LAPORAN RESMI PRAKTIKUM BIOKIMIA ANALISIS KADAR AIR DAN KADAR ABU ACARA I
HENDRI LAHAGU 26020113140118 ILMU KELAUTAN B KELOMPOK 4
SETIA DEVI KURNIASIH
26020110110038
INTAN CHANDRA DEWI
26020111120002
PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN JURUSAN ILMU KELAUTAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS DIPONEGORO 2014
LEMBAR PENILAIAN DAN PENGESAHAN
No.
Materi
Nilai
1
Pend Pendah ahul ulua uan n
2
Tinj Tinjau auan an Pust Pustak aka a
3
Mate Materi ri dan dan Me Meto tode de
4
Hasil
5
Pemb Pembah ahas asa an
6
Penutup
7
Daft Daftar ar Pust Pustak aka a
8
Lampiran TOTAL Semarang, 8 April 2014 Praktikan
Hendri lahagu NIM: 26020113140118
Asisten Praktikum
Asisten Praktikum
Setia Devi Kurniasih
Intan Chandra Dewi
NIM: 26020110110038
NIM: 26020111120002
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
Berbagai jenis makanan yang sering dikonsumsi sehari-hari terdiri dari berbagai macam kandungan yang dibutuhkan oleh tubuh manusia. Seperti karbohidrat, protein, mineral, lemak, dan vitamin. Kelima komponen tersebut harus ada dalam tubuh manusia untuk mencukupi gizi yang dibutuhkan oleh tubuh setiap harinya. Tidak semua bahan makana mengandung kualitas yang baik dan layak dikonsumsi. Salah satu indikatornya dalah kadar air dan kada abu yang terkandung didalam makanan tersebut
Terdapat jumlah kandungan air yang
berbeda pada setiap bahan pangan dan hal itu dapat ditentukan dengan berbagai metode dan prinsip. Selain kadar air, kadar abu juga merupakan satu hal yang penting dalam suatu bahan pangan. Kadar abu juga berbeda untuk setiap jenis bahan pangan. Kadar air dan kadar abu merupakan dua hal yang sangat penting yang harus diketahui pada suatu bahan pangan untuk mengetahui baik tidaknya bahan pangan tersebut untuk di konsumsi, baik atau tidaknya bahan pangan tersebut untuk diolah, dan baik tidaknya bahan
tersebut untuk di konsumsi oleh
masyarakat. Penjelasan tersebut dianggap penting untuk dilakukannya praktikum mengenai kadar air dan abu suatu bahan pangan agar kita dapat mengetahui kandungan kadarair dan kadar abu pada suatu bahan pangan. Dalam setiap organisme hidup terdapat kandungan air di dalamnya, karena air berperan sangat penting sebagai zat pelarut di dalam tubuh makhluk hidup, seperti halnya pada Sargassum polycystum juga terdapat kandungan air. Namun apabila Sargassum polycystum akan dijadikan sebagai bahan makanan maka kadar air didalamnya akan mempengaruhi daya tahan dan dapat memicu proses pembusukan dan ketengikan. Oleh karena itu agar dapat nilai ekonomisnya perlu dilakukan pengurangan kadar air, sehingga bahan tersebut memiliki daya tahan yang lebih lama. Selain terdapat kandungan air, terdapat pula kandungan abu yang erat hubungannya dengan kandungan mineral suatu bahan. Sehingga apabila dilakukan penghitungan kadar abu pada Sargassum polycystum, dapat diketahui kandungan
mineral apa sajakah yang terdapat dalam bahan tersebut. Apabila terdapat kandungan mineral yang baik jika dikonsumsi, maka hal tersebut dapat menaikkan nilai ekonomis dari bahan tersebut .
1.2 Tujuan
Untuk menentukan presentase kadar air yang terdapat dalam Sargassum polycystum
Untuk menentukan presentase kadar abu yang terdapat dalam Sargassum polycystum
1.3 Manfaat
Dapat mengetahui kadar air yang terdapat dalam Sargassum polycystum. Dapat mengetahui kadar debu yang terdapat dalam Sargassum polycystum. Dapat mengetahui metode apa yang digunakan dalam proses penentuan kadar abu. Dapat mengetahui metode apa yang digunakan dalam proses penentuan kadar air.
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sargassum polycystum
Sargassum merupakan salah satu marga Sargassum termasuk dalam kelas Phaeophyceae. Ada 150 jenis Marga Sargassum yang dijumpai di daerah perairan tropis, subtropis dan daerah bermusim dingin (Wardani,2008,). Habitat Sargassum tumbuh diperairan pada kedalaman 0,5 – 10 m ada arus dan ombak. Sargassum polycystum merupakan salah satu spesies dari makroalga divisi Phaeophyta. Ciri-ciri Sargassum polycystum tidak jauh berbeda dengan cirri-ciri umum Phaeophyta. Tubuh Sargassum polycystum ini didominasi oleh warna cokelat kekuningan, bentuk thallus silindris atau gepeng. Tubuh utama bersifat diploid atau merupakan sporofit, talus yang mempunyai cabang yang menyerupai tumbuhan angiospermae. Tubuhnya licin, batang utama bulat dan agak kasar. Alga ini memiliki air bladder yang berfungsi untuk mengapung jika terendam air pada saat di daerah intertidal pasang dan juga sebagai c adangan air saat terhempas ketepian pantai. Saat mereka terpisah dari induknya, mereka hanyut dan lepas ke pantai dan berkembang biak disana. Sargassum ini terus mengapung dengan bantuan air bladder dan tumbuh secara vegetative, perkembangbiakan melalui fragmentasi (peleburan dua sel gamet yang serupa atau berbeda). Kandungan iodinnya tinggi, demikian pula dengan vitamin C dan protein (Sudarmadji, 2003). Sargassum polycystum ini merupakan struktur talus yang paling kompleks yang dapat dijumpai pada alga cokelat. Pada alga ini terdapat diferensiasi eksternal yang dapat dibandingkan dengan tumbuhan berpembuluh atau tumbuhan tingkat tinggi. Talus berwarna cokelat karena mengandung klorofil a dan c (Sudarmadji, 2003). Klasifikasi tumbuhan Sargassum polycystum adalah sebagai berikut ( Akhmad Kadi, 2004 ): Kingdom
: Plantae
Divisio
: Phaeophyta
Classis
: Phaeophyceae
Ordo
: Fucales
Family
: Sargassaceae
Genus
: Sargassum
Spesies
: Sargassum polycystum
2.2 Kadar air
Kadar air adalah banyaknya air yang terkandung dalam suatu bahan yang dinyatakan dalam persen. Kadar air bisa menjadi suatu karakteristik bahan tersebut baik dari segi rasa, penampakan dan tekstur. Jumlah kadar air yang terdapat dalam suatu bahan akan mempengaruhi daya tahan suatu bahan tersebut. Semakin tinggi kadar air suatu bahan maka semakin lemah daya tahan makanan tersebut karena didaerah yang semakin berair bakteris kapang dan khamir akan semakin mudah berkembang biak, dan semakin keci kadar air dari suatu bahan maka semakin tinggi daya tahan bahan tersebut karena kondisi lingukan yang kering akan memperlambat perkembang biakan bakteri tersebut. Kadar air berat basah mempunyai batas maksimum teoritis sebesar 100 persen, sedangkan kadar air berdasarkan berat kering dapat lebih dari 100 persen (Wardani,2008). 2.2.1 Pengertian air.
Air adalah unsur yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Bahkan dapat dipastikan tanpa pengembangan sumberdaya air secara konsisten peradaban manusia tidak akan mencapai tingkat yang dinikmati sampai saat ini. Oleh karena itu pengembangan dan pengolahan sumber daya air merupakan dasar peradaban manusia (Puspitasariet.al, 1991). Air merupakan salah satu sumber daya alam yang tak akan pernah habis dikarenakan siklusnya berlangsung sangat cepat dan termasuk sumber daya yang sangat mudah untuk didaur ula ng. Air adalah substansi kimia dengan rumus kimia H2O: satu molekul air tersusun atas dua atom hidrogen yang terikat secara kovalen pada satu atom oksigen. Air bersifat tidak berwarna, tidak berasa dan tidak berbau pada kondisi standar, yaitu pada tekanan 100 kPa (1 bar) and temperatur 273,15 K (0 °C). Zat kimia ini merupakan suatu pelarut yang penting, yang memiliki kemampuan untuk melarutkan banyak zat kimia lainnya, seperti
garam-garam, gula, asam, beberapa jenis gas dan banyak macam molekul organic (Puspitasariet.al, 1991). 2.2.2
Metode penentuan kadar air
Menurut (Estiasih, 2009) , cara-cara pengeringan
atau
pengurangan
kadar air dapat dibagi menjadi dua golongan sebagai berikut: - Pengeringan
(drying),
yaitu
cara
pengurangan
kadar
air
dengan
menguapkan air tersebut. - Dehidrasi, yaitu cara pengurangan kadar air selain dari penguapan, misalnya dengan osmosa (penggunaan garam), pemerasan (pressing), pemasakan, perebusan atau pengukusan, dan sebagainya. Metode analisis kadar air secara langsung sendiri terbagi menjadi 5 macam, yaitu sebagai berikut. Metode gravimetri (pengeringan dengan oven). Dilakukan dengan cara mengeluarkan air dari bahan dengan proses pengeringan dalam oven (oven udara atau oven vakum, hal ini berdasarkan tekanan yang digunakan saat pengeringan). Ada dua macam metode gravimetri yaitu metode oven udara dan metode vakum. Berikut penjelasannya: Metode oven udara Paling banyak dan sering digunakan. Metode ini didasarkan atas berat yang hilang sehingga sampel seharusnya mempunyai kestabilan panas yang tinggi dan tidak mengandung komponen yang mudah menguap. Air dikeluarkan dari bahan pada tekanan udara (760 mmHg) sehingga air menguap pada suhu 1000C yaitu sesuai titik didihnya. Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi analisa air dengan metode oven yaitu penimbangan contoh/bahan, kondisi oven, pengeringan contoh, dan perlakuan setelah pengeringan. Beberapa faktor yang mempengaruhi yang berkaitan dengan kondisi oven adalah fluktuasi suhu,
kecepatan
(Estiasih, 2009).
aliran,
serta
kelembaban
udara
dalam
oven
Metode oven vakum Kelemahan dari pengeringan dengan oven udara diperbaiki dengan metode oven vakum. Pada metode ini, sampel dikeringkan dalam kondisi tekanan rendah (vakum) sehingga air dapat menguap dibawah titik didih normal (1000C), misal antara suhu 60-700C. Pada suhu 60-700C tidak terjadi penguraian senyawa dalam sampel selama
pengeringan.
Untuk
analisis
sampel
bahan
pangan
yang
mengandung gula, khususnya mengandung fruktosa, senyawa ini cenderung mengalami penguraian pada suhu yang lebih tinggi. Tekanan yang digunakan pada metode ini umumnya berkisar antara 25-100 mmHg (Estiasih, 2009). 2.2.3
Faktor - faktor yang mempengaruhi kadar air
Faktor yang mempengaruhi kadar air dalam suatu bahan makanan adalah sifat dari air itu sendiri. Kadar air terbagi memiliki dua sifat yaitu kadar air yang bersifat melekat secara fisik dan melekat secara kimiawi. Tipe air dibagi menjadi 3 yaitu : -
Air monolayer
: air yang terikat secara kimiawi dan sangat sulit dipisahkan.
-
Air multilayer
: air yang lebih mudah dipisahnkan dengan bahan.
-
Air bebas
: Air yang terikat secara fisik dan sangat mudah di pisahkan.
Presentase kadar air juga dipengaruhi oleh struktur dari bahan pangan. Untuk bahan pangan yang memiliki struktur mudah menyerap air tentu akan sangat tinggi presentase kadar air yang dimiliki dan untuk struk makanan yang sulit menyrap air presentase dari kadar air yang terkandung akan lebih rendah (Sudarmadji, 2003).
2.2.4
Standar ketentuan kadar air yang baik
Kelembapan sebuah makan akan sama dengan kelembapan dilingkukan sekitanya apa bila makanan diletaka di udara terbuka . Kadar air ini disebut dengan kadar air seimbang. Setiap kelembaban relatif tertentu dapat menghasilkan kadar air seimbang tertentu pula. Dengan
demikian dapat dibuat hubungan antara kadar air seimbang dengan kelembaban relatif. Aktivitas air dapat dihitung dengan menggunakan rumus : Aw = ERH/100 Aw = aktivitas air ERH = kelembaban relative seimbang Bila diketahui kurva hubungan antara kadar air seimbang dengan kelembaban relatif pada hakikatnya dapat menggambarkan pula hubungan antara kadar air dan aktivitas air. Kurva sering disebut kurva Isoterm Sorpsi Lembab (ISL). Setiap bahan mempunyai ISL yang berbeda dengan bahan pangan lainnya. Pada kadar air yang tinggi belum tentu memberikan Aw yang tinggi bila bahannya berbeda. Hal ini dikarenakan mungkin bahan yang satu disusun oleh bahan yang dapat mengikat air sehingga air bebas relatif menjadi lebih kecil dan akibatnya bahan jenis ini mempunyai Aw yang rendah . Nilai Aw suatu bahan atau produk pangan dinyatakan dalam skala 0 sampai 1. Nilai 0 berarti dalam makanan tersebut tidak terdapat air bebas, sedangkan nilai 1 menunjukkan bahwa bahan pangan tersebut hanya terdiri dari air murni. Kapang, khamir, dan bakteri ternyata memerlukan nilai Aw yang paling tinggi untuk pertumbuhannya. Niai Aw terendah dimana bakteri dapat hidup adalah 0,86. Bakteri-bakteri yang bersifat halofilik atau dapat tumbuh pada kadar garam tinggi dapat hidup pada nilai Aw yang lebih rendah yaitu 0,75. Sebagian besar makanan segar mempunyai nilai Aw = 0,99. Pada produk pangan tertentu supaya lebih awet biasa dilakukan penurunan nilai Aw. Cara menurunkan nilai Aw antara lain dengan menambahkan suatu senyawa yang dapat mengikat air. Kandungan air dalam bahan makanan mempengaruhi daya tahan bahan makanan terhadap serangan mikroba yang dinyatakan Aw yaitu jumlah air bebas yang dapat digunakan oleh mikroorganisme untuk pertumbuhannya. Berbagai mikroorganisme mempunyai Aw minimum agar dapat tumbuh dengan baik, misalnya bakteri Aw : 0,90 ; khamir Aw : 0,80-0,90 ; kapang Aw : 0,60-0,70. Untuk memperpanjang daya tahan suatu bahan, sebagian
air dalam bahan harus dihilangkan dengan beberapa cara tergantung dari jenis bahan. Untuk menjaga daya tahan suatu bahan pangan tentu saja presentase kadr air yang terdapat dalam suatu bahan pangan harus dibawah presentase kadar air dimana bakteri dan sejenisnya bisa bertumbuh dengan baik. Untuk presentase kadar air yang baik yang terkandung dalam alginate (alga coklat) tidak lebih dari 15%(wb) (Yunizal,2004).
2.3 Kadar Abu 2.3.1 Pengertian Kadar Abu
Kadar abu adalah hasil abu yang dihasilkan dari proses pembakaran sempurna sampel bahan berselulosa, misalnya kayu, pulp dan kertas. Kadar air bisa menyatakan banyaknya garam mineral dan bahan tambahan anorganik dari suatu bahan uji (Puspitasari, et.al, 1991). 2.3.2 Metode Penentuan Kadar Abu
Proses penentuan kadar abu dapat dilakukan dengan dua car yaitu pengabuan secara langsung dan secara tidak langusng.gabuan secara langsung dan secara tidak langusng. Pengabuan secara langsung Merupakan metode standar untuk menentukan kadar abu dalam sampel.Pada penga buan kering,sampel dioksidasi pada suhu tinggi 500-600 ˚C tanpaa danya flame Bahan anorganik yang tidak mengalami volatilisasi disebut abu.Kadar abu ditentukan dengan cara menim bang residu
yang tertinggal setelah
pengabuan ( Astuti,2007). Penentuan kadar abu secar basah diman Sampel didigesti dengan asam kuat(dioksidasi) Suhu yang digunakan lebih rendah.Biasa digunakan untuk menentukan jenis mineral yang menguap pada suhu tinggi, mineral trace, dan beracun. Filtrat (larut anabuataualikuot) digunakan untuk penentuan jenis mineral (Astuti,2007).
2.3.3 Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi kadar abu
Kadar abu dipengaruhi oleh mineral – mineral yang terkandung di dalam bahan pangan tersebut. Bahan pangan mengandung dua jenis mineral yaitu garam organik dan garam anorganik . Garam organik terdiri dari garam-garam asam malat, oksalat, sedangkan garam anorganik antara lain dalam bentuk garam fosfat, karbonat (Sudarmadji, 2003).
2.3.4 Standar Kadar Abu Yang Baik.
Standart kadar abu ditentukan berdasarkan masing – masing bahan olahan yang akan di teliti. Setiap bahan olahan mempunyai standart kadar abunya masing – masing sebagai berikut : -
Standar mutu ikan segar berdasar SNI 01-2354.1-2006, ialah memiliki kadar abu kurang dari 2%. Produk olahan hasil diversifikasi dari jelly fish product (kamaboko) yang tidak diolah menjadi surimi dahulu memiliki standar kadar abu antara 0,44 – 0,69% menurut SNI 01-2693-1992. Contoh jelly fish product, yakni otak-otak, bakso dan kaki naga.
-
Untuk Standar Roti oada tahun 1995 kadar abu tidak bisa melebihi dari 1 %.
-
Untuk standar pengolahan tempe menurut SNI 2009 adalah tidak lebih dari 1,5 %. Perbedaan ini terjadi karena kandungan dari setiap bahan pangan
yang menyusun bahan pangan tersebut berbeda beda satu sama lainnya. Presentase kadr abu yang baik untuk memenuhi persyaratan dari Ekstra Farmakope Indonesia, yaitu kadar abu alginate (alga coklat) tidak boleh lebih dari 21%(wb) (Wardani, 2008).
III. MATERI DAN METODE
3.1 Waktu dan Tempat :
Waktu : Rabu, 09 April 2014 Pukul
: 15.30 – 18.00
Tempat : Laboratorium kimia Gedung E lt.1, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Diponegoro, Semarang.
3.2 Alat dan Bahan 3.2.1 Alat No
Nama Alat
Gambar Alat
Fungsi Alat
1
Timbangan Digital
Menimbang sampel dengan angka yang teliti
2
Oven
Mengeringkan sampel
Desikator
Mendinginkan Alat / sample yang baru dipanaskan
Alumunium foil
Wadah saat bahan dipanaskan
5
Penjepit
Alat bantu mengambil bahan dari dalam oven
6
Gunting
Memotong bahan/ alat
3
4
7
Cawan
8
Furnace
Untuk menampung bahan Untuk memanaskan bahan dengan suhu yang tinggi.
3.2.3Bahan
No
Nama Bahan
1
Sargasum polycystum
Gambar bahan
Fungsi bahan Sebagai bahan utama yang akan di teliti
3.3 Metode 3.3.3
Penentuan kadar Air
-
Alumunium foil kosong dikeringkan di dalam oven selama 15 menit.
-
Alumunium foil di dinginkan dengan desikator selama 15 menit.
-
Alumunium foil kering diambil dengan hati – hati dengan menggunakan penjepit.
-
Alumunium foil kering yang sudah didinginkan ditimbang .
-
Alumunium foil dan 5 gram sampel ditimbang.
-
Alumunium foil dan sampel dikeringkan dengan suhu 165,5 ˚C selama 30 menit.
-
Alumunium foil beserta sampel didinginkan didalam desikator setelah dikeluarkan dari dalam oven.
-
Penimbangan dilakukan berulang kali hingga bobotnya konstan.
3.3.4
Penentuan kadar Abu
-
Cawan porselin dimasukan kedalam oven selama 30 menit.
-
Setelah 30 menit cawan diangkat dan didinginkan menggunakan desikator selama 15 menit.
-
Cawan kosong yang telah didinginkan ditimbang sebagai a gram.
-
Bahan uji seberat 5 gram dimasukan kedalam cawan porselin.
-
Bahan uji berserta cawan ditimbang sebagai b gram.
-
Sargasum polycystum dimasukan kedalam tabur pengabuan.
-
Sargasum polycystum dipanaskan pada suhu 600˚C selama 4 jam hingga berwarna putih keabu – abuan.
-
Abu yang terbentuk dibiarkan didalam muffle selama 1hari.
-
Cawan porselin dimasukan kembali kedalam oven untuk menghilangkan air yang mungkin menyerap selama dalam muffle.
-
Cawan kemabli didinginkan didalam desikator.
-
Cawan ditimbang dan dicatat seagai c gram.
3.4 Perhitungan 3.4.3
Perhitungan kadar Air
Kadar air dalam basis kering
:
= W1- W2 x 100 % W1 Keterangan : W1 = berat alumunium foil kosong + bahan uji (sebelum dioven) W2 = berat alumunium foil kosong + bahan uji (setelah dioven) *berat dinyatakan dalam gram
3.4.4
Perhitungan kadar Abu
Kadar abu dalam : =
C – A
x 100%
Berat sample
c = Berat cawan porcelain + hasil pengabuan = ……. gram a = Berat Cawan Porselain Kosong
= ……. gram
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil 4.1.1 Pergitungan Kadar Air
No
Sampel
.
Berat Alumunium Foil
Berat Sargassum polycystum dan
Kadar
Alumunium foil setelah
Air
dioven
1.
A
0,576 gram
4,54 gram
18,58%
2.
B
0,56gram
4,503 gram
19,01%
Table 1. Perhitungan kadar air 4.1.2 Perhitungan Kadar Abu
Berat
No.
Sampel
Berat Cawan Setelah Dioven
Berat
Sargassum
Sargassum
polycystum
Kadar
Polycystum
dan Cawan
Abu
setelah dioven
Setelah Pengabuan
1.
A
2.
B
33,55 gram
3,943 gram
34,296
18,905%
gram 35,14 gram
3,964 gram
35,946
20,441%
gram
4.2 Pembahasan
Dari praktikum diatas kita telah mengetahui berapa presentase kadar air yang terkandung dalam Sargasum polycystum adalah 19,01 % gram. Hasil terserbut didapat setelah praktikan menggunakan metode gravimetri atau pengeringan dengan oven. Oven yang digunakan oleh praktikan adalah oven udara. Metode ini dipilih karena praktikan akan lebih mudah untuk mencatat data
– data yang di perlukan dengan. Metode ini juga memberi keleluwasaan kepada praktikan untuk mengatur suhu yang akan berpengaruh dengan waktu yang dibutuhkan untuk melakukan uji kadar air. Semakin tinggi suhu maka akan semakin cepat waktu yang dibutuhkan untuk melakukan uji kadar air dan berlaku sebaliknya. Pengeringan wadah alumunium foil dilakukan untuk menguapkan kadar air yang mungkin terdapat dalam alumunium foil sebelum dimaksukan ke dalam oven dengan tujuan medapat hasil yang akurat. Praktikan juga mendapatkan presentase kadar abu yang terkandung dalam Sargasum polycystum adalah
20,441 % gram. Hasil tersebut didapat setelah praktikan melakukan
metode pengabuan secara langsung. Metode ini dipilih karena mempunyai langkah – langkah yang lebih sederhana dibandingkan dengan metode pengabuan secara tidak langsung. Metode pengabuan langsung memiliki langkah yang lebih rumit karena harus menambahkan beberapa zat lainya yang tentu memerlukan perhitungan yang tidak mudah. Terdapat perbedaan yang terjadi antara percobaan yang dilakukan oleh kelompok A dana kelompok B. Hasil dari praktikum kami berbeda dengan hasil praktikum kelas IK-A, kelompok kami mendapatkan kadar air sebesar 19,01% dan kadar abu sebesar 20,44%, sedangkan untuk IK-A memperoleh kadar air sebesar : 14,976% dan kadar abu sebesar : 18,56 %. Perbedaan ini bisa terjadi karena adanya kekurang telitian praktikan dalam menimbang sampel, kadar air dalam bahan, ukuran bahan, kelembaban udara, kecepatan udara, lamanya waktu yang digunakan dan besarnya suhu yang digunakan. Misalnya setelah penimbangan bahan rumput laut, ada bahan rumput laut yang terjatuh sehingga berat yang terukur tidak sesuai lagi dengan pada saat ditimbang. Pada pengukuran kadar air juga dipengaruhi oleh sifatnya yang higroskopis, jadi kalau tidak cepat cepat ditimbang maka sampel akan cepat bereaksi dengan air dan udara sehingga menyebabkan peningkatan nilai kadar air. Menurut Dinas Kelautan dan Perikanan (2007) Standar kadar air untuk rumput laut yang baik adalah berkisar 20-22%. Itu artinya rumput laut Sargassum polycystum ini belum memenuhi standar, dimana dari percobaan ini diperoleh kadar air sebanyak 19,01%. Hal ini bisa disebabkan setelah penimbangan ada sampel yang tercecer sehingga kadar air yang terhitung kurang maksimal.
Berdasarkan penelitian Chaidir Azrawi (2006) bahwa kadar abu pada tepung rumput laut sargassum sp yang baik adalah 15,83%. Sedangkan dari percobaan yang dilakukan didapatkan hasil sebanyak 20,44 %, itu artinya rumput laut yang di gunakan untuk percobaan memiliki kadar abu yang kurang baik. Hal itu dikaarenakan sampel yang digunakan mungkin mutunya kurang baik. Semakin tinggi kadar abu suatu sampel, maka mutunya semakin kurang bagus. Perlunya pengeringan pada alat adalah untuk menghindari dari adanya air pada alat, sehingga perhitungan hasil kadar air yang diperoleh tidak tepat, karena kadar air pada alat ikut menambah hasil yang sudah diperoleh. Dari hasil Uji kadar air dan kadar abu ini kita bisa mengatahui bahwa Sargasum polycystum yang menjadi bahan uji kali ini tidak memenuhi standar yang baik dan tidak layak diolah sebagai bahan pangan. Hal ini terbukti karena kadar air yang terkandung dalam bahan uji adalah 19,01 % ,sedangkan untuk Standar kadar air algae yang layak diolah adalah sekitar 20-22% Begitupun dari segi kadar abu , Standar yang tercatat adalah 21 % sedangkan kadar abu yang dimiliki oleh Sargasum polycystum kali ini adalah 20,44%.
V. PENUTUP 5.1 Kesimpulan
-
Kadar air yang terkandung dalam Sargasum polycystum kali ini sebesar 19,01%.
-
Kadar abu yang terkandung dalam Sargasum polycystum kali ini sebesar 15%.
5.2 Saran
-
Dibutuhkan ketelitian yang tinggi untuk melakukan uji kadar air.
-
Dibutuhkan ketelitian yang tinggi untuk melakukan uji kadar abu.
-
Praktikan harus mengikuti prosedur praktikum yang berlaku.
Daftar Pustaka Akhmad Kadi, 2004. Beberapa Catatan Kehadiran Marga Sargassum Di Perairan Indonesia. Gramedia. Jakarta. Astuti. 2007. Petunjuk Praktikum Analisis Bahan Biologi. Jurdik Biologi FMIPA UNY. Yogyakarta. Estiasih, 2009. Pengantar Teknologi Pangan. PT Bumi Aksara. Jakarta. Puspitasari, et.al. 1991. Teknik Penelitian Mineral Pangan. Bogor: IPB-press. Sudarmadji, S., Haryono, B. dan Suhandi. 1989. Analisa Bahan makanan dan Pertanian. Liberty: Yogyakarta. Syarif, R , dan h. Halid. 1993. Teknologi penyimpanan pangan. Arcan. Jakarta. Wardani, Wiwin Dwi. 2008. Isolasi dan karakterisasi natrium alginat dari Rumput laut sargassum sp untuk pembuatan bakso ikan tenggiri (scomberomus commerson). Surakarta: Universitas Sebelas Maret Yunizal. 2004. Tehnologi Pengolahan Alginat . BRKP. Jakarta.
Lampiran
PERHITUNGAN 1. Perhitungan Kadar Air
Rumus perhitungan kadar air adalah Kadar air =
%
Dengan keterangan, W1 = berat cawan kosong dan sampel 5 gram (gram) W2 = berat awal setelah siven (gram)
Kadar air pada sampel A Kadar air
= = =
%
%
= % Kadar air
= 18,58 %
Jadi dari perhitungan di atas didapatkan kadar air dari s ampel A sebesar 18,58%.
Kadar air pada sampel B Kadar air
= = =
%
%
= % Kadar air
= 19,01 %
Jadi dari perhitungan di atas didapatkan kadar air dari sampel B sebesar 19,01%.
2. Perhitungan Kadar Abu
Rumus perhitungan kadar air adalah
Kadar abu =
%
Dengan keterangan, a = berat cawan kosong gram) c = berat akhir setelah pengabuan (gram)
Kadar Abu pada sampel a Kadar abu
= = =
–
%
%
%
= % Kadar abu
= 18,905%
Jadi dari perhitungan di atas didapatkan kadar abu dari sampel A sebesar 18,905%
. Kadar abu pada sampel b Kadar abu
= = =
–
% %
%
= % Kadar abu
= 20,441%
Jadi dari perhitungan di atas didapatkan kadar abu dari sampel b sebesar 20,441%.
LAMPIRAN
Gambar 1. Penimbangan Sargassum Gambar 2. Alumunium foil kosong di polycystum kering awal. keringkan pada oven.
Gambar 3. Alumunium foil kosong didinginkan pada desikator.
Gambar 4. Alumunium foil berisi Sargassum polycystum kering dikeluarkan dari oven menggunakan penjepit
Gambar 6. Cawan porselen didinginkan pada desikator stelah dioven terlebih Gambar 5. Alumunium foil berisi dahulu. Sargassum polycystum kering didinginkan pada desikator untuk ditentukan kadar airnya.
Gambar 7. Cawan poselen diberi label agar tidak tertukar.
Gambar 8. Sargassum polycystum kering dimasukkan ke dalam cawan prselem untuk dilakukan penentuan kadar abu
Gambar 9. Cawan porselen berisi Sargassum polycystum kering Gambar 10. Hasil akhir pengabuan dimasukkan kedalam muffle furnace Sargassum polycystum kering pada untuk dikeringkan hingga menjadi abu. proses penentuan kadar abu.