LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI LINGKUNGAN
UJI KUALITAS AIR DENGAN METODE MPN
Disusun Oleh :
M Ridho Puryagustama (L1B115026)
Asisten Dosen:
Teguh Setyawan M,Si
Dosen Pengampu:
Winny Laura Christiani H, S.T, M.T
PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN
LABORATORIUMBIOLOGI
FAKUTAS TEKNIK
UNIVERSITAS JAMBI
2016
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan karunia-Nya penulisan makalah penelitian ini dapat diselesaikan. Pembuatan makalah ini ditujukan untuk menjadi pengganti nilai dari salah satu praktikum yang tidak dapat dilaksanakan. Penulis sangat menyadari bahwa makalah penelitian ini masih sangat jauh dari kesempurnaan, sehingga kepada para pembaca sangat diharapkan saran-saran demi kesempurnaan tulisan berikutnya.
Makalah ini berisi tentang segala sesuatu hal yang terkait dengan praktikum Uji Kualitas Air Dengan Metode Most Probable Number yang diambil dari salah satu laporan praktikan yang ada di internet
Makalah penelitian ini diharapkan bisa menambah wawasan dan pengetahuan yang selama ini di cari dan bisa bermanfaat semaksimal dan sebaik mungkin.
JAMBI, 18 DESEMBER 2016
PENULIS
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTA……..……………………………………………………………………………………………………………………… 2
BAB I PENDAHULUAN 4
1.1 Latar Belakang 4
1.2 Rumusan Masalah 5
1.3 Batasan Masalah ……………………………..……………………………………………………………………………………..5
1.4 Tujuan ………………………………..…………………………………………………………………………………………………..5
1.5 Manfaat …………………………………..……………………………………………………………………………………………..5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA6
BAB III METODELOGI10
3.1 Subyek Penelitian 10
3.2 Waktu dan Tempat …………………………………………………………..………………………………………………….10
3.3 Alat dan Bahan ………………………………………………………………………………………………..…………………..10
3.4 Prosedur Kerja …………………………………………………………………………………………..…………………………11
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN …………………………………………………………………………………..……………..12
4.1 Data Pengamatan …………………………………………………………………………………………………………………12
4.2 Pembahasan …………………………………………………………………………………..……………………………………14
BAB V PENUTUP ……………………………………………………………………………………………………………………………..18
5.1 kesimpulan ………………….……………………..……………………………………………………………………………….18
5.2 saran………………………………………………………..…………………………………………………………………………..18
DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................................................................19
3
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Air merupakan suatu sarana utama untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat karena air merupakan salah satu media dari berbagai macam penularan penyakit. Air bersih adalah air yang jernih, tidak berwarna, tawar dan tidak berbau. Sumber daya alam yaitu air, dapat diperoleh dari air permukaan meliputi air sungai, danau, waduk, rawa dan genangan air lainya.
Air merupakan kebutuhan yang paling dibutuhkan di dalam kehidupan manusia. Air yang ada di alam bukanlah didapat sebagai air murni, melainkan sebagai air yang mengandung bermacam-macam zat, baik yang terlarut ataupun tersuspensi. Jenis dan jumlah zat tersebut tergantung dari kondisi lingkungan sekitar sumbernya.
Air merupakan materi esensial bagi kehidupan makhluk hidup, karena makhluk hidup memerlukan air untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya. Secara umum fungsi air dalam tubuh setiap mikroorganisme adalah untuk melarutkan senyawa organik, menstabilkan suhu tubuh dan melangsungkan berbagai reaksi kimia tingkat seluler.
Pemeriksaan air secara mikrobiologi sangat penting dilakukan karena air merupakan substansi yang sangat penting dalam menunjang kehidupan mikroorganisme yang meliputi pemeriksaan secara mikrobiologi baik secara kualitatif maupun kuantitatif dapat dipakai sebagai pengukuran derajat pencemaran.
Uji kualitatif Coliform secara lengkap terdiri dari tiga tahap yaitu uji dugaan (presumptive test), uji penetapan (confirmed test), dan uji pelengkap (completed test). Metode pengujian yang digunakan adalah metode Most Probable Number(MPN) atau Jumlah Perkiraan Terbatas (JPT).
Analisis kuantitatif mikrobiologi pada air minum penting dilakukan untuk mengetahui mutu air minum tersebut. Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk menghitung atau mengukur jumlah jasad renik dalam suatu suspensi, salah satunya adalah pemeriksaan adanya bakteri Coliform pada minuman dengan metode MPN (Most Probable Number).
4
Pemeriksaan derajat pencemaran air secara mikrobiologi umumnya ditunjukkan dengan kehadiran bakteri indikator seperti Coliform dan Fecal coli.Bakteri Coliform sebagai suatu kelompok dicirikan sebagai bakteri berbentuk batang gram negatif, tidak membentuk spora, aerobik, dan anaerobik fakultatif yang memfermentasi laktosa dengan menghasilkan asam dan gas dalam waktu 48 jam pada suhu 35° C. Berdasarkan hal inilah yang melatar belakangi dilaksanakannya praktikum ini untuk mengetahui teknik pengujian kualitas air dengan menggunakan metode MPN sehingga dapat mengetahui air yang baik untuk dikonsumsi.
Rumusan Masalah
Bagaimana mengetahui kualitas air menggunakan metode MPN ?
Batasan Masalah
Dalam penulisan makalah ini, penulis menetapkan batasan masalah. Batasan masalah yang dimaksud adalah hanya membahas segala sesuatu tentang sampel air yang diamati.
Tujuan
Praktikum ini bertujuan agar mahasiswa mampu mengetahui kualitas air secara mikrobiologis dengan menggunakan metode MPN (most probable number).
Manfaat
Manfaat yang dapat diambil dalam praktikum ini adalah mahasiswa mampu melakukan identifikasi kualitas air pada suatu tempat tergolong buruk atau bagus dan mampu menerapkan metode MPN (most probable number) untuk mengetahui baik atau buruk kualitas ait di suatu daerah, selain itu dapat ditemui manfaat lain yaitu jika di suatu daerah terdapat sumber mata air yang akan dikonsumsi namun masyarakat sekitar tidak mengetahui kualitas air tersebut baik bagi kesehatan apa tidak, oleh karena itu dapat dimanfaatkan metode MPN (most probable number) untuk mengetahui apakah air tersebut layak dikonsumsi atau tidak.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Bakteri Kolifrom
Bakteri Coliform adalah jenis bakteri yang umum digunakan sebagai indikator penetuan kualitas sanitasi makanan dan air. Coliform sendiri sebenarnya bukan penyebab dari penyakit-penyakit bawaan air, namun bakteri jenis ini mudah untuk dikultur dan keberadaannya dapat digunakan sebagai indikator keberadaan organisme patogen seperti bakteri lain, virus atau protozoa yang banyak merupakan parasit yang hidup dalam sistem pencernaan manusia serta terkandung dalam feses. Organisme indikator digunakan karena ketika seseorang terinfeksi oleh bakteri patogen, orang tersebut akan mengekskresi organisme indikator jutaan kali lebih banyak dari pada organisme patogen. Hal inilah yang menjadi alasan untuk menyimpulkan bila tingkat keberadaan organisme indikator rendah maka organisme patogen akan jauh lebih rendah atau bahkan tidak ada sama sekali. Bakteri Coliform dijadikan sebagai bakteri indikator karena tidak patogen, mudah serta cepat dikenal dalam tes laboratorium serta dapat dikuantifikasikan, tidak berkembang biak saat bakteri patogen tidak berkembang biak, jumlahnya dapat dikorelasikan dengan probabilitas adanya bakteri patogen, serta dapat bertahan lebih lama daripada bakteri patogen dalam lingkungan yang tidak menguntungkan (Colome, 2001).
Bakteri Coliform adalah bakteri indikator keberadaan bakteri patogenik lain. Lebih tepatnya, sebenarnya, bakteri Coliform feka adalah bakteri indikator adanya pencemaran bakteri patogen. Penentuan Coliform fekal menjadi indikator pencemaran dikarenakan jumlah koloninya pasti berkorelasi positif dengan keberadaan bakteri patogen. Selain itu, mendeteksi Coliform jauh lebih murah, cepat, dan sederhana daripada mendeteksi bakteri patogenik lain. Contoh bakteri Coliform adalah, Esherichia coli dan Entereobacter aerogenes. Jadi, Coliform adalah indikator kualitas air. Makin sedikit kandungan Coliform, artinya, kualitas air semakin baik. (Friedheim, 2001). Eschericia coli, merupakan anggota Coliform yang dapat dibedakan dari bakteri Coliform lain karena kemampuannya memfermentasikan laktosa pada suhu 44°C (pada JPT hal ini dilakukan pada tahap terakhir atau saat uji kelengkapan). Pengidentifikasian dapat dilihat dari pertumbuhan dan reaksi yang memberikan warna berbeda pada media kultur khusus. Saat dikulutur pada media EMB, hasil positif E. coli adalah koloni berwarna hijau metalik. Tidak seperti golongan Coliform pada umumnya, E. coli merupakan bakteri yang berasal dari feses dan kehadirannya efektif mengkonfirmasi adanya kontaminasi fekal pada badan air. Umumnya, pada feses, E. coli ada sebanyak 11% dariColiform ().
Metode MPN ( Most Probable Number)
Jumlah mikroorganisme dapat dihitung melalui beberapa cara, namun secara mendasar dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu perhitungan langsung dan tidak langsung. Perhitungan secara langsung dapat mengetahui beberapa jumlah mikroorganisme pada suatu bahan pada suatu saat tertentu tanpa memberikan perlakuan terlebih dahulu, sedangkan jumlah organisme yang diketahui dari cara tidak langsung terlebih dahulu harus memberikan perlakuan tertentu sebelum dilakukan perhitungan. Perhitungan secara langsung, dapat dilakukan dengan beberapa cara antara lain adalah dengan membuat preparat dari suatu bahan (preparat sederhana diwarnai atau tidak diwarnai) dan penggunaan ruang hitung (counting chamber). Sedangkan perhitungan cara tidak langsung hanya untuk mengetahui jumlah mikroorganisme pada suatu bahan yang masih hidup saja (viable count). Dalam pelaksanaannya, ada beberapa cara yaitu, perhitungan pada cawan petri (total plate count/TPC), perhitungan melalui pengenceran, perhitungan jumlah terkecil atau terdekat (Metode MPN) dan kalorimeter (cara kekeruhan atau turbidimetri). Metode perhitungan MPN sering digunakan dalam pengamatan untuk menghitung jumlah bakteri yang terdapat di dalam tanah seperti Nitrosomonas danNitrobacter. Kedua jenis bakteri ini memegang peranan penting dalam meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman, sehubungan dengan kemampuannya dalam mengikat N2 dari udara dan mengubah amonium menjadi nitrat (Suriawiria, 2005).
Metode MPN merupakan salah satu metode perhitungan secara tidak langsung. Metode MPN terdiri dari tiga tahap, yaitu uji pendugaan (presumptive test), uji konfirmasi (confirmed test), dan uji kelengkapan (completed test). Dalam uji tahap pertama, keberadaan Coliform masih dalam tingkat probabilitas rendah, masih dalam dugaan. Uji ini mendeteksi sifat fermentatif Coliformdalam sampel (Suriawiria, 2005).
Dalam metode MPN, pengenceran harus dilakukan lebih tinggi daripada pengenceran dalam hitungan cawan, sehingga beberapa tabung larutan hasil pengenceran tersebut mengandung satu sel jasad renik. Beberapa tabung mungkin mengandung lebih dari satu sel, sedangkan tabung lainnya tidak mengandung sel. Dengan demikian setelah inkubasi diharapkan terjadi pertumbuhan pada beberapa tabung yang dinyatakan sebagai tabung positif sedang tabung lainnya negatif. Metode MPN biasanya digunakan untuk menghitung jumlah mikroba di dalam contoh yang berbentuk cair, meskipun dapat pula digunakan untuk contoh berbentuk padat dengan melakukan pengenceran terlebih dahulu. Metode MPN merupakan uji deretan tabung yang menyuburkan pertumbuhan Coliform sehingga diperoleh nilai untuk menduga jumlahColiform dalam sampel yang diuji. Uji positif akan menghasilkan angka indeks. Angka ini disesuaikan dengan tabel MPN untuk menentukan jumlah Coliform dalam sampel (Adam, 2001).
Untuk metode MPN (most probable number) digunakan medium cair dalam wadah berupa tabung reaksi, perhitungan di lakukan berdasarkan jumlah tabung yang positif yaitu tabung yang mengalami perubahan pada mediumnya baik itu berupa perubahan warna atau terbentuknya gelembung gas pada dasar tabung durham. Pada metode perhitungan MPN ini digunakan bentuk tiga seri pengenceran, yang pertama 10-1, 10-2 dan 10-3. Kemudian dari hasil perubahan tersebut dicari nilai MPNnya pada tabel nilai MPN, dan untuk jumlah bakterinya maka digunakan rumus (Cowan, 2004).
Air
Air merupakan bahan esensial bagi hidupnya organisme, oleh karena itu air selalu penuh dengan benda-benda hidup. Manusia dan makhluk-makhluk lain yang tidak hidup di dalam air senantiasa mencari tempat-tempat tinggal dekat air supaya mudah mengambil air untuk keperluan hidupnya, maka desa atau kota zaman dulu tumbuh di sekitar sumber air, di tepi sungai, atau di tepi danau. Sesudah manusia lebih maju, tempat tinggalnya tidak perlu dekat air dengan sumber jauh yang disalurkan dengan pipa dan didistribusikan. Pentingnya air di dalam tubuh manusia, berkisar antara 50%–70% dari seluruh total berat badan. Tulang manusia mengandung air sebanyak 22% berat tulang, dalam darah dan ginjal sebanyak 83%. Pentingnya air bagi kesehatan dapat dilihat dari jumlah air yang ada di dalam organ, 80% dari darah terdiri atas air, dalam tulang mengandung 25%, sedangkan dalam urat syaraf terdapat 75% air, dalam ginjal mengandung 80% air, dalam hati 70% air, dan otot 75% air. Kekurangan air menyebabkan penyakit batu ginjal dan kandung kemih, karena terjadi kristalisasi unsur-unsur yang ada di dalam cairan tubuh. Kehilangan air sebanyak 15% dari berat badan dapat mengakibatkan kematian. Kebutuhan minum orang dewasa adalah minimum 1,5–2 liter air sehari (Prescott, 2003).
Air merupakan komponen esensial bagi kehidupan jasad hidup. Akan tetapi dapat juga merupakan suatu substansi yang membawa malapetaka, karena air dapat membawa mikroorganisme patogen dan zat-zat kimia yang bersifat racun .Banyaknya kontaminan dalam air memerlukan standar tertentu untuk menjamin kebersihannya. Air yang terkontaminasi oleh bakteri patogen saluran cerna sangat berbahaya untuk diminum. Hal ini dapat dipastikan dengan penemuan organisme yang ada dalam tinja manusia atau hewan dan yang tidak pernah terdapat bebas di alam. Ada beberapa organisme yang termasuk kategori ini, yaitu bakteri Coliform (Escherichia coli), Enterococcus faecalis,dan Clostridium. Di Indonesia, bakteri indikator air terkontaminasi adalah Escherichia coli (Fardiaz, 2002).
9
BAB III
METODELOGI PENELITIAN
Waktu Dan Tempat
Praktikum ini dilaksanakan pada tanggal 5 Mei 2015 hari Selasa pada pukul 11.35-15.10 di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Brawijaya Malang.
Alat Dan Bahan
Alat
Botol dengan volume 100 ml
LAF (Laminar Air Flow)
Tabung reaksi kecil
Tabung Durham
Vortex
Gelas ukur 10 ml
Pipet ukur
Lampu spiritus
Inkubator
Rak tabung reaksi
Bahan
Sampel air minum
Aquades steril
Medium KL (Kaldu Laktose)
Medium BGLB (Briliant Green Lactose Bile Broth)
Medium MCA (Mac Conkey Agar)
Alkohol 70%
Lisol
Sabun cuci
Koro api
10.Lap
Skema Kerja
Tes Pendugaan
Menyediaan 100 ml sampel air sumur yang akan diperiksa. Menyiapkan juga 3 buah tabung reaksi berisi 9 ml aquades steril dan 9 buah tabung reaksi berisi tabung Durham yang telah diisi 3 ml medium kalsu lactose
Secara aseptik menginokulasikan 1 ml sampel air sumur ke dalam tabung reaksi berisi 9ml aquades steril dan 9 lalu mengocok tabung tersebut sehingga diperoleh pengenceran sebesae 10-1
Melakukan pengenceran dengan cara yang sama sehingga diperoleh pengenceran 10-2 dan 10-3
Menyiapkan 9 tabung reaksi berisi medium kaldu laktose, memberi kode A1, A2, A3, B1, B2, B3, C1, C2, dan C3. Memasukkan 1ml sampel dengan pengenceran 10-1 ke dalam tabung A1, A2, A3. Memasukkan 1ml sampel dengan pengenceran 10-2 ke dalam tabung B1, B2, B3. Memasukkan 1 ml sampel dengan pengenceran 10-3 ke dalam tabung C1, C2, dan C3
Menginkubasikan semua taung reaksi pada suhu 370 C selama 1x24 jam. Jika timbul gas dalam tabung Durham pad abagian dasar, maka melakukan tes penegasan. Jika tidak ada gas, menunggu hingga 1x24 jam berikutnya. Jika tetap tidak ada gas, maka sampel air minum tersebut tidak perlu diperiksa lebih lanjut
Tes Penegasan
Melakukan inokulasi air minum yang menghasilkan gasa pada tes pendugaan. Memperlakukan seperti pada tes pendugaan, tetapi medium yang digunakan ialah BGLB (Briliant Green Lactose Bile Broth) sebanyak 9 tabung reaksi @3ml
Memasukkan semua tabung reaksi tersebut ke dalam inkubator pada suhu 440C selama 1x24 jam. Jika terdapat gas pada bagian dasar tabung Durham, berarti dalam sampel air minum terdapat bakteri Coliform fekal. Jika tidak ada gas, maka menunggu sampai 2x24 jam. Jika ada gas, berarti sampel air tersebut mengandung bakteri Coliform fekal. Untuk mengetahui nilai MPN bakeri coliform yang tergantung dalam sampel air minum ini, kita dapat melihat dalam tabel MPN.Menghitung nilai MPN Coliform berdasarkan rumus.
Tes Kepastian
Menginokulasikan 0,1 ml sampel air minum padamasing-masing tingkat pengenceran 10-1, 10-2, dan 10-3 pada medium Mac Conkey Agar (MCA), kemudian inkubasikan pada suhu 370C selam 1x24 jam atau 2x24 jam
Lalu mengamati koloni bakteri yang tumbuh pada permukaan medium. Koloni yang berwarna merah merupakan koloni bakteri yang memfermentasikan laktose, sedang koloni yang tidak berwarna merah merupakan koloni bakteri yang tidak memfermentasikan laktose.
Menghitung jumlah koloni bakteri kedua kelompok bakteri ini, berdasarkan tingkat pengenceran, lalu hitung reratanya
11
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Data Pengamatan
Medium KL
Medium KL
Ada/tidaknya gelembung
A1
A2
-
A3
-
B1
-
B2
B3
-
C1
-
C2
-
C3
-
Medium BGLB
Medium BGLB
Ada/tidaknya gelembung
A1
-
A2
-
A3
-
B1
-
B2
B3
-
C1
C2
-
C3
12
Medium MCA
Medium MCA
Ada/tidaknya koloni berwarna merah
1
-
2
-
3
-
Berdasarkan data yang diperoleh, didapatkan nilai MPN pada tiap-tiap uji dengan medium tertentu.
Pada medium KL, didapatkan nilai MPN dari perhitungan sebagai berikut:
Nilai MPN Coliform=Nilai MPN tabel x 1Tingkat pengenceran tengah
Sedangkan pada medium BGLB, didapatkan nilai MPN dari perhitungan sebagai berikut:
Nilai MPN Coliform=Nilai MPN tabel x 1Tingkat pengenceran tengah
=0,092 x 110-2
=9,2 sel/100ml
Dan pada medium MCA, didapatkan nilai sebagai berikut
10-1 :0 x 110-1=0 x 10 ml=0
10-2 :0 x 110-2=0 x 10 ml=0
10-3 :0 x 110-3=0 x 10 ml=0
13
Pembahasan
Dalam pengujian mengenai kualitas air, dilakukan tiga tahap pengujian. Tahap pertama yaitu Uji Pendugaan dengan menggunakan medium KL (Kaldu Laktose). Uji pendugaan ini dilakukan untuk mengetahui ada atau tidaknya mikroorganisme pada air dengan indicator ada atau tidaknya gelembung pada medium dalam waktu 1x24 jam. Berdasarkan data yang diperoleh dalam uji ini, diketahui terdapat dua seri tabung yang tampak adanya gelembung. Yaitu pada seri tabung A1 dan B2 dari 3 seri tabung (A, B, dan C). Dimana A merupakan tingkat pengenceran pertama, B merupakan tingkat pengenceran kedua, dan C merupakan tingkat pengenceran ketiga). Dapat diambil kesimpulan untuk uji pendugaan pada sampel air A1 dan B2 ditemukan mikroba yang mampu memfermentasiakan laktosa dimana bearti mikroba tersebut menghasilkan gas pada tabung Durham. Terbentuknya gelembung gas dalam tabung Durham disebabkan karena adanya mikroba pembentuk gas (Fardiaz S., 1992). Didukung oleh sumber lain bahwa timbulnya gas disebabkan karena kemampuan bakteri coliform yang terdapat pada sampel air dalam memfermentasikan laktosa dengan menghasilkan asam dan gas dalam waktu 48 jam dan pada suhu 350 C (Pelczar dan Chan., 2006). Dengan demikian didapatkan nilai MPN tabel sebesar 0,073. Sedangkan nilai MPN Colliform sebesar 7,3 sel/ 100 ml.
Tahap kedua adalah uji kepastian. Dalam uji ini digunakan medium BGLB (Brilliant Green Lactose Bile Broth). Menurut Dwijoseputro, hijau berlian yang terdapat pada uji kepastian berguna untuk menghambat pertumbuhan bakteri Gram positif dan menggiatkan pertumbuhan bakteri golongan kolon dengan melihat ada atau tidaknya gas sebelum 48 jam berakhir. Dengan demikian hanya bakteri golongan kolon saja yang dapat tumbuh di medium ini (Dwijoseputro, 2005). Setelah 2x24 jam didapatkan data yang diperoleh , diketahui bahwa dari ketiga seri tabung, hanya tabung B dan C yang menunjukkan hasil positif sedangkan A tidak. Padahal pada uji pendugaan, hasil positif ditunjukkan oleh tabung A dan B sedangkan C tidak. Ini berarti pada sampel air di tabung A terdapat mikroorgaisme gram positif dan bukanlah bakteri golongan kolon. Pada tabung seri B terdapat mikroorganisme golongan kolon. Sedangkan pada tabung seri C pada uji pendugaan tidak terdapat gelembung namun pada uji kepastian pada tabung C terdapat gelembung yang menunjukkan bahwa pada tabung C terdapat bakteri golongan kolon. Ketidak sesuaian hasil pada uji pendugaan dengan uji kepastian pada tabung C mungkin disebabkan oleh kurang telitinya pengamat sehingga pengamat tidak melihat adanya gelembung pada uji pendugaan untuk tabung seri C. Faktor lain yang mungkin menjadi penyebab ketidak sesuaian ini adalah pada pengamatan 1x24 jam pada medium KL gelembung belum tampak/muncul sehingga seolah-olah uji pendugaan pada tabung C menunjukkan hasil negatif.
Tahap pengujian yang ketiga yakni pengujian dengan medium MCA (Mac Conkey Agar). Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya bakteri E.coli pada sampel air yang diuji dengan melihat ada tidaknya koloni E.coli berwarna merah. Dari data yang kami peroleh mengenai uji ini diketahui bahwa pada sampel air yang di uji tidak ditemukan adanya E.coli.
Bakteri coliform merupakan parameter mikrobiologis terpenting kualitas air minum. Kelompok bakteri coliform terdiri atas Eschericia coli, Enterobacter aerogenes, Citrobacter fruendii, dan bakteri lainnya. Meskipun jenis bakteri ini tidak menimbulkan penyakit tertentu secara langsung, keberadaannya di dalam air menunjukkan tingkat sanitasi rendah. Oleh karena itu, air yang akan dikonsumsi harus bebas dari semua jenis coliform. Semakin tinggi tingkat kontaminasi bakteri coliform, semakin tinggi pula risiko kehadiran bakteri-bakteri patogen lain yang biasa hidup dalam kotoran manusia dan hewan. Salah satu contoh bakteri patogen-yang kemungkinan terdapat dalam air terkontaminasi kotoran manusia atau hewan berdarah panas-adalah Shigella, yaitu mikroba penyebab gejala diare, deman, kram perut, dan muntah-muntah (Fardiaz,1989).
Jenis bakteri coliform tertentu, misalnya E. coli O:157:H7, bersifat patogen dan juga dapat menyebabkan diare atau diare berdarah, kram perut, mual, dan rasa tidak enak badan (Dad,2000).
Pengamatan uji kualitas air kali ini, digunakan metode MPN (Most Probable Number ). Di mana metode ini terdiri atas tiga tahap, yaitu uji pendugaan, uji penegasan, dan uji penguatan.
Uji tahap pertama (pendugaan), menggambarka keberadaan coliform masih dalam tingkat probabilitas rendah; masih dalam dugaan. Uji ini mendeteksi sifat fermentatif coliform dalam sampel. Karena beberapa jenis bakteri selain coliform juga memiliki sifat fermentatif, diperlukan uji konfirmasi untuk mengetes kembali kebenaran adanya coliform dengan bantuan medium selektif diferensial. Uji kelengkapan kembali meyakinkan hasil tes uji konfirmasi dengan mendeteksi sifat fermentatif dan pengamatan mikroskop terhadap ciri-ciri coliform: berbentuk batang, gram negatif, tidak-berspora (Fardiaz,1989).
Output metode MPN adalah nilai MPN. Nilai MPN adalah perkiraan jumlah unit tumbuh (growth unit) atau unit pembentuk-koloni (colony-forming unit) dalam sampel. Namun, pada umumnya, nilai MPN juga diartikan sebagai perkiraan jumlah individu bakteri. Satuan yang digunakan, umumnya per 100 mL atau per gram. Jadi misalnya terdapat nilai MPN 10/g dalam sebuah sampel air, artinya dalam sampel air tersebut diperkirakan setidaknya mengandung 10 coliform pada setiap gramnya. Makin kecil nilai MPN, maka air tersebut makin tinggi kualitasnya, dan makin layak minum. Metode MPN memiliki limit kepercayaan 95% sehingga pada setiap nilai MPN, terdapat jangkauan nilai MPN terendah dan nilai MPN tertinggi (Fardiaz,1989).
Metode MPN ini menggunakan medium cair di dalam tabung reaksi, yang perhitungannya dilakukan berdasarkan jumlah tabung yang positif setelah diinkubasi pada suhu dan waktu tertentu. Pengamatan tabung positif dapat dilihat dengan mengamati timbulnya kekeruhan atau terbentuknya gas pada tabung Durham untuk mikroba pembentuk gas, seperti E. coli. Metode MPN ini biasanya dilakukan untuk menghitung jumlah mikroba di dalam sampel cair, dapat pula dilakukan untuk menghitung jumlah mikroba untuk sampel yang bentuknya padat, dengan terlebih dahulu membuat suspensi 1:10 dari sampel tersebut.
Menurut Dwidjoseputro (1989), air tanah mangandung zat-zat anorganik maupun zat-zat organic yang merupakan tempat yang baik bagi pertumbuhan dan perkembangan mikroorganisme (kehidupan mikroorganisme). Mikroorganisme yang autotrof merupakan penghuni pertama dalam air yang mangandung zat-zat anorganik. Sel-sel yang mati merupakan bahan organic yang memungkinkan kehidupan mikroorganisme yang heterotrof. Temperatur juga ikut menentukan populasi mikroorganisme di dalam air. Pada temperature sekitar 30°C merupakan temperatur yang baik bagi kehidupan bakteri patogen yang berasal dari hewan maupun manusia. Sinar matahari (terutama sinar ultraviolet) memang dapat mematikan bakteri, akan tetapi daya tembus sinar ultraviolet ke dalam air tidak maksimal. Air yang berarus deras kurang baik bagi kehidupan bakteri. Hal ini berkaitan dengan tidak maksimalnya perkembangbiakan bakteri, karena kebanyakan bakteri memerlukan media/ substrat yang tenang untuk perkembangbiakannya (Dwijoseputro, 1989).
Masalah air bersih yang kurang memenuhi syarat sangat berpengarauh terhadap kualitas produk. Sebagai contoh di dalam industri minuman, jika air yang digunakan kurang baik maka produk yang dihasilkan juga kurang baik, apalagi jika air yang digunakan tidak steril maka produk yang dihasilkan dapat terkontaminasi oleh mikroorganisme patogen yang mana dapat membayakan konsumen (Fardiaz,1989). Berdasarkan hasil nilai MPN yang kami lakukan, maka nilai tersebut menunjukkan bahwa sampel yang kami uji kurang layak untuk diminum. Namun, dimungkinkan pula terjadi
kesalahan praktikan saat praktikum, dimana kurangnya praktikan dalam memperhatikan teknik aseptic. Jadi, coliform adalah indikator kualitas air. Makin sedikit kandungan coliform, artinya, kualitas air semakin baik
17
BAB V
PENUTUP
Kesimpulan
MPN adalah suatu teknik enumerasi pada mikrobia (dalam hal ini coliform fecal), pada suatu bahan cairan. Metode MPN terdiri dari tiga tahap, yaitu uji pendugaan (presumtive test), uji konfirmasi (confirmed test), dan uji kelengkapan (completed test). Dalam uji tahap pertama, keberadaan coliform masih dalam tingkat probabilitas rendah; masih dalam dugaan. Organisme kelayakan konsumsi air atau bahan pangan cair adalah kelompok bakteri koliform yaitu: spesies Escherichia coli, Enterobacter dan Klebsiella.
Semakin tinggi nilai MPN suatu air maka semakin banyak bakteri koliform pada air tersebut.
Saran
Adapun saran yang dapat ingin disampaikan adalah sebaiknya di dalam pelaksanaan praktikum kali ini waktu yang telah ditetapkan digunakan sebaik-baiknya sehingga praktikum dapat berjalan sesuai dengan apa yang diinginkan. Selain itusampel yang diujikan dapat diganti untuk praktikum selanjutnya, sehingga dapat diketahui kualitas air yang diujikan selanjutnya.
Sebelum kita menggunakan atau mengkonsumsi air dari dari sumber tertentu alangkah baiknya apabila diperiksa terlebih kandungan apa saja yang terdapat dalam air tersebut karena apabila air mengandung bakteri patogen tentu dapat mengganggu kesehatan tubuh
18
BAB VI
DAFTAR PUSTAKA
Colome,JS. Et al. 2001. Laboratory Exercises in Microbiology. West Publishing Company.
New York
Cowan,ST. 2004. Manual for the Identification of Medical Fungi. Cambridge University
Press. London.
Dad.2000.Bacterial Chemistry and Physiology. John Wiley & Sons, Inc., New York, p. 426.
Dwijoseputro. 2005. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jakarta : Penerbit Jambatan.
Fardiaz, S.,.1989. Analisis Mikrobiologi Pangan, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, IPB.
Prescott, L.M. 2003. Microbiology. Mc Graw Hill. New York
Suriawiria, U. 2005. Mikrobiologi Dasar. Papas Sinar Sinanti. Jakarta.
S. Budiarti, Retni dan Harlis. Penuntun Praktikum Mikrobiologi Lingkungan
19