BAB I PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang
Infeksi adalah kolonalisasi yang dilakukan oleh spesies asing terhadap organisme inang, dan bersifat paling membahayakan inang. Organisme penginfeksi, atau patogen, menggunakan patogen, menggunakan sarana yang dimiliki inang untuk dapat memperbanyak diri, yang pada akhirnya merugikan inang. Patogen mengganggu fungsi normal inang dan dapat berakibat pada luka kronik, gangrene, gangrene, kehilangan organ tubuh, dan bahkan kematian. Respons inang terhadap infeksi disebut peradangan. peradangan. Secara umum, patogen umumnya dikategorikan sebagai organisme mikroskopik, walaupun sebenarnya definisinya lebih luas, mencakup bakteri, parasit, fungi, parasit, fungi, virus, virus, prion, prion, dan dan viroid. viroid. Infeksi dapat terjadi dimana saja di bagian tubuh, salah satunya di kelenjar bartholini pada area reproduksi wanita. Bartholin adalah kelenjar yang terletak pada kedua sisi bibir vagina pada alat kelamin perempuan. Kelenjar Bartholin mengeluarkan cairan yang berperan sebagai pelumas saat berhubungan seksual. Kelenjar ini kecil sehingga tidak mudah terdeteksi oleh tangan maupun mata. Cairan yang dikeluarkan oleh kelenjar Bartholin mengalir melewati saluran langsung menuju vagina. Saluran tersumbat yang menampung kelebihan cairan kemudian berkembang menjadi kista. Kista Bartholin dapat makin membesar setelah berhubungan seksual karena penambahan cairan yang diproduksi kelenjar Bartholin saat terjadi hubungan seksual. Kista seksual. Kista Bartholin yang tidak terinfeksi dapat berbentuk benjolan yang tidak terasa nyeri, tapi akan menyebabkan daerah kewanitaan terlihat membengkak atau berwarna kemerahan, serta membuat Anda tidak nyaman saat berhubungan seksual, duduk, maupun berjalan.
1.2
Rumusan Masalah
1.2.1 1.3
Tujuan
1.3.1 1.4
Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien Bartholinitis ?
Diketahuinya asuhan keperawatan pada pasien Bartholinitis
Manfaat
Konsep asuhan keperawatan ini dapat menjadi referensi dalam belajar mahasiswa keperawatan.
BAB II PEMBAHASAN 2.1
Pengertian
Bartolinitis adalah infeksi pada kelenjar bartolin. Bartolinitis juga dapat menimbulkan
pembengkakan
pada
alat
kelamin
luar
wanita.
Biasanya,
pembengkakan disertai dengan rasa r asa nyeri hebat bahkan sampai tak bisa berjalan. Juga dapat disertai demam, seiring pembengkakan pada kelamin yang memerah. Bartolinitis adalah sumbatan duktus utama kalenjar bartolin menyebabkan retensi sekresi dan dilatasi kistik. Bartholinitis adalah infeksi pada glandula bartholin yang mana sering kali timbul pada gonorea akan tetapi dapat pula mempunyai sebab lain, misalnya streptococus atau basil coli.
2.2
Etiologi
Bartolinitis disebabkan oleh infeksi kuman pada kelenjar bartolin yang terletak di bagian dalam vagina agak keluar. Mula i dari chlamydia, gonorrhea, dan sebagainya.
Infeksi
ini
kemudian
menyumbat
mulut
kelenjar
tempat
diproduksinya cairan pelumas vagina. a. Infeksi alat kelamin wanita bagian bawah biasanya disebabkan oleh : Virus
: kondiloma akuminata dan herpes simpleks
Jamur
: kandida albikan
Protozoa
: amobiasis dan trikomoniasis
Bakteri
: neiseria gonore
b. Infeksi alat kelamin wanita bagian atas: Virus
: klamidia trakomatis dan parotitis epidemika
Jamur
: asinomises
Bakteri
: neiseria gonore, stafilokokus dan E.coli
2.3
Patofisiologi
Obstruksi duktus utama kalenjar bartolini distal bisa karena retensi, sekresi dan dilatasi kistik. Terjadi penumpukan sekret mukus pada kelenjar bartolini. Kelenjar bartolini membesar menjadi kista bartolini. Kista mengalami peradangan dengan tanda-tanda memerah, nyeri dan lebih panas dari daerah sekitarnya (bartolinitis). Isi dalam berupa nanah dapat keluar melalui duktus atau bila tersumbat (biasanya akibat infeksi). Radang pada kelenjar bartolini dapat terjadi berulang-ulang dan akhirnya akhirnya dapat menahun dalam bentuk kista bartolini.
2.4
Pathway
klamidis, gonore, escheria coli Bartolinitis peradangan dan melekat satu sama lain saluran keluar tersumbat cairan yang dihasilkan kelenjar terakumulasi
pembengkakan kista bartholini
Mk : Ansietas
Keterbatasan gerak tekanan didalam kista meningkat dinding kelenjar kista merenggang dan meradang
menekan jaringan saraf
pelepasan mediator nyeri
merangsang mediator nyeri
Mk: Nyeri
Mk: Defisit perawatan diri
2.5
Manefestasi Manefestasi Klinis
Manifestasi klinis pada pasien dengan bartholinitis adalah sebagai berikut : 1) Pada vulva: perubahan warna kulit, membengkak, timbunan nanah dalam kelenjar, nyeri tekan. 2) Kelenjar bartolin membengkak, terasa nyeri sekali bila penderita berjalan atau duduk, juga dapat disertai demam. 3) Kebanyakkan wanita dengan penderita ini datang ke pelayanan kesehatan dengan keluhan keputihan dan gatal, rasa sakit saat berhubungan dengan suami, rasa sakit saat buang air kecil, atau ada benjolan di sekitar alat kelamin. 4) Terdapat abses pada daerah kelamin. 5) Pada pemeriksaan fisik ditemukan cairan mukoid berbau dan bercampur dengan darah.
2.6
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan kultur jaringan dibutuhkan untuk mengidentifikasi jenis bakteri penyebab abses dan untuk mengetahui ada tidaknya infeksi akibat penyakit menular seksual seperti Gonorrhea dan Chlamydia. Kultur jaringan diambil swab dari abses atau dari daerah lain seperti serviks. Hasil tes ini baru dilihat setelah 48 jam kemudian.biopsi dilakukan apabila terjadi pada kasus yang dicurigai keganasan. Pemeriksaan Penunjang:
2.7
a.
Laboratorium
b.
Vullva
c.
In speculo
Penatalaksanaan
Terapi pengobatan juga dilakukan melalui pemberian antibiotik spektrum luas. Pengobatan yang cukup efektif saat ini adalah dengan antibiotika golongan cefadroxyl 500 mg, diminum 3×1 sesudah makan, selama sedikitnya 5-7 hari, dan
asam mefenamat 500 mg (misalnya: ponstelax, molasic, dll), diminum 3×1 untuk meredakan rasa nyeri dan pembengkakan, hingga kelenjar tersebut mengempis. 2.8
Pencegahan
1)
Hindari melakukan hubungan seksual berganti-ganti pasangan. Ingat, kuman juga bisa berasal dari pasangan Anda. Jika Anda berganti-ganti pasangan, tak gampang mendeteksi sumber penularan bakteri. Peradangan berhubungan erat dengan penyakit menular seksual dan pola seksual bebas.
2)
Biasakan membersihkan alat kelamin setelah berhubungan seksual.
3)
Untuk mengatasi radang, berbagai cara bisa dilakukan. Salah satunya adalah gaya hidup bersih dan sehat diantaranya konsumsi makanan sehat dan bergizi. Usahakan agar Anda terhindar dari ke gemukan yang menyebabkan paha bergesek. Kondisi ini dapat menimbulkan luka, sehingga keadaan kulit di sekitar selangkangan sel angkangan menjadi panas dan lembap. Kuman dapat hidup subur di daerah tersebut.
4)
Hindari mengenakan celana ketat, karena dapat memicu kelembapan. Pilih pakaian dalam dari bahan yang menyerap keringat agar daerah vital selalu kering.
5)
Periksakan diri ke dokter jika mengalami keputihan cukup lama. Tak perlu malu berkonsultasi dengan dokter kandungan sekalipun belum menikah. Karena keputihan dapat dialami semua perempuan.
6)
Berhati-hatilah saat menggunakan toilet umum. Siapa tahu, ada penderita radang yang menggunakannya menggunakannya sebelum Anda.
7)
Biasakan membersihkan diri, setelah buang air besar, dengan gerakan membasuh dari depan ke belakang.
8)
Jika tidak dibutuhkan, jangan menggunakan pantyliner. Perempuan seringkali salah kaprah. Mereka merasa nyaman jika pakaian dalamnya bersih. Padahal penggunaan pantyliner dapat meningkatkan Kelembapan kulit di sekitar vagina.
9)
Alat reproduksi memiliki sistem pembersihan diri untuk melawan kuman yang merugikan kesehatan. Produk pembersih dan pengharum vagina yang banyak diperdagangkan sebetulnya tidak diperlukan. Sebaliknya jika digunakan berlebihan bisa berbahaya.
BAB III KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN 3.1
Pengkajian
1)
Identitas utama Pada
identitas
utama
dianamnese
nama,
umur,
suku,
agama,
pendidikan, pekerjaan, perkawinan yang yang keberapa, dan alamat. 2)
Riwayat keluhan utama Pada riwayat keluhan utama dapat dianamneses, klien mengeluh adanya rasa panas, mengeluh gatal, mengeluh adanya benjolan / pembengkakan yang nyeri pada daerah kemaluan dan ada keputihan.
3)
Riwayat kesehatan lalu Pada riwayat kesehatan lalu dapat dianamnese adanya riwayat penyakit menular seksual sebelumnya atau dikeluarga klien ada riwayat penyakit kelamin.
4)
Riwayat menstruasi Pada riwayat menstruasi dianamnese pertama kali klien mendapatkan haid pada umur berapa, lamanya haid berapa hari, siklus haidnya berapa hari dan nyeri yang menyertai haid (dismenorhoe).
5)
Riwayat Ginekologi Pada riwayat ginekologi, sebelumnya klien pernah mengalami riwayat reproduksi, dan klien pernah mengalami penyakit menular seksual.
6)
Riwayat sosial ekonomi dan psikologi Keluarga selalu mendampingi dan memberikan support kepada klien dalam menjalani perawatan serta berserah diri kepada tuhan YME. Suami bertanggung jawab atas pengambilan keputusan dan biaya perawatan.
7)
Pemeriksaan tanda-tanda vital dan fisik dilakukan secara inspeksi, dan palpasi.
3.2
Analisa Data
Memberikan data hasil dari pengkajian pada pasien. Baik data subjektif maupun data objektif. 3.3
Diagnosa
a. Nyeri berhubungan dengan dengan penekanan kista b. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan c. Defisit perawatan diri berhubungan dengan keterbatasan gerak 3.4
Intervensi
No. Diagnosa
1.
Tujuan
dan
Rencana
Rasional
Keperawatan Kriteria Hasil
Tindakan
Nyeri berhubungan dengan penekanan kista perangsangan
1. Kaji
reseptor nyeri
Tujuan:
Setelah
tanda- 1. Mengetahui
tanda vital
dilakukan
kondisi pasien
tindakan
2. Kaji
skala 2. Mengetahui
keperawatan
nyeri (skala
tingkat
selama 1x24 jam
PQRST)
pasien
nyeri
umum
nyeri
pasien
dapat teratasi
3. Atur
posisi
Kriteria Hasil:
pasien
1. Pasien
senyaman
tidak
meringis
3. Mengurangi rasa nyeri
mungkin
kesakitan 2. Nyeri pasien 4. Anjurkan berkurang
teknik
atau hilang
relaksasi
3. Skala
nyeri
berkurang
4. Mengurangi rasa nyeri
(napas dalam)
4. KU baik
5. Analgesik
dapat
memblok reseptor 5. Kolaborasi: pemberian
nyeri susunan
pada syaraf
analgesik
2.
1. Berikan
pusat
Cemas
Tujuan:
berhubungan
Setelah
penjelasan
n
dengan
dilakukan
pada
yang sebenarnya
perubahan
tindakan
mengenai
status
keperawatan
kondisi yang
kesehatan
selama
dialami
1x24
1. Menginformasika
klien
kondisi
klien
2. Klien
lebih
klien mengalami
mengeti
tentang
penurunan cemas 2. Jelaskan
prosedur
yang
Kriteria Hasil:
tujuan,
akan dilakukan
1. Klien mampu
manfaat, dan
mengidentifik
apa
asi tanda dan
dirasakan
gejala cemas
klien selama 3. Mempersiapkan
2. Postur tubuh, ekspresi wajah,
yang
prosedur
klien
berlangsung
menjalani
dan
sbelum
prosedur tindakan
bahasa tubuh 3. Berikan menunjukkan
dukungan
4. Mengetahui
berkurangnya
emosional
keluhan
cemas
kepada klien
dirasakan klien
yang
4. Dorong klien
5. Mengontrol
mengungkap
kecemasan
kan
sebelum prosedur
perasaannya
tindakan
5. Instruksikan klien
menggunaka n
teknik
relaksasi (napas dalam)
3.
Defisit
1. Berikan
Tujuan:
1. Memberikan
perawatan diri
Setelah dilakukan
penilaian
gambaran
b/d
tindakan
tentang
kemampuan
keperawatan
tingkat
menerima menerima informasi
selama 1x24 jam
pengetahuan
klien
dapat
klien tentang
melakukan
vulva
proses
keterbatasan gerak
hygiene
secara
penyakitnya
mandiri
1. Mampu
2. Jelaskan
2. Meningkatkan pasien
tentang penyakit
proses
mempertahank
terjadinya
an kebersihan
penyakit
daerah genital
secara tepat
3. Mempercepat
2. Mampu
pelaporan
tentang
perkembangan perkembangan
mempraktekka
hygiene
klien
wawasan
Kriteria Hasil:
n
tentang
vulva
3. Gambarkan tanda
dan
gejala
yang
penyakit
muncul dengan tepat
4. Memfasilitasi semua keluhan dan pertanyaan
4. Sediakan informasi
klien penyakit
dari tentang
pada
klien
tentang
5. Memberikan
kondisi secara
kesempatan
pada
tepat
klien untuk memilih penanganan
5. Diskusikan pilihan terapi atau penanganan
6. Memfasilitasi pilihan terapi lain
6. Dukung klien untuk mendapatkan opini dengan
kedua cara
yang tepat
3.5
Implementasi
Pelaksanaan keperawatan merupakan kegiatan yang dilakukan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan. Selama pelaksanaan kegiatan dapat bersifat mandiri dan kolaboratif. Selama melaksanakan kegiatan perlu diawasi dan dimonitor kemajuan kesehatan klien.
3.6
Evaluasi
Tahap evaluasi dalam proses keperawatan menyangkut pengumpulan data subjektif dan objektif yang akan menunjukkan apakah tujuan pelayanan keperawatan sudah dicapai atau belum. Bila perlu langkah evaluasi ini merupakan langkah awal dari indetifikasi dan analisa masalah selanjutnya. BAB IV PENUTUP
4.1
Kesimpulan
Bartholinitis merupakan infeksi pada sistem reproduksi yang mengenai kelenjar bartolini. Infeksi dapat terjadi dimana saja s aja di bagian tubuh, salah satunya di kelenjar bartholini pada area reproduksi wanita 4.2
Saran
Makalah ini dapat diaplikasikan pada pemberian asuhan keprawatan di rumah sakit. Penulis mengharapkan pembaca yang mempunyai kritik dan saran yang bersifat membangun kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.alodokter.com/gangguan-kelenjar-bartholin-penyebab-sakit berhubungan-seksual Capernito.L.J ( 2007) Buku Saku Diangnosa Keperawatan,Edisi 10,Jakarta,ECG