KONSEP DASAR PENYAKIT A. Definisi
Fraktur vertebra merupakan patah tulang yang terjadi ketika vertebra yang normal mengalami kompresi atau penekanan atau trauma. Cedera ini cenderung terjadi pada 2 kelompok orang: a.
Pasien dengan kecelakaan traumatis yang memungkinkan vertebra menjadi patah dan umumnya terlihat setelah jatuh
b.
Kelompok orang dengan osteoporosis
Cedera tulang belakang dapat terjadi dari ligamen dan strain otot yang menyebabkan patah tulang/dislokasi tulang vertebra. Umumnya cedera vertebra ini terjadi dalam hiperflexion (extreme bending pada vertebra dalam satu arah), hiperekstensi, kompresi, atau rotasi tulang belakang. Di daerah torakal tidak banyak terjadi karena terlindung oleh struktur toraks. Fraktur vertebra dapat berupa patah tulang sederhana, kompresi, kominutif, dan dislokasi (Sjamsuhidayat & J ong, 1997). Cedera vertebra menurut kestabilannya (Brunner & Suddarth, 2001), terbagi menjadi 2 yaitu: 1)
Cedera stabil artinya jika bagian yang terkena tekanan hanya bagian medulla spinalis anterior, komponen vertebral tidak bergeser dengan pergerakan normal, ligamen posterior tidak rusak sehingga medulla spinalis tidak terganggu, fraktur kompresi dan burst fraktur adalah contoh cedera stabil.
2)
Cedera tidak stabil artinya cedera yang dapat bergeser dengan gerakan normal karena ligamen posteriornya rusak atau robek, Fraktur medulla spinalis disebut tidak stabil jika kehilangan integritas dari ligamen posterior.
Gambar fraktur vertebra :
B. Patofisiologi
Fraktur vertebra dapat terjadi akibat kecelakaan yang mengakibat trauma pada tulang belakang ataupun pada penderita osteoporosis. Gejala yang timbul akibat fraktur vertebra ini bergantung pada lokasi terjadinya patah dan daerah yang dipersyarafi oleh syaraf-syaraf di medulla spinalis. Ikut atau tidaknya trauma medulla spinalis pada fraktur vertebra bergantung pada tipe pergeseran tulang akibat fraktur tulang belakang tersebut. Bila fraktur vertebra menyebabkan kerusakan pada ligament posterior tulang dan mengenai syaraf maka terjadi kerusakan pada medulla spinalis dan muncul gangguan-gangguan pada daerah yang dipersyarafi oleh syaraf-syaraf di medulla spinalis. Sebagai contoh, bila fraktur vertebra menyebabkan kerusakan pada medulla spinalis dan mengenai saraf pada segmen lumbal ke 3 maka penderita akan mengalami kehilangan fungsi sensorik dan motorik serta kemampuan defekasi dan berkemihnya akan terganggu pula (Rasjad,C, 2003).
C. Manifestasi Klinis
Menurut Doenges, 2000, manifestasi klinis dari fraktur vertebra sesuai dengan kondisi fraktur adalah: a.
Fraktur pada C1-C3 Menyebabkan quadriplegia dengan kehilangan fungsi pernafasan/ sisitem muscular total
b.
Fraktur pada C4-C5 Menyebabkan quadriplegia dengan kerusakan, menurunnya kapasitas paru, ketergantungan total terhadap aktivitas sehari-hari
c.
Fraktur pada C6-C7 Menyebabkan quadriplegia dengan beberapa gerakan lengan/tangan yang memungkinkan untuk melakukan sebagian aktivitas sehari-hari
d.
Fraktur pada C7-C8 Menyebabkan quadriplegia dengan keterbatasan menggunakan jari tangan, meningkat kemandiriannya
e.
Fraktur pada T1-L1 Menyebabkan paraplegia dengan fungsi tangan dan berbagai fungsi dari otot iinterkostal dan abdomen masih baik
f.
Fraktur pada L1-L2 dan/atau dibawahnya Menyebabkan kehilangan fungsi motorik dan sensorik, dan kehilangan fungsi defekasi dan berkemih
Menurut lokasi atau daerah yang dipersyarafi, manifestasi klinis dari fraktur vertebra antara lain: a. Segmen servikal 1) C4 Menyebabkan gangguan fungsi bisep dan lengan atas 2) C5 Menyebakan gangguan fungsi tangan dan pergelangan tangan b. Segmen torakal 1)
T1-T8 Menyebabkan gangguan fungsi pengendalian otot abdominal dan stabilitas tubuh
2)
T9-T12 Menyebabkan kehilangan parsial fungsi otot abdominal dan batang tubuh.
D. Komplikasi
a. Syok Syok hipovolemik akibat perdarahan dan kehilangan cairan ekstrasel ke jaringan yang rusak sehingga terjadi kehilangan darah dalam jumlah besar akibat trauma. b. Mal union Gerakan ujung patahan akibat imobilisasi yang jelek menyebabkan mal union, sebab-sebab lainnya adalah infeksi dari jaringan lunak yang terjepit diantara fragmen tulang, akhirnya ujung patahan dapat saling beradaptasi dan membentuk sendi palsu dengan sedikit gerakan (non union). c. Non union Non union adalah jika tulang tidak menyambung dalam waktu 20 minggu. Hal ini diakibatkan oleh reduksi yang kurang memadai. d. Delayed union Delayed union adalah penyembuhan fraktur yang terus berlangsung dalam waktu lama dari proses penyembuhan fraktur.
e. Tromboemboli, infeksi, kaogulopati intravaskuler diseminata (KID). Infeksi terjadi karena adanya kontaminasi kuman pada fraktur terbuka atau pada saat pembedahan dan mungkin pula disebabkan oleh pemasangan alat seperti plate, paku pada fraktur. f. Emboli lemak Saat fraktur, globula lemak masuk ke dalam darah karena tekanan sumsum tulang lebih tinggi dari tekanan kapiler. Globula lemak akan bergabung dengan trombosit dan membentuk emboli yang kemudian menyumbat pembuluh darah kecil, yang memsaok ke otak, paru, ginjal, dan organ lain. g. Sindrom Kompartemen Masalah yang terjadi saat perfusi jaringan dalam otot kurang dari yang dibutuhkan untuk kehidupan jaringan. Berakibat kehilangan fungsi ekstermitas permanen jika tidak ditangani segera. h. Cedera vascular dan kerusakan syaraf yang dapat menimbulkan iskemia, dan gangguan syaraf. Keadaan ini diakibatkan oleh adanya injuri atau keadaan penekanan syaraf karena pemasangan gips, balutan atau pemasangan traksi. i.
Kiposis Fraktur vertebra bila terjadi pada posis hiperflexion maka memilki komplikasi yang tinggi terjadinya kiposis. Dalam proses regenerasi, tulang juga memerlukan waktu yang lama sehingga orang dengan fraktur vertebra hiperflexion berisiko mengalami komplikasi kiposis (Rasjad,C, 2003).
E. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan diagnostic pada fraktur vertebra (Sjamsuhidayat & Jong, 1997) : a. Roentgenography Pemeriksaan ini dilakukan untuk melihat tulang vertebra, untuk melihat adanya fraktur ataupun pergeeseran pada vertebra. b. Computerized Tomography Pemeriksaan ini sifatnya membuat gambar vertebra 2 dimensi . pemeriksaan vertebra dilakukan dengan melihat irisan-irisan yang dihasilkan CT scan c. Magnetic Resonance Imaging (MRI) Pemeriksaan ini menggunakan gelombang frekuensi radio untuk memberikan informasi detail mengenai jaringan lunak di aerah vertebra. Gambaran yang akan
dihasilkan adalah gambaran 3 dimensi . MRI sering digunakan untuk mengetahui kerusakan jaringan lunak pada ligament dan discus intervertebralis dan menilai cedera medulla spinalis.
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN A. PENGKAJIAN
1. Pengkajian a. Pengumpulan Data 1) Identitas Pasien
2)
a) Nama
: Tn F
b) Umur
: 27 Tahun
c) Jenis Kelamin
: Laki-laki
d) Pekerjaan
: Petani
Riwayat Kesehatan a) Keluhan utama masuk rumah sakit : kaki tidak dapat di gerakkan. b) Keluhan saat pengkajian Pasien mengeluh kedua kaki tidak dapat digerakkan, pusing, mual muntah dan tidak nafsu makan. c) Riwayat penyakit sekarang Sejak 1 minggu yang lalu sebelum masuk Rumah Sakit, pasien mengalami kecelakaan jatuh dari pohon kelapa. Karena pasien mengeluh kaki tidak bisa digerakkan, oleh keluarga pasien, Tn F dibawa berobat ke Rumah Sakit, lalu dilakukan pemeriksaan CT Scan, RO Vertebra dan MRI, didapatkan pasien mengalami epidural hematom, fraktur cranium regio temporal, fraktur kompresi vertebra thorakal X-vertebra lumbalis III. d) Riwayat penyakit sebelumnya Pasien mengatakan tidak pernah mengalami kecelakaan seperti saat ini e) Riwayat penyakit keluarga Keluarga pasien mengatakan didalam keluarga, tidak ada riwayat penyakit keturunan seperti DM.
3)
Kebutuhan Bio-Psiko-Sosial-Spiritual a) Bernafas Pasien mengatakan sebelum sakit, tidak pernah mengalami sesak nafas baik saat menarik nafas maupun saat mengeluarkan nafas. Saat pengkajian, pasien mengatakan tidak mengalami sesak nafas baik saat menarik maupun saat mengeluarkan nafas serta tidak ada nyeri saat bernafas.
b) Makan dan Minum Makan: pasien mengatakan sebelum sakit tidak pernah mengalami gangguan dalam hal makan. Pasien biasa makan 4X sehari habis 1 porsi dengan komposisi nasi, lauk pauk, sayur, dan kadang-kadang diselingi buah. Pada saat pengkajian, pasien mengatakan mual dan muntah setiap kali makan dan tidak ada nafsu makan. Pasien makan 3X sehari habis ½ porsi. Minum: sebelum sakit, pasien mengatakan minum air putih ± 7-8 gelas sehari (± 1400-1600 cc/hari). Saat pengkajian, pasien tidak ada keluhan dalam hal minum. c) Eliminasi BAB: sebelum sakit, pasien biasa BAB 1 kali sehari pada pagi hari dengan konsistensi lembek dan warna kuning kecoklatan serta bau faeses khas, tidak disertai darah. Saat pengkajian, pasien mengatakan tidak bisa BAB sejak 1 minggu yang lalu, pasien mengatakan tidak mampu mengeluarkan feses. BAK: sebelum sakit, pasien mengatakan BAK ± 6-7 kali sehari (±900-1000 cc/hari) warna kuning, bau pesing dan pasien mengatakan tidak mengalami gangguan pada saat BAK. Saat pengkajian, pasien mengatakan mengalami kesulitan dalam berkemih, frekuensi 2 x sejak tadi pagi dengan jumlah urine tiap berkemih ± 10 cc, pasien mengatakan nyeri saat berkemih.
d) Istirahat dan Tidur Sebelum sakit, pasien mengatakan tidak mengalami gangguan dalam hal tidur dan istirahat, pasien biasa tidur ± 6-7 jam (jam 22.00-06.00 Wita), tidur siang kadang-kadang jika tidak bekerja. Saat pengkajian, pasien mengatakan tidak mengalami gangguan tidur. e) Gerak dan Aktifitas Sebelum sakit, pasien mengatakan biasa beraktifitas sehari-hari tanpa ada gangguan, pasien biasa bekerja dari pagi sampai sore sebagai karyawan swasta. Saat pengkajian, pasien tidak mampu menggerakkan kedua kakinya dan pasien tidak mampu merasakan cubitan di daerah kakinya (mati ras a). f)
Kebersihan Diri Pasien mengatakan sebelum sakit, pasien biasa mandi 2X sehari pagi dan sore hari dengan memakai sabun dan dikeringkan dengan handuk, mengosok gigi saat mandi dengan sikat gigi dan pasta gigi. Keramas 3X seminggu, dan
mengganti pakaian setiap hari. Saat pengkajian, pasien mengatakan tidak mampu untuk melakukan perawatan dirinya sendiri, pasien tampak kotor dan bau. g) Pengaturan Suhu Tubuh Saat pengkajian, pasien tidak mengalami peningkatan suhu tubuh. h) Rasa Nyaman Pasien mengatakan sebelum sakit merasa nyaman dengan keadaannya. Saat pengkajian, pasien mengatakan merasa nyeri pada kepala dan punggung, pasien mengatakan nyeri seperti ditusuk-tusuk dan ditekan benda berat, pasien mengatakan nyeri menetap dan bertambah bila bergerak dengan skala nyeri 7 dari rentang 0-10 skala yang diberikan, pasien tampak gelisah dan meringis, pasien tampak melindungi bagian tubuh yang nyeri. i)
Rasa Aman Saat pengkajian, pasien mengatakan khawatir akan penyakitnya karena takut jika penyakitnya tidak bisa disembuhkan atau mengalami kecacatan.
j)
Data Sosial Pasien mengatakan tidak mengalami gangguan dalam hal berhubungan dengan orang lain.
k) Prestasi dan Produktifitas Sehari-hari, pasien biasa bekerja sebagai petani. Untuk saat ini pekerjaan yang dikerjakan setiap hari menjadi tertunda oleh karena penyakit yang sedang dideritanya. l)
Rekreasi Pasien mengatakan jarang berekreasi, pada hari-hari tertentu saja pasien bersama keluarga jalan-jalan ke tempat hiburan.
m)Belajar Pasien mengatakan tidak tahu tentang penyakitnya dan bagaimana pengobatan serta perawatan selanjutnya. Pasien tampak sering bertanya-tanya dan tamapak cemas. n) Data Spiritual Pasien beragama Hindu. Sebelum sakit, pasien biasa sembahyang tiap hari dan pada hari-hari tertentu dengan menghaturkan canang dan sesajen di merajan. Saat pengkajian, pasien mengatakan hanya bisa berdoa saja dari
tempat tidur saja dan pasien menganggap bahwa sakitnya karena jatuh serta tidak disebabkan oleh karena mistik atau ajaran agama.
4) Pemeriksaan Fisik a) Keadaan Umum (1) Kesadaran
: Compos mentis
(2) Bangun Tubuh : Sedang (3) Keadaan Kulit
: Turgor kulit elastis, sianosis tidak ada.
(4) Gejala Kardinal : S: 370C, HR: 120 x/menit, RR: 24 x/menit, TD: 140/90 mmHg b) Keadaan Fisik (1) Kepala Cephal hematoma (+), nyeri tekan (+) (2) Mata Bentuk simetris, pergerakan bola mata baik, perdarahan konjungtiva (+), penglihatan baik, pupil isokor (3) Hidung Kebersihan cukup, epistaksis (+), nyeri tekan tidak ada, penciuman baik, pernafasan cuping hidung tidak ada, polip tidak ada (4) Telinga Bentuk simetris, pendengaran baik, tidak ada nyeri tekan, serumen ada, bloody otorea (+). (5) Mulut Mukosa bibir lembab, gusi merah muda, lidah bersih, tonsil merah muda (6) Leher Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, distensi/bendungan vena jugularis, kelenjar limfe dan parotis tidak ada (7) Thorax Pergerakan dada simetris antara kanan dan kiri, retraksi otot dada tidak ada, wheezing tidak ada, ronchi tidak ada, bunyi jantung S1, S2 tunggal reguler (8) Abdomen Distensi kandung kemih (+), tidak ada nyeri, tidak ada luka, tidak ada asites, bising usus 1 x/menit
(9) Ekstremitas Atas: pergerakan baik, tidak ada edema, tidak tampak sianosis pada kuku. Bawah: pergerakan tidak terkoordinir, edema tidak ada. Kekuatan otot
5)
: 555
555
000
000
Pemeriksaan Penunjang pemeriksaan RO Vertebra dan MRI, didapatkan pasien mengalami epidural hematom, fraktur cranium regio temporal, fraktur kompresi vertebra thorakal.