LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI II PENETAPAN POTENSI ANTIBIOTIKA SECARA MIKROBIOLOGI BERDASARKAN FARMAKOPE INDONESIA EDISI V
Kelompok H-5 : 1. 2. . 4.
Putri Putri Rasdian Rasdianti ti Qoin Qoina a Rika !a !amai"anti Ri$ka %ukmasari
(201421 (2014210171 0171)) (2014 (201421 2101 017 7)) (20142101#1) (20142101#5)&&
FAKULTAS FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS PANCASILA JAKARTA 2017
BAB I PENDAHULUAN A. Lata Latarr Bela Belaka kang ng Antibi Antibioti otika ka sudah sudah banyak banyak digunak digunakan an oleh oleh masya masyaraka rakatt untuk untuk
pengobatan berbagai penyakit terutama penyakit infeksi.Akan tetapi akibat pemakaian yang tidak rasional dan pemakaian yang tidak tuntas dari dari anti antimi mikr kroba oba mala malah h dapat dapat memb membaha ahaya yakan kan bagi bagi pasie pasien. n.Ba Bakt kter erii penyebab penyakit ini dapat menjadi resistensi terhadap pengobatan dengan dengan antimi antimikro kroba. ba. Antibi Antibioti otik k diguna digunakan kan untuk untuk mengoba mengobati ti berbag berbagai ai jenis infeksi akibat kuman atau juga untuk prevensi infeksi, misalnya pada pembedahan besar. Uji potensi potensi antibiotik antibiotikaa secara mikrobiol mikrobiologik ogik adalah suatu teknik untuk menetapkan menetapkan suatu suatu potensi potensi
antibiotika antibiotika dengan mengukur mengukur efek efek
senyawa tersebut terhadap pertumbuhan mikroorganisme uji yang peka dan sesu sesuai ai.E .Efe fek k yang yang diti ditimb mbul ulka kan n pada pada senya senyawa wa uji uji dapat dapat berupa berupa hambatan pertumbuhan. Antibi Antibioti otika ka adalah adalah suatu suatu subst substans ansii kimia kimia yang dibent dibentuk uk atau atau diperoleh dari berbagai spesies mikroorganisme, yang dalam konsentrasi rendah rendah mampu mampu mengham menghambat bat pertum pertumbuha buhan n mikroo mikroorg rgani anisme sme lainny lainnya. a. Antibiotika tersebar di dalam alam dan memegang peranan penting dalam mengat mengatur ur popula populasi si mikrob mikrobaa dalam dalam tanah, tanah, air, air, limbah limbah,, dan kompos kompos.. Antibiotika ini memiliki susunan kimia dan cara kerja yang berbeda-beda sehingga sehingga masing-mas masing-masing ing antibiotika antibiotika memiliki memiliki kuman standar standar tertentu. tertentu. ari ari sekian sekian banyak banyak antibi antibioti otika ka yang yang telah telah berhas berhasil il ditemu ditemukan kan,, hanya hanya beberapa saja yang cukup tidak toksik untuk dapat dipakai dalam pengobatan.
B. Peru Perumus musan an Masala Masalah h !. Apa yang dimaks dimaksud ud denga dengan n antibi antibioti otika" ka" #. $apan suatu bahan diklasifi diklasifikasika kasikan n sebagai sebagai antibi antibiotika" otika"
%. &. '. ).
Apa yang dmaksud dengan potensi antibiotika " Bagaimana prinsip penetapan potensi antibiotika" Berapa metode umum yang digunakan untuk penetapan potensi (ntibiotic" Bagaimana cara penetapan * potensi antibiotika secara mikrobiologi"
C. Tujuan !. +ahasiswa mampu memahami prosedur penetapan potensi antibiotika
berdasarkan farmakope ndonesia edisi #. +ahasiswa mampu melakukan uji penetapan potensi antibiotika berdasarkan farmakope ndonesia edisi dan menginterpretasi hasilnya. D. Manfaat ebagai tindakan pencegahan masyarakat terhindar dari resistensi antibiotik dan
mencegah penyebaran obat antibiotik yang tidak layak digunakan
BAB II TINJAUAN PUSTAA efinisi antibiotika menurut /urpin dan elu adalah senyawa kimia yang dihasilkan oleh organisme hidup atau yang diperoleh melalui proses sintesis yang memiliki indeks kemoterapi yang tinggi, yang manifestasi aktivitasnya pada dosis yang sangat rendah secara spesifik mampu menghambat proses vital tertentu pada virus, mikroorganisme ataupun juga berbagai organisme bersel banyak uatu bahan diklasifikasikan sebagai antibiotika apabila 0jide, #11'2 3
a. Bahan tersebut merupakan produk metabolisme 0alami maupun sintesis2. b. Bahan tersebut adalah produk sintesis yang dihasilkan sebagai analog struktur suatu antibiotika yang terdapat di alam. c. Bahan tersebut mengantagonis pertumbuhan atau keselamatan suatu spesies mikroorganisme atau lebih. d. Bahan tersebut efektif dalam konsentrasi rendah. 4otensi antibiotika merupakan besaran aktivitas biologis dari suatu antibiotika yang tidak dapat di tentukan secara kimia atau fisikokimia, tetapi umumnya dilakukan secara mikrobiologi . 4rinsip penetapan potensi antibiotika adalah dengan membandingkan kemampuan suatu antibiotika dengan antibiotika baku dalam menghambat pertumbuhan mikroba uji yang peka. Antibiotika baku adalah antibiotika yang kadar dan aktivitasnya telah diketahui dengan pasti dibandingkan dengan antibiotik baku internasional.
4enentuan nilai-nilai ini dapat dilakukan dengan salah satu dari dua metode utama berikut3 lempeng slinder atau turbidimetri. engan menggunakan bakteri percobaan standar dan contoh obat yang telah dikenal sebagai perbandingan, metode ini dapat digunakan untuk menentukan potensi antibiotika yang sedang diperiksa atau kepekaan mikroorganisme. 4enetapan aktivitas antibiotik secara in vitro dapat dikelompokan ke dalam dua cara yaitu 05attimena, !66!2 3 !. 7ara difusi agar menggunakan cakram kertas, silinder atau cekungan sebagai reservoir antibiotik #. 7ara turbidimetri pada media cair Met!"e D#fus# Agar
ifusi adalah perpindahan posisi molekul secara acak dari suatu tempat ke tempat lain. +enurut hukum 8ick, larutan antibiotik yang berdifusi dalam media
agar akan terjadi gradien konsentrasi dimana dalam interval waktu tertentu akan menunjukan suatu kecepatan difusi 09ewitt, !6::2. 4ada penetapan potensi cara difusi agar, ;at yang akan diperiksa berdifusi dari pecadang lalu masuk ke dalam media agar yang telah diinokulasi dengan bakteri uji kemudian menghambat pertumbuhan bakteri. Bakteri uji baik bentuk vegetatif 7 dicampurkan dengan suspensi bakteri pada cawan petri steril, dibiarkan memadat. etelah agar memadat, dibuat lubang-lubang dengan perforator dan kedalam lubang tersebut
dimasukan ;at yang akan diuji aktivitas antibakterinya kemudian diinkubasi selama !=-#& jam pada suhu %:> 7. Aktivitas antibakteri dapat dilihat dari daerah hambat yang terjadi disekelilingnya berupa daerah bening 04elc;ar, !6==2. %. /eknik silinder Enam silinder tahan karat dijatuhkan diketinggian !# mm kepermukaan inokulum pada cawan petri. ?arak antara titik tengah silinder dengan silinder lainnya kurang lebih #=-%1 mm. ilinder diisi dengan larutan pembandingdan sediaan uji sedemikian rupa sehingga letak silinder yang berisi larutan pembanding dan uji berselang-seling. 7awan diinkubasikan pada suhu %1 - %'> 7 selama !)-!= jam. ilinder diangkat dan diameter daerah hambat diukur 0epkes @, !6:62.
ambar #.! +etode empeng ilinder
Tur$#"#metr# +etode turbidimetri berdasarkan atas hambatan pertumbuhan biakan
mikroba dalam larutan homogen antibiotik dalam media cair yang dapat menumbuhkan mikroba dengan cepat bila tidak terdapat antibiotika yang ditunjukan oleh kekeruhan media pertumbuhan mikroorganisme dan diukur dengan alat yang sesuai misalnya spektrofotometer.
ambar #.# metode turbidimetri
Tetras#kl#n
/etrasiklin merupakan salah satu obat antimikroba yang menghambat sintesis protein mikroba. Untuk kehidupannya, sel mikroba perlu mensintesis berbagai protein. intesis protein berlangsung di ribosom, dengan bantuan m@CA dan t@CA. 4ada bakteri, ribosom terdiri atas atas dua subunit, yang berdasarkan konstanta sedimentasi dinyatakan sebagai ribosom %1 dan '1. untuk berfungsi pada sintesis protein, kedua komponen ini akan bersatu pada pangkal rantai m@CA menjadi ribosom :1 0?awet;, et. al. #11&2. Antibiotika golongan tetrasiklin yang pertama ditemukan adalah klortetrasiklin kemudian ditemukan oksitetrasiklin. /etrasiklin sendiri dibuat secara semisintetik dari klortetrasiklin, tetapi juga dapat diperoleh dari species treptomyces lain. emeklosiklin, doksisiklin dan minosiklin juga termasuk antibiotic golongan tetrasiklin 0Cester, et. al. !6:%2. olongan tetrasiklin terbagi menjadi beberapa jenis, antara lain3 a. $ortetrasiklin b. Dksitetrasiklin c. /etrasiklin d. emeklosiklin
e. oksisiklin f.
+inosiklin
/etrasiklin memiliki struktur dasar seperti yang diperlihatkan di bawah ini. Bentuk-bentuk radikal terjadi dalam bentuk yang berbeda3
ambar #.% struktur umum golongan tetrasiklin
Mekanisme kerja golongan Tetrasiklin olongan tetrasiklin menghambat
sintesis protein bakteri pada
ribosomnya. 4aling sedikit terjadi # proses dalam masuknya antibiotik ke dalam ribosom bakteri gram negatif3 pertama yang disebut difusi pasif melalui kanal hidrofilik, ke dua adalah sistem transport aktif. etelah masuk, maka antibiotik berikatan dengan ribosom %1 dan menghalangi masuknya kompleks t@CAasam amino pada lokasi asam amino. $erjanya bersifat bakteriostatik. Aktifitas Antimikroba
/etrasiklin diserap oleh bakteri yang peka dan menghambat pembentukan protein dengan menghambat pengikatan aminoasil-t@CA pada unit %1 pada ribosom bakteri. Bakteri resisten tidak dapat mengkonsentrasikan obat tersebut. @esistensi ini dikendalikan oleh plasmid yang dapat ditularkan. /etrasiklin terutama merupakan obat bakteriostatik. Dbat ini menghambat pertumbuhan bakteri gram-positif dan gram-negatif yang peka 0dihambat oleh 1,!-! g
yang meliputi
kuman gram positif seperti3 B. antrachis, Clostridium tetani, dan Listeria monocytogenes 0sebagai pengganti penisilin2, serta kuman gram negatif seperti3 Brucella,
Vibrio
cholerae,
Bordetella
pertusis,
Acinetobacter,
dan
Fusobacterium. elain itu tetrasiklin juga aktif terhadap spiroket, mikoplasma, riketsia, klamidia, legionela, dan proto;oa tertentu. Efek Sam%#ng
olongan tetrasiklin menyebabkan pelbagai tingkat gangguan saluran pencernaan 0mual, muntah, diare2, ruam kulit, lecet pada selaput lender, dan demam pada benyak penderita, terutama pada pemberian yang lama dan dosis tinggi. /etrasiklin diendapkan pada jaringan tulang dan gigi, terutama pada janin dan selama ) tahun pertama kehidupan. 4erubahan warna dan fluoresensi gigi terjadi pada bayi baru lahir bila tetrasiklin digunakan oleh wanita hamil dalam
waktu lama. 4ada kehamilan, kerusakan hati dapat terjadi. /etrasiklin yang kadaluwarsa dapat mengakibatkan kerusakan ginjal 0?awet; et. al., !66)2. Resistensi Beberapa spesies kuman , antara lain3 E. coli , banyak strain dari S.
aureu, Pseudomonas aeruginosa, Shigella, . gonorrhoeae, dan Bacteroides memiliki resistensi terhadap tetrasiklin. +eskipun demikian, tetrasiklin masih dapat digunakan untuk pengobatan terhadap infeksi S. aureus dan kelompok Enterokokus, namun hanya sebagai obat sekunder.
Sta%h&l!'!''us aureus
Bakteri Staphylococcus aureus
merupakan bakteri yang hidup di
permukaan tubuh individu sehat tanpa membahayakan, terutama sekitar hidung, mulut, alat kelamin, dan rektum. /etapi ketika kulit kita mengalami luka atau tusukan, bakteri ini akan masuk melalui luka dan menyebabkan infeksi. Bakteri ini sering menyebabkan penyakit permukaan kulit minor, termasuk terbentuknya nanah, bisul pada folikel rambut. Bakteri Staphylococcus aureus dapat menyebabkan bisul, impetigo, toFic shock syndrome, folliculities, dan infeksi lainnya. 8armakokinetik dari levofloFacin yang terdapat pada serum dan lepuhan cairan kulit 0S!in Blister Fluid 2. Staphylococcus aureus merupakan coccus gram positif, berbentuk anggur apabila diamati melalui mikroskop. Biasanya membentuk koloni bulat berwarna kekuningan apabila dikembangbiakan pada nutrient agar di dalam cawan 4etri0/odar, #11:2. Staphylococcus aureus biasa hidup pada kulit, saluran pernafasan, dan saluran pencernaan. Bakteri ini dapat menyebabkan jerawat dan jika terdapat di bawah kulit, dapat menyebabkan
abses. i rumah sakit, keresistenan
Staphylococcus aureus terhadap antibiotik adalah masalah besar. Beberapa genus
Staphylococcus aureus mensekresi racun dan dapat menyebabkan kematian. 0/odar, #11:2.
ambar #.& Staphylococcus aureus
Staphylococcus aureus
$lasifikasi3 $ingdom
3 Bacteria
8ilum
3 8irmicutes
$elas
3 Bacilli
Drdo
3 Bacillales
8amili
3 taphylococcaceae
enus
3 taphylococcus
pecies
3 S. aureus
BAB III MET(D(L()I Alat 3 /abung-tabung steril, pipet-pipet volume steril, cawan-cawan petri steril, pencadang-pencadang besi steril , pinset, labu Erlenmeyer, lampu spirtus, alat ukur 9
Antibiotika
/etrasiklin
,uspensi
biakan
mikroba
uji
0taphylococcus aureus2 , arutan pengencer antibiotika yang sesuai, Cutrient Agar 0CA2 7ara $erja3 A. Pena%an Larutan Baku itimbang seksama sejumlah tertentu bahan baku yang kemudian
dilarutkan dengan pengencer yang sesuai hingga diperoleh larutan induk baku dengan konsentrasi !11
% baku 7ara penetapan 3 4enetapan untuk pembuatan kurva baku dan penetapan potensi contoh dilakukan bersamaan C. Pem$uatan ur*a Baku
!. isiapkan % cawan petri untuk masing-masing dosis larutan baku, kecuali untuk dosis larutan baku %. $e dalam tiap cawan petri dituangkan !'m media CA 0I&'J72 ,digoyang hingga membentuk lapisan dan dibiarkan hingga memadat sebagai lapisan dasar. $e permukaan lapisan dalam tiap cawan dituangkan 'm agar inokula, digoyang dan diputar hingga membentuk lapisan yang rata dan dibiarkan
hingga
memadat.
Agar
inokula
dibuat
dengan
caramenambahkan %,'m suspense bakteri ke dalam :1m media cair steril. #. ebanyak ) slinder besi tahan karat steril dijatuhkan pada permukaan lapisan agar inokula dalam tiap cawan. $e dalam % slinder pada cawan-cawan untuk dosis larutan baku !, diteteskam 1,!m larutan baku ! dan ke dalam % slinder lainnya 1,!m larutan baku % %. $e dalam slinder-slinder pada cawan-cawan untuk dosis larutan baku # dilakukan penetesan seperti di atas menggunakan larutan baku # dan % . pada cawan-cawan untuk dosis larutan baku & menggunakan larutan baku & dan %, dan pada cawan-cawan untuk dosis larutan baku ' menggunakan larutan baku ' dan % &. emua cawan dibiarkan lebih kurang ! jam 0pra inkubasi2, kemudian diinkubasi pada suhu %'-%:J7 selama !=-#&jam. etelah masa inkubasi, garis tengah daerah hambatan yang terbentuk diukur dan dilakukan koreksi terhadap garis tengah rata-rata daerah hambatan dosis larutan baku !,#,&,dan' seperti yang tertera pada perhitungan '. aris tengah rata-rata daerah hambatan yang telah dikoreksi dibuat kurva baku log dosis terhadap garis tengah hambatan pada kertas grafik semilog dengan log dosis sebagai sumbu K dan garis tengah hambatan sebagai sumbu L. D. Peneta%an %!tens# '!nt!h
!. isiapkan % cawan petri untuk dosis larutan uji u, dari tiap contoh dan dilakukan sampai peletakan slinder besi tahan karat seperti pada pembuatan kurva baku. $e dalam % slinder pada cawan-cawan untuk larutan uji U dari tiap contoh diteteskan masing-masing 1,!m larutan uji u dan kedalam % slinder lainnya 1,!m larutan baku % #. emua cawan dibiarkan selama ! jam, kemudian diinkubasi pada suhu %'-%:J7 selama !=-#&jam. aris tengah daerah hambatan yang terbentuk setelah masa inkubasi diukur dan dilakukan koreksi terhadap garis tengah rata-rata daerah hambatan larutan uji seperti yang tertera pada perhitungan interpolasikan garis tengah rata-rata yang telah dikoreksi ke kurva baku yang telah dibuat untuk menghitung potensi contoh
BAB I+
HASIL P,ATIUM DAN PEMBAHASAN
A. Ta$el Pengamatan "an Perh#tungan !. 4erhitungan Antibiotik 3 /etrasiklin osis tengah 0%2 3 1,#&g
! N
1,25 0,24 μg x 1
# N
1,25
=0,150 μg
=0,192 μg
% N 1,#& g
' N
1
= 0,375 μg
4engenceran 3 !.C!N#.C# ! O !. !1 g
@ata P rata %/ N !1,'' I %,1) ´ @ata-rata koreksi ! N DDHS 1 Q 0%/ -
S ´31 2
N =,'=Q 0!1,'' P =,11 2 N !!,!% mm ´ ´ @ata-rata koreksi # N DDHS 2 Q 0%/ - S 32 2 N !#,'1 Q 0!1,'' P :,'12 N !','' mm ´ ´ @ata-rata koreksi & N DDHS 4 Q 0%/ - S 34 2 N !#,== Q 0!1,'' P !#,::2 N !1,)) mm ´ ´ @ata-rata koreksi ' N DDHS 5 Q 0%/ - S 35 2 N !!,#1 Q 0!1,'' P !&,'=2 N !!,=' mm
-. Ta$el %engamatan 5aktu inkubasi 3 !).11 5B osis iameter
aerah 9ambat 0mm2
@ata-rata
@ata-rata koreksi
0mm2
0mm2
!
%!
#
%#
&
%&
'
%'
u
%u
7awan =,:' :,'1 6,'1 :,'1 =,:' :,:' !),'1 !#,'1 6,#' !#,#' 6,1 !,#' !%,#1 !!,!' !&,%1 !&,!! !!,!' !%,1' !&,11 !:,'1 !#,:' !!,'1 !=,#' !&,11 !1,!#' !!,:' !!,:' =,'1 !1,:' !1,&'
=,'= I !,1!
=,1 I 1,))
!#,'1I%,)%
!#,==I!,)1
!1,))
!#,::I!,'1
!&,:'I#,&)
!1,:#
!&,'=I%,&!
!!,#1I1,6%
!!,='
6,6I!,##
!osis ('m*)
0,150 0,12 0,240
!',''
:,'1I',)'
*o dosis (+)
%1 %2 %
!!,!%
Rata-rata koreksi !!H
-0,#240 -0,717 0,1#
(") 11,1 15,55 10,55
%4 %5
0,00 0,75
-0,522 -0.420
kurva hubungan antara log dosis (x) dengan koreksi DDH (y) 20 15 f(x)= - 0.57x10+ 13.4 R²=0.18 5
koreksi DDH
0 0510
log dosis
a N !%,&%' b N 1,':! rR N 1,!:)! y N bF Q a L uji N 9 koreksi uji N !!,=' L N 1,':!F Q !%,&%' 11,85 −13,435
KN
0,571
=−2,78
og dosis N -#,:= osis uji N antilog -#,:= N 1,11!: Sg
dosis uji x 100 dosisS 3 baku 0,0017
N
0,24
N 1,:!*
x
100
10, 10,72
B. Pem$ahasan ,IA SUMASA,I -/01-0/023
4ercobaan ini dilakukan untuk menentukan besarnya potensi sampel terhadap antibiotika standar. uatu antibiotika memerlukan konsentrasi tertentu agar dapat menjalankan fungsinya yaitu sebagai bakteriostatik atau bakteriosidik. 4otensi yang diberikan menurut farmakope haruslah =1* - !#'*, di luar itu berarti antibiotik sampel tidak memenuhi syarat untuk dapat diedarkan di pasaran. 4ada percobaan kali ini, metode yang digunakan dalam penentuan potensi antibiotika adalah metode penetapan dengan lempeng silinder, yaitu metode untuk menguji sensitivitas antibiotika pada media nutrien agar yang berisi inokulum bakteri pada cawan petri. 4otensi dapat ditentukan dengan mengukur ;ona bening yang dihasilkan dan membandingkannya dengan diameter ;ona bening dari antibiotika standar. yarat penggunaan biakan bakteri yang dipakai adalah harus biakan murni 0 pure straired 2. +aksud dari biakan murni adalah bakteri yang diambil dari alam secara langsung kemudian dibiakkan, bukan dari bakteri yang diisolasi dari laboratorium klinis 0sampel darah, feses, urin, dan sebagainya2. 4ada percobaan ini antibiotik yang digunakan adalah /etrasiklin merupakan obat bakteriostatik. Dbat ini menghambat pertumbuhan bakteri gram-positif dan gram-negatif yang peka dan suspensi bakterinya adalah Streptococcus aureus, karena menurut farmakope dan literatur yang ada antibiotika tetrasiklin dapat menghambat pertumbuhan bakteri Sterptococcus aureus. Berdasarkan hasil pengamatan setelah sampel di inkubasikan selama #& jam, diperoleh bahwa hasil pada cawan petri yang diberikan antibiotik /etrasiklin terdapat daerah ;ona hambat yang ditandai dengan adanya warna bening di sekitarnya. daerah ;ona hambat yang didapatkan pada kelompok ' yaitu untuk
!,#,%,&,' yaitu !!,!%M!',''M!1,''M!1,))M!1,:# mm. 4ada dosis %-' diameter daerah hambat nya menurun, seharusnya semakin besar dosis, semakin besar daerah hambatnya. +enurut 8armakope ndonesia edisi , syarat penetapan potensi antibiotik yaitu =1*-!#'*, dari hasil percobaan, didapatkan * potensi antibiotik uji 1,:!* hal ini tidak memenuhi syarat. $emudian, dosis uji yang didapatkan adalah 1,11!:Sg
%erf!rat!r
&ang
t#"ak
$ulat
sem%urna.
+engakibatkan volume lubang mengecil dari yang seharusnya. 9al ini pun akhirnya mengakibatkan cairan antibiotik yang dimasukkan ke dalam lubang tidak dapat tertampung semuanya ke dalam lubang. 0luber2 #. Lu$er n&a ant#$#!t#k &ang terja"# #n# mengak#$atkan rusakn&a 4!na ham$at &ang ter$entuk . $arena cairan antibiotik yang luber tadi tidak
memiliki batasan area saat cairan antibiotik tersebut berdifusi ke dalam agar bakteri, sehingga diameter daerah hambatnya tidak dapat dihitung. %. Permukaan me"#a &ang "#tuangkan se$elum mema"at ke "alam 'a5an %etr# t#"ak rata6 sehingga silinder yang dipakai merusak media
uji dan menjadi faktor luber nya cairan antibiotik. &. A"an&a k!ntam#nas# $akter# la#n sela#n Staphylococcus aureus. '. Terja"# res#stens# ant#$#!t#k Tetras#kl#n uj# "engan $akter# uj# &ang "#gunakan6 sehingga mempengaruhi diameter daerah hambat nya. ). Ant#$#!t#k Tetras#kl#n uj# &ang "#gunakan su"ah t#"ak la&ak "#gunakan atau telah men'a%a# e7%#re" "ate n&a.
,IA DAMA8ANTI -/01-0/020
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, dapat diketahui bahwa antibiotik merupakan suatu senyawa kimia yang dihasilkan oleh mikroorganisme atau diperoleh melalui proses sintesis yang dalam jumlah kecil mampu menghambat proses pertumbuhan mikroorganisme. 4ada praktikum kali ini, antibiotik yang digunakan adalah tetrasiklin. /etrasiklin adalah antibiotik spektrum luas, aktif terhadap bakteri gram negarif maupun gram positif. /etrasiklin bekerja dengan cara menghambat sintesis protein dengan mengikat sub unit %1s ribosom bakteri sehingga introduksi asam amino pada rantai peptida yang baru terbentuk tidak terjadi. Antibiotik dibuat dalam beberapa komsentrasi dari larutan induk untuk melihat sejauh mana pengaruh konsentrasi antibiotik terhadap aktivitas antimikrobanya. +etode yang digunakan pada praktikum kali ini adalah metode lempeng silinder yang didasarkan pada difusi antibiotika dari silinder yang dipasang tegak lurus pada lapisan agar padat dalam cawan petri sehingga mikroba yang ditambahkan 0taphylococcus aureus2 dihambat pertumbuhannya yang ditandai dengan adanya ;ona bening di sekitar silinder yang berisi larutan antibiotika 0tetrasiklin2. emakin besar diameternya maka semakin terhambat pertumbuhannya. Bakteri yang digunakan pada percobaan kali ini adalah taphylococcus aureus, berdasarkan hasil pengamatan setelah sampel diinkubasikan selama #& jam, dapat terlihat adanya ;ona bening di sekitar silinder, diperoleh nilai rata-rata koreksi !, #, %, &, dan ' berturut-turut sebesar !!,!% M !','' M !1,'' M !1,)) M dan !1,:'. Berdasarkan data yang telah diuraikan diatas, menunjukkan hasil yang tidak memenuhi syarat karena syarat batas daerah hambatan pada 8armakope ndonesia edisi hal !%6: adalah antara !&-!)mm dan semakin tinggi konsentrasi antibiotik, maka semakin besar 9 yang terbentuk , hal tersebut tidak sesuai pustaka, dapat disebabkan karena bergesernya pecadang besi yang berisi antibiotik, pengenceran yang kurang teliti, atau kesalahan praktikan saat melakukan praktikum. Berdasarkan perhitungan, diperoleh * potensi antibiotik sebesar 1,:!* . 9asil ini menunjukkan bahwa * potensi antibiotik tidak memenuhi syarat 8armakope ndonesia edisi yaitu =1-!#'*. 9al ini dapat disebabkan karena alat yang digunakan kurang aseptis ataupun pemipetan yang kurang teliti.
PUT,I ,ASDIANTI -/01-0/090
4ercobaan penetapan potensi antibiotik bertujuan untuk menentukan besarnya potensi antibiotik sampel 0/etrasiklin2 terhadap antibiotika standar. uatu antibiotika memerlukan konsentrasi tertentu agar dapat menjalankan fungsinya yaitu sebagai bakteriostatik atau bakteriosida. 4otensi yang diberikan menurut farmakope haruslah =1* - !#'*, di luar itu berarti antibiotik sampel tidak memenuhi syarat untuk dapat diedarkan di pasaran. 4engujian ini diperlukan karena bila potensi antibiotik sudah berkurang atau tidak sesuai lagi dapat menimbulkan resistensi. +edia yang digunakan dalam percobaan ini adalah Cutrient Agar 0CA2, merupakan media yang tidak selektif yang dapat memberikan nutrisi untuk pertumbuhan bakteri. +edia nonselektif ini digunakan agar berbagai macam bakteri dapat tumbuh dengan mudah, sehingga dapat terlihat dengan mudah aktivitas dari antibiotika yang digunakan. +edia Cutrient Agar yang pertama dituangkan dengan mudah membentuk lapisan awal pada cawan 4etri. 4ada lapisan kedua, digunakan agar inokula yang berasal dari Cutrient agar dengan penambahan suspensi bakteri Staphylococcus aureus. Cutrient agar yang digunakan untuk kultur inokula tidak boleh terlalu panas, karena dapat membunuh bakteri yang akan dikultur. Cutrient agar yang digunakan juga tidak boleh bersuhu rendah, karena Cutrient agar akan memadat dan menyulitkan proses penuangan media dan memberikan resiko tidak meratanya lapisan agar inokula. alam percobaan ini sangat diharapkan semua alat yang digunakan dalam keadaan steril, dan bekerja secara aseptis dan teliti. $eduanya berfungsi agar bahan yang diuji memenuhi persyaratan berdasarkan 8armakope ndonesia Edisi ke . ebelum dilakukan inkubasi pada suhu %'-%:o7 selama !=-#& jam dilakukan pra inkubasi agar antibiotik yang berada di dalam silinder dapat berdifusi dahulu ke dalam lapisan agar, setelah itu dilakukan inkubasi agar bakteri dapat tumbuh secara optimal. 4ada pengujian potensi antibotik tetrasiklin terhadap taphylococcus aureus, diperoleh nilai potensi antibiotika tersebut 1,:!*. 9asil tersebut menunjukkan bahwa antibiotik tetrasiklin tidak efektif dalam menghambat pertumbuhan taphylococcus aureus hasil tersebut tidak valid karena diluar dari rentang yang ditetapkan oleh 8armakope ndonesia. 9al ini dapat disebabkan tercampurnya antibiotika tetrasiklin dengan antibiotika lain, juga dapat dikarenakan kesalahan pengenceran, sehingga dosis lebih kecil dari yang tertera,
dan dapat juga disebabkan kesalahan pada saat melakukan penetesan larutan baku ataupun larutan uji ataupun kurang aseptis pada saat proses pengerjaan.
:(INA -/01-0/09;
4ada percobaan praktikum ini, diperoleh hasil dari lempeng media dengan metode turbidimetri yang tidak seragam pada daerah<;ona yang terdapat larutan antibiotik dapat disebabkan oleh kesalahan pada saat peletakkan silinder diatas lempeng media yang tidak tepat 0kurang melekat sempurna2 sehingga setelah di inkubasi selama #& jam, ;ona yang berada di dalam silinder terkontaminasi oleh bakteri yang terdapat diluar silinder, hal tersebut tampak adanya kekurahan pada lingkaran setelah silinder diangkat dan dikeluarkan dengan pinset.
BAB + ESIMPULAN DAN SA,AN A. es#m%ulan ,IA SUMASA,I -/01-0/023
Berdasarkan hasil percobaan persentase potensi dari antibiotik /etrasiklin uji terhadap baku pada bakteri Staphylococcus aureus adalah 1,:!*. +enurut 8armakope ndonesia edisi pada penetapan potensi antibiotik secara mikrobiologi, syarat potensi suatu antibiotik adalah =1-!#'* dengan kata lain, hasil percobaan tidak memenuhi syarat. ,IA DAMA8ANTI -/01-0/020
Berdasarkan hasil praktikum , dapat disimpulkan bahwa3 !. 4otensi antibiotik yang diperoleh sebesar 1,:!*, menunjukkan bahwa tidak memenuhi persyaratan #. osis uji sebesar 1,11!: Sg
PUT,I ,ASDIANTI -/01-0/090
Antibiotika /etrasiklin tidak dapat ditentukan potensinya karena potensi yang didapat sebesar 1,:!*.
B. Saran ,IA SUMASA,I
-/01-0/023
4ada saat melakukan pekerjaan, praktikan harus lebih berhati-hati dalam bekerja dan melaksanakan pekerjaan secara aseptik serta memperhatikan ketelitian saat melakukan pengukuran kuantitatif yang dapat mempengaruhi hasil percobaan. ,IA DAMA8ANTI -/01-0/020
4ada proses pengerjaannya, praktikan harus lebih memperhatikan tentang ke aseptikan dari bahan maupun alatnya dan saat proses pengerjaannya, serta harus lebih berhati-hati saat melakukan praktikum. PUT,I ,ASDIANTI -/01-0/090
4ercobaan ini dapat dilakukan juga untuk menetapkan potensi antibiotik lainnya yang tertera di 8armakope ndonesia Edisi ke .
BAB +I DA
epartemen $esehatan @.#1!&. Farma!ope "ndonesia. Edisi . E4$E @3 ?akarta. aniswarna, . !66'. Farma!ologi dan #erapi. Edisi &. 4enerbit U 3 ?akarta. ?awet;, +elnick, and Adelberg. !66). Mi!robiologi $edo!teran. Edisi #1. E7 3 ?akarta. 4elc;ar, +.?. ?r and 7han, E.7.. !6=). %asar&dasar Mi!robiologi.4enerbit Universitas ndonesia 0U-4ress2 3 ?akarta. /anu, an. !66'. Farma!ologi dan terapi .Edisi keempat 0dengan perbaikan2. Bagian farmakologi 8$U 3 ?akarta.
LAMPI,AN D !
D #
D &
D '
D U?