partenokarpi adalah pembentukan buah tanpa biji atau buah dengan biji yang hampa; partenokarpi diartikan sebagai peristiwa pembentukan buah tanpa pembuahan bakal buah .Partenokarpi merupakan suatu pembentukan buah tanpa melalui pembuahan sel telur, tanaman memerlukanbanyak energi untuk pembesaranbuahnya, tetapi tidak memperoleh keturunan dengan tidak terbentuknya biji. Nitsch (1952) membagi dalam dua golongan berdasarkan penyebab terj adinya partenokarpi, yaitu partenokarpi karena pengaruh genetik dan lingkungan (Sukanto, 2011). Partenokarpi telah dimanfaatkan untuk peningkatan kualitas dan produktivitas buah, khususnya pada jenis tanaman hortikultura komersial. Zat pengatur tumbuh (ZPT) yang telah digunakan untuk menginduksi buah partenokarpi adalah giberelin (GA3) .Partenokarpi dapat diinduksi GA3 dengan pencelupan atau penyemprotan kuncup bunga seperti pada anggur serta tomat (Adnyesuari et al, 2015) Praktikum ini bertujuan untuk membuat buah cabai dan tomat partenokarpi dengan induksi hormone GA dan IAA. Aplikasi larutan GA dan IAA di buat dengan berbagai konsentrasi. Konsentrasi yg digunakan yakni 0 ppm (kontrol) 10 ppm, 15 ppm, 30 ppm, 45 ppm. Pemberian perlakuan zat tumbuh ini dilakukan tiap hari pada bunga cabe atau tomat yang sudah di kastrasi. Hasil pengamatan cabai, jumlah biji pada cabai kontrol adalah 82 dan 69 biji, sedangkan pada perlakuan IAA 45 biji berjumlah 39 biji, pada IAA 10 32 Biji, pada GA 30 64 biji dan pada GA 45 sebanyak 21 biji. Pada IAA 15 ppm, dan 30 ppm tidak didapatkan hasil. Dan pada GA 10 ppm dan GA 15 ppm juga tidak mendapatkan hasil. Tanaman cabai besar (Capsicum annuum L.) ialah komoditas hortikultura yang mengalami fluktuasi harga paling tinggi di Indonesia. Golongan ZPT, seperti auksin antara lain berperan dalam merangsang pembelahan sel, peningkatan plastisitas dan elastisitas dinding sel, mengatur pembungaan dan terjadinya buah. Auksin dapat mencegah proses kerontokan organ-organ tanaman, mendukung terjadinya cell elongation (perpanjangan sel). Pemberian hormon auksin pada fase pembungaan dapat mengurangi kuncup bunga agar tidak rontok sehingga dapat menunjang jumlah buah cabai terbentuk. (Sastriwibowo et al, 2014). Pada perlakuan IAA pemasakannya akan lebih cepat dibandingkan kontrol. Hasil ini sesuai dengan Wattimena (1988) yang menyatakan bahwa hormon auksin berfungsi untuk membantu dalam proses mempercepat pemasakan buah. Frekuensi panen, perlakuan konsentrasi auksin berpengaruh nyata terhadap frekuensi panen ((Sastriwibowo et al, 2014). Selain auksin Salah satu zat pengatur tumbuh yang dapat digunakan untuk partenokarpi pada tanaman cabai adalah giberelin. Adanya giberelin mampu mempengaruhi sifat genetik dan proses fisiologi yang terdapat dalam tumbuhan, seperti pembungaan, partenokarpi, dan mobilisasi karbohidrat selama masa perkecambahan berlangsung. (Yasmin et al, 2014).. GA3 yang diaplikasikan saat awal berbunga berperan dalam proses peng-giatan pembungaan serta menurunkan absisi bunga maupun buah, sedangkan GA3 yang diaplikasikan saat awal berbuah mampu meningkatkan jumlah buah yang terbentuk . Hormon utama yang berperan dalam pertumbuhan buah adalah auksin dan giberelin. Kedua hormon tersebut bekerja secara sinergis dalam proses pembentukan buah (Yasmin et al, 2014).
Tiwari (2011) menyebutkan bahwa selama masa pertumbuhan buah pada cabai, GA3 lebih berperan dalam meningkatkan pembe-lahan sel dibandingkan dalam pembesaran sel. Penambahan konsentrasi GA3 yang diberikan makin menurunkan bobot per buah dan panjang buah. sehingga ukuran dan panjang buah menjadi lebih kecil. Ukuran buah yang kecil juga menyebabkan jumlah biji yang ada menjadi lebih sedikit. (Yasmin et al, 2014). Tidak semua konsentrasi GA dan IAA mendapatkan hasil hal ini dikarenakan Banyak faktor yang mempengaruhi terjadinya bunga atau buah rontok diantaranya adalah perubahan lingkungan serta serangan hama dan penyakit. Salah satu faktor lingkungan yang bisa mempengaruhi proses pembuahan antara lain curah hujan. Atau mekanisme saat perlakuan misalnya pemberian kapas yang terllu tebal sehingga putik mudah rontok atau keterlambatan pemberian zat tumbuh Hasil pengamatan tomat, jumlah biji pada tomat kontrol sebanyak 16 biji. Pada perlakuan IAA 30 ppm menghasilkan 13 biji dan pada GA 10 ppm menghasilkan 36 biji. Sedangkan pada IAA 10 , 15 dan 45 ppm tidak mendapatkan hasil. Serta GA 15 ,30 dan 45 ppm juga tidak mendapatkan hasil. giberelin berperan dalam inisiasi bunga, mempercepat pembungaan tanaman melalui pengaktifan gen meristem bunga dengan menghasilkan protein yang akan menginduksi ekspresi gen-gen pembentukan organ bunga. Giberelin juga mengaktifkan meristem sub apikal dan menghasilkan bolting yang memulai pengeluaran bunga. (Rolistyo et al, 2014). Pada bunga yang diinduksi GA3, efek peningkatan giberelin dan auksin pada polen akan langsung berpengaruh terhadap peningkatan sintesis giberelin dan auksin pada ovarium sehingga merangsang pembelahan dan pembesaran sel. Jadi ovarium akan membesar tanpa rangsangan dari ovul dan menyebabkan tidak terbentuknya biji pada buah (Adnyesuari et al, 2015). Bentuk buah pada perlakuan lebih lonjong, aplikasi GA3 menyebabkan perikarp berisi sedikit sel tetapi dengan volume yang lebih besar dibandingkan buah berbiji pada kontrol. aplikasi GA3 berpengaruh terhadap peningkatan panjang buah dibandingkan lebar buah tomat. Widodo (2002) menyatakan bahwa buah yang diberi perlakuan ZPT secara eksogen kurang mencapai ukuran buah yang maksimal karena keberadaan biji dalam menstimulasi pertumbuhan buah tergantikan oleh ZPT (Adnyesuari et al, 2015). Pada perlakuan Bagian dalam buah lebih cepat masak dibandingkan buah kontrol,terdapat kecenderungan penurunan tingkat kekerasan buah dengan pemberian GA3 Hal ini berkaitan dengan jumlah sel dalam perikarp sedikit tetapi terjadi pembesaran sel (Adnyesuari et al, 2015). Giberelin berpengaruh nyata terhadap ketebalan daging buah. Bunga tomat yang diaplikasikan GA3 (20 ppm) memiliki daging buah yang lebih tebal daripada kontrol (0 ppm). Hal ini karena auksin diperlukan untuk pembelahan sel dan eningkatkan pembentukan jumlah sel . konsentrasi auksin eksogen lebih tinggi daripada auksin endogen dalam tomat ko ntrol. adanya penigkatan jumalah sel dan pembesaran sel yang diatur oleh auksin danGA ini mengakibatkan mesokarp lebih tebal dibandingkann dengan kontrol (Setiawan et al, 2015).