MAKALAH TAKSONOMI HEWAN – – SB091321
AMPHIBIA DOSEN
: FARID K. MUZAKI, S.Si, M.Si
NAMA
: HILMAN ADZIM EKRAM (1512100074)
KELAS
: B
HARI, TANGGAL
: KAMIS, KAMIS, 19 SEPTEMBER SEPTEMBER 2013
PROGRAM STUDI BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2013
1.1 PENDAHULUAN Pada sistematika atau taksonomi ada tiga pekerjaan yang biasa dilakukan, yaitu identifikasi, klasifikasi, dan pengamatan evolusi. Identifikasi merupakan pengenalan dan deskripsi yang teliti dan tepat terhadap suatu jenis atau spesies, sedangkan klasifikasi adalah melakukan identifikasi, memberi nama dan selanjutnya mengelompokkannya dalam suatu sistem yang didasarkan pada persamaan dan taksonomi adalah salah satu cabang sistematika yang sistem penggolongannya didasarkan atas karakter karakter yang tampak, misalnya seperti
keadaan morfologi eksternal maupun
internal, fisiologi, dan perkembangannya. Oleh karena itu dengan keadaan morfologi tubuh makhluk hidup yang berbeda satu sama lainnya kita perlu mengkelompokannya. kita memerlukan pengklasifikasian agar kita lebih mudah memahami dan mempelajari keanekaragaman makhluk hidup tersebut. Sistematika adalah
studi untuk untuk mempelajari keanekaragaman organisme dan
hubungan evolusioner antar organisme (Soesono, (Soesono, 1968). Pengetahuan tentang klasifikasi dan taksonomi amphibi diperlukan adanya identifikasi dari berbagai parameter morfologi dari bentuk tubuh amphibi. Dengan melihat morfologi kita dapat mengelompokan mahluk hidup. Sistem atau cara pengelompokan ini dikenal dengan istilah sistematika atau taksonomi. Untuk mengenal amphibi kita membutuhkan pengetahuan tentang taksonomi dan proses-prosesnya seperti pembuatan klasifikasi dan identifikasi sehingga kita bisa memahami dan membedakan amphibi baik secara ordo atau famili dari amphibi dengan baik. Karena keanekaragaman dari amphibi merupakan aset nasional yang perlu diinventarisasikan jenis dan keberadaannya, distribusinya serta sifat-sifat hidupnya. (Soesono, 1968). Morfologi adalah ilmu yang mempelajari bentuk luar suatu organisme.Bentuk luar dari organisme ini merupakan salah satu ciri yang mudah dilihat dan diingat dalam mempelajari organisme. Bentuk tubuh pada mahluk hidup, termasuk pada hewan air juga erat kaitannya dengan anatomi, sehingga ada baiknya sebelum melihat anatominya terlebih dahulu kita melihat bentuk tubuh atau morfologi hewan tersebut. Kunci determinasi adalah salah satu cara yang digunakan untuk pengelompokan spesies berdasarkan ciri-ciri morfologinya (Iskandar, 1998)
1.2 TUJUAN dan MANFAAT Tujuan mempelajari dan pembuatan makalah taksonomi hewan, khususnya pada kelas Amphibi ini adalah bertujuan agar dapat melakukan determinasi spesies pada kelas amphibi berdasarkan ciri morfologi yang telah ditentukan dalam kunci determinasi, mampu mengelompokkan spesies amphibi amphibi
berdasarkan perbedaan perbedaan dan persamaannya, mampu menemukan menemukan ciri-ciri famili
dalam kelas amphibi, mengetahui ciri khusus yang dimiliki oleh setiap spesies dalam kelas amphibi dan mengenal keanekaragaman spesies dari kelas amphibi. Adapun manfaat yang diperoleh dari pembelajaran Taksonomi Hewan – Amphibi – Amphibi adalah mahasiswa mampu melakukan pengelompokkan spesies dari kelas amphibi melalui pengamatan dari segi morfologi, fisiologi, habitat, perilaku dan reproduksi dari spesies yang ada. Mahasiswa juga mampu mengelompokkan spesies tersebut dengan membaca kunci determinasi dan mengetahui ciri-ciri, baik umum maupun khusus dari kelas amphibi.
1.3 TINJAUAN PUSTAKA A.
Deskripsi Amphibi Amphibi pertama kaliditemukan sekitar 350 juta tahun yang lalu pada pertengahan zaman
Devon. Makhluk-makhluk purba ini biasanya lebih besar, memiliki gigi besar, dan beberapa dengan kulit bersisik seperti reptil modern. Amphibi modern jauh lebih kecil dan telah berkembang luar biasa dari spesialisasi yang sesuai dengan habitat mereka. Karena amphibi sangat beragam di alam, ada karakteristik yang mendefinisikan beberapa kaitan dengan semua spesies. Secara umum, amphibi dianggap sebagai makhluk hidup yang membutuhkan baik tanah dan air untuk bertahan hidup. Hal ini berlaku untuk banyak spesies, namun, makhluk hidup lainnya mungkin tidak sepenuhnya terestrial, bahkan dilahirkan di darat (viviparity). Variasi ini adalah hasil dari lingkup evolusi yang luas, namun, semua amphibi berevolusi dari satu nenek moyang, dan berbagai siklus kehidupan umum, meskipun perbedaan antara spesies tertentu atau general. Transisi dari air ke darat tampak pada morfologi amphibi seperti modifikasi tubuh untuk berjalan di darat(disamping masih memiliki kemampuan berenang di dalam air), tumbuhnya kaki sebagai pengganti beberapa pasang sirip, merubah kulitnya hingga memungkinkan menghadapi suasana udara dan perubahan sistem sirkulasi untuk keperluan respirasi dengan paru-paru dan kulit, penggantian insang oleh paru-paru dan alat sensoris amphibi ini memiliki kemampuan berfungsi yang baik, di udara maupun di air. Amphibi merupakan hewan dengan kelembaban kulit yang tinggi, tidak tertutupi oleh rambut ataupun sisik dan mampu hidup di air maupun di darat. Amphibi berasal dari bahasa Yunani yaitu Amphi yang berarti dua/rangkap dan Bios yang berarti hidup. Karena itu amphibi diartikan sebagai hewan yang mempunyai dua bentuk kehidupan yaitu di darat dan di air. Pada umumnya, amphibi mempunyai siklus hidup awal di perairan dan siklus hidup kedua adalah di daratan (Zug, 1993). Pada fase berudu, amphibi hidup di perairan dan bernafas dengan insang. Pada fase ini berudu bergerak menggunakan ekor. Pada fase dewasa, amphibi hidup di darat dan bernafas dengan paruparu. Pada fase dewasa ini amphibi bergerak dengan kaki. Perubahan cara bernafas yang seiring dengan peralihan kehidupan dari perairan ke daratan menyebabkan hilangnya insang dan rangka insang lama kelamaan menghilang. Pada Anura, tidak ditemukan leher sebagai mekanisme adaptasi terhadap hidup di dalam liang dan bergerak dengan cara melompat(Zug, 1993). Walaupun demikian, tidak semua amphibi melalui siklus hidup dari kehidupan perairan ke daratan. Pada beberapa amphibi, misalnya anggota Plethodontidae, tetap tinggal dalam perairan dan tidak menjadi dewasa. Selama hidup tetap dalam fase berudu, bernafas dengan insang dan berkembang biak secara neotoni. Ada beberapa jenis amphibi lain yang sebagian hidupnya berada di daratan, tetapi pada waktu tertentu kembali ke air untuk berkembang biak. Tapi ada juga beberapa jenis yang hanya hidup di darat selama hidupnya. Pada kelompok ini tidak terdapat stadium larva dalam air. Reproduksi pada amphibi ada dua macam yaitu secara eksternal pada anura pada umumnya dan internal pada Ordo Apoda. Proses perkawinan secara eksternal dilakukan di dalam perairan yang tenang dan dangkal. Amphibi berkembang biak secara ovipar, yaitu dengan bertelur, namun ada juga beberapa famili amphibi yang vivipar, yaitu beberapa anggota ordo apoda. (Duellman and Trueb, 1986).
Adapun ciri-ciri umum anggota amphibi adalah sebagai berikut: 1. Memilliki anggota gerak yang secara anamotis pentadactylus, kecuali pada Apoda yang anggota geraknya tereduksi. 2. Tidak memiliki kuku dan cakar, tetapi ada beberapa anggota amphibi yang pada ujung jarinya mengalami penandukan membentuk kuku dan cakar, contoh Xenopus sp. 3. Kulit memiliki dua kelenjar yaitu kelenjar mukosa dan atau kelenjar berbintil (biasanya beracun). 4. Pernafasan dengan insang, kulit dan paru-paru. 5. Mempunyai sistem pendengaran, yaitu berupa saluran auditory dan dikenal dengan tympanum. 6. Jantung terdiri dari tiga lobi ( 1 ventrikel dan 2 atrium). 7. Mempunyai struktur gigi, yaitu gigi maxilla dan gigi palatum. 8. Merupakan hewan poikiloterm, yaitu yaitu hewan yang suhu tubuhnya kira-kira sama dengan suhu lingkungan sekitarnya. Hewan poikiloterm suhu tubuhnya dipengaruhi oleh lingkungan.
Ciri khusus amphibi yang tidak terdapat pada kelas lain yaitu: 1. Kulitnya yang selalu basah dan berkelenjar (licin dan tidak bersisik). 2. Memiliki 2 pasang kaki untuk berjalan atau berenang dengan 4-5 jari atau lebih sedikit dan bersirip. 3. Amphibi mempunyai 2 lubang hidung yang berhubungan dengan rongga mulut. Pada lubang hidung tertentu terdapat klep yang mencegah masuknya air pada saat hewan tersebut berada di dalam air. 4. Mata amphibi berkelopak dan kelopak tersebut dapat digerakkan. 5. Lembar gendang pendengaran terletak di sebelah luar. 6. Mulut amphibian bergigi dan berlidah (lidahnya dapat dijulurkan pada saat menangkap mangsa). 7. Rangka tubuh amphibi sebagian besar tersusun atas tulang keras, tengkoraknya memiliki due kondil. Apabila amphibi bertulang rusuk, maka tulang rusuk tersebut tidak menempel pada tulang dada. 8. Jantungnya beruang 3 (1 ventrikel dan 2 atrium) dan memiliki 1 pasang atau tiga pasang lengkung aorta, sel darah merahnya berbentuk oval dan berinti. Selain dengan paru-paru, amphibi dewasa bernafas dengan kulit dan selaput rongga mulut. 9. Otak amphibi memiliki 10 pasang saraf kranialis. 10.Suhu tubuh amphibi tergantung dari lingkungannya (poikilotermis) 11.Amphibi melakukan fertilisasi eksternal atau i nternal, kebanyakan anggotanya bertelur (ovipar). Telur mempunyai kuning telur dan terbungkus zat gelatin, membelah secara holoblastis, tidak memiliki embrana embryonic. 12.Mengalami metamorphosis sempurna dalam siklus hidupnya. 13.Menggunakan energi lingkungannya untuk mengatur suhu tubuhnya sehingga tergolong hewan eksoterm. 14.Fertilisasi secara eksternal di air atau tempat lembab.
B.
Pengenalan Karakteristik Amphibi Amphibi memiliki kelopak mata dan kelenjar air mata yang berkembang baik. Pada mata
terdapat membrana nictitans yang berfungsi untuk melindungi mata dari debu, kekeringan dan kondisi lain yang menyebabkan kerusakan pada mata. Sistem syaraf mengalami modifikasi seiring dengan perubahan fase hidup. Otak depan menjadi lebih besar dan hemisphaerium cerebri terbagi sempurna. Pada cerebellum konvulasi hampir tidak berkembang. Pada fase dewasa mulai terbentuk kelenjar ludah yang menghasilkan bahan pelembab atau perekat. Tempurung kepalanya sederhana dengan bagian tulang yang lebih sedikit bila dibandingkan dengan ikan, tapi otot dagingnya pada kaki lebih kompleks bila dibandingkan dengan otot daging pada pina lateralis. Salamander mempunyai caput, cervix dan truncus yang silindris atau agak pipih dorso-ventral dan mempunyai cauda yang panjang. Kintel dan katak mempunyai caput dan truncus tanpa cervix dan cauda, ekstremitas muka kecil, sedang yang belakang panjang. Caecilian tidak berkaki dan berbentuk seperti cacing, badannya seolah-olah tersusun atas gelang-gelang dan kulitnya mengandung sisik dalam. Rana pipiens atau Rana trigina mempunyai caput dan cervix yang lebar bersatu. Pada truncus terdapat ekstremitas, seluruh tubuh terbungkus oleh kulit halus yang licin. Pada ekstremitas muka yang berupa kaki/tangan berukuran pendek, terdiri atas brachium (lengan atas) yang berupa humerus, antibrachium (lengan bawah) yang berupa radio-ulna, carpus (pergelangan tangan), manus (telapak tangan) yang terdiri atas metacarpus dan phalanges. Pada telapak tangan terdapat palm, dibawah jari pada hewan jantan terdapat penebalan terutama pada musim kawin. Ekstremitas belakang yang berupa kaki belakang terdiri atas femur (paha), crus (bagian bawah kaki) yang terdiri atas tibia dan fibula, tarsus (pergelangan kaki), pes (telapak kaki) yang terdiri atas meta tarsus dan phalangus (jari-jari). Penutup tubuh Rana pipiensadalah kulit yang lemas (fleksibel), menutupi tubuh terhadap gangguan yang bersifat fisis dan pathologis dan bersifat menyerap air karena katak tidak minum. Kulit tersusun atas epidermis, dermis, yang terbagi dari jaringan lain. Epidermis bagian bawah merupakan lapisan germ yang selalu menghasilkan lapisan jangat yang setiap waktu bisa terkelupas. Tiap bulan selama musim hujan dibawah lapisan jangat dibentuk bahan lapisan jangat baru sebagai pengganti. Biasanya kulit jangat yang terlepas ditelan kembali. Pada dermis terdapat jaringan ikat, di sebelah luar jaringan tersebut terdapat jaringan seperti karet busa yang mengandung banyak kelenjar dan pigmen. Bagian dalam sebelah dermis terdapat jaringan padat yang berupa jaringan ikat yang berserat-serat. Dibagian bawah dermis terdapat saraf dan pembuluh darah yang mempunyai peranan penting dalam proses pernafasan melalui kulit. Kelenjar kulit menghasilkan sekresi yang berupa cairan untuk membasahi kulit luar. Kelenjar kulit terbagi atas dua macam, yaitu: Glandulae muccosa (kelenjar lendir), yang menghasilkan lendir bening untuk memudahkan katak melepaskan diri apabila ditangkap dan Glandulae toxicon (kelenjar racun), yang menghasilkan zat racun yang pada tingkat tertentu dapat secara efektif mematikan hewan lain. Dalam kulit terdapat butir-butir pigmen dan sel pigmen (chromatophora) pada dermis. Macam chromatophora yaitu: Melamophora yang berisi pigmen hitam atau coklat, Lipohora yang berisi pigmen merah atau kuning, Guanophora yang berisi kristal-kristal putih. Katak melindungi diri dengan menyesuaikan warna pada lingkungan sekitarnya (Jasin, 1992).
Amphibi mempunyai susunan otot lidah mula-mulanya berfungsi untuk menyemprotkan hasil sekresi dari kelenjar lidah (linguales) yang dilengkapi papilla pada lidahnya dan indera pengecap. Disini juga terdapat kelenjar tunggal glandula intermaksilaris yang terletak di depan rongga hidung diantara premaksilla dan bermuara di depan ronga mulut yang berfungsi untuk membasahi lidah dan rima oris sebagai tempat masuknya makanan. Gigi dapat ditemukan pada tulang spinal, premaksilla, dan dentale serta beberapa tulang dari langit-langit (Djuhanda, 1982). Kerongkongan adalah salah satu organ pencernaan makanan yang terletak di sebelah dorsal dari tenggorokan. Kerongkongan pada bangsa amphibi lebih pendek daripada bangsa reptil karena pada bangsa amphibi tidak mempunyai leher (Kent,1983). Menurut Djuhanda (1982), Amphibi di sepanjang usus kasar memiliki struktur berbentuk lurus. Pankreas terdapat pada pertemuan lambung dengan duodenum. Saluran pancreas pada Anura bermuara di ductus choledokus. Katak sudah memperlihatkan kemajuan dari pada ikan. Pengambilan nafas dilakukan dengan jalan menelan udara secara ditekan oleh dasar rongga mulut karena tidak mempunyai rusuk. Laring disokong oleh potongan cartilage arytaenoidea dan cartilage krikoidea. Sistem pencernaan pada katak terdiri dari lambung yang menggembung besar, usus halus yang melingkar-lingkar. Pada lambung melekat kelenjar pankreas. Saluran dari hati bersatu dengan saluran dari pankreas, bermuara di usus duabelas jari. Agak ke tengah dekat usus duabelas jari, terdapat benda bulat berwarna coklat, yaitu limpe. Usus halus sangat panjang, tetapi usus tebal sangat pendek. Di tengah-tengah agak menempel punggung, terdapat ginjal sepasang, panjang, dan berwarna coklat. Didepan ginjal tampak pembuluh vena besar. Di belakang ginjal terdapat pula pembuluh darah besar yaitu aorta (Mahardono,1980). Katak bernapas dengan berbagai cara, misalnya dengan kulitnya yang tipis dan lembab. Juga dengan selaput mulutnya, sehingga katak sering tampak memompa udara ke mulut, dengan menggerak-gerakkan rahang bawahnya. Cara yang ketiga ialah dengan paru-paru. Paru-parunya mirip suatu percabangan usus belakang. Bentuknya panjang, tipis, dan meruncing ke ujung. Karena dari lubang hidung ada saluran yang langsung ke rongga mulut, maka katak tidak memiliki faring, tetapi langsung ke laring. (Mahardono, 1980). Sistem urinaria: organ utamanya dari sistem ini adalah ginjal, bentuknya memanjang, berwarna merah pekat. Pada bagian tengahnya terdapat struktur yang memanjang berliku-liku berwarna merah muda, yaitu glandula suprarenalis yang menghasilkan hormon adrenalin. Urin yang dihasilkan ginjal, dialirkan melalui ureter pada betina, atau melalui duktus urospermatikus pada yang jantan, keluar dari kloaka (Mahardono, 1980). Menurut Norris et al. (1987), kantung urin merupakan derivate ektodermal dari kloaka. Kantung ephitelium pada Anura seuruhnya berlapis tunggal. Katak jantan terdapat sepasang testis yang terletak pada permukaan ventral ujung anterior ren berbentuk oval. Setiap testis keluar sejumlah pembuluh halus yaitu vasa efferensia yang berjalan ke medial kemudian masuk ke dalam jaringan ren dan berhubungan dengan tubuli celectivi yang selanjutnya bermuara pada ureter. Ureter berfungsi rangkap yaitu sebagai saluran urine dan saluran sperma (Radiopoetro, 1988).Saluran reproduksi betina pada katak, tiap oviduk merupakan suatu saluran sederhana berkelompok yang menjulur dari bagian anterior rongga tubuh ke kloaka. Oviduk mempunyai sel kelenjar yang mensekresi lapisan jeli di sekitar telur, dan bagian bawah melebar untuk penampungan telur sementara, tetapi selain itu oviduk tidak mengalami spesifikasi. Karena katak kawin di dalam air, maka fertilisasi terjadi di luar. Induk katak betina yang mengandung namun tidak mendapatkan pejantan yang bersedia mengawininya biasanya akan menyerap kembali telurnya
(Susanto,1994).Menurut Radiopoetro (1977),katak betina memiliki sepasang ovaria yang besar, berupa kantong yang melipat-lipat, terdiri atas banyak lobi. Ovaria yang sudah masak menempati hampir seluruh bagian celom. Telur-telur katak ialah kecil, membulat, berpigment, dan diameternya ± 1,6 mm. Telur bersifat teloecithal. Telur-telurnya dikeluarkan ke dalam air dalam kelompokkelompok.
C.
Biodiversitas Spesies Ichthyophis glutinosus
Kingdom
: Animalia
Filum
: Chordata
Kelas
: Amphibia
Ordo
: Gymnophiona
Famili
: Ichthyophiidae
Genus
: Ichthyophis
Species
: glutinosus
Namailmiah
:Ichthyophis glutinosus
Karakteristik
Ichthyophis glutinosus mempunyai bentuk seperti cacing, mempunyai gigi, mata berbentuk titik hitam, bagian dorsal berwarna ungu, bagian abdomen berwarna ungu lebih pudar daripada dorsal, antara bagian dorsal dan abdomen dibatasi oleh garis warna putih, mempunyai ruas-ruas, tipe mulut runcing, mempunyai alat khusus seperti lateral line.Reproduksi secara ovipar. Larva berenang bebas di air dengan tiga pasang insang yang bercabang yang segera hilang walaupun membutuhkan waktu yang lama di air sebelum metamorphosis. Habitat
KebanyakanCeyloncaeciliantelah ditemukandi daerah yangdulunyahutan hujantetapitelah dikonversi menjadilahan pertanian. Hewan iniditemukan ditumpukanmembusukmateri tanamandan pupuk kandangpadatanah yang basah. Persebaran
Ichthyophis glutinosusmerupakanendemikSrilanka (Baulenger, 1882) Megalobatrachus japonicus
Kingdom
: Animalia
Filum
: Chordata
Kelas
: Amphibia
Ordo
: Urodela
Famili
: Cryptobranchidae
Genus
: Megalobatrachus
Species
: japonicus
Namailmiah
: Megalobatrachus japonicus
Karakteristik
Salamander memiliki tubuh yang memanjang dan memiliki ekor. Sebagian besar Salamander memiliki empat kaki, meskipun tungkai pada beberapa spesies akuatik jelas sekali mereduksi. Ada 2 kecenderungan yang cukup menonjol dalam proses evolusi Salamander yaitu hilangnya (mereduksi) paru-paru serta adanya paedomorphosis (adanya karakteristik larva pada Salamander dewasa). Tidak adanya paru-paru mungkin terjadi pada Salamander karena kulit Salamander memungkinkan terjadinya pertukaran gas. Habitat
Hidup di darat akan tetapi tidak dapat lepas dari air. Persebaran
Pola persebarannya meliputi wilayah Amerika Utara, Asia Tengah, Jepang dan Eropa. (Pough et al., 1998)
Bufoasper
Kingdom
: Animalia
Filum
: Chordata
Kelas
: Amphibia
Ordo
: Anura
Famili
: Bufonidae
Genus
: Bufo
Species
: asper
Namailmiah
: Bufo asper
Karakteristik
Tubuhberukuranbesardankuat.Jantandapatmencapaiukuran betinadewasadapatmencapai
95-150
mm.
70-100 Alur
mm, supraorbital
dihubungkandengankelenjarparotoidolehalursupratimpanik.Kelanjarparotoidberbentuklonjong. Teks turkulitsangatkasaratauberbenjol yang diliputiolehbintil-bintilberduri.Warnacoklattua yang kusam, keabu-abuanataukehitam-hitaman,
di
bagianbawahterdapattitikhitam.Jantanbiasanyamemilikikulitdagu yang kehitaman. Tangandan kaki dapatberputar.Jari kaki berselaputrenangsampaikeujung. Habitat
Sepanjangalurtepisungai. Persebaran
Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia, Myanmar, Thailand, Vietnam (Gravenhort, 1829)
Fejervarya limnocharis
Kingdom
: Animalia
Filum
: Chordata
Kelas
: Amphibia
Ordo
: Anura
Famili
: Ranidae
Genus
: Fejervarya
Species
: limnocharis
Namailmiah
:Fejervarya limnocharis
Karakteristik
Tubuh berukuran kecil, jantan sampai 50 mm, betina 60 mm. Kepala runcing dan pendek. Jari kaki setengah berselaput, tepat sampai pada ruas terakhir. Mempunyai sepasang bintil metarsal. Kulit berkerut, tertutup oleh bintil-bintil panjang yang tampak tipis. Bintil-bintil ini biasanya memanjang, paralel dengan sumbu tubuh. Warna kotor seperti lumpur dengan bercak-bercak yang lebih yang kurang jelas tetapi simetris, kadang-kadang dengan warna kehijauan dan sedikit semu kemerahan. Habitat
Fejervarya ditemukan di sawah, lapangan berumput, tegalan, hutan jati dan di kebun-kebun karet. Juga kerap ditemukan di tepi-tepi saluran air. Persebaran
Jepang, India, Asia Tenggara sampai Flores. ( Bioe, 1835)
Bufo melanostictus
Kingdom
: Animalia
Pilum
: Chordata
Subpilum
: Vertebrata
Kelas
: Amphibia
Ordo
: Anura
Family
: Bufonidae
Genus
: Bufo
Spesies
: melanostictus
Nama ilmiah
: Bufo melanostictus (Schneider, 1799)
Karakteristik
Bufo melanostictus mempunyai bagian-bagian kepalayaitu: rostral, preorbital, supraorbital, postorbital dan orbito-timpani yang pendek. Ruang interorbital lebih luas dari bagian atas kelopak mata, tympanum sangat berbeda, setidaknya dua pertiga diameter mata.Kodok berukuran sedang, yang dewasa berperut gendut, berbintil-bintil kasar. Di atas kepala terdapat gigir keras menonjol yang bersambungan, mulai dari atas moncong; melewati atas, depan dan belakang mata; hingga di
atas timpanum (gendang telinga). Gigir ini biasanya berwarna kehitaman. Sepasang kelenjar parotoid (kelenjar racun) yang besar panjang terdapat di atas tengkuk. Jari kaki dengan tuberkulum subarticular tunggal, elipticle parotis dengan coklat gelap concretions branching tersebar; kulit sangat tuberculated pada panggul, tuberkel biasanya berujung dengan duri coklat gelap, tuberkel metakarpal dan metatarsal yang cornified dengan coklat tua. Punggung berwarna cokelat muda. Habitat
Didaerah sekitar hunian manusia. Persebaran
Ini adalah katak terbesar di Pakistan. Kodok ini menyebar luas mulai dari India, Republik Rakyat Cina selatan, Indochina sampai ke Indonesia bagian barat. Katak ini juga telah ditemui di Bali, Lombok, Sulawesi dan Papua barat. (Amphibiaweb, 2011).
Leptobranchium abbotti
Kingdom
: Animalia
Pilum
: Chordata
Subpilum
: Vertebrata
Kelas
: Amphibia
Ordo
: Anura
Family
: Megophryidae
Genus
: Leptobranchium
Spesies
: abbotti
Nama ilmiah
: Leptobranchium abbotti (Encyclopedia of Life, 2011).
Karakteristik
Katak ini berukuran sedang (40 mm), dengan ciri-ciri memiliki kepala lebar, mata yang besar dan ukuran kaki-kakinya yang pendek, ramping dan tanpa anyaman. Warna: iris berwarna hitam, punggung coklat kehitaman dengan bercak-bercak, permukaan perut berwarna putih (Amphibiaweb, 2011). Jantan mencapai 75 mm SVL dan betina hingga 95 mm SVL. Kepala, punggung, dan badan bagian samping adalah cokelat atau hitam sementara perut ditandai dengan bintik-bintik putih dan hitam. Individu dari Sarawak mungkin memiliki perut abu-abu atau putih tanpa tanda. Para kecebong besar bisa mencapai panjang 75-90 mm pada saat mereka metamorfosa. Berudu yang pucat coklat atau kekuning-kuningan pada awalnya, namun secara bertahap coklat gelap ke menengah. Seiring waktu, para kecebong mengembangkan bintik hitam di ekor dan badan dengan bercak hitam selalu hadir di persimpangan batang dan ekor (Inger dan Stuebing 1997). Habitat
Katak ini ditemukan di seresah-seresah lantai hutan. Habitat yang digunakan adalah tipe habitat hutan alami (Amphibiaweb, 2011). Persebaran
Megophrys nasuta
Kingdom
: Animalia
Pilum
: Chordata
Subpilum
: Vertebrata
Kelas
: Amphibia
Ordo
: Anura
Family
: Megopryidae
Genus
: Megophrys
Spesies
: nasuta
Nama ilmiah
: Megophrys nasuta (Schlegel, 1858).
Karakteristik
Katak ini berbeda dengan jenis Leptobrachium, karena berukuran lebih besar (70-125 mm) yang paling besar berhasil ditemukan adalah berukuran 117 mm sedang memakan tikus kecil berukuran panjang 80 mm. Ciri khas dari katak ini adalah pada mata terdapat perpanjangan dermal yang jelas menyerupai tanduk, kepala dan tubuh kekar, badan cukup besar, kaki pendek dan ramping dan bentuk moncong yang meruncing. Warna: iris berwarna coklat kemerahan, punggung coklat kemerahan dengan spot hitam pada punggung, dan perut berwarna putih. Biasanya ada bar, lebar gelap di sisi kepala di bawah mata. (Amphibiaweb, 2011).Lebar kepala adalah setengah panjang kepala-plus-tubuh. Tanduk sangat luas, menunjuk, proyeksi segitiga dari tepi kelopak mata. Kebanyakan individu spesies ini juga memiliki proyeksi menunjuk serupa dari ujung moncong. Bagian belakang memiliki dua pasang panjang, sempit lipatan kulit. Habitat
Katak ini ditemukan tepatnya pada seresah-seresah daun di lima tipe habitat yaitu ladang, semak, perkebunan, hutan bambu, dan hutan sekunder muda. Biasanya katak ini juga tinggal di dataran untuk hutan hujan curam, dari permukaan laut dekat sekitar 1600 meter. Dewasa berkembang biak di sungai yang lemah untuk arus moderat. Berudu tinggal di jeram, dan sering ditemukan bersembunyi di mana tikar akar jejak bank vegetasi di dalam air. Persebaran
Ditemukan di seluruh Kalimantan. Hal ini juga terjadi di Sumatera dan Semenanjung Malaysia.
Fejervarya cancrivora
Kingdom
: Animalia
Filum
: Chordata
Sub Filum
: Vertebrata
Kelas
: Amphibia
Ordo
: Anura
Famili
: Ranidae
Genus
: Fejervarya
Species
: cancrivora
Nama ilmiah
: Fejervarya cancrivora (Iskandar, 2003)
Karakteristik
Katak berukuran besar dengan lipatan-lipatan atau bintil-bintilmemanjang paralel dengan sumbu tubuh.Hanya terdapat satu bintil metatarsal dalam, selaput selalu melampaui bintil subartikuler terakhir jari kaki ke 3 dan ke 5. Warnanya seperti lumpur yang kotor dengan bercak- bercak tidak simetris berwarna gelap.Sering disertai dengan garis dorsolateral yang lebar (Iskandar,1998). Katak ini merupakan hewan nocturnal. Habitat
Katak ini hidup di kawasan hutan. (Putra, 2012) Persebaran
Ditemukan di daerah Sumatera.
Limnonectes blythii
Kingdom
: Animalia
Filum
: Chordata
Sub Filum
: Vertebrata
Kelas
: Amphibia
Ordo
: Anura
Famili
: Ranidae
Genus
: Limnonectes
Spesies
: blythii
Nama Ilmiah
: Limnonectes blythii (Iskandar, 2003).
Karakteristik
Katak ini merupakan amphibi terbesar kedua di dunia. Ciri-cirinya yaitu tubunya yang besar, kaki belakang panjang dan kuat, moncong menyudut tajam, kaki belakang selaput renang penuh dan warna merah kecoklatan sampai coklat (Iskandar, 2003).
Habitat
Limnonectes blythii adalah hewan nokturnal dan semi-akuatik, terdapat di sepanjang sungai di hutan dan semak belukar. Persebaran
Ditemukan di seluruh bagian Indonesia.Katak ini juga ditemukan di Peninsular Malaysia, Singapore, Borneo, Thailand and Sumatra. Limnonectes kuhlii
Kingdom
: Animalia
Filum
: Chordata
Sub Filum
: Vertebrata
Kelas
: Amphibia
Ordo
: Anura
Famili
: Ranidae
Genus
: Limnonectes
Species
: kuhlii
Nama ilmiah
: Limnonectes kuhlii (Zipcodezoo, 2009)
Karakteristik
Merupakan katak yang tambun, cincin telinga tidak jelas, kepala lebar,pelipis berotot terutama pada yang jantan, jari seluruhnya berselaput renang sampai keujung jari. Kaki sangat pendek dan berotot. Ukuran tubuh yang jantan dewasa sampai 80mm dan betina dewasa sampai 70mm memiliki tekstur kuit yang sangat berkerut dan warnanya hitam marmer diseluruh bagian dorsum sampai kehitaman (Iskandar, 1998). Habitat
Bangkong tuli menyukai hidup di aliran air yang tenang, di anak-anak sungai dan saluran yang tidak seberapa airnya, terutama pada genangan-genangan bercampur serasah daun-daunan. Juga di genangan di antara batu-batu tepi sungai atau rawa-rawa dangkal. Persebaran
Iskandar (1998) menyebutkan bahwa jenis ini endemik di wilayah pegunungan di Jawa, meskipun sebelumnya pernah dianggap menyebar luas di Asia. Menurutnya, populasi-populasi di luar Jawa kini telah dipisahkan ke dalam beberapa jenis yang lain. Di Jawa, bangkong tuli terutama tercatat dari gunung-gunung seperti G. Salak (Ciapus), G. Gede (Cibodas, Cibeureum), G. Halimun (Nirmala, Citalahab), Bandung (Pengalengan), G. Tangkubanperahu, G. Malabar, Peg. Ijen dan Peg. Tengger. Juga dari kawasan G. Tilu, Kuningan.
Limnonectes shompenorum
Kingdom
: Animalia
Pilum
: Chordata
Subpilum
: Vertebrata
Kelas
: Amphibia
Ordo
: Anura
Family
: Ranidae
Genus
: Limnonectes
Spesies
: Limnonectes shompenorum (Zipcodezoo, 2009)
Karakter
Limnonectes shompenorum memiliki bentuk tonjolan kurva timpanum yang pipih pada bagian atas tympanum. Timpanum berwarna lebih gelap dibandingkan warna kulit disekitarnya. Diameter timpanum sekitar 1/2 diameter mata. Jari tangan tidak mempunyai selaput renang; sedangkan jari kaki berselaput renang sampai ke ujung jari. Kulit pada punggung halus, hampir tidak ada tonjolantonjolan kecil. Tidak mempunyai garis tengah memanjang pada punggung. Warna punggung coklat muda polos. Panjang tubuh maksimum dapat mencapai 120 mm. Habitat
Macam habitat dimana jenis ini kerap dijumpai adalah sungai berbatu berarus deras dan persawahan di daerah dataran rendah. Kodok ini banyak dijumpai di sungai-sungai berbatu berarus deras, tetapi sangat berlimpah di areal persawahan yang berdekatan dengan sungai berbatu tersebut. Habitat asal dari kodok ini adalah sungai; sedangkan persawahan adalah habitat pilihan kedua yang sangat disukainya. Di persawahan mereka kawin dan bertelur, serta dijumpai juga individu pra dewasa; sedangkan di sungai hampir semuanya dijumpai individu dewasa, jarang sekali dijumpai anakan. Kodok ini tidak ditemukan pada persawahan yang berdekatan dengan sungai besar dan dalam serta berarus lambat. Persebaran
Kodok jenis ini hanya banyak dijumpai di daerah pantai barat Sumatra dan pulau-pulau kecil disekitarnya. Ketinggian tempat dari sungai dan persawahan yang umumnya mereka didapatkan berlimpah adalah antara 0-100 meter dpl. Penyebaran L. shompenorum diketahui mulai dari pantai barat Sumatra (Bengkulu, Sumatra Barat, Sumatra Utara, Aceh) dan pulau-pulau disekitarnya (Enggano, Siberut, Sipora, Kepulauan Batu, Nias, Simeulue), Natuna, Nicobar, Singapura, dan Semenanjung Malaysia (IUCN, 2006).
Rana erythraea
Kingdom
: Animalia
Pilum
: Chordata
Subpilum
: Vertebrata
Kelas
: Amphibia
Ordo
: Anura
Family
: Ranidae
Genus
: Rana
Spesies
: Rana erythraea (Miller, 2011)
Karakteristik
Rana erythraea secara seksual dimorfik, betina dewasa mencapai ukuran maksimum 78 mm, dan jantan mencapai maksimum 48 mm. Warna Sirip punggung bervariasi dari terang ke hijau gelap dan sisi ventral umumnya keputihan. Memiliki lipatan krim dorso-lateral berwarna yang kadang-kadang berbatasan dengan hitam. Tangan dan kakinya kekuning-kuningan dengan bercak tidak teratur. Spesies ini memiliki kulit halus, dan panjang, jari-jari yang melebarkan ke disk dengan alur, memiliki hindlimbs panjang. Ada tuberkulum metatarsal, tetapi tuberkulum metatarsal luar tidak ada. Jantan yang jauh lebih kecil daripada betina danJantan dewasa pembiakan memiliki bantalan perkawinan beludru kuning pada jari pertama, membentang dari pergelangan tangan ke akhir metakarpal pertama (Iskandar 1998). Habitat
Menurut Amphibianweb (2011) Rana erythraea (Green Paddy Frog), katak ini ditemukan pada padang rumput. Lokasi yang menjadi habitatnya adalah pada hutan sekunder muda (jurungan muda) , kebun sawit dan bekas tebangan. Persebaran
Kodok ini menyebar luas mulai dari Indochina, Filiphina, dan sampai Sumatera, Jawa dan Kalimantan (Iskandar, 1998).
Rana picturata
Kingdom
: Animalia
Pilum
: Chordata
Subpilum
: Vertebrata
Kelas
: Amphibia
Ordo
: Anura
Family
: Ranidae
Genus
: Rana
Spesies
: picturata
Nama ilmiah
: Rana picturata
(Lowe, 2011) Karakteristik
Rana picturata (Spotted Stream Frog)adalah jenis katak yang berukuran kecil sampai sedang. Tympanum terlihat jelas. Kulit berwarna hitam dengan bercak berwarna kuning. Terdapat garis kuning putus-putus dari moncong ke mata dan sampai ke kloaka. Kaki belakang terdapat garis kuning. Jantan terdapat di sepanjang sungai hutan primer dan sekunder. Betina lebih terestrial. Katak ini tercatat pada lokasi pinggiran sungai (riparian) merupakan habitatnya. Katak ini lebih menyukai sungai yang memiliki aliran yang deras (Amphibianweb, 2011). Habitat
Rana picturata ditemukan di sepanjang sungaiyang berarus sedang di hutan primer dan hutan sekunder (Mistar, 2003). Jenis inibiasa hinggap di ranting-ranting sisi sungai ± 20 sampai 50 cm daripermukaan air. Persebaran
Spesies ini banyak di Semenanjung Malaysia dan Indonesia (Sumatera dan Kalimantan).
Ansonia
leptopus Kingdom Phylum Class Order Family Genus Species Nama ilmiah
: Animalia : Chordata : Amphibia : Anura : Bufonidae : Ansonia : leptopus : Ansonia leptotus (Inger dan Stuebing, 1997).
Karakteristik Kodok bertubuh ramping dan berbitil. Kodok berwarna coklat kehitaman. Jantan memiliki 30-40mm SVL dan betina 45-65mm. Habitat Terdapat didataran rendah pada ketinggian 50-700 mdpl. Penyebaran Terdapat di Semenanjung Malaysia, Indonesia (Kalimantan dan Sumatera) Bufo
parvus Kingdom Phylum Class Order Family Genus Species Nama ilmiah
: Animalia : Chordata : Amphibia : Anura : Bufonidae : Bufo :parvus : Bufo parvus
Karakteristik Kodok berukuran kecil, terdapat alur supraorbital dan sepasang alur parietal. Paratoid tidak disertai benjolan. Moncong pendek. Habitat Ditemukan di hutan primer dataran rendah dan daerah yang tidak tercemar. Persebaran Thailand, Semenanjung Malaysia, Myanmar, Kamboja dan Indonesia (Sumatera, Pini dan Jawa).
D.
Klasifikasi dan Kunci Determinasi Spesies KLASIFIKASI ORDO
Kelas amphibi mencakup 4 ordo, yaitu : Urodela (Caudata), Apoda (Gymnophiona), Proanura (telah punah) dan Anura (Salientra). 1.
Ordo Urodela (Caudata) Urodela disebut juga Caudata, ordo ini mempunyai ciri bentuk tubuh memanjang,
mempunyai anggota gerak dan ekor serta tidak memiliki tympanium. Berbentuk seperti bengkarung (kadal). Tubuh dapat dibedakan atas kepala, leher, dan badan. Beberapa spesies memiliki insang dan yang lainnya bernafas dengan paru-paru. Pada bagian kepala terdapat mata yang kecil dan pada beberapa jenis mata mengalami reduksi.Fase larva hampir mirip dengan fase dewasa. Anggota ordo Urodela hidup di darat akan tetapi tidak dapat lepas dari air. Pola persebarannya meliputi wilayah Amerika Utara, Asia Tengah, Jepang dan Eropa. Urodela memiliki 3 sub ordo, yaitu : Meantes Famili : Sirenidae Cryptobranchoidea Famili : Hynobiidae, Cryptobranchidae Salamandroidea Famili : Salamandridae, Proteidae, Ambystomatidae, Amphiumidae, Dicamtodontidae danPlethodontidae. Contoh spesies : Megalobatrachus japonocus(Pough et. al., 1998). 2. Ordo Apoda Ordo ini mempunyai anggota yang ciri umumnya adalah tidak mempunyai kaki, sehingga disebut Apoda. Tubuh menyerupai cacing, bersegmen, tidak bertungkai, dan ekor mereduksi. Hewan ini mempunyai kulit yang kompak, mata tereduksi, tertutup oleh tulang atau kulit, retina pada beberapa spesies berfungsi sebagai fotoreseptor.Di bagian anterior terdapat tentakel yang fungsinya sebagai organ sensori. Kelompok ini menunjukkan 2 bentuk dalam daur hidupnya. Pada fase larva hidup dalam air dan bernafas dengan insang. Pada fase dewasa insang mengalami reduksi, dan biasanya ditemukan di dalam tanah atau di lingkungan akuatik. Fertilisasi pada Caecilia terjadi secara internal (Webb et.al, 1981). Ordo Apoda memiliki 6 famili, yaitu: Lyhthyopidae, Caecilidae, Rhinatrematidae, Scoleocomorphidae, Uracotyphlidae, dan Typhlonectida.Famili yang ada di indonesia adalah Lchtyopiidae. Anggota famili ini mempunyai ciri-ciri tubuh yang bersisik, ekornya pendek, mata relatif berkembang. Reproduksi dengan oviparous. Larva berenang bebas di air dengan tiga pasang insang yang bercabang yang segera hilang walaupun membutuhkan waktu yang lama di air sebelum metamorphosis. Contoh spesies:Lchtyophis sp di propinsi DIY. 3. Ordo Proanura Ordo ini tidak dapat diketemukan atau dapat dikatakan telah punah. Anggota-anggota ordo ini hidup di habitat akuatik sebagai larva dan hanya sedikit saja yang menunjukkan perkembangan kearah dewasa. Matanya kecil, tungkai depan kecil, tanpa tungkai belakang, kedua rahang dilapisi bahan
tanduk,
memiliki
3
pasang
insang
luar
dan
paru-paru
mengalami
sedikit
perkembangan.Amphibi ini tidak menunjukkan adanya dua bentuk dalam daur hidupnya. (Duellman and Trueb, 1986)
4. Ordo Anura Nama anura mempunyai arti tidak memiliki ekor. Seperti namanya, anggota ordo ini memunyai ciri umum tidak mempunyai ekor, kepala bersatu dengan badan, tidak mempunyai leher dan tungkai depan. Hal ini mendukung pergerakannya yaitu dengan melompat. Pada beberapa famili terdapat selaput di antara jari-jarinya. Membrane tympanum terletak di permukaan kulit dengan ukuran yang cukup besar dan terletak di belakang mata. Kelopak mata dapat digerakkan. Mata berukuran besar dan berkembang dengan baik. Fertilisasi dilakukan secara eksternal dan prosesnya dilakukan di perairan yang tenang dan dangkal. Di musim kawin, pada anura ditemukan fenomena unik yang disebut dengan amplexus, yaitu katak jantan yang berukuran lebih kecil menempel di punggung betina dan mendekap erat tubuh betina yang lebih besar. Perilaku tersebut bermaksud untuk menekan tubuh betina agar mengeluarkan sel telurnya sehingga bisa dibuahi jantannya. Amplexus bisa terjadi antara satu betina dengan 2 sampai 4 pejantan di bagian dorsalnya dan sering terjadi persaingan antar pejantan pada musim kawin. Siapa yang paling lama bertahan dengan amplexusnya, dia yang mendapatkan betinanya(Duellman and Trueb, 1986).Ordo Anura terbagi menjadi 27 famili, yaitu : Ascaphidae, Leiopelmatidae, Bombinatoridae, Discoglossidae, Pipidae, Rhinophrynidae,
Megophtyidae,
Pelodytidae,
pelobatidae,
Allophrynidae,
Bufonidae,
Branchycephalidae, Centrolenidae, Helephrynidae, Hylidae, Leptodactylidae, Myobatrachidae, Pseudidae,
Rhinodermatidae,
Sooglossidae,
Arthroleptidae,
Dendrobatidae,
Hemisotidae,
Hyperoliidae, Microhylidae, Ranidae, Rachoporidae. Contoh spesies: Bufo melanosticus( Pough et. al.,1998) dan Rana pipiens (Djarubito, 1989).
KLASIFIKASI FAMILI
Ada 5 Famili yang terdapat di indonesia yaitu Bufonidae, Megophryidae, Ranidae, Microhylidae dan Rachoporidae. Adapun penjelasan mengenai kelima famili tersebut adalah sebagai berikut: a. Bufonidae Famili ini sering disebut kodok sejati. Ciri-siri umumnya yaitu kulit kasar dan berbintil, terdapat kelenjar paratoid di belakang tympanum dan terdapat pematang di kepala. Mempunyai tipe gelang bahu arciferal. Sacral diapophisis melebar. Bufo mempunyai mulut yang lebar akan tetapi tidak memiliki gigi. Tungkai belakang lebih panjang dari pada tungkai depan dan jari-jari tidak mempunyai selaput. Fertilisasi berlangsung secara eksternal. Famili ini terdiri dari 18 genus dan kurang lebih 300 spesies. Beberapa contoh spesies Bufo yang ada di Indonesia antara lain: Bufo asper, Bufo biporcatus, Bufo melanosticus dan Leptophryne borbonica. (Kusuma, 2010) b. Megophryidae Ciri khas yang paling menonjol adalah terdapatnya bangunan seperti tanduk di atas matanya, yang merupakan modifikasi dari kelopak matanya. Pada umumnya famili ini berukuran tubuh kecil. Tungkai relatif pendek sehingga pergerakannya lambat dan kurang lincah. Gelang bahu bertipe firmisternal , yaitu coracoids melekat sejajar dengan epicoracoid. Hidup di hutan dataran tinggi. Pada fase berudu terdapat alat mulut seperti mangkuk untuk mencari makan di
permukaan air. Adapun contoh spesies anggota famili ini adalah Megophrys montana dan Leptobranchium hasselti (Kusuma, 2010). c. Ranidae Famili ini sering disebut juga katak sejati. Bentuk tubuhnya relatif ramping. Tungkai relatif panjang dan diantara jari-jarinya terdapat selaput untuk membantu berenang. Kulitnya halus, licin dan ada beberapa yang berbintil. Gelang bahu bertipe firmisternal. Pada kepala tidak ada pematang seperti pada Bufo. Mulutnya lebar dan terdapat gigi seperti parut di bagian maxillanya, Sacral diapophysis gilig. Fertilisasi secara eksternal dan bersifat ovipar. Famili ini terdiri dari 36 genus. Adapun contoh spesiesnya adalah: Rana chalconota, Rana hosii, Rana erythraea, Rana nicobariensis, Fejervarya cancrivora, Fejervarya limnocharis, Limnonectes kuhli, Occidozyga sumatrana. (Kusuma, 2010) d. Microhylidae Famili ini anggotanya berukuran kecil, sekitar 8-100 mm. Kaki relatif panjang dibandingkan dengan tubuhnya. Terdapat gigi pada maxilla dan mandibulanya, tapi beberapa genus tidak mempunyai gigi. Karena anggota famili ini diurnal(hewan yang aktif pada siang hari), maka pupilnya memanjang secara horizontal. Gelang bahunya firmisternal. Contoh spesiesnya adalah: Microhyla achatina. (Kusuma, 2010) e. Rachoporidae Famili ini sering ditemukan di areal sawah. Beberapa jenis mempunyai kulit yang kasar, tapi kebanyakan halus juga berbintil.Tipe gelang bahu firmisternal. Pada maksila terdapat gigi seperti parut. Terdapat pula gigi palatum. Sacral diapophysis gilig. Berkembang biak dengan ovipar dan fertilisasi secara eksternal (Kusuma, 2010).
KUNCI DETERMINASI FAMILI AMFIBI
1a
Tubuh seperti cacing, tanpa tungkai …………………..................................……..…..ICHTHYOPHIIDAE Satu genus dan species ………………………………................................….……Ichthyophis hypocyaneus
1b
Tubuh memiliki empat tungkai, kepala jelas ………………………. .................................………………….2
2a
Kulit kasar, ditutupi oleh “kutil-kutil” besar …….…………….................................…………BUFONIDAE
2b
Kulit sebagian besar mengkerut, umumnya licin ………………… ...............................………………..….3
3a
Tungkai relatif pendek …………………………………………….............................................………………..…4
3b
Tungkai relatif panjang …………………………………………..…...........................................……………….…5
4a
Kepala dan mata relatif besar, jari dengan ujung jari tungkai depan dan belakang tanpa perlebaran ujung jari …………………................................................…………………….MEGOPHRYIIDAE
4b
Tubuh kecil hingga besar dan gemuk dengan ujung jari “truncated (kerucut yang terpotong ujungnya)” atau tanpa pelebaran ujung jari, kepala relatif kecil dan tajam, mulut dan mata kecil ………………………………………….....................................................................……MICROHYLIDAE
5a
Tubuh ramping, ujung jari umumnya meluas dan rata dengan lekukan tipis melingkar memisahkan bagian atas dengan bagian bawah cakram………………..........................……………..…6
5b
Tubuh gemuk, ujung jari tidak meluas atau jika meluas tidak rata dan tanpa lekukan tipis melingkar ….........................................................................................................................……….7
6a
Warna bagian belakang biasanya berbeda dengan bagian samping, sepasang lipatan “dorsolateral”, jari tungkai depan dan belakang dengan ujung jari yang meluas dan tidak
terlalu
besar,
moncong
relatif
tajam,
rata, mata biasanya
tidak “arboreal”................................................................................….………….RANIDAE (Raninae) 6b
Tubuh ramping, mata ralatif besar, moncong pendek, tungkai depan dan belakang dengan dengan
ujung
jari
rata
dan
lebar,
tanpa
lipatan
“dorso-lateral”, dan “arboreal”
…………………………………………………………........................................................……………………………….9 7a
Kepala umumnya tidak rata, ujung jari kaki diakhiri tanpa cakar, tapi mungkin saja meluas tapi tidak rata ………..…………………………....................................................…..RANIDAE (Dicroglossinae)
7b
Kepala rata, ujung jari kaki diakhiri dengan cakar hitam …………............................……PIPIDAE (8)
8a
Species yang besar, rata, ujung jari kaki dengan cakar hitam ………...................….. Xenopus laevis
8b
Species yang kecil, tubuhnya relatif normal ………………………...........................…Hymenochirus sp.
9a
Pectoral girdle firmisternal …………………………..……....................................……….. RACHOPORIDAE
9b
Pectoral girdle arciferal ……………………………..….........................................…….….PELODRYADIDAE Satu species yang masih diragukan ……………………...............................……..………..…Litoria javana
KUNCI UNTUK GENUS DAN SPECIES BUFONIDAE
1a
Tubuh relatif besar, mencapai 120 mm, kulit sangat berkerut/keriput, umumnya memiliki sepasang “parotoid glands”………………...…………………...............................................……..BUFO (2)
1b
Tubuh umumnya tidak lebih besar dari 50 mm, tidak ada “parotoid glands” yang jelas……………………………..……………………………...............................................…….LEPTOPHRYNE (5)
2a
Warna hitam atau hitam keabuan, ditutupi oleh “kutil-kutil”, parotoid kecil, tubuh lebih besar, mencapai 120 mm ..………………............……...........................................……………………….Bufo asfer
2b
Warna coklat keabuan atau coklat kemerahan ……………................................…………………………. 3
3a
Kepala dengan sepasang pematang parietal …………...…………………..............................……………. 4
3b
Kepala tanpa sepasang pematang parietal, warna kemerahan, kecoklatan, dan keabuan dengan “kutil-kutil” hitam, Tubuh sekitar 50 – 80 mm ………..…...................…Bufo melanostictus
4a
Tubuh umumnya kurang dari 40 mm, bagian belakang seragam atau dengan sepasang “bisul” hitam ……………………………………..……………………….......................................................…Bufo parvus
4b
Tubuh lebih dari 40 mm, tetapi kurang dari 60 mm, bagian belakang umumnya bercorangcoreng/ burik dengan “bisul” hitam …………………
5a
...........................................Bufo biporcatus
…….
Tubuh coklat dengan tanda “hour-glass”, selaput renang tidak penuh, “kutil” subartikular terakhir pada ujung jari ke-3 dan ke-5 …...………........................................Leptophryne barbonica
5b
Tubuh hitam dengan “kelereng” merah atau kuning, selaput penuh subartikular terakhir pada ujung jari ke-3 dan ke-5 ………….........................…........................……………Leptophryne cruentata
KUNCI UNTUK GENUS DAN SPECIES MICROHYLIDAE
1a
Tubuh kurang dari 30 mm …………………………………………………............................................………… 4
1b
Tubuh lebih dari 30 mm …………………………………………………........................................…….........… 2
2a
Tubuh kecil dampai 60 mm, tanpa “pita terang” yang lebar pada bagian belakang, tanpa bintik inguinal merah (inguinal spots)………...........…….......................................……….KALOPHRYNUS (3)
2b
Tubuh gemuk dan besar dengan tungkai pendek, dengan sepasang pita yang buruk mulai dari belakang mata dan melebar di belakang ke arah paha dan berakhir sebagai bintik inguinal orange atau kuning ………………………..…………......................................................…Kaloula baleata
3a
Bagian pinggang gelap, sebuah potongan dorso-lateral, bagian belakang coklat seragam, tertutupi oleh “kutil-kutil” putih, ukuran 35–58 mm………………............Kalophrynus pleurostigma
3b
Bagian belakang licin, bagian samping tidak ada pewarnaan, bagian belakang dengan sepasang potongan gelap yang lebar, ukuran 24-35 mm…...…................................Kalophrynus minusculus
4a
Jari dan ujung jari tidak meluas ………….…………………...................................………..MICROHYLA (5)
4b
Jari
tungkai belakang
dan depan
meluas, telur
sekitar
3
mm, species
tunggal
………………...………………………............……............................................………..Oreophryne monticola 5a
Selaput
tungkai
belakang
hanya
pada
dasarnya,
bagian
belakang
dengan
strip
…………………………..........……………………..............................................……………..Microhyla achatina 5b
Jari lebih atau kurang dari 2-3 berselaput, bagian belakang dengan tanda anak panah rangkap …………………...…………………………………......................................................………Microhyla palmipes
KUNCI UNTUK SPECIES RANIDAE
1a
Ujung jari meluas, sebuah lekuk tipis melingkar memisahkan bagian atas dari bagian bawah.. ……………………………………....…...........................................................…………………………RANINAE (2)
1b
Jari
dengan
atau
tanpa
ujung
jari
yang
meluas,
tapi
tanpa
lekuk
tipis
melingkar ....................................………………………………………………………………DICROGLOSSIDAE (7) 2a
Tanpa lipatan dorso-lateral yang jelas, tungkai belakang sangat panjang dan ramping, bagian belakang ditutupi bulatan hitam ………………..........................................………………….Huia masonii
2b
Sepasang lipatan dorso-lateral, ujung jari tungkai depan dan belakang meluas dan rata dengan lekuk tipis melingkar ………………………....................................................…………RANA (HYLARANA)
3a
Warna hijau ………………………………………...................................................…………………………………. 4
3b
Warna umumnya tidak hijau, tapi mungkin memiliki sedikit warna hijau ……......................…… 5
4a
Sepasang lipatan dorso-lateral berwarna cream, kadang-kadang dibatasi warna hitam …………………………………….........................................…………………………………………….Rana erythraea
4b
Bagian samping umumnya gelap, betina mencapai 120 mm …….....................………….Rana hosii
5a
Kulit dengan kutil-kutil yang rata dari atas ke samping, tubuh coklat dengan bulatan hitam, ukuran mencapai 65 mm ………………............................................………………………..Rana baramica
5b
Kulit umumnya licin atau ditutupi oleh kutil-kutil kecil berserakan pada bagian belakang …………………………………………...................................................................…………………………………… 6
6a
Tungkai seringkali kemerahan, bagian belakang seringkali dengan bintik hitam, ukuran betina lebih dari 80 mm …………………………........................................................……………Rana chalconota
6b
Tungkai umumnya coklat, bagian samping hitam, bagian belakang coklat, ujung jari dengn 2-3 ruas
jari
terbebas
dari
selaput,
ukuran
lebih
dari
55
mm
…………………………………………………................................................……………………Rana nicobariensis 7a
Tubuh kecil, tidak lebih dari 65 mm, rahang bawah tanpa “taring”……………........................……..8
7b
Tubuh melebihi 70 mm, dengan atau tanpa “taring” pada rahang bawah …………....................10
8a
Jantan mencapai 35 mm, betina mencapai 65 mm, pematang betung V terbalik di atara pundak, kulit ralatif licin, warna coklat kemerahan …............................Limnonectes microdiscus
8b
Tubuh kecil, tidak melebihi 35 mm, Jari tungkai belakang berselaput penuh ……...................….9
9a
Kulit tertutupi dengan rapat oleh kutil putih kecil, bagian bawah tungkai dengan strip gelap bergerak ke dalam bagian ventral ………………….......................................…………. Occidozyga lima
9b
Tubuh kecil, tidak ada tanda yang jelas, coklat gelap, tidak ada bintik pada dada atau perut ……
..........................................................………………………………………………………Occidozyga sumatrana
10a
Kulit licin dan keriput/berkerut, Jari tungkai dengan ujung jari kecil, membulat meluas, tanpa lekuk
tipis
melingkar,
Jantan
dengan
“taring”
pada
rahang
bawahnya
…………………………………………………....................................................……………… LIMNONECTES (11) 10b
Kulit tertutupi dengan kutil-kutil memanjang, kulit relatif licin, jari tanpa ujung yang meluas, sepasang lipatan di bagian leher pada jantan, tanpa “taring” pada rahang bawah ………………………………………………….............................................................………… FEJERVARYA (12)
11a
Tubuh gemuk, mencapai 80 mm, kulit relative keriput/berkerut, tympanum tidak terlihat walaupun ada …………….................................................…………………………………Limnonectes kuhlii
11b
Tubuh sangat besar mencapai 150 mm, bagian belakang terkadang dengan kutil-kutil, umumnya berwarna coklat kemerahan …………........................……………..Limnonectes macrodon
12a
Tubuh relatif besar mencapai 80 – 100 mm, selaput umumnya penuh pada jari keempat, metatarsal
dengan
2
kutil,
kehijauan
atau
keabuan
dengan
bintik
gelap
…………...............................................………………………………………………………..Fejervarya cancrivora 12b
Tubuh umumnya tidak lebih dari 70 mm, selaput umumnya tidak penuh pada ruas terakhir jari keempat, metatarsal dengan 1 kutil, kepala lebih pendek…........................................……………13
13a
Tubuh pada ukuran medium, jantan sekitar 50 mm, betina mencapai 60 mm, kehijauan dengan bintik gelap ……...............................................……………………………Fejervarya limnocharis
13b
Tubuh kecil, jantan mencapai 40 mm, betina mencapai 50 mm, kecoklatan atau kehijauan dengan bintik hitam yang simetris …………… .......................................…….Fejervarya new spesies (Iskandar, 1998)
1.4. KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Djarubito, Mukayat. 1989. Zoologi Dasar . Erlangga: Jakarta.
Djuhanda, T. 1974. Analisa Struktur Vertebrata. Armico: Bandung.
Djuhanda, T. 1982. Anatomi dari empat Hewan Vertebrata. Armico : Bandung.
Duellman, W. E. and L. Trueb. 1986. Biology of Amphibians. McGraw – Hill Book Company. New York.
Inger RF, Stuebing RB. 1997. A Field Guide to the Frogs of Borneo. Sabah:Natural History.
Iskandar, D.T. 1998. Amfibi Jawa dan Bali Seri Panduan Lapangan. Puslitbang LIPI: Bogor.
[IUCN] International Union for Conservation of Nature and Natural Resources, Conservation
–
International,
and
NatureServe.
2006.
Global
amphibian
assessment .
http://www.globalamphibians.org diakses tanggal 18 September 2013.
Jasin, Maskoeri. 1992. Zoologi Vertebrata. CV. Sinar Wijaya: Surabaya.
Kusuma, K.I., Eprilurahman, R. & G. Vogel. 2010.First record of Xenochrophis melanzostus (Gravenhorst, 1807) on Bali Island, Indonesia. Hamadryad 35(1): 113-115.
Lowe, Nancy. 2011. diakses dari http://www.discoverlife.org pada tanggal 18 September 2013 pukul 09.00 WIB.
Mahardono, A. 1980. Anatomi Katak . Intermasa: Jakarta.
Mistar. 2003. Panduan Lapangan Amfibi Kawasan Ekosistem Leuser . The Gibbon Foundation & PILI-NGO Movement: Bogor
Putra, Kharisma, dkk. 2012. Komunitas Anura (Amphibia) pada Tiga Tipe Habitat Perairan di Kawasan Hutan Harapan Jambi .Jurnal Biologi Universitas Andalas vol. 1(2) hal 156-165.
Radiopoetro. 1977. Zoologi . Erlangga, Jakarta.
Soesono, R, dkk. 1968. Diktat Asistensi Preparat . UGM : Yogyakarta.