LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA KLINIK III PERCOBAAN III PEMERIKSAAN RIVALTA
“
NAMA
:CHIKA PRATIWI
NIM
:A201401004
”
KELOMPOK :I (SATU) (S ATU) DOSEN
:TITI PURNAMA, S.SI., M.SI
PROGRAM STUDI D-IV ANALIS KESEHATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MANDALA WALUYA KENDARI 2017
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang
Dalam
keadaan
normal,
pembentukan
lapisan
tipis
antara pleura parietal dan pleura viseral (disebut cairan pleura) merupakan
cairan ultrafiltrasi
plasma. Kedua pleura bekerja seperti membran semi permiabel,sehingga kadar molekul kecil (misalnya glukosa) sama dengan plasma, sedangkan kadar molekul besar (seperti albumin) kadarnya sangat rendah biladibandingkan dengan kadar dalam plasma. Cairan pleura normal tampak seperti air jernih dan tidak berbau.Cairan normal ini mengandung sekitar 1000 sel per mililiter, sebagian besarsel mesotelial kemudian sel-sel lainnya adalah monosit dan limfosit. Abnormalitas cairan pleura, dengan dukungan pemeriksaan lain, biasanya berhasil untuk menentukan atau konfirmasi penyebab efusi pleura. Rongga serosa dalam tubuh mengandung sejumlah kecil cairan yang mengalir diantara ruang intravaskuler dan ruangan ekstra seluler. Cairan ini dipelihara dalam keadaan seimbang oleh tekanan osmose dalam kapiler membrane serosa tersebut. Cairan tersebut berfungsi sebagai pelumas agar membrane-membran yang dilapisi mesotel dapat bergerak tanpa gesekan. Jumlah cairan tersebut dalam keadaan normal tidak dapat diukur, karena sangat
sedikit.
Jumlah
cairan
tersebut
pada
keadaan
bertambah jumlahnya, dan dapat berupa transudat atau eksudat.
tertentu
Faktor - faktor yang
menaikkan kumpulan cairan ini dalam jumlah yang berlebihan :
dapat
Turunnya tekanan osmotic koloid dalam darah Naiknya tekanan hidrostatik intrakapiler Kerusakan endotel kapiler atau peremeabilitas kapiler.
1.2.Tujuan Praktikum
Untuk mengetahui transudat atau eksudat pada sampel cairan pleura
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Transudat dan Eksudat
Cairan pleura adalah cairan dalam rongga pleura dalam paru – paru. Fungsiya sebagai pelumas. Normalnya cairan pleura sangat sedikit jumlahnya hampir tidak bisa diukur volumenya. Karena kondisi patologis, caiaran jumlahnya meningkat sehingga dapat dianalisa dan akan berupa transudat atau eksudat. Transudat adalah penimbunan cairan dalam rongga serosa sebagai akibat karena gangguan keseimbangan cairan dan bukan merupkan proses radang(tekanan osmosis koloid, stasis dalam kapiler atau tekanan hidrostatik, kerusakan endotel, dsb), sedangkan eksudat adalah cairan patologis yang berasal dari proses radang. Bila radang terjadi pada pleura, maka cairan radang juga dapat mengisi jaringan sehingga terjadi gelembung, hal ini misalnya terjadi pada kebakaran. Cairan yang terjadi akibat radang mengandung banyak protein sehingga berat jenisnya lebih tinggi daripada plasma normal. Begitu pula cairan radang ini dapat membeku karena mengandung fibrinogen. Cairan yang terjadi akibat radang ini disebut eksudat. Jadi sifat-sifat eksudat ialah mengandung lebih banyak protein daripada cairan jaringan normal, berat jenisnya lebih tinggi dan dapat membeku. Cairan jaringan yang terjadi karena hal lain daripada radang, misalnya karena gangguan sirkulasi, mengandung sedikit protein, berat jenisnya rendah dan tidak membeku, cairan ini disebut transudat. Transudat misalnya terjadi pada penderita penyakit jantung. Pada penderita payah jantung , tekanan dalam pembuluh dapat meninggi sehingga cairan keluar dari pembuluh dan masuk ke dalam jaringan. Eksudat adalah cairan radang ekstravaskular dengan berat jenis tinggi (diatas 1.020) dan seringkali mengandung protein 2-4 mg % serta sel-sel darah putih yang melakukan emigrasi. Cairan ini tertimbun sebagai akibat permeabilitas vascular (yang memungkinkan protein plasma dengan molekul besar dapat terlepas), bertambahnya tekanan hidrostatik intravascular sebagai akibat aliran lokal yang meningkat pula dan serentetan peristiwa rumit leukosit yang menyebabkan emigrasinya. Apabila membran kapiler rusak oleh peradangan atau neoplastik, Akibatnya protein yang berukuran besar dan konstituen darah lainnya bocor keluar intravaskuler masuk kedalam jaringan dan rongga tubuh. Inflamasi aktif akan meningkatkan kandungan protein.
Cairan kaya protein dan sel darah putih yang tertimbun dalam ruang ekstravaskular sebagai akibat reaksi radang disebut eksudat. Jenis-jenis eksudat adalah sebagai berikut : a. Serosa Merupakan eksudat jernih, mengandung sedikit protein (efusi) akibat radang yang ringan. Eksudat serosa berasal dari serum atau hasil sekresi sel mesotel yang melapisi peritoneum, pleura, perikardium. Contoh lepuh dari kulit yang berasal dari infeksi luka bakar, effusi pleura. b. Seroanguinosa Merupakan eksudat yang berwarna kemerahan, yang disebabkan oleh adanya perdarahan (terdapatnya sel darah merah) pada efusi. c. Fibrinosa Merupakan eksudat yang mengandung banyak fibrin sehingga mudah membeku. Keadaan ini terjadi pada jejas berat yang menyebabkan permeabilitas pembuluh darah meningkat dan molekul besar seperti fibrin dapat keluar. Eksudat fibrinosa sering dijumpai di atas permukaan serosa yang meradang seperti pleura dan perikardium, tempat fibrin
yang diendapkan mengeras menjadi lapisan di atas
membran yang terkena. d. Purulenta Merupakan eksudat yang mengandung nanah/pus , yaitu campuran leukosit yang rusak, jaringan nekrotik serta mikroorganisme yang musnah. Organisme tertentu misalnya staphylococcus akan mengakibatkan supurasi terlokalisasi dan disebut kuman piogenik. Perbedaan Transudat dan Eksudat : Keterangan:
Transudat
Eksudat
Tes Rivalta
-
+
Berat jenis
< 1,016
> 1,016
Kadar protein
< 3 gr / 100 cc
> 3 gr / 100 cc
Protein plasma
< 0,5
> 0,5
LDH
< 200 IU
> 200 IU
LDH plasma
< 0,6
> 0,6
Lekosit
< 1000 / mm3
> 1000 / mm3
Hitung jenis leukosit
< 50% limfosit
> 50% limfosit
PH
>7,3
< 7,3
Glukosa
≤ plasma
< plasma
Amilase
= plasma
>plasma
Alkali fosfatase
>75 u
> 75 u
2.2 Patogenesis
Penularan tuberkulosis paru terjadi karena kuman dibatukkan atau dibersinkan keluar menjadi droplet nuclei dalam udara. Partikel infeksi ini dapat menetap dalam udara bebas selama 1-2 jam, tergantung pada ada tidaknya sinar UV, ventilasi yang buruk dan kelembaban. Dalam suasana lembab dan gelap kuman dapat tahan berhari-hari sampai berbulan-bulan. Bila partikel infeksi ini terisap oleh orang sehat, ia akan menempel pada jalan napas atau paru-paru. Partikel dapat masuk ke alveolar bila ukuran partikel < 5 mikrometer. Kuman akan di hadapi pertama kali oleh neutrofil, kemudian baru oleh makrofag. Kebanyakan partikel ini akan mati atau dibersihkan oleh makrofag keluar dari cabang trakeo bronkial bersama gerakan silia dengan sekretnya. Bila kuman menetap di jaringan paru, ia bertambah dan berkembang biak dalam sitoplasma makrofag. Disini ia dapat terbawa masuk ke organ tubuh lainnya. Kuman yang bersarang di jaringan paru-paru akan berbentuk sarang tuberkulosis pneumonia kecil yang disebut sarang primer atau afek primer atau sarang (fokus) Ghon. Sarang primer ini dapat terjadi di setiap bagian jaringan paru bila menjalar sampai ke pleura, maka terjadilah efusi pleura. Mekanisme terjadinya penumpukan cairan di dalam rongga pleura salah satunya disebabkan oleh : bertambahnya permeabilitas dinding kapiler pembuluh darah. Peradangan pleura akan menyebabkan permeabiliti dinding kapiler meningkat sehingga cairan dan protein yang melewati dinding itu meningkat maka terbentuk efusi pleura. Pada radang akut terjadi vasodilatasi, eksudasi dan perpindahan leukosit ke daerah radang terutama netrofil. Histamin dan kinin yang dikeluarkan proses radang meningkatkan permiebiliti kapiler sehingga akan meningkatkan eksudasi plasma. Pada tuberkulosis efusi pleura timbul karena reaksi hipersensitiviti terhadap tuberkuloprotein, sehingga meningkatkan permeabiliti dinding pembuluh darah pleura.
2.3 Cara Memperoleh Bahan
Bahan (dari rongga perut, pleura, pericardium, sendi, kista, hidrocele) didapat dengan mengadakan pungsi. Karena tidak dapat diketahui terlebih dulu apakah cairan itu berupa transudat atau eksudat, haruslah pertama-tama syarat bekerja steril diindahkan dan kedua untuk menyediakan anticoagulant. Sediakanlah pada waktu melakukan pungsi selain penampung biasa juga penampung steril (untuk biakan) dan penampung yang berisi larutan natrium citrat 20% atau heparin steril. Cairan yang diperoleh ditampung dalam 3 botol penampung :
Botol I : Steril untuk pemeriksaan bakteriologi
Botol II : Di tambah anticoagulant untuk pemeriksaan rutin
Botol III : Tanpa anticoagulant untuk pemeriksaan kimia. Yang harus diperhatikan pada waktu pungsi adalah Pengambilan cairan tidak boleh seluruhnya karena :
Untuk menghindari terjadinya shock
Pada cairan ascites banyak mengandung protein Guna pemeriksaan :
Untuk menentukan jenis cairan yang diperiksa
Mengusahakan mencari penyebabnya Syarat pemeriksaan :
Harus dilakukan dengan cepat karena mudah terjadi desintegrasi, oleh karena itu pemeriksaan yang pertama kali dilakukan adalah pemeriksaan cytology.
2.4 Diagnosa Laboratorium
Pemeriksaan untuk transudat dan eksudat terbagi menjadi 4 macam, yaitu : a. pemeriksaan makroskopis b. pemeriksaan mikroskopis c. pemeriksaan kimia d. pemeriksaan bakterioskopi a. Pemeriksaan makroskopis
Jumlah
Ukurlah dan catatlah volume yang didapat dengan pungsi. Jika semua cairan dikeluarkan jumlah itu memberi petunjuk tentang luasnya kelainan.
Warna
Mungkin sangat berbeda-beda, agak kuning, kuning campur hijau, merah jambu, merah, putih serupa susu, dll. Bilirubin memberi warna kuning pada transudat, darah yang menjadikannya merah atau coklat, pus memberi warna putih-kuning, chylus putih serupa susu, B. pyocyaneus biru-hijau. Warna transudat biasanya kekuningkuningan, sedangkan exudat dapat berbeda-beda warnanya dari putih melalui kuning sampai merah darah sesuai dengan causa peradangan dan beratnya radang. Warna exudat oleh proses radang ringan tidak banyak berbeda dari warna transudat.
Kejernihan
Ini pun mungkin sangat berbeda-beda dari jernih, agak keruh sampai sangat keruh. Transudat murni kelihatan jernih, sedangkan eksudat biasanya ada kekeruhan. Jika mungkin, kekeruhan yang menunjuk kepada sifat exudat itu dijelaskan lebih lanjut sebagai
umpamanya
serofibrineus,
seropurulent,
serosangineus,
hemoragik,
fibrineus, dll Kekeruhan terutama disebabkan oleh adanya dan banyaknya sel, leukosit dapat menyebabkan kekeruhan sangat ringan sampai kekeruhan berat seperti bubur. Eritrosit menyebabkan kekeruhan yang kemerah-merahan.
Bau
Biasanya baik transudat mupun exudat tidak mempunyai bau bermakna kecuali kalau terjadi pembusukan protein. Infeksi dengan kuman anaerob dan oleh E. coli mungkin menimbulkan bau busuk, demikian adanya bau mengarahkan ke exudat.
Berat jenis
Harus segera ditentukan sebelum kemungkinan terjadinya bekuan. Penetapan ini penting untuk menentukan jenis cairan. Kalau jumlah cairan yang tersedia cukup, penetapan dapat dilakukan dengan urinometer, kalau hanya sedikit sebaiknya memakai refraktometer. Seperti sudah diterangkan, nilai berat jenis dapat ikut memberi petunjuk apakah cairan mempunyai cirri-ciri transudat atau exudat.
Bekuan
Perhatikan terjadinya bekuan dan terangkan sifatnya (renggang, berkeping, sanagat halus, dll) bekuan it tersusun dari fibrin dan hanya didapat pada exudat. Kalau dikira cairan yang dipungsi bersifat exudat, campurlah tetap cair dan dapat dipakai untuk pemeriksaan lain-lain.
b. Pemeriksaan Mikroskopis
Menghitung jumlah sel dalam cairan eksudat atau transudat tidak selalu mendatangkan manfaat. Jikalau diperkirakan akan terjadi bekuan, perlulah cairan setelah pungsi dicampur dengan antikoagulans, umpamanya larutan Na citrate 20% untuk tiap 1 ml cairan dipakai 0,01 ml larutan citrate itu. Sel yang dihitung biasanya hanya leukosit (bersama sel-sel berinti lain seperti sel mesotel, sel plasma, dsb) saja, menghitung jumlah eritrosit jarang sekali dilakukan karena tidak bermakna. c. Pemeriksaan Kimia
Metode Rivalta 1.
Masukkan 100 ml aquadest ke dalam becker glass 250 ml.
2.
Tambahkan 1 tetes cairan asam asetat pekat,aduk dengan batang pengaduk.
3.
Tambahkan 1 tetes cairan yang diperiksa dengan jarak 1 cm diatas permukaan cairan.
4.
Perhatikan dangan latar belakang hitam. Interprestasi Hasil :
Cairan normal : (-) cairan bercampur dan bereaksi tanpa membentuk kekeruhan.
Transudat : (+) lemah : cairan bercampur dan bereaksi membentuk kekeruhan ringan / kabut tipis.
Eksudat : (+) kuat : cairan bercampur dan bereaksi membentuk kekeruhan berat.
d. Pemeriksaan Bakterioskopi
Pakailah sediaan seperti dibuat untuk menghitung jenis sel dan pulaslah menurut Gram dan menurut Zeihl-Neelsen. Kalau akan mencari fungsi, letakkan satu tetes sediment atau bahan ke atas kaca objek dan campurlah dengan sama banyak larutan KOH atau NaOH 10%. Tutup dengan kaca penutup, biarkan selam 20 menit, kemudian periksalah dengan mikroskop.
2.5 Terapi
Untuk efusi pleura dengan cairan transudat dan eksudat perlu dilakukan torakosintesis (pungsi) dengan tujuan untuk mengurangi sesak napas, selain itu harus pula diobati penyakit dasarnya. Pada empiema perlu dipasang WSD dengan chest
tube (pipa
dada) yang besar, maka harus dilakukan reseksi iga. Disamping itu perlu pula dipertimbangkan untuk memberikan obat-obat enzimolitik, seperti streptokinase secara intrapleura. Hubungan antara susunan kimia dari cairan pleura dengan pemasangan WSD :
Pada eksudat bila pH lebih kecil dari 7,20, glukosa lebih besar dari 40 mg% dan LDH lebih kecil dari 1.000 UI/liter, maka tidak perlu dilakukan pemasangan WSD, oleh karena memberi reaksi yang baik terhadap pengobatan.
Bila pH lebih kecil dari 7,00 dan glukosa lebih rendah dari 40 mg%, maka efusi pleura tersebut merupakan komplikasi dan perlu segera dipasang WSD.
Bila pH lebih kecil dari 7,30 dan konsentrasi glukosa lebih kecil dari 60 mg%, disertai dengan sitologi yang positif, maka perlu dilakukan pleurosiderosis, oleh karena terjadi pembentukan cairan yang intensif.
BAB III METODOLOGI PRAKTIKUM 3.1. Waktu dan Tempat
Praktikum Kimia Klinik III “Pemeriksaan Rivalta” dilakukan pada hari Rabu, tanggal 12 Juli 2017 pukul 09.00 WITA sampai selesai bertempat di Laboratorium Klinik Terpadu Stikes Mandala Waluya Kendari. 3.2. prosedur kerja A. Pemeriksaan Makroskopik 1. Pra analitik
-Persiapan Pasien : tidak ada persiapan khusus -Persiapan sampel : tidak ada persiapan khusus
-Alat : Gelas ukur, tabung jernih. -Bahan : Cairan Pleura, aquades, asam asetat glasial. 2. Analitik
a. Pemeriksaan Makroskopik -volume : lihat cairan yang terlihat pada gelas ukur -warna dan kejernihan : Diamati warna dan kejernihan cairan pleura -bekuan : Dilihat terbentuknya bekuan b. pemeriksaan Mikroskopik 1. Dimasukkan 10 ml aquadest dalam beaker glass 2. Dicampurkan 1 tetes asam asetat glasial ke dalam beaker glass dan diaduk 3. Diteteskan cairan pleura yang akan diperiksa didalam campuran reagen tersebut. 4. Diamati dengan latarbelakang hitam. 3. Pasca Analitik Interpretasi hasil makroskopik
-
volume : makin banyak cairan pleura menandakan tingkat kerusakan
-
warna dan kekeruhan : tidak berwarna dan jernih
- bekuan : tidak membeku : bekuan (-) : Transudat bekuan (+) : Eksudat
Mikroskopik
-
nilai rujukan : tidak ada kekeruhan
- positif lemah : transudat - positif kuat : eksudat
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Pengamatan
4.2. Pembahasan
Rongga-rongga serosa dalam badan normal mengandung sejumlah kecil cairan. Cairan itu terdapat umpama dalam rongga pericardium, rongga, pleura, rongga perut dan berfungsi sebagai pelumas agar membran-membran yang dilapisi mesotel dapat bergerak tanpa geseran. Jumlah cairan itu dalam keadaan normal hampir tidak dapat diukur karena sangat sedikit. Jumlah itu mungkin bertambah pada beberapa keadaan dan akan berupa transudat atau eksudat. Fungsi dari transudat dan eksudat adalah sebagai respon tubuh terhadap adanya gangguan sirkulasi dengan kongesti pasif dan oedema (transudat), serta adanya inflamasi akibat infeksi bakteri (eksudat). Transudat terjadi sebagai akibat proses bukan radang oleh gangguan kesetimbangan cairan badan (tekanan osmosis koloid, stasis dalam kapiler atau tekanan hidrostatik, kerusakan endotel, dan sebagainya), sedangkan eksudat bertalian dengan salah satu proses peradangan. Bila radang terjadi pada pleura, maka cairan radang juga dapat mengisi jaringan sehingga terjadi gelembung. Cairan yang terjadi akibat radang mengandung banyak protein sehingga berat jenisnya lebih tinggi dari pada plasma normal. Begitu pula cairan radang ini dapat membeku karena mengandung fibrinogen. Cairan yang terjadi akibat radang ini disebut eksudat. Jadi sifat-sifat eksudat ialah mengandung lebih banyak protein daripada cairan jaringan normal, berat jenisnya lebih tinggi dan dapat membeku. Cairan jaringan yang terjadi karena hal lain dari pada radang, misalnya karena gangguan sirkulasi, mengandung sedikit protein, berat jenisnya rendah dan tidak membeku, cairan ini disebut transudat. Transudat misalnya terjadi pada penderita penyakit jantung. Pada penderita payah jantung , tekanan dalam pembuluh dapat meninggi sehingga cairan keluar dari pembuluh dan masuk ke dalam jaringan.
Berbagai jenis eksudat : eksudat ialah cairan dan sel yang keluar dari kapiler dan masuk ke dalam jaringan pada waktu radang. Bila cairan eksudat menyerupai serum darah dan hanya sedikit mengandung fibrin dan sel, maka eksudat bersifat cair sekali dan dinamai eksudat bening/jernih. Eksudat bening sering terjadi pada radang tuberculosis yang mengisi rongga pleura dapat berjumlah satu liter atau lebih. Eksudat fibrinosa mengandung banyak fibrin sehingga melekat pada permukaan pleura, merupakan lapisan kelabu/kuning yang ditemukan pada pneumonia. Mikroskopis eksudat ini mengandung serabut fibrin dan dalam sela-sela diantara serabut ini terdapat sel radang. Eksudat fibrinosa terjadi bila permeabilitas kapiler bertambah banyak, yaitu karena molekul-molekul fibrin besar dapat keluar dari kapiler dan menjadi bagian daripada eksudat. Eksudat purulen ialah eksudat yang terjadi daripada nanah. Nanah ini terjadi pada radang akut yang mengandung banyak sel polinukleus yang kemudian musnah dan mencair karena lisis. Sisa jaringan nekrotik yang mengalami lisis bersama dengan sel polinukleus yang musnah dan limfe radang menjadi cairan yang disebut nanah. Eksudat hemoragik ialah eksudat radang yang berwarna kemerah – merahan karena mengandung banyak eritrosit. Pemeriksaan cairan badan yang tersangka transudat atau eksudat bermaksud untuk menentukan jenisnya dan sedapat-dapatnya untuk mendapatkan keterangan tentang causanya. Ciri-ciri transudat spesifik ; cairan jernih, encer, kuning muda, berat jenis mendekati 1010 atau setidak-tidaknya kurang dari 1018, tidak menyusun bekuuan (tak ada fibrinogen), kadar protein kurang dari 2,5 g/dl, kadar glukosa kira-kira sama seperti dalam plasma darah, jumlah sel kecil dan bersifat steril. Ciri-ciri eksudat spesifik ; keruh (mungkin berkeping-keping, purulent, mengandung darah, chyloid,dsb.), lebih kental, warna bermacam-macam, berat jenis lebih dari 1018, sering ada bekuan (oleh fibrinogen), kadar protein lebih dari 4,0 g/dl, kadar glukosa jauh kurang dari kadar dalam plasma darah, mengandung banyak sel dan sering ada bakteri. Dalam praktek sering dijumpai cairan yang sifat-sifatnya sebagian sifat transudat dan s bagian eksudat lagi sifat eksudat, sehingga usaha untuk membedakan antara transudat dan eksudat menjadi sukar. Berdasakan hasil pengamatan makroskopik cairan pleura yaitu cairannya jernih warnanya kuninh muda dan tidak keruh sehingga dapat disimpulkan bahwa sampel tersebut merupakan transudat. Sedangkan berdasarkan hasil pengamatan pemeriksaan kimia, ketika
sampel di teteskan pada campuran aquadest dan asam asetat glasial terjadi reaksi dan menimbulkan kekeruhan ringan atau seperti kabut tipis, sehingga dapat disimpulkan bahwa dari pemeriksaan makroskopik dan pemeriksaan kimia sampel tersebut adalah transudat.
BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan
Berdasarkan praktikum dapat di simpulkan bahwa : 1. Hasil pemeriksaan makroskopik yaitu warna kuning muda jernih tidak terdapat kekeruhan dan tidak ada bekuan berarti sampel transudat 2. Hasil pemeriksaan kimia di peroleh hasil positif lemah yang artinya sampel tersebut adalah transudat. 5.2. Penutup
Adapun saran yang dapat saya ajukan pada praktikum ini adalah diharapkan kepada instruktur laboratorium agar menyediakan alat dan bahan yang tidak tersedia sebelum praktikum berlangsung agar pada saat praktikum berlangsung dapat berjalan sesuai yang diharapkan.
DAFTAR PUSTAKA
Amaria, dkk. 2014. Trasnsudat
Eksudat .
Surabaya: Jurusan Kimia FMIPA Unesa.
Anonim. 2014. Analisis Transudat. Penerbit Erlangga : Surabaya. Ansori, A.K. 2008.
Pemeriksaan Transudat
Eksudat .
III Kimia Analis Universitas
Sumatera Utara. Medan. Depkes RI, 2006. Pedoman Praktikum Kimia Klinik . Erlangga: Jakarta.