AGAIMANA KEPRIBADIAN PERAWAT YANG SEHARUSNYA
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu profesi yang berperan penting dalam penyelenggaraan menjaga mutu pelayanan kesehatan adalah keperawatan. Pelayanan keperawatan adalah gabungan dari ilmu kesehatan dan seni merawat (care), suatu gabungan humanistik dari ilmu pengetahuan, filosofi keperawatan, kegiatan klinik, komunikasi, dan ilmu sosial. Oleh karena itu penting sekali dikembangkan berbagai usaha untuk meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan diberbagai aspek. Salah satu aspek yang coba dikaji disini adalah perilaku perawat terhadap pasien. Perawat sebagai ujung tombak pelayanan di rumah sakit tentunya mempunyai kualitas kepribadian berbeda-beda yang dipengaruhi oleh berbagai faktor baik internal maupun eksternal. Perbedaan kualitas kepribadian perawat akan mempengaruhi cara perawat dalam berinteraksi memberikan pelayanan, dimana akan berdampak pada tingkat kepuasan pasien. Kepribadian perawat sebagai pelanggan internal (pelaku pelayanan) mempunyai pengaruh terhadap pola perilakunya terutama dalam memberikan pelayanan kepada pasien agar memuaskan. Karena perawat senantiasa dua puluh empat jam bersama pasien maka sikap dan perilaku perawat berpengaruh terhadap kepuasan pasien terhadap pelayanan kesehatan.
1.2. Tujuan Tujuan penulisan dari makalah ini adalah : 1. Menjelaskan bagaimana kepribadian Perawat yang seharusnya. 2. Menjelaskan definisi atau pengertian dari perilaku. 3. Menjelaskan perilaku perawat terhadap pasien
BAB II PEMBAHASAN 2.1. Kepribadian Perawat Seorang perawat profesional harus memiliki kepribadian yang baik. berikut beberapa kepribadian yang seharusnya dimiliki oleh seorang perawat :
1. Keadaan fisik Sabagai seorang perawat, kita harus bisa menjaga dan merawat kesehatan tubuh kita sendiri sebelum merawat orang lain.
2. Penampilan yang menarik Didepan pasien kita harus berpenampilan yang rapi,tidak mungkin kan, kalaukita berpenampilan di depan pasien berantakan, yang ada pasien malah tidak mau di rawat oleh kita. Pasien pasti akan berpersepsi,
bagaimana perawat itu merawat kita,sedangkan perawat itu saja tidak bisa merawat diri dia sendiri.
3. Kejujuran Perawat harus mengatakan apa adanya tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan keadaan pasien. tidak boleh ada yang di tutup-tutupi.
4. Keriangan Perawat harus menunjukkan sikap riang,bahagia.jangan tunjukkan sikap jutek di depan pasien, pasien pasti akan takut melihat muka kita yang seperti itu.
5. Berjiwa sportif Perawat harus menjalankan tugasnya dengan benar, apabila mengalami kesalahan, perawat harus mengevaluasinya lagi dan introspeksi diri.
6. Rendah hati dan Murah hati Apabila perawat bertemu dengan pasien,perawat harus menunjukkan sikap ramah dan bantu pasien apabila ada yang memerlukan bantuan.
7. Dapat dipercaya Perawat harus bisa menjaga privasi pasien. jangan suka mengumbar kekurangan pasien sekalipun dengan teman sejawat.
8. Loyalitas Sesama perawat harus bisa bekerja sama dan saling membantu.
9. Pandai menimbang perasaan. Perawat dalam menyampaikan suatu pernyataannya terhadap pasien harus memiliki sikap ini supaya tidak menambah beban pikiran pasien.
10. Pandai bergaul Salah satu contohnya : perawat menyapa pasien apabila bertemu
11. Keramahan,simpati,dan kerja sama Perawat harus bisa menunjukkan sikap ramah dan simpatinya terhadap Pasien, hal ini di harapkan supaya pasien merasa nyaman dengan kita dan akhirnya si pasien mudah di ajak kerja sama dengan kita.
12. Rasa humor Selain itu, kita juga harus memiliki rasa humor, setidaknya dengan
memberikan sedikit humor kepada pasien mampu mengurangi beban pikirannya.
13. Sopan santun Sebagai seorang perawat, kita harus menghormati yang lebih tua dari kita sekalipun itu pasien. tidak hanya dengan yang lebih tua dengan teman sejawat atau yang umurnya di bawah kitapun,kita juga harus tunjukkan sikap ini. 2.2. Pengertian Perilaku Perilaku manusia adalah sekumpulan perilaku yang dimiliki oleh manusia dan dipengaruhi oleh adat, sikap, emosi, nilai, etika, kekuasaan, persuasi, dan/atau genetika. Bimo Walgito (2003) berpendapat bahwa sikap yang ada pada seseorang akan memberikan warna atau corak pada perilaku atau perbuatan orang yang bersangkutan. Sementara sikap pada umumnya mengandung tiga komponen yang membentuk struktur sikap, yaitu: komponen kognitif, komponen afektif, dan komponen konatif. Selanjutnya menurut Myers (1983), perilaku adalah sikap yang diekspresikan (expressed attitudes). Perilaku dengan sikap saling berinteraksi, saling mempengaruhi satu dengan yang lain. Sementara Kurt Lewin (1951, dalam Brigham, 1991) merumuskan satu model hubungan perilaku yang mengatakan bahwa perilaku (B) adalah fungsi karakteristik individu (P) dan lingkungan (E), dengan rumus: B = f(P,E). Karakteristik individu meliputi berbagai variabel seperti motif, nilai-nilai, sifat kepribadian, dan sikap yang saling berinteraksi satu sama lain dan kemudian berinteraksi
pula dengan faktor-faktor lingkungan dalam menentukan perilaku. Faktor lingkungan memiliki kekuatan besar dalam menentukan perilaku, bahkan kadang-kadang kekuatannya lebih besar daripada karakteristik individu. Dalam sosiologi, perilaku dianggap sebagai sesuatu yang tidak ditujukan kepada orang lain dan oleh karenanya merupakan suatu tindakan sosial manusia yang sangat mendasar. Perilaku tidak boleh disalahartikan sebagai perilaku sosial, yang merupakan suatu tindakan dengan tingkat lebih tinggi, karena perilaku sosial adalah perilaku yang secara khusus ditujukan kepada orang lain. Penerimaan terhadap perilaku seseorang diukur relatif terhadap norma sosial dan diatur oleh berbagai kontrol sosial. Dalam kedokteran perilaku seseorang dan keluarganya dipelajari untuk mengidentifikasi faktor penyebab, pencetus atau yang memperberat timbulnya masalah kesehatan. Intervensi terhadap perilaku seringkali dilakukan dalam rangka penatalaksanaan yang holistik dan komprehensif. Perilaku manusia dipelajari dalam ilmu psikologi, sosiologi, ekonomi, antropologi dan kedokteran. Perilaku seseorang dikelompokkan ke dalam perilaku wajar, perilaku dapat diterima, perilaku aneh, dan perilaku menyimpang. 2.3. Karakteristik Perilaku 1. Perilaku adalah perkataan dan perbuatan individu. Jadi apa yang dikatakan dan dilakukan oleh seseorang merupakan karakteristik dari perilakunya. 2. Perilaku mempunyai satu atau lebih dimensi yang dapat diukur, yaitu : frekuensi, durasi, dan intensitas.
3. Perilaku dapat diobservasi, dijelaskan, dan direkam oleh orang lain atau orang yang terlibat dalam perilaku tersebut. 4. Perilaku mempengaruhi lingkungan, lingkungan fisik atau sosial. 5. Perilaku dipengaruhi oleh lingkungan (lawful). 6. Perilaku bisa tampak atau tidak tampak. Perilaku yang tampak bisa diobservasi oleh orang lain, sedangkan perilaku yang tidak tampak merupakan kejadian atau hal pribadi yang hanya bisa dirasakan oleh individu itu sendiri atau individu lain yang terlibat dalam perilaku tersebut. 2.4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Manusia Perilaku atau aktivitas pada individu atau organisme tidak timbul dengan sendirinya, tetapi sebagai akibat dari stimulus yang diterima oleh organisme yang bersangkutan baik stimulus eksternal maupun stimulus internal. Perilaku individu dapat mempengaruhi individu itu sendiri, di samping itu perilaku juga berpengaruh pada lingkungan. Demikian pula lingkungan dapat mempengaruhi individu, demikian sebaliknya. Oleh sebab itu, dalam perspektif psikologi, perilaku manusia (human behavior) dipandang sebagai reaksi yang dapat bersifat sederhana maupun bersifat kompleks (Bandura, 1977; Azwar, 2003). Secara garis besar, perilaku manusia diakibatkan oleh: Genetika Sikap - adalah suatu ukuran tingkat kesukaan seseorang terhadap perilaku tertentu. Norma sosial - adalah pengaruh tekanan sosial. Kontrol perilaku pribadi - adalah kepercayaan seseorang mengenai sulit tidaknya melakukan suatu perilaku.
2.5. Perilaku Perawat Terhadap Pasien Keperawatan merupakan suatu bentuk pelayanan profesional yang mempunyai suatu paradigma atau model keperawatan yang meliputi empat komponen yaitu : manusia, kesehatan, lingkungan dan perawat itu sendiri. Perawat adalah suatu profesi yang mulia, karena memerlukan kesabaran dan ketenangan dalam melayani pasien yang sedang menderita sakit. Seorang perawat harus dapat melayani pasien dengan sepenuh hati. Sebagai seorang perawat harus dapat memahami masalah yang dihadapi oleh pasien, selain itu seorang perawat dapat berpenampilan menarik. Untuk itu seorang perawat memerlukan kemampuan untuk memperhatikan orang lain, ketrampilan intelektual, teknikal dan interpersonal yang tercermin dalam perilaku peduli atau kasih sayang. Perilaku peduli sangatlah penting untuk keperawatan. Perilaku peduli adalah fokus pemersatu untuk praktek keperawatan. Perilaku peduli juga sangat penting untuk tumbuh kembang, memperbaiki dan meningkatkan kondisi atau cara hidup manusia. Perilaku Peduli (caring) mengandung 3 hal yang tidak dapat dipisahkan yaitu perhatian, tanggung jawab, dan dilakukan dengan ikhlas. Perilaku peduli (Caring)juga merupakan sikap peduli, menghormati dan menghargai orang lain, artinya memberi perhatian dan mempelajari kesukaan – kesukaan seseorang dan bagaimana seseorang berfikir dan bertindak. Memberikan asuhan secara sederhana tidak hanya sebuah perasaan emosional atau tingkah laku sederhana, karena perilaku peduli merupakan kepedulian untuk mencapai perawatan yang lebih baik, perilaku peduli bertujuan dan berfungsi membangun struktur sosial, pandangan hidup dan nilai kultur setiap orang yang berbeda
pada satu tempat, maka kinerja perawat khususnya pada perilaku peduli menjadi sangat penting dalam mempengaruhi kualitas pelayanan dan kepuasan pasien terutama di rumah sakit, dimana kualitas pelayanan menjadi penentu citra institusi pelayanan yang nantinya akan dapat meningkatkan kepuasan pasien dan mutu pelayanan.
BAB III PENUTUP
3.1. Kesimpulan Perawat adalah suatu profesi yang mulia, karena memerlukan kesabaran dan ketenangan dalam melayani pasien yang sedang menderita sakit. Seorang perawat harus dapat melayani pasien dengan sepenuh hati. Sebagai seorang perawat harus dapat memahami masalah yang dihadapi oleh pasien, selain itu seorang perawat dapat berpenampilan menarik. Untuk itu seorang perawat memerlukan kemampuan untuk memperhatikan orang lain, ketrampilan intelektual, teknikal dan interpersonal yang tercermin dalam perilaku peduli atau kasih sayang. 3.2. Saran Sebagai seorang perawat harus dapat memahami masalah yang dihadapi oleh pasien, dan mempunyai perilaku yang peduli terhadap pasien.
DAFTAR PUSTAKA
Keliat, B A (2001) Laporan Pendahuluan dan Strategi Pelaksana Tindakan Keperawatan, Makalah disampaikan pada Pelatihan Nasional Keperawatan Profesional Jiwa. Company Tawsend, MC (1996) Psichiatric Mental Health Nursing Consept to Care, Daris Company, Philadelphia.
BAB I PENDAHULUAN A.LATAR BELAKANG Seorang perawat adalah sebagai tenaga kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat umum. Dalam menghadapi pasien, seorang perawat harus mempunyai etika, karena yang dihadapi perawat adalah juga manusia. Perawat harus bertundak sopan, murah senyum dan menjaga perasaan pasien. Ini harus dilakukan karena perawat adalah membantu proses penyembuhan pasien bukan memperburuk keadaan. Dengan etika yang baik diharapkan seorang perawat bisa menjalin hubungan yang lebih akrab dengan pasien. dengan hubungan baik ini, maka akan terjalin sikap saling menghormati dan menghargai di antara keduanya. Etika dapat membantu para perawat mengembangkan kelakuan dalam menjalankan kewajiban, membimbing hidup, menerima pelajaran, sehingga para perawat dapat mengetahui kedudukannya dalam masyarakat dan lingkungan perawatan. Dengan demikian, para perawat dapat mengusahakan kemajuannya secara sadar dan seksama. Oleh karena itu dalam perawatan teori dan praktek dengan budi pekerti saling memperoleh, maka 2 hal ini tidak dapat dipisah-pisahkan. Sejalan dengan tujuan tersebut, maka dapat dikemukakan bahwa nama baik rumah sakit antara lain ditentukan oleh pendapat/kesan dari masyarakat umum. Kesehatan masyarakat terpelihara oleh tangan dengan baik, jika tingkatan pekerti perawat dan pegawai-pegawai kesehatan lainnya luhur juga. Sebab akhlak yang teguh dan budi pekerti yang luhur merupakan dasar yang penting untuk segala jabatan, termasuk jabatan perawat. B.RUMUSAN MASALAH Berdasarkan latar belakang tersebut, rumusan yang ditetapkan adalah : 1.Apa arti budi pekerti dalam perawatan ? 2.Apa saja syarat-syarat menjadi perawat yang baik ? 3.Bagaimana tahap-tahap proses keperawatan ? 4.Seberapa penting peranan moral bagi perawat dalam menghadapi pasien ? 5.Bagaimanakah para perawat baru menyesuaiakan diri dengan lingkungan baru (rumah sakit) ? 6.Bagaimana sikap dan pribadi yang baik dalam pekerjaan ? C.TUJUAN Makalah ini akan mengarahkan kajiannya secara mnedalam yaiotu :
1.Untuk mengetahui arti budi pekerti dalam perawatan 2. Untuk mengetahui syarat-syarat menjadi perawat yang baik 3.untuk mengetahui tahap-tahap proses keperawatan 4.untuk mengetahui pentingnya moral bagi perawat 5.untuk mengetahui cara-cara menyesuaikan diri di Rumah Sakit oleh para perawat baru D.MANFAAT Berdasarkan rumusan masalah yang di susun di atas, maka manfaat yang diperoleh adalah : 1.Memberi pelajaran / pengertian kepada perawat arti budi pekerti dalam perawatan 2.Memberi saran kepada calon perawat, syarat-syarat menjadi perawat yang baik 3.Memberikan informasi kepada perawat tentang tahap-tahap proses keperawatan 4.Memberi informasi kepada perawat, pentingnya memiliki moral yang baik dalam menjalankan tugas 5.Memberi informasi kepada calon perawat, cara-cara adaptasi terhadap lingkungan kerja baru 6.Memberi pengertian kepada perawat, sikap dan pribadi yang baik dalam pekerjaan
BAB II KAJIAN TEORITIK Pada kajian teori ini penulis akan menguraikan beberapa hal yang berkaitan dengan permasalahan di atas. A.Arti Budi Pekerti Dalam Perawatan Yang dimaksudkan dengan budi pekerti itu umumnya kelakuan dan akhlak seseorang yang ditetapkan oleh tradisi, adat, dan kebiasaan. Budi pekerti dalam perawatan khususnya berarti tata susila yang berhubungan dengan cita-cita adat dan kebiasaan yang mempengaruhi seorang perawat dalam menunaikan pekerjaannya. Seperti pekerjaan keahlian lain-lainnya, pekerjaan para dokter dan perawat mengandung tata susila yang khusus. Oleh karena itu budi pekerti penting dalam rencana pelajaran sekolah-sekolah perawat. 1.Faedah Budi Pekerti bagi Perawat Dasar-dasar budi pekerti yang sehat sangat dibutuhkan untuk kepribadian yang baik. Bagi anggota perawat, kepribadian yang baik
adalah penting, sebab kepribadianlah yang dapat menentukan dalam kehidupan. Kata “perawatan” dalam hal ini berhubungan dengan orang sakit. Dan arti “seorang perawat” adalah seorang yang terampil memberikan pelayanan/perawatan, baik terhadap orang sakit dengan penuh kasih sayang, maupun terhadap orang sehat. Sehingga orang tersebut tidak mudah terkena suatu penyakit. Jabatan perawat memerlukan tenaga dan pikiran, kemauan dan kesungguhan hati. Nama “perawat” harus dijunjung tinggi. Bukan untuk sekarang saja, tetapi juga untuk kemudian hari. Untuk menjadi seorang perawat yang baik, yang dapat menghadapi segala kesukaran hidupnya sehari-hari, ia harus mempunyai akhlak yang sehat. Dengan kata lain ia harus berpribadi luhur. Perawatan bukan saja merupakan keahlian untuk sekedar mencari nafkah, akan tetapi mengingat tujuannya juga merupakan pekerjaan yang suci. 2.Faedah Budi Pekerti yang Luhur Bagi Penderita Perlu dihindarkan anggapan bahwa perawat sengaja bermaksud mengubah kepercayaan kepada penderita. Bilamana hal ini tejadi akan mengakibatkan buruknya hubungan antara perawat dengan penderita. Selain itu akan dapat menimbulkan pula perasaan-perasaan kurang senang yang berlebih-lebihan. Akan tetapi seorang perawat yang mempunyai budi pekerti yang luhur dan menjalankan pekerjaannya dengan baik, tak akan luput pengaruh baiknya pada penferita yang dirawatnya. Amal jasmani dan rohani yang diberikan dengan penuh kerelaan oleh perawat kepada penderita, merupakan faktor penting untuk kesembuhan penderita tersebut. Seringkali perawat diajukan pertanyaan-pertanyaan yang bertalian dengan pengertian akhlak dan kerohanian oleh penderita. Dalam hal ini, perawat bisa menjadi penolong yang berguna untuk memberi kekuatan jiwa terutama kepada mereka yang tak akan sembuh lagi. Perawat yang berbudi pekerti luhur, akan sangat disenangi pasien. Karena pasien merasa benar-benar dirawat dengan baik, penuh kasih sayag. Selain itu pasien sangat membutuhkan perhatian secukupnya, yang mungkin tidak diperolehnya karena kesibukan pekerjaannya. Banyak penderita yang dirawat seharusnya mendapat kesempatan untuk memperoleh lebih banyak pengetahuan mengenai kerohanian dan akhlak yang baik. Mereka seharusnya mendapat kesempatan mempunyai cita-cita hidup sehat. B.Syarat Menjadi Perawat yang Baik Seorang siswa pada permulaan masuk sekolah perawatan mempunyai
keinginan untuk mengetahui bagaimana caranya untuk menjadi eprawat yang baik. Dalam memilih sauatu keahlian, seseorang harus mendapat kepuasan dalam lapangan pekerjaan pilihannya itu. Pekerjaan seorang perawat adalah pekerjaan manusiawi untuk menolong sesama manusia agar mendapat kesehatan yang tinggi dan untuk mengadakan lingkungan yang sehat bagi penederita maupun orang sehat. Perawatan adalah pekerjaan yang berguna dan penting, serta dapat memberi kepuasan batin bagi orang-orang yang memasukinya. Perawat perlu mengatasi keperluan-keperluan dalam merawat penderita secara langsung/tidak langsung. Misalnya mengenai sikapnya, karean menghadapi penderita dari bermacam-macam tingkatan, umur, dan lainlain. Maka perlu diperhatikan untuk menyesuaikan diri dengan keadaan jasmani maupun rohani penderita, sehingga bila penderita itu memerlukan pertolongan dapat diberikan secara cepat. Perawat harus dapat mmeberi bimbingan hidup sehat kepada penderita. Dari uraian-uraian di atas, dapat ditarik kesimpulan secara lebih spesifik. Syarat-syarat untuk menjadi perawat yag baik adalah : 1.Berminat terhadap perawatan, sehingga perawat dapat memberikan kepuasan perawatan pada penderita 2.Mempunyai rasa kasih sayang 3.Mempunyai rasa sosial dan tabiat ramah 4.Mempunyai kemampuan untuk menjaga nama baik perawat dan rumah sakit 5.Berpikiran dan berkelakuan baik serta berbadan sehat agar supaya sanggup menjalankan pekerjaannya.
C.Proses Perawatan Proses perawatan merupakan kerangka kerja perawat sat ia memberikan asuhan keperawatan kepada pasien. Ini berarti proses keperawatan adalah pendekatan yang dipergunakan oleh perawat saat ia merawat pasien. evaluasi. pelaksanaan perencanaan Proses keperawatan merupakan pendekatan kerja yang sistematis, terorganisasi, fleksibel dan berkelanjutan. Umumnya proses keperawatan yang kita kenal terdiri dari 4 tahap : pengkajian Namun yang dikemukakan oleh Gebby dan Lavin (1975) yang dikutip oleh Patrica A. Potter dan Anne Q. Perry dalam “Fundamentals of Nursing”, 1985 adalah terdiri dari 5 tahap, yaitu : 1. Tahap I : pengkajian 2. Tahap II : penegakan diagnosa keperawatan
3. Tahap III : menetapkan rencana asuhan keperawatan 4. Tahap IV : melaksanakan tindakan yang direncanakan 5. Tahap V : mengevaluasi asuhan keperawatan Pembahasan lebih lanjut adalah sebagai berikut : 1.Tahap pengkajian Dalam tahap ini ada beberapa kegiatan yang harus dilakukan :
a.Mengumpulkan data tentang pasien (a.1). Data dasar atau data terfokus (aspinal and tanner, 1985 yang dikutip oleh Rosalinda Alfaro dalam Application of Nursing Process A Step-by-Step Guide; 1986) Data dasar adalah data yang menyangkut semua aspek dari data – data tersebut, antara lain : biografi, riwayat kesehatan keluarga, riwayat kesehatan lingkungan, psikososial, kebiasaan sehari-hari, hasil pemeriksaan fisik seluruh sistem aktivitas sehari-hari, psikologis sosial dan aspek spriritual. Data terfokus adalah : data yang difokuskan pada masalah kesehatan yang daialami pasien saat itu. Misal : pasien mengalami gangguan penglihatan, maka pengkajian yang difokuskan adalah pada fungsi penglihatan pasien. (a.2). Data subjektif dan data objektif Data subjektif adalah : data yang dikeluhkan oleh pasien artinya, data subjektif didapat dari penuturan pasien. Data objektif adalah : data yang dapat diukur, dilihat, diraba, didengar, ditimbang dan di baui. Contoh data subjektif dan objektif : Data subjektif : fungsi sensoris, pasien mengeluhkan “penglihatan saya terasa kabur dan kadang berkunang-kunang” Data objektif : pada pemeriksaan mata ditemukan visus OD = min ½ , visus OS = min ¼ , sklera warna merah. b.Mentabulasi data : data yang dikumpulkan lalu ditabulasi. c.Menganalisa data : data setelah ditabulasi, segera dianalisa sehingga didapati suatu kesimpulan yang dirumuskan ke dalam bentuk diagnosa keperawatan. 2.Tahap menegakkan diagnosa keperawatan Diagnosa keperawatan pada dasarnya adalah kesimpulan dari masalah kesehatan yang dialami pasien. Masalah kesehatan yang dialami pasien dibagi atas 3, yaitu : a.Masalah keperawatan / diagnosa keperawatan (dirangkum Rosalida Alfaro (1986) dari Gordon (1976), Schoe maker (1978) dan carpenitao (1985)) adalah sebagai berikut :
“Diagnosa keperawatan adalah masalah kesehatan nyata atau potensial (pada individu, keluarga, kelompok). Dimana perawat dapat secara sah dan mandiri menanganinya dalam bentuk tindakan keperawatan yang ditujukan untuk mencegah, mengatasi/mengurangi masalah tertsebut”. b.Masalah yang berbentuk kolaboratif (Rosalinda alfaro (1986)) “Masalah kolaboratif adalah masalah yang nyata yang mungkin terjadi akibat komplikasi dari penyakit/dari pemeriksaan/akibat pengobatan penyakit dalam, yang mana masalah tersebut hanya bisa dicegah, diatasi/dikurangi dengan tindakan-tindakan keperawatan yang bresifat kolaboratif”. 3.Tahap menetapkan rencana asuhan keperawatan Saat menetapkan rencana asuhan keperawatan, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, antara lain : a.Menentukan urutan prioritas masalah Untuk menentukan urutan prioritas masalah kita dapat merujuk kepada hirarkhi kebutuhan dasar emnurut Maslow, berdasarkan masalah yang nyata dan berdasarkan keiginan pasien. Masalah perlu diprioritaskan, karena tidak mungkin mengatasi semua masalah pada sat yang bersamaan. Misal : urutan prioritas diagnosa keperawatan yang berkenaan dengan kelainan fungsi pernapasan menempati urutan lebih tinggi dari pada yang berkenaan dengan kelainan fungsi pencernaan. b.Menentukan tujuan yang akan dicapai Dalam tahap ini ditentukan tujuan yang ingin dicapai biasanya dalam bentuk tingkah laku dan berorientasi pada tingkah laku pasien. Misal : setelah perawatan intensif 2 minggu, pasien dapat berjalan memakai tongkat tanpa bantuan. c.Menentukan rencana tindakan keperawatan Tindakan keperawatan dapat berbentuk observasi, penyuluhan, pencatatan, rujukan/berbentuk prosedur-prosedur keperawatan lainnya. Misal : - Kaji dan catat tanda-tanda vital setiap 6 jam Kaji dan ganti sprei bila basah/kotor Beri minum sebanyak 2500 ml/24 jam dan catat d.Menentukan kriteria hasil Kriteria hasil perlu ditentukan karena berguna untuk mengukur hasil yang dicapai setelah menjalani perawatan. Bila hasil yang dicapai sesuai dengan kriteria hasil yang ditetapkan berarti tindakan keperawatan yang kita lakukan terhadap pasien tersebut cukup berhasil. Misal : Cairan 2500 ml habis dikonsumsikan oleh pasien dalam 24 jam Tanda-tanda vital termonitor dan tercatat pada jam 06.00, jam 12.00, jam 18.00 dan jam 24.00
4.Tahap melaksanakan tindakan keperawatan Pada tahap ini ada beberapa tahap yang perlu dikerjakan : Pertama : menerapkan tindakan-tindakan keperawatan yang ada dalam rencana. Tindakan-tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan dicatat dalam format catatan perawat. Kedua : mengisi format asuhan keperawatan 5.Tahap mengevaluasi asuhan keperawatan Evaluasi mencakup semua tahap dalam proses keperawatan. Evaluasi dibagi 2 jenis, yaitu : a.Evaluasi berjalan Dikerjakan dalam bentuk pengisian format catatan perkembangan dengan berorientasi kepada masalah yang dialami dan oleh pasien. b.Evaluasi akhir Dikerjakan dengan cara membandingkan antara tujuan yang akan dicapai dengan hasil nyata yang dicapai. Bila ada kesenjangan diantara keduanya, mungkin semua tahap dalam proses keperawatan perlu ditinjau kembali agar didapat data-data, masalah/rencana yang perlu dimodifikasi. Demikian tahap-tahap dalam proses keperawatan. Seorang perawat pasti mampu melaksanakan semua ini, jika ia benar-benar mencintai pekerjaannya. Disamping tetap berbudi pekerti yang luhur dan beretika sesuai dengan etika dalam perawatan. D.Pertimbangan Moral Bagi perawat dalam Menjalankan Tugasnya Nilai moral merupakan penilaian terhadap tindakan yang umumnya diyakini oleh para anggota suatu masyarakat tertentu sebagai “yang salah” atau “yang benar” (Berkowit Z, 1964). Pertimbangan moral adalah penilaian tentang benar dan baiknya sebuah tindakan. Akan tetapi tidak semua penilaian tentang “baik” dan “benar” itu merupakan pertimbangan moral, banyak diantaranya justru merupakan penilaian terhadap kebaikan / kebenaran, estetis, teknologis / bijak. Jadi jelas bahwa seorang perawat harus benar-benar mempertimbangkan nilai-nilai moral dalam setiap tindakannya. Seorang perawat harus mempunyai prinsip-prinsip moral, tetapi prinsip moral itu bukan sebagai suatu peraturan konkret untuk bertindak, namun sebagai suatu poedoman umum untuk memilih. Maksudnya bahwa prinsip moral dapat digunakan untuk memilih apakah tindakan-tindakan yang dilakukan perawat itu benar atau salah. Beberapa kategori prinsip diataranya : Kebijakan (dan realisasi diri) Kesejahteraan orang lain
Penghormatan terhadap otoritas Kemasyarakatan / pribadi-pribadi Dan keadilan Seorang perawat harus mempunyai rasa kemanusiaan dan moralitas yang tinggi terhadap sesama. Karena denan begitu, antara perawat dan pasien akan terjalin hubungan yang baik. Perawat akan merasakan kepuasan batin, bila ia mampu membantu penyembuhan pasien dan si pasien sendiri merasa puas atas pelayanan perawatan yang diberikan, dengan kata lain terjadi interaksi antara perawat dan pasien. Selain prinsip-prinsip moralitas yang dikemukakan di atas, ajaran moralitas dapat juga berdasarkan pada nilai-nilai yang terkandung dalam sila-sila pancasila, misalnya dalam sila I dan sila II. 1.Sila I (KeTuhanan Yag Maha Esa) Bahwa kita meyakini akan adanya Tuhan (Allah SWT), yang akan selalu mengawasi segala tindakan-tindakan kita. Begitu juga denan perawat. Bila perawat melakukan Malapraktik, mungkin ia bisa lolos dari hukuman dunia. Tetapi hukum Tuhan sudah emnanti di sana (akhirat). Jadi perawat harus mampu menjaga perilaku dengan baik, merawat pasien sebagai mana mestinya. 2.Sila II (Kemanusiaan Yang dail dan Beradab) Di sini jelas bahwa moralitas berperan penting, khususnya moralitas perawat dalam menangani pasien. Perawat harus mempu bersikap adil dalam menghadapi pasien, baik itu kaya-miskin, tua-muda, besar-kecil, semua diperlakukan sama, dirawat sesuai dengan penyakit yang diderita pasien.
BAB III ADAPTASI DI LINGKUNGAN BARU Jika seorang memasuki pendidikan perawat, ia akan banyak menghadapi masalah yang baru. Orientasi dalam pendidikan dan pekerjaan merupakan jalan utama untuk dapat meyesuaiakan diri dalam lingkungan yang baru ini. Menyesuaikan diri berarti dapat memberi dan menerima dari lingkungannya. Beberapa pedoman untuk meyesuaikan diri dalam lingkungan perawatan :
1.Menaati peraturan dan tata tertib yang ada di Rumah Sakit 2.Menurut dan menerima nasihat sebagai kebenaran dan keperluan meskipun belum dimengerti betul 3.Mencoba melihat segala sesuatu dari sudut atasan yang bertanggung jawab serta mencoba menempatkan diri di dalam pikiran dan perasaan si askit 4.Jujur dalam lahir batinnya dan tidak mementingkan diri sendiri 5.Memberi perhatian kepada apa yang dikatakan oleh atasan Suasana Rumah Sakit biasanya dipengaruhi oleh anggota perawat yang ada pada lingkungan itu. Baik buruknya suasana tersebut antara lain ditentukan oleh kelakuan, sikap, akhlak dan semangat para perawat sehari-hari baik di dalam maupun di luar dinas. Disamping itu, suasana tersebut juga tergantung pada pimpinan, kegiatan, kegembiraan bekerja, sikap dan perbuatan pegawai-pegawainya sendiri.
A.Cara bergaul Bagi perawat baru, cara bergaul ini penting artinya untuk menyesuaikan diri. Di Rumah Sakit sering akan dijumpai hal-hal yang dirasakan “ganjil” atau “aneh” mengenai adat kebiasaan orang yang belum pernah dikenal. Mungkin pribadi perawat sendiri juga akan dirasakan aneh/ganjil oleh orang lain. Rasa aneh semacam itu tidak usah menimbulkan rasa canggung. Untuk dapat bergaul dengan baik, wajib menjalankan tata cara yang pantas. Kesopanan atas dasar saling menghormati dapat menjaga kemurnian pergaulan. Pada abad 20 ini hampir tidak ada perbedaan wanita dan laki-laki dalam melaksanakan pekerjaan. Perawat laki-laki hampir sama banyaknya dengan perawat wanita. Tetapi batas pergaulan antara pemuda pemudi hendaknya selalu diperhatikan. Tiap-tiap orang (pria/wanita), mempunyai kewajiban sendiri-sendiri sesuai dengan kemampuannya. Antara pria dan wanita ada adaya saling tarik. Tetapi dengan adanya peradaban dan pendidikan, daya tarik menarik ini dapat dibina sebagai naluri yang murni. Pergaulan antara gadis dan pemuda yang sopan, selalu disertai kewaspadaan dan menjaga kehormatan masing-masing. Dalam hal bercakap-cakap, seorang perawat juga harus mempunyai
etika, misalnya bila sedang bercakap-cakap hendaknya ia memandang muka lawan bicara dan mendegarkan dengan penuh perhatian, memberi kesempatan orang lain berbicara dengan tenang. perawat sendiri hendaknya berbicara dengan suara yang sedang, tenang tetapi tegas, tidak ribut tetapi juga tidak memperlihatkan rasa malu / takut. Begitu juga kalau bertamu. Bila perawat datang bertamu, sebelumnya ia mengetahui waktu atau kesempatan orang yang ditamui untuk menerimanya. Pada waktu dinas biasanya tersedia jam tertentu untuk menerima tamu. Peringatan kalau bertamu di rumah Sakit : 1.Tidak dibenarkan duduk di tempat tidur si sakit, sebaiknya mengambil kursi/tempat duduk lain 2.Tidak dibenarkan memperlihatkan kehkawatiran/tindakan lainnya yang dapat menambah beban pikiran/perasaan tak senang si sakit 3.Jika ada keluarga dekatnya, suami/istri datang hendaklah mengundurkan diri B.Pakaian Dinas Pakaian seragam dengan potongan tertentu menyatakan dari lingkungan manakah si pemakai bekerja. Jadi hendaknya diinsyafi bahwa pemakai seragam itu merupakan utusan dari suatu Rumah Sakit atau Lembaga Pendidikan. Pakaian mencerminkan sifat si pemakainya, maka sebaiknya sangat berhati-hati jika mengenakan pakaian dinas. Perawat wajib sederhana dalam soal pakaian dan cara berdandan. Pakaian bersih dan sopan dapat menimbulkan rasa senang dan kepercayaan si penderita untuk dirawat oleh perawat yang berpakaian demikian itu. Perhiasan tidak boleh dipakai pada waktu dinas, karena : 1.Tidak sepadan dengan perawatan yang halus dan sederhana sifatnya 2.Kotoran-kotoran dan hama penyakit mudah melekat disitu 3.Dapat mengganggu gerak dalam bekerja Pakaian dinas tidak pantas di pakai di luar dinas, karena pakaian dinas itu merupakan utusan dari suatu lingkungan. Dikhawatirkan bila disalahgunakan dapat mencemarkan nama baik lembaga kerja / lembaga pendidikannya.