LAPORAN HASIL SURVEY STUDIO PERENCANAAN WILAYAH TAHUN 2016
PENDAHULUAN 1.1.
LATAR BELAKANG
Sistem Perkotaan terdiri atas dua suku kata, yakni Sistem dan Perkotaan, dimana
Sistem
adalah Sekumpulan unsur yang berada dalam keadaan saling
berinteraksi (Ludwig von), sedangkan von), sedangkan Perkotaan adalah adalah Wilayah yang mempunyai kegiatan utama bukan pertanian dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perkotaan, pemusatan dan distribusi pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi (Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007) . Berdasarkan dua pengertian tersebut dapat diartikan bahwa Sistem Perkotaan adalah Kumpulan kota yang saling terintegrasi/ berinteraksi dan membentuk suatu pemusatan kegiatan dan pendistribusian pelayanan yang berfungsi untuk mendukung kegiatan penduduknya. Dalam suatu kondisi Sistem Perkotaan dengan indikator jumlah penduduk sekurang-kurangnya 1.000.000 (satu juta) Jiwa, Sistem Perkotaan tersebut dikatakan sebagai Kota Metropolitan. Di Provinsi Jawa Timur terdapat penetapan Kota Metropolitan yang disebut sebagai Gerbangkertosusila Plus dimana Kota Metropolitan tersebut terdiri dari beberapa Kabupaten/ Kota Yakni Kota Surabaya, Kabupaten Tuban, Kabupaten Lamongan, Kabupaten Bojonegoro, Kabupaten Gresik, Kabupaten Sidoarjo, Kabupaten Mojokerto, Kota Mojokerto, Kabupaten J ombang, Kabupaten Pasuruan, Kota
Pasuruan,
Kabupaten
Bangkalan,
Kabupaten
Sampang,
Kabupaten
Pamekasan, dan Kabupaten Sumenep. Dalam kesatuan sistem Metropolitan tersebut, masing-masing Kabupaten/ Kota mempunyai fungsi masing-masing, baik fungsi inti maupun fungsi pe ndukung yang menjadikan kesatuan wilayah Kabupaten/ Kota tersebut dalam suatu kondisi yang saling berkaitan/ terintegrasi antar satu wilayah dengan wilayah lainnya dan membentuk suatu Kota Metropolitan.
METROPOLITAN 2
I-1
LAPORAN HASIL SURVEY STUDIO PERENCANAAN WILAYAH TAHUN 2016
Berdasarkan hal tersebut, sebagai langkah untuk mengetahui fungsi wilayah serta hal-hal yang menjadikan beberapa wilayah tersebut saling terintegrasi/ saling berinteraksi dilakukanlah kegiatan Studio Perencanaan Wilayah dengan tema Sistem
Perkotaan
atau
lebih
spesifik
terhadap
kondisi
Metropolitan
Gerbangkertosusila Plus, dimana hasil kegiatan ini akan diketahuinya fungsi masing-masing wilayah terhadap pengembangan wilayah pada masing-masing Kabupaten/ Kota serta diketahuinya interaksi antar wilayah yang menjadikannya satu kesatuan Kota Metropolitan Gerbangkertosusila Plus.
1.2.
TUJUAN DAN SASARAN
Tujuan dan sasaran yang ingin dicapai dari hasil kegiatan Studio Perencanaan Wilayah dengan tema Metropolitan ini adalah sebagai berikut : 1.2.1. Tujuan Tujuan dilakukannya kegiatan Studio Perencanaan Wilayah dengan tema Metropolitan ini adalah : 1. Mengetahui fungsi kegiatan masing-masing wilayah, yang nantinya akan digunakan sebagai dasar pembagian peranan wila yah dalam pengembangan wilayah Gerbangkertosusila Plus, serta pertimbangan konsep perencanaan yang tepat dengan kondisi fungsi wilayah tersebut. 2. Mengetahui integrasi/ interaksi antar wilayah, yang menjadikan antar wilayah tersebut dalam kondisi saling terintegrasi dalam kesatuan sistem Metropolitan Gerbangkertosusila Plus. 1.2.2. Sasaran Sasaran yang ingin dicapai dari hasil kegiatan ini adalah sebagai berikut : 1. Diketahuinya fungsi kegiatan masing-masing wilayah; 2. Diketahuinya peranan masing-masing wilayah dalam Metropolitan Gerbangkertosusila Plus; 3. Diketahuinya
kondisi
interaksi/
integrasi
kegiatan
antar
wilayah
Metropolitan Gerbangkertosusila Plus; 4. Diketahuinya konsep perencanaan yang tepat untuk masing-masing wila yah dengan masing-masing fungsinya;
METROPOLITAN 2
I-2
LAPORAN HASIL SURVEY STUDIO PERENCANAAN WILAYAH TAHUN 2016
1.3.
RUANG LINGKUP
Ruang lingkup kegiatan Studio Perencanaan Wilayah dengan tema Metropolitan ini dibagi menjadi lingkup lokasi dan lingkup materi, adapun penjelasan masing-masing adalah sebagai berikut :
1.3.1. Lingkup Lokasi Lingkup lokasi kegiatan Studio Perencanaan Wilayah dengan tema Metropolitan ini dilaksanakan di Kota Surabaya pada bagian Surabaya barat dan Kecamatan di Kabupaten Gresik yang berbatasan dengan Kota Surabaya. adapun Kecamatan-kecamatan tempat dilakukannya studi dari masing-masing wilayah Kabupaten Gresik maupun Kota Surabaya adalah sebagai berikut :
Tabel 1. 1 Lokasi Studi Kelompok Metropolitan 2 No
Nama Kabupaten/ Kota
Nama Kecamatan
Kecamatan Benowo Kecamatan Pakal Kecamatan Asemrowo 1
Kota Surabaya
(Bagian Surabaya Barat)
Kecamatan Sukomanunggal Kecamatan Tandes Kecamatan Sambikerep Kecamatan Lakarsantri Kecamatan Gresik
Kabupaten Gresik
2
(Wilayah Kecamatan Yang Berbatasan Dengan Surabaya)
Kecamatan Kebomas Kecamatan Cerme Kecamatan Menganti Kecamatan Driyorejo
Adapun untuk lebih jelasnya mengenai lingkup lokasi ini dapat dilihat pada Peta 1.1 dibawah ini.
METROPOLITAN 2
I-3
LAPORAN HASIL SURVEY STUDIO PERENCANAAN WILAYAH TAHUN 2016
i d ut S ha ya li W p u k g ni L 1 . 1 a t e P
METROPOLITAN 2
I-4
LAPORAN HASIL SURVEY STUDIO PERENCANAAN WILAYAH TAHUN 2016
1.3.2. Lingkup Materi Lingkup materi pembahasan yang diulas dalam kegiatan Studio Perencanaan Wilayah dengan tema Metropolitan ini ialah : 1. Pengertian Metropolitan
Metropolitan adalah kawasan perkotaan yang terdiri atas sebuah kawasan perkotaan yang berdiri sendiri atau kawasan perkotaan inti dengan kawasan perkotaan di sekitarnya yang saling memiliki keterkaitan fungsional yang dihubungkan dengan sistem jaringan prasarana wilayah yang terintegrasi dengan jumlah penduduk secara keseluruhan sekurang-kurangnya 1.000.000 (satu juta) jiwa. Secara umum, metropolitan dapat juga didefinisikan sebagai suatu pusat permukiman besar yang terdiri dari satu kota besar dan beberapa kawasan yang berada di sekitarnya dengan satu atau lebih kota besar melayani sebagai titik hubung (hub) dengan kota-kota di sekitarnya tersebut. Suatu kawasan metropolitan merupakan aglomerasi dari beberapa kawasan permukiman, tidak harus kawasan permukiman yang bersifat kota, namun secara keseluruhan membentuk suatu kesatuan dalam aktivitas bersifat kota dan bermuara pada pusat (kota besar yang merupakan inti) yang dapat dilihat dari aliran tenaga kerja dan aktivitas komersial. Menurut Wackerman (2000), kota metropolitan dapat dibedakan antara kota metropolitan internasional, nasional dan regional, dengan definisi sebagai berikut : a.
Kota Metropolitan Internasional :
Memiliki populasi yang secara kualitataif aktivitasnya berada di tingkat internasional dan berada di jaringan perdagangan raksasa,
Memiliki pelayanan tingkat internasional di bidang teknologi, konsultasi dan riset;
Memiliki
infrastruktur
untuk
penyelenggaraan
aktivitas
internasional seperti : kongres, festival, dll
Memiliki komunitas tenaga kerja asing yang merepresentasikan perusahaan dan institusi multinasional yang jumlahnya cukup untuk mempengaruhi kehidupan local;
Memiliki citra internasional terutama dalam bidang pariwisata dan budaya.
METROPOLITAN 2
I-5
LAPORAN HASIL SURVEY STUDIO PERENCANAAN WILAYAH TAHUN 2016
b.
Kota Metropolitan Nasional :
Dalam hal ini hampir seluruh kota metropolitan nasional memiliki kriteria seperti kota metropolitan internasional;
Di negara-negara berkembang, kota-kota metropolitan secara umum adalah kota-kota yang sangat besar dari segi demografik (hingga mencapai jutaan jiwa);
Kota-kota tersebut tidak selalu memiliki karakter kota metropolitan, namun sebagian telah masuk ke dalam proses internasionalisasi dan globalisasi;
c.
Kota Metropolitan Regional
Kota yang memilki peran besar dalam perekonomian Negara;
Ibukota regional;
Pusat pertumbuhan wilayah dan tempat berpusatnya sebagian besar pelayanan perkotaan;
Menjadi gerbang wilayah untuk berhubungan dengan wilayah lain di tingkat nasional dan internasional.
2. Ciri-ciri Metropolitan
Berdasarkan definisi, Ciri-ciri Metropolitan ditunjukkan oleh beberapa aspek, antara lain besaran penduduk, kegiatan ekonomi, mobilitas aktivitas penduduk, dan struktur kawasan. a.
Besaran Jumlah Penduduk Besaran jumlah penduduk menjadi aspek pertimbangan utama dalam menentukan definisi suatu metropolitan. Namun, sejumlah pakar perkotaan menetapkan batas yang berbeda-beda untuk penetapan jumlah minimal penduduk kawasan metropolitan.
b.
Kegiatan Ekonomi Pada kawasan metropolitan terjadi aglomerasi kawasan permukiman dan lapangan pekerjaan. Dengan kata lain, kawasan metropolitan merupakan kawasan perkotaan dengan spesialisasi fungi aktivitas sosial ekonomi. Spesialisasi ekonomi tersebut merupakan sektor industri dan jasa. Proses spesialisasi di kawasan metropolitan terjadi karena selalu
METROPOLITAN 2
I-6
LAPORAN HASIL SURVEY STUDIO PERENCANAAN WILAYAH TAHUN 2016
berkembangmya teknologi produksi, distribusi, dan komunikasi (Angotti, 1993 dalam Winarso et al, 2006). Kegiatan industri dan jasa merupakan sektor yang dominan berkembang di kawasan metropolitan. Kegiatan ekonomi yang berlangsung di kawasan metropolitan bersifat heterogen dan memiliki peran sebagai sentral/pusat kegiatan-kegiatan ekonomi dalam skala regional, baik dalam lingkup propinsi atau negara bagian maupun lingkup nasional. Pertumbuhan dan perkembangan ekonomi perkotaan merupakan faktor pendorong terjadinya metropolitan dan akan terus berpengaruh terhadap prospek metropolitan di masa depan. c.
Mobilitas Aktivitas Penduduk Salah satu ciri kawasan metropolitan ditunjukkan dalam bentuk kemudahan mobilitas yang menurut Angotti (1993) terlihat dalam 3 bentuk (Winarso et al, 2006), yaitu: Mobilitas
pekerjaan
(Employment
mobility),
dicirikan
dengan
mudahnya orang berpindah tempat kerja tanpa harus berpindah tempat tinggal karena banyaknya jenis dan variasi pekerjaan yang tersedia. Mobilitas Perumahan (Resdential Mobility), terjadi sejalan dengan mobilitas tempat kerja. Mobilitas Perjalanan (Trip Mobility), terjadi karena mobilitas tempat kerja dan tempat tinggal. d.
Struktur Kawasan Struktur kawasan metropolitan dapat terdiri dari dua jenis, yaitu kawasan metropolitan yang hanya memiliki satu pusat (monocentric) dan kawasan metropolitan dengan lebih dari satu pusat (polycentric) (Winarso, 2006). Kota-kota yang saling berhubungan dalam satu kawasan metropolitan terutama memiliki ikatan secara fungsi kegiatan ekonomi dan sosial dan tidak harus selalu berhubungan dalam segi fisik melalui perwujudan kawasan terbangun (built-up area). Selain itu, struktur kawasan metropolitan juga ditunjukkan oleh adanya sistem infrastruktur yang saling menghubungkan antar area-area di
METROPOLITAN 2
I-7
LAPORAN HASIL SURVEY STUDIO PERENCANAAN WILAYAH TAHUN 2016
dalam kawasannya sehingga secara keseluruhan menjadi suatu kawasan permukiman dengan segala aktivitas pendukungnya dalam skala yang besar dan luas.
3. Konsep Kawasan Metropolitan
Pengertian tentang metropolitan sering dikenal dengan istilah ruang metropolitan (metropolitan space) yang merupakan suatu kawasan perkotaan yang memenuhi kriteria tertentu dengan manajemen perkotaan tertentu. Kota Metropolitan diartikan sebagai kota yang memiliki lebih dari satu juta penduduk di dalam batas administrasi kotanya. Umumnya kota ini merupakan kutub pertumbuhan wilayah dan memiliki peran menstimulasi perkembangan kotakota disekitarnya serta membangkitkan pertumbuhan ekonomi regional dan nasional. Kawasan Metropolitan adalah suatu kawasan perkotaan yang dibentuk oleh suatu sistem kota besar dan wilayah sekitarnya dengan jumlah penduduk keseluruhan melebihi satu juta jiwa. Kawasan metropolitan dihasilkan dari proses konurbasi dari suatu kota (gejala sub-urbanisasi). Adapula yang menyebutkan, metropolitan areas are large urban settlements with high population densities, complex and diversified economies, and a high degree of functional integration across a larger geographic area than the normal jurisdiction of a municipality. Dengan demikian kawasan metropolitan adalah ruang metropolitan yang terbentuk dari proses urbanisasi, yaitu ketika pertumbuhan suatu kota (kota inti) menjangkau wilayah pinggiran kota (sub-urban), hingga suatu ketika wilayah pinggiran tersebut akan memperkuat dirinya sebagai suatu kutub pertumbuhan tersendiri dan mulai melepaskan ketergantungannya dengan kota inti. Kriteria untuk menentukan kawasan metropolitan (atau metropolitan area) adalah : a. Menunjukkan konurbasi (continously built up area)
Area berkepadatan penduduk tinggi;
Tingkat pergerakan penduduk, barang dan jasa tinggi;
Perkembangan yang ekstensif;
METROPOLITAN 2
I-8
LAPORAN HASIL SURVEY STUDIO PERENCANAAN WILAYAH TAHUN 2016
Area distrik bisnis dan area industri banyak.
b. Pusat kegiatan ekonomi dengan perekonomian yang kompleks dan beragam c. Area tunggal dimana diperlukan perencanaan pembangunan yang terintegrasi d. Memiliki hubungan sosial dan ekonomi yang erat antara unit-unit pembentuknya. Wilayah Metropolitan (metropolitan region) adalah suatu wilayah bercirikan perkotaan yang meliputi dua atau lebih kota atau daerah yang berdekatan, terangkai dalam batas-batas administrasi dan memiliki jumlah penduduk keseluruhan melebihi satu juta jiwa. Wilayah metropolitan dihasilkan dari proses defragmentasi dari kawasan-kawasan perkotaan. Koridor Perkotaan (metropolitan
coridor)
adalah
kawasan
yang
berciri
perkotaan
yang
menghubungkan kawasan-kawasan metropolitan. Dari
empat
istilah
yang
berkaitan
dengan
metropolitan
tersebut
memperlihatkan ciri-ciri yang sama dalam hal jumlah penduduk (Iebih dari satu juta jiwa), memiliki ciri perkotaan, adanya kota inti, adanya keterkaitan yang erat antara kota inti dengan built area yang berkembang di sekitarnya dan memiliki fungsi sebagai pusat pertumbuhan bagi daerah atau kota-kota sekitarnya bahkan nasional. Sesuai dengan pengertian di atas, maka deliniasi kawasan metropolitan dilakukan sebagai berikut : a. Penentuan batasan fisik kota melalui identifikasi kawasan yang telah berfungsi sebagai kota (dominasi kegiatan pertanian dan permukiman) atau functional urban area (FUA) dari kota-kota untuk melihat penjalaran fisik kota. b. Identifikasi kota-kota yang memiliki kecenderungan beraglomerasi dengan satu kota besar (yang berperan sebagai inti), yang dicirikan dengan kuatnya keterkaitan antar kota-kota tersebut dalam kegiatan ekonomi, transportasi, budaya, dan telekomunikasi c. Identifikasi terhadap besarnya harian (komuter, aliran jasa, perdagangan dan finansial) yang terjadi antara kota utama dengan kota-kota dis ekitarnya d. Satu kesatuan daya dukung fisik lahan terhadap pengembangan perkotaan seperti konsep greenbelt dan daerah hijau untuk keseimbangan lingkungan
METROPOLITAN 2
I-9
LAPORAN HASIL SURVEY STUDIO PERENCANAAN WILAYAH TAHUN 2016
Penjabaran
dari
ketentuan
delineasi
kawasan
metropolitan
maka
mempertimbangkan dasar penetapan batas suatu kawasan metropolitan meliputi 3 faktor penting, yaitu: a. Faktor Pola Pergerakan ; Sistim
struktur
ruang
yang
dituju
dalam
kawasan
Metropolitan,
mempengaruhi pola tumbuh dan berkembangnya pusat-pusat kegiatan penduduk. Rencana pengembangan sistem jaringan transportasi serta kelengkapan prasarana lainnya secara signifikan akan mempengaruhi percepatan perkembangan pusat-pusat kegiatan yang dimaksud yang pada akhirnya menjadi sebuah kota. Perkiraan pertumbuhan kota-kota terkait kawasan metropolitan pada masa yang akan datang menjadi pertimbangan penting penetapan batas wilayah kawasan metropolitan, untuk mengantisipasi dampak dari interaksi antar kota yang terkait. b. Faktor Hidrologi dan Geologi ; Pertimbangan keberlanjutan kawasan perkotaan sangat dipengaruhi oleh kemampuan pemeliharaan sumber daya air secara terus menerus. Pola pemanfaatan ruang sebaiknya mempertimbangkan daya dukung kawasan terhadap keberlangsungan sumber daya air kawasan. Batas wilayah sungai dan daerah aliran sungai merupakan faktor penting penentuan batas wilayah kawasan metropolitan. Informasi daya dukung terkait
keberadaan
wilayah
sungai
dan
daerah
aliran
sungai
diimplmentasikan selanjutnya pada aspek pengendalian pemanfaatan r uang. c. Faktor Batas Administrasi ; Batas administrasi terkait wilayah kawasan metropolitan menjadi faktor penting pada kelembagaan kawasan metropolitan, terutama didasarkan pada keberadaan otonomi daerah. Batas Administrasi menjadi pertimbangan penting penetapan batas wilayah kawasan
metropolitan
yang
selanjutnya
diimplementasikan
pada
kesepakatan program lintas wilayah terkait.
METROPOLITAN 2
I - 10
LAPORAN HASIL SURVEY STUDIO PERENCANAAN WILAYAH TAHUN 2016
1.4.
METODOLOGI
Dalam kegiatan ini, metode penyusunannya terbagi menjadi dua macam metode yakni metode pengumpulan data dan metode analisis data yang berguna untuk merumuskan fungsi, peranan, karakteristik dan kondisi integrasi wilayah studi, adapun penjelasan lebih rinci mengenai metodologi yang digunakan adalah sebagai berikut : 1.4.1. Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data dalam perumusan metropolitan ini dilakukan dengan 2 cara yakni : 1. Survey Primer Pengumpulan data primer untuk kegiatan ini dilakukan melalui : a.
Penyaringan aspirasi masyarakat yang dilaksanakan melalui kegiatan wawancara mengenai kegiatan perekonomian, wawancara pergerakan penduduk serta wawancara mengenai permasalahan yang ada diwilayah studi.
b.
Pengenalan kondisi fisik di wilayah studi secara langsung melalui kegiatan observasi ke semua bagian wilayah studi. Adapun data yang dihimpun dari kegiatan observasi ini adalah : (1) Keadaan Geografis Wilayah; (2) Pola Penggunaan Lahan; dan (3) Jaringan Prasarana.
2. Survey Sekunder Survey sekunder yaitu melakukan pendataan melalui data instansi terkait, adapun data yang dihimpun dalam pengumpulan data sekunder ini meliputi: a.
Peta dasar : peta batas administrasi;
b.
Kebijakan : kebijakan pembangunan terkait wilayah kabupaten, kebijakan penataan ruang, kebijakan pembangunan sektoral atau kebijakan kawasan strategis terkait pengembangan wilayah di wilayah studi.
c.
Kependudukan : aspek kualitas dan pertumbuhan dari sumber daya manusia, aspek komposisi dan kualitas sumber daya manusia, pola sebaran dan mobilitas penduduk.
METROPOLITAN 2
I - 11
LAPORAN HASIL SURVEY STUDIO PERENCANAAN WILAYAH TAHUN 2016
d.
Penggunaan lahan : data/informasi terkait penggunaan lahan.
e.
Identifikasi ekonomi : PDRB wilayah studi.
f.
Prasarana wilayah yang meliputi sistem jaringan transportasi, sistem jaringan telekomunikasi, sistem jaringan sumberdaya air serta sistem jaringan prasarana lainnya yaitu jaringan prasarana lingkungan yang mencakup jaringan persampahan, dan sumber air.
1.4.2. Metode Analisa Data Metode analisis data yang digunakan dalam kegiatan ini adalah sebagai berikut : 1. Analisa Fisik Dasar Dalam menganalisis kesesuaian fisik kawasan yang dilakukan dalam pelaksanaan penyusunan produk rencana adalah menilai kondisi fisik dasar pada saat sekarang dan disesuaikan dengan perubahan serta perkembangan yang ada di lapangan agar rencana-rencana tersebut bersifat dinamis terhadap perkembangan yang terjadi tetapi memiliki prinsip dasar, serta berfungsi sebagai penunjang dan pengendali program-program pembangunan secara keseluruhan agar lebih berhasil guna dan berdaya guna. Adapun aspek yang digunakan dalam melakukan analisis kesesuaian fisik kawasan adalah sebagai berikut : a.
Topografi;
b.
Hidrologi;
c.
Klimatologi;
d.
Geologi;
e.
Jenis tanah;
Dari aspek-aspek tersebut, nantinya akan dilakukan analisa kesesuaian lahan yang mana akan diketahui kesesuain lahan untuk kawasan lindung maupun kawasan budidaya. Adapun teknik yang dipakai dalam analisa kesesuaian lahan adalah teknik overlay peta aspek dasar. Adapun untuk lebih jelasnya mengenai analisa kesesuaian lahan tersebut dapat dilihat pada gambar 1.1. dan gambar 1.2. dibawah ini :
METROPOLITAN 2
I - 12
LAPORAN HASIL SURVEY STUDIO PERENCANAAN WILAYAH TAHUN 2016
Peta Topografi
Peta Hidrologi
Peta Geologi
JenisTanah
Klimatologi
SUPER IMPOSE
Analisis KesesuaianLahan
Daerah layak direncanakan
Daerah layak terbatas
Daerah tidak layak dikembangkan
Gambar 1. 1 Bagan Analisis Kesesuaian Fisik Dasar
Gambar 1. 2 Ilustrasi Super Impose Peta
2. Analisa Kegiatan Ekonomi Analisa kegiatan ekonomi dilakukan untuk mengetahui fungsi wilayah dengan kondisi kegiatan apa yang dominan, unggulan maupun potensial. Analisa kegiatan ekonomi ini akan menggunakan metode Location Quotient (LQ).
3. Analisa Mobilitas Aktivitas Penduduk Analisa mobilitas aktivitas penduduk ini dilakukan untuk mengetahui pergerakan-pergerakan penduduk maupun barang/jasa yang ada diwilayah studi. Adapun untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar dibawah ini :
METROPOLITAN 2
I - 13
LAPORAN HASIL SURVEY STUDIO PERENCANAAN WILAYAH TAHUN 2016
Gambar 1. 3 Ilustrasi aspek yang dianalisa dalam analisa mobilitas penduduk
4. Analisa Struktur Kawasan Analisa struktur kawasan ini dilakukan untuk mengetahui fungsi dan peranan masing-masing wilayah dalam satu kesatuan Kota Metropolitan, dimana hasil analisa ini dapat diketahui mana wilayah inti kegiatan maupun wilayah yang berperan sebagai pendukung dari kegiatan inti tersebut. Adapun untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar ilustrasi dibawah ini :
Gambar 1. 4 Ilustrasi Hasil Analisa Struktur Kawasan
1.5.
SISTEMATIKA PEMBAHASAN
Sistematika pembahasan merupakan uraian singkat mengenai isi dari Laporan pada tiap bab, adapun sistematika laporan hasil survey kegiatan Studio Perencanaan Wilayah dengan Tema Metropolitan adalah sebagai berikut: BAB I PENDAHULUAN
Menguraikan latar belakang, tujuan dan sasaran, ruang lingkup pembahasan, metode yang digunakan, dan sistematika pembahasan.
METROPOLITAN 2
I - 14
LAPORAN HASIL SURVEY STUDIO PERENCANAAN WILAYAH TAHUN 2016
BAB II RANCANGAN SURVEY
Berisikan hal-hal terkait aspek yang disurvey dalam pembahasan Metropolitan yakni desain survey, schedule survey, kebutuhan data, dll. BAB III HASIL SURVEY
Berisikan data-data primer maupun sekunder yang didapat dari hasil survey yang telah dilakukan, adapun hasil survey yang telah dilakukan adalah hal yang terkait dengan kondisi metropolitan yang terdiri dari kondisi-kondisi eksisting diwilayah studi. BAB IV PENUTUP
Berisikan kesimpulan dan saran dari hasil survey yang telah dilakukan.
METROPOLITAN 2
I - 15