BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pembangkit listrik tenaga air adalah salah satu sumber energi listrik yang memanfaatkan air sebagai sumber listrik. Pembangkit ini merupakan salah
satu
sumber
Keberadaannya
energi
diharapkan
listrik mampu
utama
yang
memenuhi
ada
di
pasokan
Indonesia. listrik
bagi
masyarakat Indonesia, selain yang berasal dari bahan bakar batu bara. Pembangkit listrik tenaga air di Indonesia banyak dikembangkan. Hal ini karena persediaan air di Indonesia cukup melimpah. Keberadaan beberapa waduk besar di Indonesia, selain digunakan untuk penampungan air juga dimanfaatkan
untuk
menjadi
energi
penghasil
listrik.
Pilihan
mengembangkan pembangkit listrik tenaga air ini salah satunya disebabkan potensi
air
yang ada
di
Indonesia.
Jumlah
air
yang melimpah,
dikembangkan untuk menciptakan energi yang diubah menjadi sebuah arus listrik. Hal ini ditujukan untuk menciptakan biaya produksi yang murah pada listrik di Indonesia. Pembangkit listrik tenaga air termasuk salah satu sumber pembangkit listrik tertua yang pernah ditemukan. Selain pembangkit ini, masih ada pula beberapa jenis pembangkit listrik yang ada di dunia. Seperti pembangkit listrik tenaga surya, pembangkit listrik tenaga diesel, dan juga pembangkit listrik tenaga nuklir. Pembangkit tinggi tenaga air (PLTA) (PLTA) bekerja dengan cara cara merubah energi potensial potensial (dari dam atau a i r terjun) menjadi energi mekanik (dengan bantuan turbin air) dan dari energy mekanik menjadi energi listrik (dengan bantuan gener generat ator) or).. Kapa Kapasit sitas as PLT PLTA A disel diseluru uruh h du ni a ad a se ki ta r 67 5.0 00 MW ,setara dengan 3,6 milyar barrel minyak atau samadengan 24 % kebutuhan listrik dunia yang digunakan oleh lebih 1 milyar orang. PLTA termasuk jenis pembangkitan hidro. Karena pembangkitan ini menggunakan air air untu untuk k kerj kerjan anya ya.. Saat ini pen get ahu an ten tan g P LTA per lu unt uk di ket ahu i ol eh pa ra ma ha si swa sebaga sebagaii moda modall awa awall untu untuk k ked kedepa epanny nnya. a.
[1]
PLTA mulai dikembangkan di Indonesia secara bertahap pada tahun 1900. Masa itu merupakan era dimana penggunaan bahan bakar minyak merupakan sumber energi utama di dunia. Pengembangan PLTA tidak terlalu diprioritaskan oleh karena itu progresnya berjalan lambat. Sedangkan sekarang, pengembangan PLTA mulai di tinjau ulang karena penggunaan bahan bakar minyak mengahasilkan banyak polusi lingkungan dan persediaan bahan bakar b akar minyak mulai menipis. Beberapa alasan tambahan bahwa PLTA lebih menguntungkan dibandingkan tipe generator lain adalah : 1) Persediaan air cenderung tidak habis dan dapat diperbaharui. 2) Ramah Lingkungan. 3) Tidak memerlukan bahan bakar. 4) Periode mulainya terjadi secara terus menerus. 5) Pengoperasiannya sederhana dan biaya perawatannya murah. 6) Hampir tidak ada resiko meledak.
1.2. Rumusan Masalah
Adapun hal yang akan dibahas mengenai PLTA pada makalah ini adalah: 1) Apa yang dimaksud dengan PLTA? 2) Dimana lokasi PLTA Riam Kanan? 3) Bagaimana sejarah PLTA Riam Kanan terbentuk? 4) Apa saja bangunan yang terdapat di PLTA Riam Kanan?
1.3. Tujuan
Tujuan dari pembahasan laporan ini adalah: 1) Mengetahui pengertian tentang PLTA. 2) Mengetahui lokasi PLTA Riam Kanan. 3) Mengetahui tentang sejarah PLTA Riam Kanan. 4) Mengetahui bangunan-bangunan apa saja yang PLTA Riam Kanan.
[2]
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Pembangkit Listrik Tenaga Air ( PLTA)
Pembangkit
Listrik
Tenaga
Air
(
PLTA)
Adalah
suatu
pembangkitan energi listrik dengan mengubah energi potensial air menjadi energi mekanik oleh turbin dan diubah lagi menjadi energi listrik oleh generator dengan memanfaatkan ketinggian dan kecepatan aliran air. Berdasarkan output yang dihasilkan, pembangkit listrik tenaga air dibedakan atas : 1. Large-hydro : lebih dari 100 MW 2. Medium-hydro: antara 15 – 100 MW 3. Small-hydro : antara 1 – 15 MW 4. Mini-hydro : Daya diatas 100 kW, tetapi dibawah 1 MW 5. Micro-hydro: antara 5kW – 100 kW 6. Pico-hydro : daya yang dikeluarkan 5kW
Gambar 2.1 PLTA Sederhana
[3]
2.2 Profil PLTA Riam Kanan / Ir.PM. Noor( 3 x 10 MW)
Cikal bakal Kelistrikan di Kalimantan bermula dari Desa bernama Aranio. Ditempat inilah dibangun mega proyek pada jamannya Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) pertama di pulau Kalimantan. Bendungan atau waduk PLtA dibangun dengan membendung 8 buah sungai yang mengalir disalaj satu cabang Sungai barito yaitu Sungai Riam kanan.Karena itu disebutlah PLTA satu-satunya dipulau Kalimantan ini dengan nama PLTA Riam Kanan. Nama PLtA Riam Kanan diganti menjadi PLTA Ir. Pangeran Muhammad Noor atas pesetujuan Presiden Soeharto, tepatnya tanggal 19 Januari 1980. Hal ini sebagai wujud penghormatan terhadap jasa-jasa Ir. PM. Noor. 2.3 Lokasi PLTA Ir. P.M Noor / PLTA Riam Kanan
Bendungan PLTA Ir. P.M Noor atau PLTA Riam Kanan berkedudukan di Jalan Ir. P.M. Noor Km 24 Kecamatan Aranio Kabupaten Banjar.
Gambar 2.2 Lokasi PLTA Ir. P.M Noor di Riam Kanan
[4]
2.4 Pembangunan PLTA Riam Kanan
Pekerjaan proyek pembangunan PLtA Riam Kanan terdiri dari : 1. Earthfill Dam (Bendungan Urugan Tanah), saluran – saluran air serta perlengkapannya. 2. Pusat Pembangkit Tenaga Listrik ( Power Station ) 2 x 10 MW berikut switch yard 3. Gardu Induk Cempaka 4. Gardu Induk Banjarmasin 5. Transmission Line ( Jaringan Transmisi) Saluran Udara Tegangan Tinggi ( SUTT) 70 kV sepanjang 55 km dari aranio sampai ke Bnajarmasin 6. Substantions 70 kV Cempaka – Banjarmasin 7. Jaringan Distribusi di kota Bnajarbaru, Martapura dan Banjarmasin 2.5 Proses Produksi Listrik Tenaga Air
Aliran sungai dengan sejumlah anak sungainya dibendung dengan sebuah dam. Airnya ditampung dalam waduk yang kemudian dialirkan melaui Pintu pengambilan Air (Intake Gate) yang selanjutnya masuk ke dalam Terowongan Tekan (Headrace Tunnel). Sebelum memasuki Pipa Pesat (Penstock), air harus melewati Tangki Pendatar (Surge Tank) yang berfungsi untuk mengamankan pipa pesat apabila terjadi tekanan kejut atau tekanan mendadak yang biasa disebut sebagai pukulan air (water hammer) saat Katup Utama (Inlet Valve) ditutup seketika. Setelah Katup Utama dibuka, aliran air memasuki Rumah Keong (Spiral Case). Aliran air yang bergerak memutar Turbin dan dari turbin, air mengalir keluar melalui Pipa Lepas (Draft Tube) dan selanjutnya dibuang ke Saluran Pembuangan (Tail Race). Poros turbin yang berputar tersebut dikopel dengan poros Generator sehingga menghasilkan energi listrik. Melalui Trafo Utama (Main Transformer), energi listrik disalurkan melewati Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) 70 kV ke konsumen melalui Gardu Induk.
[5]
Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) merupakan pembangkit tenaga listrik yang mengubah energi potensial air (energi gravitas air) menjadi
energi listrik. Mesin penggerak yang digunakan adalah turbin air untuk mengubah energi potensial air menjadi kerja mekanis poros yang akan memutar rotor generator untuk menghasilkan energi listrik .
Gambar 2.5 Prinsip Kerja Pembangkit Listrik Tenaga Air
Air sebagai bahan baku PLTA dapat diperoleh dari sungai secara langsung disalurkan untuk memutar turbin, atau dengan cara ditampung dahulu (bersamaan dengan air hujan) dengan menggunakan kolam tando atau waduk sebelum disalurkan untuk memutar turbin. Daya listrik yang dibangkitkan dapat dihitung menggunakan pendekatan rumus : P
=
9,8 Q X H X ή t x ή g
Dimana :
[6]
( kW )
P
= Daya yang dihasilkan (kW)
Q
= Debit air dalam (m3/detik)
H
= Tinggi terjun (m)
ήt
= Efisiensi turbin (%)
ήg
= Efisiensi Generator (%)
Perencanaan pengoperasian PLTA yang dilakukan berdasarkan pada kondisi hydrologi yang meliputi :
Tahun Basah Sekali
Tahun Basah
Tahun Normal
Tahun Kering
Tahun Kering Sekali
Untuk mendapatkan hasil yang optimum dan memudahkan untuk perencanaan operasional tahunan, maka perencanaan operasi dilakukan berdasarkan pada kondisi hydrologi tahun normal dan tahun kering, yang kemudian dilakukan penyesuaian tiap bulan berdasarkan kondisi air masuk. Indonesia hanya mengenal dua musim yaitu musim hujan biasa dimulai bulan Nopember s.d Maret dan musim kemarau pada bulan April s.d Oktober, sehingga kondisi ini dipergunakan untuk proses pengisian dan penggunaan air. 2.6 Sejarah PLTA Riam Kanan
Keberadaan air di muka bumi tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan biologis makhluk hidup yang ada akan tetapi juga memerankan peranan yang amat penting dalam hal menjaga keseimbangan alamiah sehingga kelangsungan makhluk hidup di muka bumi dapat terjaga. Demikian pentingnya peranan air sehingga umat manusia telah sejak lama berusaha agar ketersediaan air dapat terjamin setiap saat, salah satu caranya adalah dengan membuat bendungan. Bendungan, dam atau reservoir secara harfiah dapat diartikan sebagai sebuah
[7]
badan air buatan ataupun danau buatan. Danau buatan ini dapat dibuat dengan membangun bendungan di sungai atau dengan penggalian tanah. Pada awalnya bendungan hanya berfungsi sebagai penyimpan cadangan air guna keperluan air minum dan pengairan untuk pertanian. Seperti yang dilakukan oleh bangsa Yaman pada masa kerajaan Saba’ tahun 950 SM, para
arsitek negeri itu telah membangun sebuah bendungan raksasa dengan membendung air diantara dua buah gunung, bendungan raksasa itu bernama Ma’Rib. Bendungan ini dimanfaatkan s ebagai sumber air minum, pengairan
pertanian dan pengendali banjir saat musim hujan. Tenaga yang dihasilkan oleh aliran air pun telah dimanfaatkan oleh manusia sejak lama untuk meringankan beban kerja manusia seperti yang dilakukan bangsa Yunani sejak 2.000 tahun yang lalu dengan menciptakan roda air guna menggiling gandum menjadi tepung. Setelah listrik sebagai sumber energi ditemukan oleh Michael Faraday tahun 1821 maka dimulailah perkembangan pemanfaatan energi air menjadi listrik secara meluas, diawali oleh sebuah perusahaan Appleton Edison Light Company yang memanfaatkan listrik yang dihasilkan dari bendungan sungai Fox di Appleton Wisconsin pada tanggal 30 September 1882. Dan saat itulah dalam sejarah dikenal pertama kalinya sebuah pembangkit listrik tenaga air. Dalam perkembangan sejarah selanjutnya teknologi PLTA memang banyak didominasi di negara Amerika Serikat yang hingga tahun 1889 saja sudah membangun 200 unit PLTA. Adalah jasa seorang terpelajar putra daerah Kalimantan Selatan yang bernama Ir. Pangeran Muhammad Noor sehingga Kalimantan Selatan memiliki sebuah pembangkit listrik tenaga air untuk menyuplai kebutuhan listrik daerah Kalimantan Selatan dan Tengah. Pangeran Mohammad Noor adalah putra Pangeran Muhammad Ali seorang wakil Kalimantan dalam voolksraad (DPR) pada masa pemerintahan Hindia Belanda. Pangeran Mohammad Noor lahir di Martapura tahun 24 Juni 1901, pendidikan dimulai HIS lulus tahun 1917 kemudian MULO lulus tahun 1921 dan HBS lulus tahun 1923. Setelah lulus dari HBS beliau melanjutkan studi di sekolah tinggi teknik Bandung hingga meraih gelar Insinyur pada tahun 1927. Pada periode 1935 – 1939 Pangeran Mohammad Noor menggantikan kedudukan ayah beliau di voolksraad, dan pada tahun 1945
[8]
beliau diangkat oleh Soekarno menjadi gubernur pertama Kalimantan. Di masa kemerdekaan Pangeran Mohammad Noor pernah menjabat sebagai Menteri Pekerjaan Umum dalam kabinet Ali Sastromijoyo tahun 1956 – 1959. Ketika itulah beliau memberikan gagasan dan berhasil merealisasikan pembangunan pembangkit listrik tenaga air Riam Kanan. Pangeran Muhammad Noor wafat pada tanggal 15 Januari 1979 pada usia 78 tahun. Untuk mengenang jasanya, nama beliau kini diabadikan sebagai nama waduk serta jalan raya menuju waduk tersebut di Kalimantan Selatan. Realisasi gagasan pembangunan waduk Riam Kanan diawali dengan survey pendahuluan pada kurun waktu November 1958 – Januari 1959. Secara hidrologis alami Kalimantan Selatan memiliki sungai utama yaitu sungai Barito yang bermuara di laut Jawa. Sungai Barito memiliki dua cabang utama yaitu sungai Martapura dengan dua anak sungai yaitu sungai Riam Kanan dan sungai Riam Kiwa. Cabang sungai kedua dari sungai Barito adalah sungai Negara dengan anak-anak sungainya seperti Amandit, Tapin, Batang Alai, Balangan, Tabalong Kanan dan Tabalong Kiwa. Sungai-sungai lain di Kalimantan Selatan yang bermuara di Selat Makasar adalah sungai Satui, Kintap, Kusan, Kelumpang dan Sampanahan. Survey pendahuluan tersebut kemudian dilanjutkan dengan kegiatan studi kelayakan dan enginering design pada tahun 1962 – 1964. Terpilihnya daerah aliran sungai Riam kanan sebagai sumber tenaga air serta desa Arinawai (Aranio) sebagai site project tak lepas dari berbagai pertimbangan bahwa bagian hulu sungai Riam Kanan adalah merupakan daerah tangkapan air yang berupa hutan tropis lebat di jajaran pegunungan Meratus, bentang alam (topografi) calon waduk berupa lembah yang cukup luas serta dikelilingi perbukitan yang cukup tinggi, tidak terdapat deposit alami berupa mineral yang potensial pada areal calon waduk serta yang tak kalah penting adalah tingkat kepadatan penduduk yang rendah pada areal yang terkena dampak pembangunan waduk. Mengenai nama desa Arinawai sendiri konon adalah nama asli dari desa Aranio sekarang ini, tak diketahui dengan pasti mengapa perubahan nama itu bisa terjadi, tetapi diperkirakan karena lidah para ekspatriat Jepang yang bekerja di proyek ini kesulitan mengeja Arinawai sehingga berubah menjadi Aranio hingga sekarang.
[9]
Proyek pembangunan waduk Riam Kanan ini adalah proyek milik kementerian pekerjaan umum dengan pengawasan konstruksi (dam, power house serta fasilitas lain) dari Hazama Gumi Jepang. Untuk pekerjaan yang berurusan dengan metal dan logam (gates, penstok, surge tank) dikerjakan oleh kontraktor Nippon Kokkan, untuk instalasi mesin-mesin perlistrikan dikerjakan oleh kontraktor Fuji Electric dan Toyomenka, sedangkan pembangunan jaringan transmisi
beserta
stasiun-stasiun
transmisinya
dikerjakan
oleh
kontraktor
Indonesia yaitu PT. Wijaya Karya. Banyaknya keterlibatan kontraktor Jepang pada proyek pembangunan waduk Riam Kanan ini kemungkinan bahwa proyek ini dibangun atas bantuan pemerintah Jepang yang berupa dana hibah atau pinjaman. Mengingat bahwa proyek besar ini akan menyuplai sejumlah logistik berupa peralatan dan mesin-mesin dalam volume yang tidak sedikit maka sebelum pembangunan
fisik
bendungan
dilaksanakan
terlebih
dahulu
proyek
ini
mengerjakan akses jalan sepanjang kurang lebih 25 km pada kurun waktu Oktober 1963 – Maret 1964 dari kota Banjarbaru menuju site project Aranio. Pembangunan akses jalan ini bersamaan waktunya dengan pembangunan fasilitasfasilitas lain di site project berupa perkantoran, mess karyawan, serta pergudangan hingga selesai pada tahun 1966. Sebagaimana umumnya pembangunan sebuah waduk type earthfill atau penimbunan badan sungai, maka sebelum pembangunan badan bendungan yang harus dikerjakan lebih dahulu adalah pekerjaan pembuatan terowongan pengalih aliran sungai yang akan dibendung dengan pengeboran pada salah satu sisi tebing sungai bagian hulu menerobos dalam bukit hingga tembus pada sisi tebing sungai di bagian hilir. Pekerjaan pembuatan terowongan pengalih aliran sungai ini dikerjakan pada kurun waktu April 1966 – Oktober 1968, panjang terowongan pengalih aliran sungai ini adalah 220 meter dengan diameter terowongan 6 meter. Setelah terowongan pengalih ini selesai dibangun, mulailah pekerjaan pengurukan badan sungai Riam kanan dengan menggunakan jutaan kubik material berupa batu dan tanah yang ditumpahkan dan dipadatkan ke dalam badan sungai. Hingga hasil pekerjaan pengurukan membentuk sebuah badan bendungan, dan air sungai Riam
[10]
Kanan pertama kali mulai mengalir melalui terowongan pengalih pada tanggal 18 Juli 1969. Setelah aliran air sungai berhasil dialihkan, pekerjaan pembangunan konstruksi badan bendungan terus dilanjutkan hingga dimensi ukuran badan bendungan ini sesuai dengan enginering design yang telah ditetapkan hingga kelak benar-benar kuat untuk menahan tekanan air waduk, pekerjaan konstruksi badan bendungan ini dilaksanakan pada kurun waktu Agustus – Oktober 1969 . Pada fase ini dilaksanakan pula konstruksi terowongan tekan (pressure tunel) sepanjang 270 meter dan diameter 4,8 meter, dimana pada saat pembangunan terowongan ini telah terjadi kecelakaan yang mengakibatkan korban jiwa seorang juru ukur dari kontraktor Hazama Gumi yang bernama Mr. Hikawa. Karena bisingnya kondisi di dalam terowongan dari alat-alat pemecah batu dan kompresor yang sedang bekerja, juru ukur ini diperkirakan tidak mendengar adanya alat berat berupa shovel dozer dengan mengangkut batu-batu hasil galian yang sedang berjalan mundur, shovel yang dioperasikan oleh operator Jepang dari kontraktor Hazama Gumi ini akhirnya menggilas sang juru ukur malang tersebut. Jenazah Mr. Hikawa dikremasi di desa Tambela dan abunya dikirim ke keluarganya di Jepang. Peristiwa kecelakaan tersebut terjadi pada tanggal 20 Oktober 1969. Pada bulan Januari 1970 pekerjaan pondasi bangunan stasiun tenaga pembangkit mulai dikerjakan dan secara simultan mulai pada tahun ini dibangun jaringan transmisi Cempaka dan Banjarmasin. Pembangunan jaringan transmisi dari stasiun pembangkit Riam Kanan hingga menuju stasiun Banjarmasin juga penuh tantangan terutama pembangunan jaringan transmisi tegangan tinggi yang melalui daerah rawa gambut yang kondisinya tidak stabil. Hingga perlu mendatangkan pakar konstruksi sipil legendaris bapak Profesor Sedyatmo dengan pondasi cakar ayam nya yang terkenal itu. Hingga pada akhir tahun 1970 konstruksi badan bendungan tahap I telah selesai dengan pancapaian ketinggian elevasi (muka air) 40 meter dari total ketinggian 66 meter yang dirancang. Bendungan ini dirancang untuk mampu menampung air dengan kapasitas maksimum (gross) 1.200 juta meter kubik dengan daya tampung efektif 600 juta meter kubik air. Luas waduk ini sendiri
[11]
adalah 92 km2 dengan luas daerah tangkapan air 1.043 km2. Struktur badan bendungan dirancang mampu menahan air hingga ketinggian muka air maksimum 60 meter, minimum ketinggian muka air agar mampu memutar turbin adalah 52 meter, apabila ketinggian muka air mencapai 63 meter maka air akan keluar melalui pelimpasan air (emergency spill way). Periode Mei - Oktober 1971 adalah periode tahap penyelesaian akhir konstruksi badan bendungan yang selanjutnya dilakukan pekerjaan logam yang berupa konstruksi dan instalasi gates (pintu air), penstocks (pipa pesat) dan turbine generators yang dimulai pada bulan Desember 1971. Pekerjaan konstruksi logam ini memakan waktu kurang lebih enam bulan hingga rampung pada pertengahan 1972. Setelah pemasangan pintu air, pipa pesat dan turbin generator selesai maka pada tanggal 30 Juni 1972 dilakukanlah penutupan pintu air pada terowongan pengalih aliran sungai guna memulai menampung air waduk, peristiwa ini ditandai dengan upacara bersama semua pekerja proyek dengan seremonial minum Sake (minuman Jepang) bersama. Dengan ditutupnya terowongan pengalih aliran sungai yang berarti sungai Riam Kanan beserta 8 anak sungainya tersumbat maka muka air mulai merambat naik dan akhirnya menggenangi kawasan seluas 92 km2 yang mana termasuk di dalamnya tercatat 9 kawasan perkampungan beserta lahan perkebunan & kuburan. Diperlukan waktu enam bulan penampungan air hingga ketinggian muka air waduk mencapai level minimum untuk menggerakkan turbin generator. Masih diperlukan beberapa waktu lagi hingga tinggi muka air mencapai kestabilan pada level minimum, dan pada tanggal 29 Maret 1973 tinggi muka air telah stabil mencapai ketinggian minimum 52,5 meter hingga dapat dilaksanakan testing pengoperasian 2 turbin generator, jaringan transmisi serta stasiun transmisinya dan hari itu pula sukses mengalirkan energi listrik di wilayah Banjarbaru, Martapura dan Banjarmasin. Hingga selesai bendungan ini dibangun, bendungan ini memiliki ukuran lebar puncak bendungan 10 meter, panjang puncak bendungan 195 meter, tinggi hingga puncak 66 meter serta volume bendungan 670.000 meter kubik dan menghabiskan biaya pembangunan sebesar US$ 2.944.000.000 (kurs saat itu).
[12]
Bendungan ini akhirnya diresmikan oleh Presiden Soeharto pada tanggal 30 Juni 1973 yang didampingi oleh Menteri PUTL Ir. Soetami dan Gubernur Kalimantan Selatan Kolonel Soebardjo. Pada saat diresmikan bendungan ini memiliki 2 mesin pembangkit listrik dengan kapasitas masing-masing 10 MW. Dan untuk menghormati jasa-jasa penggagas pembangunan waduk Riam Kanan maka pada tanggal 19 Januari 1980 nama PLTA Riam Kanan diganti menjadi PLTA Ir. Mohammad Noor. Pada kurun waktu Juli 1980 – Mei 1981 dilaksanakan pembangunan tahap II dengan penambahan instalasi satu unit pembangkit lagi dengan kapasitas yang sama dengan 2 mesin terdahulu sehingga total kapasitas mesin pembangkit listrik PLTA Ir. Pangeran Mohammad Noor adalah 30 MW. Kini, 37 tahun sudah PLTA Ir. Mohammad Noor beroperasi untuk memberikan jasa energi listrik kepada masyarakat Kalimantan Selatan dan Tengah. Tentu saja kondisi perlistrikan di masa awal-awal beroperasi sangatlah jauh berbeda dengan saat ini, yang mana kondisi ini dipengaruhi oleh tingkat pertambahan penduduk serta pertumbuhan ekonomi yang ditandai dengan banyaknya bermunculan industri-industri besar dan sentra-sentra pemukiman yang sudah barang tentu banyak memerlukan energi listrik. Seiring dengan bertambahnya usia maka produksi listrik yang dihasilkan dari ketiga turbin PLTA tidak lagi mampu maksimal dari kapasitasnya 30 MW, kini kisaran produksi listrik PLTA ini hanya 20 – 22 MW saja. Hal ini tentu saja sudah diantisipasi oleh pemerintah dengan membangun pembangkit-pembangkit listrik lain guna menambah pasokan listrik, tercatat di Kalimantan Selatan dan Tengah terdapat beberapa pembangkit listrik seperti PLTU (uap) Asam Asam dengan kapasitas 130 MW, PLTD (diesel) Trisakti dengan kapasitas 30 MW, PLTD Banua Lima dengan kapasitas 30 MW, PLTD Kuala Kapuas dengan kapasitas 20 MW serta PLTD Palangkaraya dengan kapasitas 30 MW. Akan tetapi dari keseluruhan total pasokan listrik dari beberapa pembangkit listrik tersebut belumlah mampu mencukupi permintaan akan listrik di Kalimantan Selatan dan Tengah yang mencapai 300 MW, sehingga Kalimantan Selatan dan Tengah saat ini masih mengalami defisit listrik sekitar 30 – 50 MW. Dari semua pembangkit listrik yang ada di Kalimantan Selatan dan Tengah ini
[13]
masing-masing terkoneksi satu sama lain untuk saling menyokong, dan apabila ada pemeliharaan (overhaul) pada salah satu pembangkit setelah beberapa ribu jam beroperasi maka pemadaman bergilir tidak dapat dihindarkan. PLTA Ir. Pangeran Mohammad Noor dalam operasionalnya bukan hanya memberikan jasa energi listrik akan tetapi juga memberikan air yang begitu berharga bagi masyarakat Kalimantan Selatan, di tahun 2010 air dari PLTA ini dimanfaatkan untuk irigasi sawah seluas 7.012 hektar dengan konsumsi air 10,161 m3 per detik, memenuhi kebutuhan perikanan dimana tercatat 290 kolam ikan dengan total luas 326,26 hektar yang memerlukan air 6,918 m3 per detik, serta untuk kebutuhan air minum melalui PDAM Banjarbaru dengan kebutuhan air 150 liter per detik dan PDAM Banjarmasin dengan kebutuhan air 1.100 liter per detik. Usia 37 tahun memanglah belum masuk dalam kategori uzur bila dibandingkan dengan bendungan-bendungan tua lain yang masih berfungsi di Amerika Serikat, namun bukanlah suatu tindakan yang terpuji apabila ada oknum-oknum di masyarakat yang kurang perduli dengan memberikan beban yang tidak semestinya pada waduk ini seperti penebangan liar dan penambangan liar pada daerah hulu waduk, serta tindakan gegabah lain yang mengakibatkan kebakaran di areal sekitar waduk karena semua itu akan mengakibatkan pendangkalan serta pencemaran air di waduk itu sendiri.
[14]
2.7
Hasil Kunjungan
Gambar 2.7.1 Kunjungan ke Power House
Gambar 2.7.2 Turbin
[15]
Gambar 2.7.3 Power House
Gambar 2.7.4 Spillway
[16]
Gambar 2.7.5 Water Level Indikator
Gambar 2.7.6 Alat Penyeimbang
[17]
Gambar 2.7.7 Alat Penyaring Sampah
Gambar 2.7.8 Ac Generator Turbine
[18]
Gambar 2.7.9 Pintu Air
[19]
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Pembangkit Listrik Tenaga Air ( PLTA) Adalah suatu pembangkitan energi listrik dengan mengubah energi potensial air menjadi energi mekanik oleh turbin dan diubah lagi menjadi energi listrik oleh generator dengan memanfaatkan ketinggian dan kecepatan aliran air. 2. Bendungan PLTA Ir. P.M Noor atau PLTA Riam Kanan berkedudukan di Jalan Ir. P.M. Noor Km 24 Kecamatan Aranio Kabupaten Banjar. 3. Bendungan PLTA Ir. P.M Noor atau PLTA Riam Kanan diresmikan oleh presiden soeharto pada tahun 1973. 4. Bangunan utama yang terdapat pada PLTA Rian Kanan diantara nya yaitu turbin, pintu air, power house, spill way, water level indikator, alat penyaring sampah, alat penyeimbang.
3.2 Saran
Melihat kebutuhan daya yang semakin besar dan mahal di era globalisasi, serta melihat guna dan manfaat dari Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) yang dikelola, PLTA Ir. PM. Noor diharapkan lebih mengoptimalkan fungsi kinerja dari Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) ini dalam upaya pelestarian dan pengembangan usaha.
[20]
DAFTAR PUSTAKA nurindarto.blogspot.co.id/2011/06/waduk-riam-kanan-1958-sekarang.html?m=1
tegarubolaksono.blogspot.co.id/2015/08/pengertian-pembangkit-listriktenaga.html?m=1
napitupuluanastasya.blogspot.co.id/2015/08/pembangkit-listrik-tenaga-air.html?m=1
[21]