau areola.
8)
Ibu menyentuhkan putting susu pada bagian sudut mulut bayi sebelum menyusui
9)
Setelah bayi mulai menghisap, payudara tidak perlu dipegang atau disangga lagi.
10) Ibu menatap bayi saat menyusui 11) Pasca Menyusui a)
Melepas isapan bayi dengan cara jari kelingking di masukkan ke mulut bayi melalui sudut mulut bayi atau dagu bayi ditekan ke bawah.
b)
Setelah bayi selesai menyusui, ASI dikeluarkan sedikit kemudian dioleskan pada putting susu dan aerola, biarkan kering dengan sendirinya.
12) Menyendawakan bayi dengan : a)
Bayi digendong tegak dengan bersandar pada bahu ibu kemudian punggung ditepuk perlahan-lahan, atau
b)
Bayi tidur tengkurap di pangkuan ibu, kemudian punggungnya di tepuk perlahanlahan.
13) Menganjurkan ibu agar menyusui bayinya setiap saat bayi menginginkan (on demand) d.
Lama dan Frekuensi Menyusui (Purwanti, 2004) 1)
Menyusui bayi tidak perlu di jadwal, sehingga tindakan menyusui bayi dilakukan setiap saat bayi membutuhkan.
e.
2)
Asi dalam lambung bayi kosong dalam 2 jam.
3)
Bayi yang sehat akan menyusu dan mengogongkan payudara selama 5-7 menit.
Tanda- Tanda Posisi Bayi Menyusui yang Benar (DepKes RI, 2005) 1)
Tubuh bagian depan bayi menempel pada tubuh ibu
2)
Dagu bayi menempel pada payudara ibu
3)
Dada bayi menempel pada dada ibu yang berada di dasar payudara (payudara bagian bawah).
4)
Telinga bayi berada dalam satu garis dengan leher dan lengan bayi
5)
Mulut bayi terbuka lebar dengan bibir bawah yang terbuka
6)
Sebagian besar areola tidak tampak
7)
Bayi menghisap dalam dan perlahan
8)
Bayi puas dan tenang pada akhir menyusu
7
9)
Terkadang terdengar suara bayi menelan
10) Puting susu tidak terasa sakit atau lecet 3.
Masalah Menyusui Pada Ibu 3.1.
Payudara Bengkak (Engorgement) Sekitar hari ketiga atau keempat sesudah ibu melahirkan, payudara sering terasa lebih penuh, tegang, serta nyeri. Keadaan seperti itu disebut engorgement (payudara bengkak) yang disebabkan oleh adanya statis di vena dan pembuluh darah bening. Hal ini merupakan tanda bahwa ASI mulai banyak disekresi. Apabila dalam keadaan tersebut ibu menghindari menyusui karena alasan nyeri lalu memberikan prelacteal feeding (makanan tambahan) pada bayi, keadaan tersebut justru berlanjut. Payudara akan bertambah bengkak atau penuh karena sekresi ASI terus berlangsung sementara bayi tidak disusukan sehingga tidak terjadi perangsangan pada puting susu yang mengakibatkan refleks oksitosin tidak terjadi dan ASI tidak dikeluarkan. Jika hal ini terus berlangsung, ASI yang disekresi menumpuk pada payudara p ayudara dan menyebabkan areola (bagian berwarna hitam yang melingkari puting) lebih menonjol, puting menjadi lebih datar dan sukar dihisap oleh bayi ketika disusukan. Bila keadaan sudah sampai seperti ini, kulit pada payudara akan nampak lebih merah mengkilat, terasa nyeri sekali dan ibu merasa demam seperti influenza. Untuk mencegah terjadinya payudara bengkak, beberapa cara yang dianjurkan antara lain sebagai berikut : a.
menyusui bayi segera setelah lahir, apabila keadaan memungkinkan.
b.
Menyusui bayi tanpa dijadwal dijadwal (on demand / sesuka bayi).
c.
Keluarkan asi dengan tangan atau pompa bila produksi melebihi kebutuhan bayi.
d.
Lakukan perawatan payudara pasca persalinan secara teratur.
e.
Lakukan pengurutan (masase) payudara yang dimulai dari puting ke arah payudara untuk mengurangi peningkatan peredaran darah dan terjadinya statis di pembuluh darah dan pembuluh getah bening dalam payudar Beberapa
tindakan
yang
dapat
dilakukan
untuk
mengatasi
payudara
bengkakadalah sebagai berikut : a.
Setiap 2 jam sekali sebelum menyusui kompreslah payudarah dengan lap bersih atu dengan daun pepaya basah
b.
Keluarkan sedikit ASI sebelum menyusui agar payudara lebih lembek, sehingga puting lebih mudah ditangkap/diisap oleh bayi.
8
c.
Bila bayi belum dapat menyusu, asi dikeluarkan dengan tangan atau pompa dan berikan pada bayi dengan cangkir atau sendok.
d.
Tetap mengeluarkan asi sesering yang diperlukan sampai bendungan teratasi.
e.
Berikan kompres dingin untuk mengurangi rasa sakit pada payudara, dankompres hangat untuk memudahkan bayi mengisap (menangkap) puting susu.
f.
Bila ibu demam dapat diberikan obat penurun demam dan pengurang sakit.
g.
Lakukan pemijatan pada daerah payudarah yang bengkak, bermanfaat untuk membantu memperlancar pengeluaran asi.
h.
Pada saat menyusui sebaiknya ibu tetap rileks
i.
Makan-makanan bergizi untuk meningkatkan daya tahan tubuh dan memperbanyak minum.
j.
Jika ibu yang sedang menyusui terserang penyakit seperti : pilek, usahakan tetap memberikan asi dengan meutup mulut dn hidung dengan masker.
3.2.
Kelainan Puting Susu Kebanyakan ibu tidak memiliki kelainan anatomis payudara. Meskipun demikian, kadang-kadang dijumpai juga kelainan antomis yang menghambat kemudahan bayi untuk menyusui, misalnya puting susu datar atau puting susu terpendam (tertarik ke dalam). Disamping kelainan anatomis, kadang dijumpai pula kelainan puting yang disebabkan oleh suatu proses, misalnya tumor.
a.
Puting Susu Datar Apabila areola dijepit antara jari telunjuk dan ibu jari di belakang puting, puting yang normal akan menonjol keluar, bila tidak, berarti puting datar. Ketika menyusui puting menjadi lebih tegang dan menonjol karena otot polos puting berkontraksi, meskipun demikian pada keadaan puting datar akan tetap sulit ditangkap/diisap oleh mulut bayi.
9
b.
Puting Susu Terpendam (tertarik ke dalam) Sebagian atau seluruh puting susu tampak terpendam atau masuk ke dalam areola (tertarik ke dalam). Hal ini karena ada sesuatu di bawahnya yang menarik puting ke dalam, misalnya tumor atau penyempitan saluran susu. Kelainan puting tersebut seharusnya sudah dapat diketahui sejak hamil atau sebelumnya sehingga dapat diperbaiki dengan meletakkan kedua jari telunjuk atau ibu jari di daerah payudara, kemudian dilakukan pengurutan menuju ke arah berlawanan. Perlu diketahui bahwa tidak semua kelainan tersebut di atas dapat dikoreksi dengan cara tersebut. Untuk itu, ibu menyusui dianjurkan untuk mengeluarkan ASI-nya dengan manual
(tangan)
atau
pompa
kemudian
diberikan
pada
bayi
dengan
sendok/pipet/gelas. 3.3.
Putting Susu Nyeri (Sore Nipple) dan Putting S usu Lecet (Cracked Nipple) Puting susu nyeri pada ibu menyusui biasanya terjadi karena beberapa sebab sebagai berikut: a.
Posisi bayi saat menyusu yang salah, yaitu puting susu tidak masuk kedalam mulut bayi sampai pada areola sehingga bayi hanya mengisap pada puting susu saja. Hisapan/tekanan terus menerus hanya pada tempat tertentu akan menimbulkan rasa nyeri waktu diisap, meskipun kulitnya masih utuh.
b.
Pemakaian sabun, lotion, cream, alkohol dan lain-lain yang dapat mengiritasi puting susu
c.
Bayi dengan tali lidah (frenulum linguae) yang pendek sehingga menyebabkan bayi sulit mengisap sampai areola dan isapan hanya pada putingnya s aja.
d.
Kurang hati-hati ketika menghentikan menyusu (mengisap). Puting susu nyeri biasanya dapat disembuhkan setelah memperhatikan tehnik
menyusui yang benar, khususnya letak puting dalam mulut bayi, yaitu bibir bayi menutup areola sehingga tidak nampak dari luar, puting di atas lidah bayi, areola di antara gusi atas dan bawah. Untuk menghindari puting susu nyeri atau lecet, perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut : a.
Tidak membersihkan puting susu dengan sabun, alkohol, lotion, cream, dan obatobat yang dapat mengiritasi.
b.
Sebaiknya selesai menyusukan untuk melepaskan hisapan bayi, tekanlah dagu bayi atau pijit hidungnya atau masukkan jari kelingking ibu yang bersih ke mulut bayi.
10
c.
Ibu dianjurkan tetap menyusui bayinya mulai dari puting yang tidak sakit serta menghindari tekanan lokal pada puting dengan cara merubah-rubah posisi menyusui. Untuk puting yang sakit dianjurkan mengurangi frekuensi dan lamanya menyusui. Apabila dengan tindakan tersebut di atas atas puting tetap nyeri, sebaiknya dicari
sebab-sebab lain (misalnya moniliasis). Puting susu lecet/luka akan memudahkan terjadinya infeksi pada payudara (mastitis). 3.4.
Saluran Susu Tersumbat (Obstructive Duct) Saluran susu tersumbat (obstructive duct) adalah suatu keadaan dimana terjadi sumbatan pada satu atau lebih saluran susu yang disebabkan oleh tekanan jari waktu menyusui atau pemakaian BH yang terlalu ketat. Hal ini juga dapat terjadi karena komplikasi payudara bengkak yang berlanjut yang mengakibatkan kumpulan ASI dalam saluran susu tidak segera dikeluarkan sehingga merupakan sumbatan. Sumbatan ini pada wanita yang kurus dapat terlihat dengan jelas sebagai benjolan yang lunak pada perabaannya.
Untuk mengatasi terjadinya saluran susu tersumbat (obstructive duct) ada beberapa hal yang dianjurkan, antara lain. a.
Sebaiknya ibu melakukan perawatan payudara setelah melahirkan dengan teratur agar tidak terjadi stasis dalam payudara yang mengakibatkan terjadinya radang payudara (mastitis).
b.
Gunakan BH dengan desain menopang (menyangga), bukan menekan payudara.
c.
Keluarkan ASI setiap kali selesai menyusui bila payudara masih terasa penuh.
11
Sumbatan saluran susu ini harus segera diatasi karena dapat berlanjut menjadi radang payudara (mastitis). Untuk mengurangi rasa nyeri dan bengkak pada payudara dapat diberikan kompres hangat dan dingin, yaitu kompres hangat sebelum menyusui dengan tujuan mempermudah bayi mengisap puting susu dan kompres dingin setelah menyusui untuk mengurangi rasa nyeri dan bengkak pada payudara. 3.5.
Radang Payudara (Mastitis) Radang payudara (mastitis) adalah infeksi yang menimbulkan reaksi sistemik (seperti demam) pada ibu. Hal ini biasanya terjadi pada 1-3 minggu setelah melahirkan dan sebagai komplikasi saluran susu tersumbat. Keadaan ini biasanya diawali dengan puting susu lecet/luka. Gejala-gejala yang bisa diamati pada radang payudara antara lain kulit nampak lebih merah, payudara lebih keras serta nyeri dan berbenjol-benjol (merongkol).
Keadaan ini disebabkan kurangnya asi diisap/dikeluarkan atau dikeluarkan penghisapan yang tidak efektif, dapat juga karena kebiasaan menekan payudarah dengan jari atau karena tekanan baju atau bra, serta pengeluaran asi yang kurang baik pada payudara yang besar, terutama pada bagian bawah payudara yang menggantung. Ada 2 jenis mastitis, yaitu yang terinfeksi milk statis disebut non infective mastitis mastitis dan yang telah terinfeksi bakteri : infective mastitis. mastitis . Lecet pada kulit yang mengundang infeksi bakteri. Untuk mengatasi hal tersebut di atas, ibu perlu dianjurkan agar tetap menyusui bayinya supaya tidak terjadi stasis dalam payudara yang cepat menyebabkan terjadinya abses. Ibu perlu mendapatkan pengobatan (Antibiotika, antipiretik/penurun panas, dan analgesik/pengurang nyeri) serta banyak minum dan istirahat untuk mengurangi reaksi sistemik (demam). Bila mana mungkin, ibu dianjurkan melakukan senam laktasi (senam menyusui) yaitu menggerakkan lengan secara berputar sehingga persendian bahu ikut
12